---My Love Journey ---
By Tio12TT
Chapter 32
"Winda kita mau jalan-jalan kemana sih?." Tanya Reza kepada Winda sambil duduk santai di kursi bagian kiri depan mobil.
Saat ini mobil Honda HRV berwarna putih berplat polisi B 111 NDA milik Winda sedang berjalan pelan menyusuri jalanan kota Bogor yang cukup ramai lancar pada sore hari ini, beberapa jam lalu setelah mereka asik bermain di area perkebunan teh Winda mempunyai ide untuk mengajak Reza sedikit jalan-jalan dan menginap di suatu destinasi wisata, pada awal nya Reza menolak halus dengan ajakan Winda tersebut, namun dengan jurus rayuan maut dan sedikit berakting bagai kan seorang pemain FTV akhirnya Reza mau menuruti ide yang Winda usul kan.
"Aku mau bawa kamu ke suatu tempat yang indah dan sangat asri nan sejuk pokok nya." Ucap Winda sambil fokus menyetir.
"Benar kah?." Tanya Reza.
"Iya sayang, tar deh kamu lihat sendiri tempat nya pasti kamu suka." Ucap Winda.
"Hemmm kalo gitu jadi penasaran aku seperti apa tempat nya." Ucap Reza.
"Oke deh aku kebut laju mobil nya biar kita cepat sampai." Ucap Winda sambil menaikkan persneling mobil.
Lalu terlihat Reza memegang punggung tangan Winda dengan lembut, sambil iya tersenyuman manis ke arah Winda.
"Santai aja pelan tapi pasti, pelan asal selamat." Ucap Reza sambil tersenyum.
Winda tersipu malu di perlakuan seperti itu oleh Reza.
"Iya Cinta." Ucap Winda sedikit melirik ke arah Reza sambil tersenyum.
Dengan perasaan hati yang berbunga-bunga Winda kembali fokus mengendarai kuda besi milik nya ini, menuju ke suatu tempat yang sudah Winda rencanakan.
--- ooo ---
Sebuah jam tangan wanita berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangan Sinta menunjukkan pukul tiga sore waktu setempat, menandakan sudah menuju waktu petang dan matahari sudah mulai bergerak menuju tempat terbenam nya.
Saat ini Sinta sedang berada di depan pagar halaman luar rumah Leva, tapi ia tidak berdiri sendiri di tempat ini, Sinta berdiri di samping Leva yang sedang menatap lurus ke arah dalam rumah dengan ekspresi wajah bingung, sesekali Leva memencet pelan bel pintu yang menempel di pagar besi.
Saat ini Sinta akan berkunjung ke rumah Leva, bukan kali pertama ia akan berkunjung ke rumah Leva, akan tetapi saat ini ia baru pertama kali akan berkunjung dengan batas waktu yang lama alias ia akan menginap.
Pada saat sebelumnya Doni memutuskan agar Niken tidak ikut bersamanya untuk pergi mencari keberadaan suster Riana, lebih baik ia mendampingi Leva di rumahnya, akan tetapi Niken tidak bisa langsung ikut bersama Leva, karna ia harus ikut sebentar bersama Doni menghadap Dosen, dan pada akhirnya Sinta lah yang ikut terlebih dahulu pergi bersama Leva, dengan sedikit memohon kepada bundanya, Sinta di izin kan menginap satu hari di rumah Leva dengan beberapa persyaratan dari bunda nya.
"Duhhh bi Arsih kemana sih?." Ucap Leva dengan nada suara agak kesal sambil memencet bel.
"Mungkin lagi di kamar mandi kali Va jadi engga denger." Ucap Sinta.
"Hemm iya juga sih..tapi tumben pintu depan di gembok segala sore-sore." Ucap Leva.
"Hemm entah lah." Celetuk Sinta.
"Kemana lagi si Bayu? mobil nya engga ada, masa iya sih dari tadi belum sampai." Ucap Leva.
Saat Leva dan Sinta sedang berdiri kebingungan di luar pagar rumah nya, terlihat bi Arsih dari arah dalam rumah sedang berjalan cepat menuju pintu pagar luar rumah sambil menggenggam erat sebuah deretan kunci.
"Tuh dia Va si bibi." Ucap Sinta saat melihat bi Arsih mulai mendekat.
"Eeh iya... bii bukain gerbang dong." Ucap Leva.
"Maaf non maaf bibi tadi tidak denger, soal nya bibi lagi ngejemur baju di ruang atas." Ucap bi Arsih sambil membuka kunci pagar.
DDRUKK..TTREKKKK..
Setelah pagar di buka kan oleh bi Arsih Leva dan Sinta langsung masuk.
"Tumben masih sore pagar luar udah bibi kunci?." Tanya Leva.
"Ohh anu non emang sengaja aja mulai sekarang kalo non Leva keluar rumah bibi kunci pintu luar supaya aman." Ucap bi Arsih.
"Aman maksud nya?." Tanya Leva.
"Iya biar aman aja, soal nya rumah Quan seng yang ada di ujung blok tadi pagi abis kerampokan." Ucap bi Arsih.
"Ohhh rumah Quan seng yang nama anak nya mbak Darlene, yang dokter muda itu kan?." Ucap Leva.
"Iya Non." Ucap bu Arsih.
"Wahh kok aku engga tau sih bii." Ucap Leva.
"Iyaa soal nya ketawan rumah nya abis kerampokan tuh, pas Non udah pergi." Ucap bi Arsih.
"Ohh gitu." Ucap Leva.
"Ngeri juga yah Vaa." Ucap Sinta.
"Iya, yaudah bi kita sekarang harus ekstra hati-hati." Ucap Leva.
"Iya non maka itu bibi langsung kunci walau pun masih sore." Ucap bi Arsih.
"Ya udah nanti kunci lagi yah, saya dan Sinta mau masuk dulu." Ucap Leva sambil melangkah masuk ke arah rumah nya.
"Baik non." Jawab bi Arsih.
"Permisi bii." Ucap Sinta ke pada bi Arsih, sambil mengikuti langkah Leva dari arah belakang.
"Iya non Sinta." Ucap bi Arsih sambil menatap Sinta yang mulai menjauh dari nya.
"Waduh cah ayuu banget non Sinta, udah cantik, kulitnya putih, muslimah dan sopan, duh andai saja Bayu dapat istri seperti non Sinta pasti berkah banget hidup anak ku hihihi." Ucap bi Arsih sambil tersenyum sendiri.
Kemudian bi Arsih melangkah menuju pintu pagar dan mengunci kembali pintu yang tadi ia buka, setelah selesai bi Arsih membalik kan badan nya dan melangkah menuju ke arah dalam rumah untuk kembali mengerjakan beberapa tugas rumah tangga yang belum terselesaikan oleh nya.
--- ooo ---
"Wahh kaya nya kamar lu agak lebih luas deh Va dari terakhir gua main ke sini." Ucap Sinta sambil melihat ke sekeliling ruang kamar tidur Leva.
"Iya karena beberapa barang peninggalan zaman gua masih sma, gua taruh di gudang Ta dan yaahh sedikit gua atur jadi nya agak terlihat lebih luas." Ucap Leva sambil melangkah ke arah lemari pakaian.
"Ohh gitu." Ucap Sinta.
"Ehh Va gua izin ke kamar mandi bentar yak." Ucap Sinta.
"Ya elah udah kaya apa aja pake izin segala santai aja kali kaya di rumah nenek." Ucap Leva sambil menganti pakaian yang iya kenakan.
"Hehe rumah nenek lagi pea lu." Ucap Sinta sambil masuk kedalam kamar mandi.
Setelah Sinta masuk ke dalam kamar mandi Leva pun menganti pakaiannya dengan pakaian santai, setelah itu Leva duduk di tepi ranjang sambil memandang ke sebuah foto yang terdapat gambar diri nya dengan Reza.
"Huftttt kenapa cinta kita di uji seperti ini Za, di saat kita sudah bahagia kenapa harus ada jurang pemisah di atara kita, hati ku tak pernah lelah merindukan mu, Fikiran ku tak pernah berhenti untuk mengingat mu Za." Ucap Leva di dalam hati.
Saat Leva termenung sendiri sambil memandang ke arah foto, Sinta yang baru selesai keluar kamar mandi langsung berjalan mendekati Leva.
Sinta mendapati Leva sedang duduk termenung sambil melihat ke sebuah foto, dengan perasaan bingung Sinta melangkah mendekati Leva lalu duduk di sebelah nya.
"Vaa kok lu diem sih, lu masih kepikiran Reza?." Tanya Sinta sambil tersenyum kearah Leva.
"Yaa seperti itu lah Ta, gua engga bisa berhenti mikirin Reza.. Dia hilang dan sekarang entah ada di mana sekarang, gua ngerasa kehilangan banget." Ucap Leva.
Sinta mendekat kan jarak duduk nya lalu di genggam lah tangan Leva dengan lembut oleh Sinta.
"Vaa, kalo boleh sih gua mau nanya sama lu?." Tanya Sinta.
"Tanya apa?." Ucap Leva.
"Sejauh mana sih hubungan lu sama Reza?." Tanya Sinta.
"Sangat jauh, jauh sama apa yang orang-orang fikir kan tentang gua dan Reza, hati gua merasa dia lah yang cocok untuk menjadi teman hidup gua." Ucap Leva.
Tak terasa air mata mulai menggenang di kedua kelopak mata Leva, Sinta yang melihat hal itu menjadi merasa tak enak hati membuat Leva teringat kembali kedalam kesedihan nya, dengan perasaan tak menentu Sinta mencoba untuk membantu Leva keluar dari kesedihan nya saat ini.
"Ehh Vaa cerita in dong gimana sih awal pertama lu bisa suka sama Reza?." Tanya Sinta sambil tersenyum kearah Leva.
Mendengar pertanyaan Sinta, Leva sedikit tersenyum lalu menjawab nya.
"Sangat indah.. sangat berkesan bagi gua Ta, dan lu tau kan seperti apa Reza, dengan keluguan nya walau menurut gua dia tuh tipe cowo yang kelewat polos, dia itu cowo yang pekerja keras lain dari cowo pada umumnya, disaat gua bersama nya gua merasa nyaman dan di saat ia memandang mata gua terasa hati gua ada suatu perasaan kebahagiaan yang tak pernah gua rasakan sebelum nya." Ucap Leva.
"Hemmm..tapi kok bisa sih lu dapetin Reza ?." Tanya Sinta.
"Hehe rahasia dong." Ucap Leva sambil tersenyum ke arah Sinta.
Perasