Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MY LOVE JOURNEY - By Tio12TT (Repost)


---My Love Journey ---
By Tio12TT







Chapter 34







Sebuah jam dinding yang menempel di sudut kiri tembok kamar Leva menujukkan pukul 08.30 AM waktu jakarta, suasana kediaman rumah keluarga David saat ini cukup sepi karna bi Arsih dan Bayu sedang pergi ke pasar untuk membeli bahan keperluan untuk di masak, mamah Ningsih sudah seminggu ini belum kembali ke jakarta karena ia masih sibuk mengurus segala bisnis yang ia kelola di luar negeri, lain hal nya jika om David ada, kegiatan mamah Ningsih sedikit terbantu, akan tetapi ia harus menyelesaikan sisa hukuman atas kasus persekongkolan nya dengan Gaga.


Di kediaman rumah om David hanya ada Leva seorang diri saat ini, mengisi kekosongan rumah yang cukup luas. Di lantai dua rumah tepat nya di kamar Leva, Leva terlihat sedang berdiri di depan jendela kamar sambil menatap lurus ke arah sekitaran lingkungan komplek dari tempat ia berdiri saat ini, wajah Leva terlihat sedikit pucat dan kedua kantung matanya sedikit hitam dan mengendur, sepertinya ia kurang beristirahat pada malam hari, akan tetapi Leva sudah berpenampilan cukup rapih dan trendy dengan mengenakan kaos polos berwarna putih di balut dengan jaket bomber, bawahannya mengenakan celana levis biru dan Leva mengenakan sepatu kets bewarna putih, Leva berdiri sambil termenung, Leva berusaha menenangkan hati nya yang cukup gundah saat ini.


"Huuuufffttt." Leva mengembuskan nafas secara perlahan sambil menutup kedua bola matanya.

"Kecurigaan ku selama ini tenyata terbukti." Ucap Leva.

"Seharusnya aku lebih waspada saat aku mulai curiga, mungkin tidak akan terjadi hal sperti ini." Ucap Leva.


Leva mengalihkan pandangan kearah langit yang cerah, perlahan fikiran Leva mulai menerawang jauh pada beberapa hari sebelumnya, saat ia berada di Epic Cafe membahas tentang persoalan suster Riana.



"Hemmm baik kalau anda ingin membuat kesepakatan seperti itu Saya terima, Tapi jika anda meberikan informasi palsu tentang pelaku atau melakukan suatu permainan di belakang saya, saya tak akan segan membuat anak anda membusuk di penjara." Ucap Doni.



.......



"Yaa yaa baik." Ucap Doni sambil mengangguk kan kepalanya pelan.



.......




Setelah selesai berbicara Doni meletakkan smartphone miliknya di atas meja yang berbeda di hadapannya ini, setelah itu ia melihat ke arah Leva Sinta Niken Boski dan Bayu yang sedang memandang ke arah nya dengan tatapan serius.


"Biasa aja kali lu pada ngeliat nya." Ucap Doni.

"Yangg suster itu telfon?." Tanya Niken.


Doni mejawab Pertanyaan Niken dengan anggukkan kepala pelan.


"Trus suster itu bicara apa ? Kesepakatan apa yang kakka buat?." Tanya Leva sambil menatap wajah Doni dengan ekspresi wajah bingung.


Boski Sinta dan Bayu hanya diam memperhatikan Leva dan Niken yang sedang berbincang serius dengan Doni.


"Oke jadi gini, gua akan jelasin kekalian apa aja yang suster itu bicarakan di telfon tadi. Jadi rencana yang telah gua buat telah berjalan sempurna, suster Riana itu tampak tertekan, karna itu ia bersedia untuk buka suara mengenai persoalan ini walau dengan beberapa kesepakatan yang si suster Riana itu jauhkan, tadi si suster Riana itu sedikit menceritakan latar belakang ia membantu mengeluarkan Reza dari rumahsakit, ia melakukan permainan ini dilatarbelakangi karna ia terdesak membutuhkan uang, saat itu Riana harus menebus Lana yang masuk kedalam kantor polisi, Riana memerlukan uang sejumlah tujuh puluh juta untuk membebaskan si Lana, nah suatu ketika ia di datangi seseorang dan orang itu memberikan tawaran bekerjasama dengan nya untuk membawa Reza keluar dari rumahsakit, jika suster Riana itu mau membantu orang tersebut, ia akan memberikan imbalan uang untuk mengeluarkan si Lana dari kantor polisi, nah karna medesak suster Riana menerima tawaran tersebut." Ucap Doni.

"Terus suster Riana itu ngajuin kesepakatan apa kak?." Tanya Leva.

"Wait Vaa omongan gua belum selesai." Ucap Doni.

"Si Riana itu saat ini sudah tidak memiliki pilihan lain, dia bersedia untuk buka suara untuk memberi tahu siapa yang telah menyuruh dia, hemmm tapi si Riana itu mengajukan kesepakatan agar mau menuruti dua permintaan yang ia minta." Ucap Doni.


BBBRRRUUUKKKK...!!!!!


Doni Leva Sinta Boski dan Bayu serentak kaget karna tiba-tiba Niken menggebrak meja dengan kencang nya, pengunjung lain yang sedang menikmati makanan dan bercanda gurau langsung menoleh ke arah meja Leva dkk.


"Harus di hajar tuh suster, udah salah banyak mau nya lagi!!." Ucap Niken dengan nada suara emosi.

"Weyy weyy jadi lu yang nge Gasss ken." Ucap Boski.

"Hhuustt udah malu yangg." Ucap Doni.

"Udahh santai dulu kaak." Ucap Leva sambil mengelus bahu Niken.

"Abis geregetan banget gua sama orang kaya gitu." Ucap Niken.

"Eee terus suster Riana minta apa sama kakak?." Tanya Leva.

"Gini Vaa, karna suster itu melakukan kerjasama dengan otak dari permainan ini, konsekwensi nya ia harus berhenti dari pekerjaannya sebagai suster, nah karna itu ia minta agar di beri pekerjaan yang layak untuk nya." Ucap Doni.

"Terus permintaan yang satu lagi?." Ucap Leva.

"Suster Riana minta bantuan untuk mencari cara agar hubungan di antara dia dan anak nya si Lana itu agar kembali harmonis." Ucap Doni.

"Permintaan yang aneh, kalo yang pertama sih mudah di lakukan, hemmm tapi permintaan yang kedua itu masalah nya, kakak aja engga tau permasalahan apa yang terjadi di antara mereka gimana mau bantu si suster itu." Ucap Leva.

"Iya sih tapi akan gua cari tau Va dan gua fikrin jalan penyelesaian nya, yang penting sekarang dia buka mulut dulu siapa otak di balik ini semua." Ucap Doni.

Doni mengambil secangkir kopi yang berbeda di hadapannya lalu iya meminum kopi tersebut dengan perlahan, saat Doni sedang menikmati secangkir kopi yang iya minum, tiba-tiba smartphone milik nya yang iya taruh di sebelah cangkir kopi berdering menandakan sebuah pesan whatsApp masuk.


Ttrriinggggg!!!


Dengan cepat Doni langsung mengambil smartphone nya lalu membaca pesan tersebut.


"Wa dari siapa tuhh??.. dari cewek lain yah?." Ucap Niken dengan nada menuduh.


Doni tidak mejawab perkataan Niken, ia tampak serius memperhatikan layar smartphone.


"Hemmm yaa..yaaa..yaa." Gumam Doni.

"Lu kenapa ka?." Tanya Leva.

Doni terlihat menarik nafas panjang dan berusaha bersikap santai.

"Hhhhuuuffttt."

"Sepertinya gua kenal wanita ini, tapi gua rasa kalian Lebih tau dan kenal dari pada gua." Ucap Doni.


Doni pun mengarahkan layar smartphone ke arah Leva Sinta dan Niken, di layar smartphone terlihat sebuah foto seorang wanita sedang berdiri sendiri dengan latar tempat sebuah kampus di belakang nya, Leva dan Sinta saat pertama kali melihat foto tersebut seketika sangat terkejut dan shock.

"Hahh Winda." Ucap Leva dan Sinta bersamaan.


Click to expand...






"Aaarrrgghh." Leva berusaha menahan emosi di dalam hati nya.


Leva membalikkan badan nya kemudian ia berjalan menuju ke tempat tidur lalu duduk di bagian tepi nya.


"Tapi aku tak habis fikir, kenapa Winda bisa bertindak seperti ini." Ucap Leva dengan ekspresi wajah bingung.

"Segitu nya kah Winda di buta kan oleh cinta." Ucap Leva.

"Aku mengerti dan aku paham bagai mana rasa nya sangat mencintai seseorang, tapi tak
seharusnya Winda melakukan hal hingga seperti ini." Ucap Leva.


Leva berdiri kembali, kemudian ia berjalan menuju ke arah meja belajar,di tatap lah sebuah bingkai berukuran sedang yang terdapat selembar foto diri nya dengan Reza.


"Zaa sebuah titik terang akhirnya muncul." Ucap Leva.

"Tapi aku harus berusaha menggapai titik itu, agar ku bisa bertemu dengan mu." Ucap Leva.

"Tapi aku tak mengerti di mana dirimu saat ini sayang, ke mana Winda membawa diri mu." Ucap Leva.


Leva menatap dalam-dalam foto Reza sambil mengelus nya.


"Hati kecil ku sangat murka terhadap wanita itu, tapi seorang supir muda berkata kepada aku, segala sesuatu permasalahan harus di sikapi dengan kepala dingin cukup fokus terhadap tujuan jangan melakukan tindakan lain dari itu. Sekarang aku hanya fokus pada mu sayang yang penting kamu kembali ke sisi ku." Ucap Leva sambil berusaha tersenyum.


Saat Leva sedang termenung sambil menatap bingkai foto yang ia pegang, tiba-tiba pintu kamar Leva ada yang mengetuk dari arah luar.


TOKK..TTOOK..TTOKK.!!!.


"Yaa masuk aja engga di kunci." Teriak Leva sambil menaruh kembali bingkai foto ketempat semula.


TTTTRRREEETTTTTT!!!


"Ehh bi udah balik." Ucap Leva.

"Iya non baru aja sampai." Ucap bi Arsih.

"Ohh iya maaf non itu.. non Niken dan non Sinta ada di luar." Ucap bi Arsih.

"Suruh masuk ke dalam aja bi ." Ucap Leva.

"Eee tapi kata non, non Niken suruh langsung masuk mobil aja." Ucap bi Arsih.

"Lah emang mereka masih di mobil?." Tanya Leva.

"Iya non." Ucap Leva.

"Lahh aku kira bibi bilang di luar itu di depan pekarangan." Ucap Leva.

"Hehe engga non." Ucap Bi Arsih.

"Yaudah bilang ke mereka tunggu sebentar." Ucap Leva.

"Baik non." Ucap Bi Arsih.


Bi Arsih pun langsung membalik kan badan lalu berjalan menyusuri tangga rumah menuju ke pintu keluar, setelah beberapa menit bersiap-siap Leva langsung bergegas turun kelantai dasar rumah nya kemudian Leva berjalan menuju pintu keluar.


Saat Leva akan membuka pintu pagar, dari arah belakang terdengar Bayu memanggil Leva.


"Mbakk Leva." Ucap Bayu.


Mendengar panggilan Bayu Leva langsung membalikkan badan.


"Apa?." Tanya Leva singkat.

"Mau kemana Mbak?." Tanya Bayu.

"Kepoo." Ucap Leva sambil tersenyum.

"Hemmm orang nanya serius juga." Ucap Bayu.

"Abis takut di kasih wejangan lagi saya Haha." Ucap Leva.

"Woo harus itu, ehh Mbak tadi Ibu Ningsih telfon kata nya mbak Leva suruh aktifin handphone mbak." Ucap Bayu.

"Bales aja iyaaaaa." Ucap Leva.

"Yaudah Bay saya pergi dulu buru-buru, jaga rumah jangan masukin cewe." Ucap Leva sambil tersenyum jahil.

"Jiahh cewe apa nya mbak." Ucap Bayu.


Leva pun membuka pintu pagar luar rumah dan langsung menutupnya kembali, setelah itu iya berjalan mengarah ke mobil Niken yang sedang berhenti tak jauh dari posisi nya saat ini.


BBBRRRUUKK...TTTRRREEKKK!!


"Good morning beby Ken ken ku, Assalamualaikum bu ustazah Sinta." Ucap Salam Leva sambil masuk kedalam mobil.

"Jangan sok ceria deh nanti sejam lagi mendadak galau." Ucap Niken yang berbeda di kursi pengemudi.

"Waalaikumsalam mrs. Galau." Ucap Sinta sambil tersenyum.

"Weh weh baru datang udah di cengin aja nih." Ucap Leva sambil mengatur posisi duduk nya di kursi belakang.

"Bukan ngeledek Vaa emang kenyataan, lu kan kaya bocah labil, sekarang ceria nanti tiba-tiba Galau Haha." Ucap Niken.

"Yeeee." Protes Leva.

"Hihi." Sinta tertawa kecil.

"Pada jaharaaa sama gua." Ucap Leva.

"Haha." Tawa Niken dan Sinta bersamaan.

"Eh Ta lu bener tau kan Rumah nya si Winda?." Tanya Leva.

"Iya tau Lah Vaa gua sering main kerumah dia." Ucap Leva.

"Yaudah otw sekarang yuk, gua harap sih Winda bawa kabur Reza ke rumah nya." Ucap Niken.

"Yaa semoga." Ucap Leva.

"Ehh tapi kita bertiga aja nih engga rame-rame kaya kemarin bareng ka Doni dan Rizki?." Tanya Sinta.

"Yaa bertiga aja, sebenarnya sih gua udah ngajak mereka tapi tau tuh si Doni engga mau ikut kata nya ada urusan lain sama om Boski." Ucap Niken.

"Alahh Modus lu Taa bilang aja pengen ketemu sama om Boski kan?." Ucap Leva.

"Ihhh apan sih lo." Ucap Sinta

"Wakwakwak iya juga Vaa yaa yaa gua ngerti maksud lu hihi." Ledek Niken

"Yee engga-engga apaan sih, maksud gua tuh kita kan semua cewe engga ada orang laki nya, gua takut gimana-gimana aja nanti." Ucap Leva.

"Iya takut engga ada om Boski yang jagain hahaha." Ledek Niken.

"Yooii ka haha." Timpal Leva.

"Ihhhh dahh dahh jalan buruan!." Ucap Sinta dengan nada suara sebal.

"Wakwak Sinta...Sinta." Ucap Niken.


Niken pun menyalahkan mesin mobil nya kembali, dengan perlahan ia menekan pedal gas mobil, mobil pun mulai bergerak menyusuri jalan area perumahan tempat tinggal Leva
menuju ke arah jalan Raya.






--- ooo ---






Suasana kampus xxxx saat ini tampak sepi dari kegiatan perkuliahan dikarnakan hari ini adalah hari libur, walau pun kegiatan perkuliahan hari ini libur, terlihat ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berkumpul di area halaman dan lapangan kampus, biasa nya mahasiswa dan mahasiswi yang datang itu adalah anggota Hima
atau Mapala yang sedang menjalakan kegiatan ekstra kurikuler kampus.


Suasana di kantin belakang kampus tampak tidak terlalu sepi atau pun juga ramai, ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi sedang duduk di deretan bangku yang tersedia sambil bercanda gurau dan ada juga yang sedang sibuk menatap layar laptop yang mereka bawa, Kios dagangan yang berbeda di kantin belakang gedung kampus tak semua tutup, ada beberapa kios yang sengaja buka untuk mencari penghasilan tambahan dari mahasiswa ataupun mahasiswi yang datang saat waktu libur.


Di sebuah kios minuman yang berbeda di bagian pojok kantin, terlihat Doni dan Boski sedang duduk berseberangan dengan Riana, Doni sudah membuat janji sebelumnya dengan Rina untuk bertemu di tempat ini, membahas dua persyaratan yang di ajuh kan Riana.


Riana yang duduk berseberangan dengan Doni dan Boski tampak ekspresi wajah nya sangat tegang, di lihat dari gelagat nya Riana sangat cemas dan gugup, sedangkan Doni dan Boski yang berada di depan Riana hanya duduk santai sambil memperhatikan Riana sabil tersenyum sinis, setelah sudah merasa puas melihat Riana dalam keadaan seperti ini, Doni membuka dialog terlebih dahulu.


"Santai saja jangan tegang gitu." Ucap Doni sambil tersenyum sinis kearah Riana.

"Hhhuuffttt.."


Riana menarik nafas dan menghembuskan nya dengan perlahan, ia berusaha mengendalikan rasa gugup dan cemas yang sedang menguasai diri nya saat ini.


"Yaudah Don langsung bahas apa yang suster ini ingin kan, tampak nya dia sudah cukup tegang." Ucap Boski.

"Hehe oke..oke, jadi seperti ini, untuk syarat pertama yang anda ajuh kan agar saya memberikan pekerjaan baru untuk anda bisa saya penuhi, akan tetapi asal anda bersedia bekerja dalam bidang dan jabatan apa pun tamapa pilih-pilih, gimana?." Tanya Doni.


Riana tampak termenung sejenak, iya mempertimbangkan pernyataan yang Doni ajukan kepadanya.


"Huuftt iya baik." Ucap Riana.

"Oke kalau gitu, dan untuk permintaan anda yang kedua saya ingin membahas ini sedikit, anda meminta kepada saya agar membantu mencari cara agar anda dan anak anda bisa berdamai kembali, tapi jujur bagaimana saya bisa membantu anda, permasalahan apa yang terjadi di antara kalian saya tidak tau?." Ucap Doni.

"Yaap betul sekali, saya saran kan agar anda menjelaskan kepada kami secara rinci permasalahan yang terjadi antara anda dengan anak anda." Ucap Boski.


Ekspresi wajah Riana berangsur berubah, dari raut wajah tegang, kini perlahan berubah menjadi sedih.


"Mungkin predikat manusia pendosa pantas ku sadang, Banyak dosa dan kesalahan telah saya lalukan. Dari dosa itu membuat saya melakukan dosa-dosa yang lain di masa depan." Ucap Rina sambil menundukkan pandangan nya.

"Dua puluh tahun yang lalu saya hanyalah manusia biasa yang lugu dan terlalu kutu buku, manusia yang baru mengetahui kebebasan hidup sesungguhnya setelah sebelumnya
selalu terpaku dengan buku-buku kesehatan dan keperawatan, setelah beberapa tahun saya menjadi suster saya menemukan kebahagian dalam hidup saya.. yaa saya menikah dengan orang yang saya cintai, dari pernikahan saya dengan pria yang saya cintai, muncul lah sebuah permata hati yang sangat berharga bagi saya, saya merawatnya dengan kasih sayang sampai permata hati saya berumur empat tahun pada saat itu, selama jenjang waktu tersebut kehidupan kami sangat bahagia dan ceria, sampai suatu awal petaka yang
merusak kebagian yang saya miliki." Ucap Riana.

"Saat itu karir suami saya sedang di masa jaya-jayanya, memiliki berbagi macam perusahaan diluar kota membuat diri nya makin jarang di rumah, untuk bertemu dengan saya dan anak saya bisa dihitung hanya tiga bulan sekali, saat itu Lana kecil bisa menerima kenyataan kondisi kesibukan papah nya itu, tapi beda hal dengan saya, sebagai manusia saya juga perlu kebahagiaan batin bersama orang yang saya cinta bukan hanya sekedar harta duniawi saja. Suatu ketika datang lah seorang pria masuk dalam kehidupan saya, pada awal nya saya menolak kehadiran pria tersebut, akan tetapi dengan berbagai macam cara pria itu lakukan akhirnya saya terbuai dengan sikap pria itu, pria itu sangat perhatian kepada saya, dia selalu ada waktu untuk saya dan pria itu mampu mencukupi dan memuaskan hasrat batin saya, saya gelap mata saat itu, saya berselingkuh di belakang suami saya cukup lama kejadian itu berlangsung. Sampai suatu saat saya menyadari bahwa perbuatan saya itu salah, saya melakukan perselingkuhan itu hanya sebagai pelarian rasa kesepian semata dan hanya penyaluran biologis yang tak tersalurkan. Hingga pada sutu ketika saya sedang melakukan dosa di rumah saya, saya memutuskan untuk menyudahi perbuatan dosa yang selama ini saya perbuat, selingkuhan saya saat itu menolak keras karna dia juga sudah meninggalkan segalanya untuk menjalani hubungan keji bersama saya, saat saya sedang berbincang dengan selingkuhan saya tak di sangka suami saya tiba-tiba pulang tampa sepengetahuan saya. Suami saya saat itu menangkap basah saya dan selingkuhan sedang berbicara berdua di atas kasur dengan keadaan sama-sama bugil, saya sungguh panik dan rasa malu bercampur takut, membuat saya tak mampu berkata apa-apa, di saat saya akan menyudahi dosa yang saya perbuat ternyata tuhan membuka kejahatan saya secara langsung di hadapan suami saya, suami saya saat itu seketika langsung naik pitam dan saya hanya bisa berlutut di bawah kaki suami saya sambil menangis dan memohon ampun atas penghianatan yang saya perbuat, suami saya tidak menerima pengakuan dosa dan permintaan maaf dari saya, dengan emosi yang membara suami saya terlibat percekcokan hebat dengan selingkuhan saya yang mengakibatkan perkelahian yang cukup sengit, akan tetapi karna postur tubuh dan gerak langkah suami saya kurang cepat saat itu membuat ia terdesak hingga ke tepi tangga, saat selingkuhan saya akan menghajar tubuh suami saya dengan refleks cepat saya menghalangi tubuh suami saya hingga saya terkena pukulan, namun .."


Riana menghentikan pembicaraan, kedua mata nya perlahan terpejam dan tetesan air mata mulai keluar membasahi pipi nya.


Doni dan Boski tampak sangat serius memperhatikan Riana yang sedang menceritakan pengalaman masa lalunya kepada mereka.


"Tolong di lanjutkan lagi penjelasan nya." Ucap Doni.

"Hhiikss namun naas, karna saya tak mampu menahan pukulan yang saya terima membuat tubuh saya terdorong kearah belakang, tubuh suami saya yang berbeda di belakang saya saat itu dalam keadaan tidak seimbang terdorong dan terjatuh dari lantai dua rumah, suami saya mengalami pendarahan di kepala bagian dalam cukup parah yang mengakibatkan nyawa nya tak tertolong, saat itu Lana kecil melihat secara langsung seorang ayah yang iya sayang wafat di depan nya, ia berfikir saya lah yang telah membunuh ayah nya, semenjak kejadian itu Lana sangat dendam dan benci kepada saya, Lana selalu melakukan tindakan kenakalan yang membuat saya cukup tertekan, saya mengerti dia seperti itu karena dia tidak bisa menerima kepergian papah nya dan dia hanya berfikir saya lah yang harus di salahkan, berjuta cara saya lakukan untuk membujuk dan meminta maaf kepada anak saya, akan tetapi semua itu hanya sia-sia, saya ingin Lana paham bahwa saya tidak membunuh papah nya, walau saya akui semua ini tak akan pernah terjadi jikalau saya tidak melakukan tindakan bodoh ini." Ucap Riana.

"Hemm lalu apa kaitan nya, anda mengeluarkan Reza dari rumah sakit dengan permasalahan pribadi anda?." Tanya Boski.

"Sepertinya ada om.. pasti ada motof nya." Ucap Doni.

"Yaa seperti yang saya bilang sebelumnya, karena kesalahan dimasa lalu lah yang membuat saya terpaksa melakukan dosa yang lain lagi di masa sekarang ini, beberapa bulan yang lalu saat saya sedang bertugas, tiba-tiba saya mendapat kabar dari pihak kepolisian bahwa anak saya sedang di amankan oleh mereka karna kasus narkotika, seketika hati saya hancur saat itu
akan tetapi jiwa naluri seorang ibu yang membuat saya berusaha tegar menghadapi nya, saat saya sudah sampai di kantor polisi, saya di beri tawaran oleh mereka jikalau anak saya ingin bebas saya harus menembusnya sejumlah Tujuh puluh juta dan harus di bayarkan hari itu juga, saya sangat bingung saat itu, mencari uang tujuh puluh juta dalam sehari itu tidak mungkin hingga saya cukup frustasi memikirkan nya, hingga suatu ketika saat saya sedang bertugas datang lah seorang wantia menawarkan kerjasama dengan nya agar saya mau membantu dia untuk mengeluarkan satu pasien dengan rapih, jika saya mau wanita itu akan membantu menembus anak saya dari kantor polisi, tanpa berfikir Panjang saya langsung menerima tawaran yang di ajukan oleh wanita itu, sebenarnya hati kecil saya tidak rela saya melakukan dosa yang lain lagi, karna dalam keadaan terpaksa saya menjalani misi itu, hingga berhasil." Ucap Riana.

"Oh jadi seperti itu." Ucap Boski.

"Lalu apa anda tau kemana orang yang menyuruh anda membawa teman saya?." Tanya Doni.


"Tugas saya hanya mencari cara untuk mengeluarkan teman anda hingga berhasil, untuk selebih nya saya tidak tau kemana mbak Winda itu membawa kabur teman anda, dan semenjak itu saya lost kontak dengan dia nomor telfon dia pun sudah tidak aktif lagi." Ucap Riana.


Doni yang duduk persis di hadapan Riana perlahan memundurkan kursi yang ia duduki, setelah itu ia berdiri dan menyalahkan sebatang rokok yang ia ambil dari saku jaket yang ia kenakan.


"Hhuuufffff... oke saya pegang omongan anda jika anda tidak mengetahui keberadaan teman saya." Ucap Doni sambil mengembuskan asap rokok yang keluar dari mulut dan hidung nya.


Doni melangkah kan kaki nya menuju Riana yang berbeda di seberang nya ini, setelah Doni berada di belakang tubuh Riana ia sedikit tersenyum kecut kemudian ia memegang erat pundak Riana. Jantung Riana seketika berdetak sangat kencang mendapat cengkeraman erat pada pundak nya, wajah Riana kembali cemas dan perasaan hati kembali tak menentu saat ini.


"Tapi jika anda terbukti berdusta saat ini, hemm saya tak segan untuk membuat anda lebih tertekan dari pada ini." Ucap Doni.

"Bbbbbaaiikkk." Ucap Riana dengan nada suara terbata-bata.

"Oke sekarang kembali ke persoalan anda, saya ingin sedikit bertanya siapa nama selingkuhan di masa lalu anda, lalu seperti apa diri nya saat ini setelah kejadian itu, dan dimana ia sekarang?." Tanya Doni.

"Nama nya Rudi, setelah kejadian itu ia berhasil melarikan diri, pada awal nya saya lah yang menjadi tersangka atas kematian suami saya, akan tetapi setelah setelah polisi melakukan penyelidikan lanjut saya di bebaskan dan si Rudi itu lah yang menjadi tersangka, saat Rudi akan di tangkap ia melarikan diri nah di saat ia melarikan diri tubuh nya terserempet mobil hingga terjatuh, kerna posisi jatuh nya terlentang satu kaki nya terlindas mobil hingga mengalami luka cukup parah, setelah perawatan cukup lama di rumah sakit si Rudi itu tetap menjalani proses pidana." Ucap Riana.

"Dan untuk keberadaan Rudi saat ini saya tidak tahu, akan tetapi satu tahun yang lalu saya sempat tak sengaja bertemu dengan dia saat saya akan pergi ke mini market di daerah xxxx, sepertinya dia sudah bebas dari penjara, dia menjadi tukang parkir dis mini market itu, saat dia bertemu dengan saya dia mencoba memohon maaf kepada saya atas apa yang telah iya perbuat di masa lalu, tapi di saat itu saya sudah muak dengan dia, saya langsung pergi meninggalkan dia, tapi sih saya rasa sekarang dia masih jadi tukang parkir di tempat itu." Sambung Riana.

"Apa kah anda saat ini masih mempunyai foto nya?." Tanya Boski.

"Tidak ada, ngapain banget saya masih menyimpan foto orang seperti itu." Ucap Riana.

"Hmmm, cukup sulit juga kalu seperti itu." Ucap Doni.

"Yaa pokok nya ciri-ciri nya dia mengunakan tongkat karna kaki sebelah kiri pincang.. tapi apa benar anda akan membantu saya?." Tanya Riana.

"Yaaa saya akan membantu anda, saya tipikal orang yang suka menjalankan kesepakatan dengan baik, dan saya harap anda juga menjalakan dengan baik kesepakatan di antara kita." Ucap Doni.

"Iya baik.. tapi apa yang akan anda lakukan agar saya bisa berdamai kembali dengan anak saya?." Tanya Riana.

"Untuk itu saya akan fikiran cara nya, anda jangan banyak pertanyaan lagi, cukup jalankan kesepakatan di antara kita." Ucap Doni.

"Iya baik." Ucap Riana.


Doni kembali melangkah menuju kearah bangku yang di duduki Boski.


"Yuk om kita cabut, kita harus fikirin bagai mana cara untuk membantu orang ini." Ucap Doni.


Boski hanya mengangguk kan pelan kepalanya, lalu ia berdiri di samping Doni.


"Oke kita cabut, saya harap anda menjalakan perjanjian dengan baik dan saya perintahkan anda terus mencari informasi keberadaant teman saya saat ini." Ucap Doni.

"Yaa saya akan lakukan." Ucap Riana.


Setelah merasa cukup berdiskusi dengan Riana, Doni dan Boski pun langsung membalikkan badan lalu berjalan menuju ke arah depan gedung kampus, sedangkan Riana masih duduk di kursi nya sambil menatap ke arah Doni dan Boski yang mulai menjauh darinya.


"Yaa tuhan lancar kan lah urusan ku agar aku bisa berdamai dengan anak ku, aku telah bertaubat kepada mu dan tidak akan mengulangi Dosa yang dulu selalu aku buat." Ucap Riana.






--- ooo ---






"Ayyyooo Zaaa buruan!." Ucap Winda berlari kecil sambil menarik pergelangan tangan Reza dengan kencang.

"Aduhh jangan buru-buru gini ahh." Protes Reza sambil berlari kecil mengikuti Winda.


Saat ini Winda dan Reza sedang berlari kecil menuju ke sebuah air terjun yang masih berada di area pondok rasamala, air terjun tersebut jaraknya paling dekat dengan tempat penginapan. Hanya jalan beberapa meter dari sebelah kiri penginapan, Reza dan Winda sudah menemukan gerbang pintu masuk menuju air terjun ini.


Air terjun atau yang disebut juga curug pangeran ini berada di bawah dari jalan utama. Jalan menuju air terjun tersebut begitu curam. Terdapat puluhan bahkan ratusan anak tangga untuk menuju air terjun tersebut. Tangga yang cukup kokoh sebagai pijakan yang terbuat dari campuran material semen dan batu besar sehingga aman untuk memijak namun harus tetap berhati-hati sebab tidak ada pagar penghalang disetiap sisi pijakan tersebut. Selain itu juga harus berhati-hati pada bagian tangga yang semakin dekat dengan air terjun tersebut sebab tangga-tangga tersebut basah dan hampir semua tangga berlumut, jadi pastikan melangkah tepat jika tidak inggin tergelincir.


Selama diperjalanan menuju air terjun tersebut, kita akan disuguhkan dengan pemandangan sangat indah di salah satu sisinya. Mata kita akan dimanjakan oleh sebuah pemandangan hutan hijau lebat yang terhampar luas sejauh mata memandang. sungguh, pemandangan yang sangat luar biasa. Rasa lelah terbayar sudah dengan pemandangan-pemandangan indah disekitar sana.


"Windaa pelan-pelan ihh jalanan nya licin tau." Protes Reza sambil menghentikan langkahnya.

"Hehe abis aku bersemangat banget mau nujukin air terjun itu ke kamu." Ucap Winda.

"Hemm iya tapi jalan nya pelan-pelan aja sih nanti kalu jatuh gimana." Ucap Reza.

"Hehe iya deh.. Dah yuk jalan lagi." Ucap Winda sambil meneruskan gerak langkahnya.


Tak lama mereka melangkah akhirnya Reza dan Winda sampai di sebuah air terjun yang akan mereka kunjungi, Reza tampak termenung melihat keindahan alam yang berbeda di sekitarnya ini, ditambah deras nya air terjun ini membuat udara di sekitar terasa sangat sejuk.


"Enak juga tempat nya." Ucap Reza.

"Iya dong apa aku bilang." Ucap Winda.

"Berada di tempat ini entah kenapa hati dan fikiran ku jadi tenang, aku merasa sedang menyatu dengan alam." Ucap Reza sambil memejamkan kedua matanya.

"Iya sama aku juga." Ucap Winda.

"Zaa kita liat air terjun itu lebih dekat lagi yuk." Ajak Winda.

"Yaudah tapi hati-hati jalan nya licin tau." Ucap Reza.

"Iya bawel kuu." Ucap Winda sambil mencubit mesra pipi Reza.


Setelah melangkah beberapa meter Reza dan Winda sampai di sisi kiri air terjun, deras nya air cukup kuat terasa, hembusan hawa dingin di sertai percikan air yang timbul, membuat orang yang berada di sekitarnya merasakan sensasi kesegaran.



"Wooo dingin nya!." Teriak Winda sambil membentangkan kedua tangan nya di hadapan air terjun yang sedang mengucur deras.

"Haha asik juga." Ucap Reza.

"Yaudah Zaa kamu gelar tiker lipat nya di dekat pohon itu gih, supaya nanti kita bisa duduk-duduk." Ucap Winda.

"Iya." Ucap Singkat Reza.


Reza pun langsung membalikkan badan,lalu ia berjalan menuju ke sebuah pohon cukup rindang yang berbeda tak jauh dari posisi air terjun, Reza menggelar sebuah tikar yang ia bawa, setelah selesai Reza memaling kan tubuh nya menghadap ke air terjun kembali.


"Reza ayoo sini." Ucap Winda.


Winda tampak sedang bermain air dengan riang nya, Reza hanya tersenyum kecil lalu ia melepaskan sepatu yang ia kenakan, setelah melepaskan dan menaruhnya Reza langsung berjalan menghampiri Winda.


"Udah nyebur aja kamu." Ucap Reza.

"Ayoo lah kamu juga nyebur, air nya jernih dan engga dalam kok cuman sedengkul aku dan aliran air nya engga teralu deras." Ucap Winda sambil memainkan air dengan kedua tangan nya.

"Iya aku nyebur." Ucap Reza.


Reza pun berjalan dengan langkah sangat hati-hati, perlahan ia mencelup kan kaki nya kedalam aliran sungai air terjun yang cukup jernih dan tidak teralu dalam.


"Ayoo buruan jelek." Ucap Winda sambil menyipret kan air ke arah Reza.

"Hei hei basah tau." Reza sambil mengusap air yang membasahi wajah nya.


Tiba-tiba muncul lah ide iseng di fikiran Winda untuk kengerjai Reza, perlahan Winda mulai medekat ke arah Reza, setelah mereka sudah berhadapan satu sama lain Winda langsung menerkam tubuh Reza dan membanting nya pelan ke dalam air, Reza yang posisi berdiri nya tidak stabil tercebur kedalam air bersama Winda hingga kini tubuh mereka berdua basah.


"Hihh kamu apa-apa an sih." Protes Reza sambil mengusap wajah nya.

"Haha." Tawa Winda.

"Yahh jadi basah ginih baju aku." Ucap Reza.

"Dah kita berenang aja sekalian." Ucap Winda di hadapan Reza.

"Ya sudah terlanjur basah gini." Ucap Reza sambil menyiprat kan air ke wajah Winda.

"Yee nakal yahh." Ucap Winda sambil membalas siraman air yang Reza lakukan.

"Oh jadi nya main perang air nih." Ucap Reza.

"Oke...kkyeeeeeeaaa." Winda menyipret kan air dengan cepat ke arah wajah Reza, setelah itu ia bangkit dan berlari kecil menuju ke arah air terjun.

"Awas kamu yah." Teriak Reza sambil tersenyum.


Winda dan Reza saling kejar-kejaran sambil bermain air, romansa kebahagiaan terlihat
jelas di antara mereka, setelah lima belas menit mereka bermain air, Winda dan Reza merasa lelah, mereka memutuskan beristirahat di bawah guyuran air terjun yang cukup deras menimpa tubuh mereka.


"Wooooo segerrrr." Teriak Reza.

"Hahaha iya." Ucap Winda.

"Kalau sebulan sekali aku bisa seperti ini, mungkin mood aku akan selalu happy karna selalu di refresh ulang di tempat ini." Ucap Reza.

"Hemm Zaaa asal kamu tau, kamu tuh bukan kali pertama main di tempat ini." Ucap Winda.

"Hahh iya kah? Sebelumnya aku dan kamu pernah ke sinih?." Tanya Reza.

"Iya Zaa kamu nya aja lupa." Ucap Winda.


Reza tampak termenung sejenak lalu perlahan ia memejamkan kedua bola mata nya.


"Terkadang aku bingung dengan diri ku sendiri, apa yang terjadi pada fikiran ku kenapa aku sulit mengingat apa yang telah ku lalui di masa lalu, dan terkadang ada sebuah bayang-bayang seseorang yang muncul dalam ingatan ku, tapi aku tak mengenal nya." Ucap Reza.


Winda yang mendengar perkataan Reza sontak langsung menoleh, di genggaman lah tangan Reza dengan Lembut oleh Winda, Winda tersenyum sambil menatap wajah Reza sangat dalam.


"Sudahh..sudah jangan kamu bersedih." Ucap Winda.


Dengan gerakan pelan Winda memeluk erat tubuh Reza, Reza sedikit kaget namum iya membiarkan Winda memeluk nya saat ini.


"Tak usah kamu bingung dan kamu fikrkan, biar lah yang lalu karna yang lalu sudah berlalu, toh nyata nya kini semua masih sama tidak ada yang berubah, dan asal kamu tau Za hanya ada aku yang kamu ingat." Ucap Winda sambi bersandar di dada Reza.

"Yaa mungkin kamu benar, itu hanya rasa berlebihan dalam diri ku, dan mungkin selama ini tiada yang berubah hanya aku lah yang terlalu berprasangka berlebihan." Ucap Reza.

"Dah sekarang buang fikran-fikiran mu itu, sekarang kita nikmati sejuk nya air terjun ini." Ucap Winda.


Reza hanya tersenyum kecil memandang kearah Winda.


"Aaahh basah banget nih baju engga enak banget di pake nya." Ucap Winda sambil mengibas pelan baju yang di kenakannya.


Tiba-tiba suatu hal diluar dugaan terjadi, Winda membuka baju yang di kenakan nya setelah terlepas Winda menggenggam baju nya tersebut, lalu Winda memeras baju nya yang basah karna bermain air tadi. Kini tampak tubuh bagian dalam Winda yang cukup
indah di padang mata, dan terlihat jelas dua buah payudara yang cukuplah sedang namun padat terbungkus bra menggantung di bagian dada nya, Reza belum menyadari karna ia terlalu fokus memandang kearah sisi kiri nya.


"Zaaa perasin baju aku nih, basah banget aku engga kuat." Ucap Winda sambil menyodorkan baju yang basah ke hadapan Reza.


Reza tersadar dari lamunan nya lalu ia menoleh ke arah Winda, betapa terkejutnya Reza ia mendapati pemandangan di hadapannya ini.


"Winda apa an sih kamu." Ucap Reza sambil mengalihkan pandangan nya ke kiri.

"Peresin baju aku dong basah nih." Ucap Winda.


Saat Reza menoleh ke arah Winda kembali, Reza melihat dua buah payudara Winda yang basah bergoyang pelan, walau pun kondisi ingatan nya sedikit terganggu akan tetapi jiwa dan fisik diri nya masih normal, Reza termenung sejenak memperhatikan payudara Winda, tak terasa pusaka keris yang berbeda di dalam celana nya terbangun mengacung keras hingga membuat sebuah tonjolan di area selangkangan nya, Winda menyadari Reza sedang memperhatikan payudara nya, Winda tersenyum kecil sambil mendekat kan jarak duduk nya dengan Reza.


"Kok malah bengong sih." Ucap Winda sambil tersenyum.

"Ehh..." Reza sedikit gugup dan dengan cepat memalingkan pandangan ke arah depan.

"Haha Reza sayang.. jangan bohongi diri mu, aku tau kamu tertarik dengan tubuh ku ini." Ucap Winda sambil membusungkan kedua payudaranya di hadapan Reza.

"Engga Winda sudah." Ucap Reza.

"Haha kamu tuh yah suka bohongi diri kamu sendiri, Nih punya kamu bangun loh hihi." Winda meraba dengan lembut penis Reza yang menonjol di balik celana yang Reza kenakan.


Medapat elusan seperti itu timbul lah sensasi geli di area selangkangan Reza yang membuat tubuh nya sedikit bergeliat.


"Enak kan aku elus-elus seperti ini." Ucap Winda tersenyum nakal sambil mengelus area penis Reza.


Jantung Reza seketika berdetak sangat cepat, sensasi yang di timbukan akibat penetrasi yang di lakukan Winda perlahan memancing hawa nafsu Reza bangkit berusaha menguasai hati dan fikiran nya.


"Seehhaaahh." Reza mengerang sedikit.

"Hihi enak kan." Ucap Winda sambil mempercepat elusan nya.


Reza berusaha menahan hawa nafsu yang memberontak di dalam hati nya, namun karna penetrasi yang di lakukan Winda cukup kuat dan lebut Reza merasa tak mampu lagi mengendali kan hawa nafsu yang mulai berkobar, dengan sedikit memaksa Reza menyingkirkan tangan Winda dari penis nya dengan pelan, setelah itu Reza berjalan menuju ke arah pohon yang di depan nya sudah di gelar tikar lipat oleh nya.


"Aku ambilkan baju untuk mu." Ucap Reza sambil beranjak dari posisi nya saat ini.


Winda hanya tersenyum saat melihat Reza berjalan cepat meninggalkan diri nya. Saat Reza sudah berada di atas tikar yang ia gelar dan akan mengabil tas untuk mencari baju Winda yang ia taruh di dalam tas milik nya, tiba-tiba dari arah belakang Winda memeluk erat tubuh Reza, Sontak Reza terkejut mendapatkan pelukan secara tiba-tiba seperti ini, Reza bisa merasakan dua buah payudara Winda yang cukup kenyal menempel di punggung nya.


"Winda jangan." Ucap Reza berusaha melepas pelukan Winda.

"Sehhhahh Zaa jangan kamu bohongi diri mu sendiri." Ucap Winda.

Saat Reza sudah terlepas dari pelukan dan menoleh kearah Winda tiba-tiba Winda dengan cepat mencium bibir Reza dengan cepat, Reza mendapatkan ciuman cepat dari Winda namun ia sulit untuk memberontak karna Winda memeluk Reza cukup erat dari arah depan.


Sluuurrppp..Sluuurrpp...Sluurrrpp...


Bibir mereka saling bertemu, Winda berusaha membuka paksa dengan
lembut bibir Reza yang masih tertutup rapat, dengan Sedikit usaha Winda berhasil membuat Reza membuka mulut nya, Reza cukup kualahan mendapat ciuaman yang Winda lakukan terhadap nya.


PPLLLOPPP...


Winda menghentikan serangan ciuman kepada Reza, ia menatap Reza sambil tersenyum, sedangkan Reza hanya diam termenung sambil membalas tatapan Winda.


"Winda sudahh." Ucap Reza.

"Lakukan saja Za lepaskan saja hasrat mu, jangan engkau sembunyikan dan engkau tahan-tahan, itu bisa menjadi bom waktu dalam diri hati mu." Ucap Wida.


Winda mendorong tubuh Reza dengan cepat hingga Reza tersungkur celentang di atas tikar, setelah itu Winda langsung membuka Bra yang masih ia kenakan saat ini, setelah berhasil melepas bra Winda melempar nya ke arah samping kanan, kini terpapang
jelas lah dua buah payudara winda berukuran sedang dengan puting berwarna pink mengacung keras di hadapannya Reza, Reza saat melihat hal tersebut seketika terdiam seolah ia terhipnotis dengan pemandangan yang ada di hadapannya ini, hawa nafsu
nya makin menggebu, jantung nya pun mulai berdetak tidak beraturan, Winda melihat reaksi Reza seperti itu ia langsung melepaskan celana panjang beserta celana dalam yang ia kenakan, hingga kini ia bugil di hadapan Reza.


"Winn.." Ucapan Reza terpotong karna mulut Reza di bekap pelan oleh Winda.

"Ssuuttt sudah lepaskan saja, aku tak masalah jika melakukan nya dengan mu, dah sekarang kamu diam nikmati saja permainan yang akan aku lakukan." Ucap Winda.


Dengan gerakan cepat Winda langsung melepaskan celana panjang yang Reza kenakan, entah kenapa kali ini Reza hanya diam seolah ia membiarkan Winda melepaskan celana yang ia kenakan, setelah berhasil melepaskan celana panjang dan celana dalam yang Reza kenakan hingga kini Reza dalam keadaan bugil setengah badan, Winda menaruh celana Reza di samping diri nya selah itu Winda menoleh ke arah penis Reza yang sudah mengacung keras di hadapannya ini.


"Windaa sudah jangan nanti ada orang." Ucap Reza sambil berusaha menutupi area vital nya.

"Tenang sayang engga bakal ada orang yang akan ke sini kok, tenang aku jamin, dah happy fun bebyy." Ucap Winda.

Dengan pelan Winda mengulum penis Reza dengan tangan kanan nya ini, di kocok dengan pelan dan lembut lah penis Reza, mata Reza terpejam bibir nya sedikit di kerutkan, Reza tak sadar mulai menikmati permain yang di lakukan Winda.


"Ssaahhh." Reza sedikit mendesah.

"Hihi enak yahh sekarang aku bikin kamu lebih enak lagi." Ucap Winda.


Sssrruuppttt..


Winda memasukan dengan lembut penis Reza kedalam mulut nya, Reza makin terbuai dengan penetrasi yang Winda lakukan, Winda mulai menghisap dengan pelan penis Reza sesekali ia melepas nya dan menjilati bagian kepala penis Reza, Reza sedikit meronta keenakan, menyadari hal itu Winda makin mepercepat Ritme hisapan nya.


"Ahh sudahh stop ada sesuatu yang ingin keluar dari alat vital ku." Ucap Reza saat merasa akan mencapai titik klimaks.


Mendengar hal itu Winda langsung melepaskan hisapan nya dari penis Reza, nafas Reza tampak resengal-sengal kuda mata nya terlihat sayu dan keringat mulai membasahi kening nya.


"Untung kamu bilang sayang, belum saat nya." Ucap Winda sambil tersenyum.


Lalu Winda bangkit dan duduk kembali di hadapan Reza, Winda mengatur posisi duduk nya saat ini, di lebarkan kedua paha nya yang mulus di hadapan Reza, terpampang lah sebuah Vagina yang di tumbuhi bulu bulu halus di sekitarnya, Vagina Winda terlihat sudah cukup basah dan sedikit mengeluarkan sebuah cairan putih, Iblis sudah menguasi diri Reza saat ini melalui hawa nafsu di dalam hati nya, Winda memperhatikan Reza sambil tersenyum lalu ia meberikan aba-aba dengan mengayun kan pelan jari telunjuk nya di hadapan Reza.


"Ayoo sayang lakukan, jangan kau tahan lagi, puaskan diri mu dan biarkan kamu menikmati kenikmatan yang sesungguhnya." Ucap Winda.


Dengan hawa nafsu yang sudah mebara Reza medekat ke arah Winda yang sedang mengangkang dihadapinya, Winda tampak meram melek saat Reza mengesekan penis Reza dengan Vagina nya.


"ahhhh ayoo Zaa lakukan." Ucap Winda.


Saat Reza akan menekan masuk penis nya kedalam Vagina Winda, tiba-tiba sebuah ingatan suara terngiang di dalam fikiran nya.


"Janjii yah zaa hanya gua cewe yang satu satu nya yang ada di dalam hidup lu dan engga akan ningalin gua zaa, lu udah ambil perawan gua!."

"Saya Reza genta veno berjanji akan sumpah setia hanya mencintai satu wanita, hanya dia lah satu satu nya wanita yang mengisi hati dan hidup saya, saya tidak akan pernah mencampakkan atau meninggal kan wanita yang saya cintai ini."

"Lu harus tempati janji lu yah Zaa."

"Iya sayang gua janji."


Click to expand...




"AAARRGGHHH!!." Reza mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya.


Winda sangat terkejut melihat reaksi Reza yang tiba-tiba mengerang kesakitan sambil memegangi kepala di hadapannya ini.


"Sayang kamu kenapa?." Ucap Winda dengan panik nya, sambil bangun dan jngkok menghadap kearah Reza.

"Aarrgghhh kepala aku sakit sekali!." Ucap Reza kesakitan sambil memegangi kepalanya.

"Duhh..duuhh gimana nih!." Winda sangat panik saat ini.


Dengan cepat Winda mengambil pakaian Reza yang tercecer di sekitarnya lalu ia memakainya kembali ke tubuh Reza, setelah Reza sudah memakai pakaian nya kembali Winda membantu Reza duduk, setalah itu ia mengambil dan memakai celana dan bra nya dengan cepat lalu iya melangkah mendekati Reza yang sedang duduk.


"Yaudah Zaa sekarang kita balik ke villa, kamu bisa berdiri kan?." Ucap Winda.


Reza hanya mengangguk kan kepalanya pelan masih dalam posisi duduk dan memegangi kepalanya, Reza berusaha berdiri dibantu Winda yang memegangi tubuh nya. Setelah Reza berdiri sempurna, Winda melangkah menuju tas yang tadi Reza bawa, yang berada di dekat pohon.


"Dah kita balik Zaa sepertinya kamu terlalu lelah bermain air tadi, biarkan saja tikar ini kita tinggal di sini dulu." Ucap Winda.


Reza pun mulai melangkahkan kaki nya dengan perlahan di bantu Winda yang memapah di samping nya, Winda sangat hawatir saat ini akan tetapi ia berusaha untuk tenang, sebuah pernyataan timbul di hati nya kenapa Reza tiba-tiba mengerang kesakitan seolah ingatan nya mulai terangsang kembali dengan ingatan-ingatan masa lalu Reza, Winda menyimpan dulu perasaan itu, kini ia hanya fokus terlebih dahulu dengan keadaan fisik Reza.






--- ooo ---






Sebuah mobil Honda mobilio milik Niken terlihat sedang melaju menyusuri jalan ibukota menuju ke tempat kediaman Winda. Di dalam mobil, Niken tampak serius mengemudikan mobil milik nya ini, Sinta yang duduk di kursi depan bersebelahan dengan Niken terlihat sedang memainkan Smartphone yang ia genggam, sedangkan Leva yang duduk di kursi belakang sedang menatap ke luar jendela kaca mobil, Raut wajah Leva tampak cemas, seolah ia sedang mengkhawatirkan sesuatu hal yang sedang terjadi.


Saat Niken sedikit melirik kearah spion dalam mobil, ia mendapati pantulan bayangan Leva yang sedang duduk melamun di kursi belakang sambil memandang ke arah luar jendela. Niken sudah terbiasa melihat perubahan mood Leva yang bisa berubah tiba-tiba, akan tetapi kali ini ia sedikit bingung karna Leva terlihat sangat cemas.


"Beb." Ucap Niken sambil fokus menyetir.


Leva tak mengubris Ucapan Niken, ia masih fokus termenung ke arah luar jendela.


"Suttt Taa Taa." Bisik Niken sambil mencolek lengan Sinta.


Sinta menoleh ke arah Niken dengan tatapan wajah bingung.


"Kenapa kak?." Tanya Sinta.

"Tuh anak di belakang kenapa lagi yah." Ucap Niken.


Sinta menoleh sebentar ke arah Leva lalu ia kembali menatap wajah Niken.


"Engga tau." Ucap Sinta sambil menggelengkan kepalanya.


Sinta menoleh kembali ke arah Leva, lalu ia menepuk nepukan kedua telapak tangan nya ke arah Leva.


PPROKK..PPRROKK..


"Woyy Vaa lu kenapa lagi." Ucap Sinta.


Leva seketika menoleh ke arah Sinta dengan ekspresi wajah cemas.


"Bebb lu kenapa?, kaya nya lu cemas banget deh." Ucap Niken.

"Hhhuuffttt." Leva menghembuskan nafas dengan pelan.

"Perasaan gua saat ini engga enak banget, batin gua merasa Reza saat ini sedang merasa kesakitan." Ucap Leva.

"Itu hanya Rasa khawatir lu aja Vaa.. yaa seperti yang lu rasa sebelum nya." Ucap Sinta.

"Tapi taa, kali ini entah kenapa gua yakin banget sama perasaan gua." Ucap Leva.

"Sekarang lu tenang dulu Vaa yakin aja Reza engga kenapa-kenapa." Ucap Niken.

"Iya Vaaa.. positif thinking aja, gua kenal Winda sudah lama Vaa, yaa walaupun gua tau Winda tuh orang nya suka nekat dan menghalal-kan segala cara untuk mendapat kan keinginan nya, tapi Va gua yakin Winda engga bakal menyakitin Reza." Ucap Sinta.


Perlahan Leva menundukkan wajah sambil memejamkan kedua matanya.


"Yaaa semoga aja Ta Winda tidak menyakiti Reza, Walau pun gua engga yakin dengan hal itu." Ucap Leva.

"Lu harus yakin dan tenang Va." Ucap Sinta.

"Bener tuh Va, yaudah gua percepat jalan nya biar kita cepat sampai." Ucap Niken


Niken pun menekan pedal Gas dengan perlahan dan mobil pun mulai bergerak cepat menyusuri jalanan ibukota.
.
.
.

Setelah tigapuluh menit mobil yang Niken kendari melaju cepat menuju ke kediaman rumah Winda, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.


"Stopp..stop kaa, ini dia rumah nya." Ucap Sinta sambil melihat ke arah kaca mobil sebelah kiri.


Niken pun langsung menghentikan laju mobil nya, lalu ia menoleh ke arah Sinta.


"Benar itu Rumah nya?." Tanya Niken sambil melihat ke sebuah rumah yang berbeda di sisi kiri mobil.

"Iya benar kak masa ia gua salah." Ucap Sinta.


Leva yang duduk di kursi belakang mobil hanya diam sambil menatap ke arah Rumah Winda.


"Vaa kuatin hati lu yah, fokus sama Reza itu yang utama, soal Winda biar gua yang urus." Ucap Sinta.


"Oke Guysss kita turun." Ucap Niken sambil melepaskan seatbelt yang ia kenakan.


Leva Niken dan Sinta langsung turun dari mobil, mereka langsung berjalan menuju pintu gerbang luar rumah Winda.


"Va Taa.. kaya nya sepi banget nih rumah." Ucap Niken sambil melihat ke sekeliling rumah Winda dari depan pintu pagar.

"iya nih Ta sepi, sepertinya engga ada orang deh." Ucap Leva sambil mengintip dari celah pagar.



Ttrrrrekk..ttreeekk..


"Malah di gembok dari dalem lagi." Ucap Niken.

"Kaya nya ia deh engga ada orang di dalam." Ucap Leva.

"Kita kan baru cek sekilas dari luar, coba kita masuk dulu siapa tau Reza ada di dalam." Ucap Sinta.

"Iyaa tapi pintu nya di gembok mana bisa masuk." Ucap Niken.

"Yaa kali-kali aja si Sinta punya ilmu debus ka bisa hancurin nih gembok." Ucap Leva.

"Yee pea lu, debus mah ilmu tahan bacok kali bukan matahin gembok, hemm ehh gua tau kita masuk lewat mana." Ucap Sinta.

"Lewat mana emang?." Tanya Niken.

"Dahh ikut gua yuk." Ucap Sinta.

"Ikut kemana." Ucap Leva.

"Dah kalian ikut gua." Ucap Sinta.


Sinta membalikkan badan kearah kanan lalu ia berjalan lurus menuju ke sisi samping Rumah Winda,


Niken dan Leva saling berpandangan menyiratkan perasaan bingung satu dengan lain nya, karna penasaran mereka berjalan mengikuti Sinta yang sudah berjalan terlebih dahulu di depan mereka.


Setelah berjalan beberapa meter menyusuri jalan area luar rumah Winda, langkah kaki Leva dan Niken terhenti saat mereka melihat Sinta sedang memindahkan beberapa tumpukan kardus air mineral yang berada di sisi tembok rumah Winda.


"Taa lu mau ngapain?, kita kan ke sinih mau cari Reza bukan jadi pemulung." Ucap Niken.

"Yee siapa yang jadi pemulung, gua tuh lagi ujukin cara agar kita bisa masuk kedalam." Ucap Sinta sambil memindahkan tumpukan kardus.


Tampak Leva hanya diam memperhatikan Sinta yang sedang memindahkan tumpukan kardus. Setelah memindahkan tumpukan kardus, Sinta mengambil sebuah tangga kayu yang berbeda di belakang tumpukan kardus tadi, setelah itu sinta membawa tangga tersebut dan meletakkan nya di sebuah tembok yang berbeda di hadapan Leva dan Niken.


"Jangan bilang kita ada acara manjat manjat deh." Ucap Niken.

"Yaa mau gimana lagi ini satu-satu nya jalan." Ucap Sinta.

"Guyss dulu tangga ini gua dan Winda yang buat, ini adalah jalan rahasia kami berdua untuk keluar masuk, Winda dulu tinggal sama kakek nya, kakek nya itu termasuk orang yang suka melarang Winda keluar untuk bermain, kakek nya pernah loh nimpuk gua pake mangga karna ngajak Winda main mulu, nah semenjak kejadian itu gua sama Winda sepakat buat jalan rahasia ini untuk kita keluar masuk." Ucap Sinta.

"Persahabatan yang indah." Ucap Leva.

"Yaa pada zaman nya, kalo sekarang sudah beda Va, yaudah naik yuk.. eee ehh siapa nih yang mau naik duluan?." Ucap Sinta.

"Lu aja Taa testimoni, kalo ambruk yang jatoh lu duluan hahaha." Ucap Niken.

"Yee jahat lu ka." Ucap Sinta.

"Hihihi." Leva tertawa kecil.

"Eh tapi pas kita udah naik, turun nya loncat gitu dari tembok?." Tanya Niken.

"Yang naik pertama yang loncat, terus ambil tangga lagi yang ada di seberang tembok ini." Ucap Sinta.

"Haduhh untung bukan kita yang naik dulu an." Ucap Niken.

"Dah gua naik dulu." Ucap Sinta.

"Gua pegangin yah tangga nya." Ucap Leva.

"Makasih cantik cuma lu yang pengertian sama gua." Ucap Sinta sambil menaiki anak tangga.

"Bodo." Celetuk Niken.


Setelah Sinta sampai di ujung tembok pagar benton Rumah Winda, Sinta dengan hati-hati melompat ke dalam pekarangan rumah Winda.


"Sinta lu engga apa-apa kan?." Teriak Leva.

"Gua engga apa-apa, buruan pada naik udah gua taruh tangga yang satu lagi." Triak Sinta dari arah dalam perkembangan rumah.

"Oke.. yaudah gua naik duluan ka." Ucap Leva sambil bersiap menaiki anak tangga.

"Yaudah buruan.. duhh kaya maling gini." Ucap Niken.


Dengan sangat berhati-hati Leva menaiki anak tangga, setelah berada di ujung tembok, Leva langsung pindah ke tangga lain yang sudah di sediakan oleh Sinta, Leva turun dengan langkah pelan hingga ia sampai di dalam pekarangan rumah Winda.


"Duhh rada ngeri juga yah." Ucap Leva.

"Dulu mah gua sering kaya gini." Ucap Sinta.

"Hyy Girls, pegangin tangga nya dong gua mau turun rada ngeri nih." Ucap Niken sambil berpegangan pada sisi atas tembok.


Sontak Leva dan Sinta menoleh ke arah atas.


"Iya sabar." Ucap Sinta.


Leva dan Sinta langsung memegang tangga dengan posisi berlawanan arah, setelah Niken sudah turun Sinta langsung menaruh kembali tangga yang tadi ia ambil ke tempat semula.


"Taa kita masuk Lewat mana yah?." Tanya Leva sambil melihat ke sekeliling area rumah Winda.

"Lewat pintu samping Va kita hanya bisa masuk lewat pintu itu." Ucap Sinta.

"Tapi Guys gua yakin deh di dalam Rumah engga ada orang, sepi banget kelihatannya." Ucap Niken sambil melihat sekeliling arah rumah Winda.

"Ihh kan udah gua bilang kita periksa dulu, yaa walaupun Reza sama Winda engga ada di dalam, setidaknya kita kan bisa cari informasi data atau apa lah." Ucap Sinta.

"Yaudah Ta berhubung lu yang lebih tau seluk beluk rumah ini lu duluan gih yang ngarahin jalan." Ucap Leva.

"Oke..oke kalian ikutin gua." Ucap Sinta.


Sinta berjalan dengan langkah pelan dan sangat berhati-hati menuju ke samping rumah Winda, Leva dan Niken yang berjalan di belakang Sinta tampak mengawasi ke adaan sekitar mereka, setelah mereka sampai di bagian samping rumah, Sinta langsung mengarah ke sebuah pintu kayu yang berbeda tak jauh dari posisi mereka saat ini.


"Ini pintu nya?." Tanya Niken sambil menatap ke sebuah pintu yang berbeda di depan diri nya.

"Iya ini." Ucap Sinta.


TTRRKEKK...TTRRKK..


"Di kunci tau.. gimana kita bisa masuk?." Tanya Niken sambil menekan gagang pintu.

"Apa kita lewat jendela.. ehh tapi di tralis deh." Ucap Leva sambil mengintip ke dalam kaca kedela yang berbeda di samping pintu.

"Tenang gua punya kunci pintu ini kok." Ucap Sinta sambil merogoh ke dalam tas yang iya bawa.

"Lahh?." Ucap Leva dengan ekspresi wajah bingung.

"Dulu Winda pernah ngasih kunci ini ke gua yaa sukur nya yah pintu ini engga pernah di ganti, jadi saat ini kita bisa masuk tanpa harus repot." Ucap Sinta.

"Nih anak kalo mau maling di rumah ini gampang banget kali yah." Ucap Niken.

"Buruan Taa buka pintu nya." Ucap Leva.

"Oke..oke.." Ucap Sinta.


TTTRUUKK..TTREKKK..


Setelah Sinta memasukan anak kunci kedalam lubang pintu akhirnya pintu pun terbuka, dengan cepat Leva Sinta dan Niken langsung bergegas masuk ke dalam rumah.


"Kita periksa ke mana dulu Ta?." Tanya Leva dengan nada suara berbisik.

"Yaa kita periksa aja ke sekeliling dalam rumah ini." Ucap Sinta.

"Yaudah lu jalan duluan kalo si Winda tuh ada langsung gua iket." Ucap Niken.

"Santai kak jangan nge Gas dulu, buruan Ta jalan." Ucap Leva.


Dengan langkah berjinjit Sinta berjalan menyusuri lantai rumah Winda menuju ke area ruang depan, Leva dan Niken yang berjalan di belakang Sinta tampak menatap ke sekeliling dalam rumah dengan ekspresi wajah sangat waspada, saat mereka sudah sampai di ruang depan tiba-tiba Sinta menghentikan gerak langkahnya.


"Guyyss kaya nya bener deh di rumah ini engga ada orang." Ucap Sinta.

"Yaa sepertinya." Celetuk Leva sambil melihat ke sekeliling area dalam rumah.

"Kalo ada pasti Winda markir mobil nya di depan situ." Ucap Sinta.

Lalu Sinta terlihat berjalan ke sebuah pintu yang berbeda tak jauh dari posisi Leva dan Niken berdiri.


DDRUGG..DDRUDGG..TTREKK..TREKK..


"Dan pintu ini juga terkunci, berarti Winda dan Reza tidak ada di tempat ini." Ucap Sinta sambil berusaha mendorong pintu yang sedang terkunci.

"Tuh kan bener dugaan gua." Ucap Niken.

"Yaudah kita cari informasi aja kali-kali si Winda ninggalin jejak gitu." Ucap Leva.

"Iyaa kita geledah kamar nya dulu siapa tau nemu tiket pesawat yang tercecer atau apa gitu." Ucap Sinta.

"Di mana kamar nya?." Tanya Leva.

"Tuh di deket dapur." Ucap Sinta.

"Hemm kayak babu kamar deket dapur." Ucap Niken.


Sinta kembali melangkah menuju kamar pribadi Winda di iringi Leva dan Niken yang berjalan di belakang nya.


TTREETTTTT...


"Untung engga di kunci." Ucap Sinta sambil mendorong pintu kamar Winda dengan pelan.

"Duluan taa." Ucap Leva.


Sinta pun masuk terlebih dahulu kedalam kamar pribadi Winda di susul Leva dan Niken di belakang nya.


"Pararunten, hapunten nu geulis bade ngalangkung, kade nu payun tong di ganggu, Tos aya nu gaduh." Ucap Niken.


Mendengar ucapan Niken Leva dan Sinta sontak menoleh ke arah nya.


"Heh emang kita mau masuk tempat angker apa." Ucap Leva.

"Haha abis nya aura negatif di tempat ini kerasa banget dan aroma-aroma mahluk astral kecium sama hidung gua." Ucap Niken sambil mengimbas-ngibas kan pelan telapak tangan ke hidung nya.

"Hemm kebanyakan Nonton Rio Kimochi sih lu." Ucap Leva.

"Emang dia ngomong apa Va tadi?." Tanya Sinta.

"Artinya tuh yah, permisi maaf yang cantik mo lewat, awas yang paling depan jangan di ganggu, dah ada yang punya." Ucap Leva.

"Hahaha." Tawa Niken.

"Tawa lagi." Ucap Sinta dengan nada suara sebal.

"Emang yang di depan udah ada yang punya gituh?." Tanya Leva sambil tersenyum jahil.

"Ada lah." Ucap Niken.

"Siapa?." Tanya Leva.

"Yaa Om Boski lah yang punya haha." Ucap Niken.

"Dah..dahh balik dah gua balik aja, males di cengin mulu." Ucap Sinta sambil membalik -kan badan dan berjalan menuju pintu kamar.

"Jiahh Baper..Baper." Ledek Niken.

"Yahh jangan dong." Ucap Leva sambil memegang tangan Sinta.

"Abis pada nge BT in." Ucap Sinta.

"Hahaha jiah di gituin dong baper, kita tuh harus cairin suasana Ta Walaupun saat ini kita dalam kondisi tagang dan serius, setidaknya kita harus relax supaya bisa membaca situasi." Ucap Niken.

"Happy buat kau BT buat uwee." Ucap Sinta.

"Haha dan asal lu tau ta supaya teman kita ini engga labil lagi." Ucap Niken sambil melirik kearah Leva.

"Loh jadi gua yang di cengin." Ucap Leva.

"Dah dah kok jadi pada ngobrol sih dah yuk kita geledah kamar ini." Ucap Sinta.

"Hehe iya iya, eh tapi menurut gua mah kalo kita nyari di kamar ini dong mah kaya nya engga cukup deh setidaknya kita harus cek seisi rumah ini." Ucap Niken.

"Iya juga sih." Ucap Leva.

"Yaudah kalin berdua geledah di kamar ini, biar gua aja yang geledah bagian luar." Ucap Niken.

"Ya udah biar cepet." Ucap Sinta.


Setelah membagi tugas Leva Sinta dan Niken langsung bergegas memulai penggeledahan di dalam rumah Winda, Niken mendapat bagian mencari segala bentuk data yang berkaitan dengan Reza di bagian luar kamar, sedangkan Sinta dan Leva mendapat bagian mencari data di dalam kamar Winda.


Leva dan Sinta tampak sangat serius mencari informasi yang bisa di dapatkan, Sinta terlihat sedang memeriksa tumpuan buku dan berbagai aneka barang di atas sebuah meja panjang yang berbeda di sudut ruangan, sedangkan Leva saat ini sedang memeriksa isi laci meja hias milik Winda.


Setelah duapuluh menit Leva dan Sinta menggeledah seisi kamar Winda, mereka memutuskan menghentikan pencarian karna mereka merasa tak menemukan satu pun data yang mereka butuhkan.


"Vaa nemu sesuatu?." Tanya Sinta.

"Engga Ta, cuman ada dokumen-dokumen engga penting." Ucap Leva.

"Gua juga sih nyari di sinih juga engga ada, padahal gua berharap nya nemu catatan alamat gitu, atau petujuk lain yang berkaitan dengan Reza." Ucap Sinta.


Ekspresi wajah Leva terlihat sangat bingung, sambil mengusp kening nya, Leva berjalan menuju tempat tidur yang berbeda tak jauh dari posisi ia saat ini berdiri.


"Hhuufftt." Leva menghembuskan nafas dengan pelan.

"Terkadang gua suka berfikir sendiri Ta kenapa Winda bisa bertindak seperti ini, apa yang mendasari nya, Cinta? Hemm segitu kah iya di butakan oleh Cinta, harta atau tahta Reza tak memiliki itu." Ucap Leva.


Leva kembali berdiri lalu iya berjalan menghampiri Sinta.


"Gua yakin Ta ada suatu hal di dalam diri Reza yang amat sangat berharga bagi Winda, seorang wanita tidak akan melakukan tindakan sperti ini jika hal itu bersifat biasa saja, gua yakin ada sisi lain yang Winda lihat dari sosok Reza." Ucap Leva sambil memandang wajah Sinta.

"Gua juga berpikiran sama seperti lu Va, walaupun gua tau banget sifat karakter Winda itu seperti apa, tapi sikap Winda yang dia lakukan kali ini tuh benar-benar di luar dugaan gua." Ucap Sinta.


Saat Leva dan Sinta sedang berbincang serius, dari arah pintu masuk kamar terlihat Niken sedang berjalan pelan menghampiri Leva dan Niken.


"Gimana pada nemu sesuatu?." Tanya Niken sambil berdiri di depan Leva dan Sinta.


Leva dan Sinta Sontak menoleh ke arah Niken.


"Nihil." Ucap Leva.

"Terus lu nemu apa ka?." Tanya Sinta.

"Gua udah cari ke sekeliling dalam rumah ini dan hasil nya juga sama seperti kalian." Ucap Niken.

"Hufttt trus gimana lagi yah." Ucap Sinta.

"Kak kita balik ke rumah gua dulu deh, sumpah mood gua lagi kacau banget, kalu begini susah gua untuk berfikir." Ucap Leva.

"Yaudah kita balik dulu, kita fikirn rencana apa lagi untuk menemukan Reza, dan kemana Winda membawa kabur Reza." Ucap Niken.

"Tapi saran gua kita harus pantau terus rumah ini." Ucap Sinta.

"Iya pasti itu." Ucap Niken.

"Yaudah Va sekarang lu yang sabar dulu yah, kuatin hati lu, gua yakin pasti ada titik terang nya." Ucap Sinta.


Leva hanya tersenyum sambil mengangguk pelan kearah Sinta.


Leva Sinta dan Niken pada akhirnya memutuskan untuk kembali pulang ke rumah Leva, karna pencarian mereka di rumah Winda tidak menemukan hasil. Setelah merapihkan kembali barang-barang di dalam rumah Winda agar tidak menimbulkan kecurigaan Winda, mereka bergegas berjalan menuju pintu keluar dan kembali memanjat tembok satu persatu, setelah melewati tembok, Leva Sinta dan Niken langsung berjalan cepat menuju Mobil Niken.










--- ooo ---
 
apa yang ane bilang, Wind:D itu beresiko untuk kebersamaan mu dengan Reza.

untung belum 'kress' dan sumbat penyekat belum sempat terbuka sehingga tak mempengaruhi daya ingat Reza. bila sampai terjadi, tak tau lah nanti ada yang terjadi Tiba-tiba.

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd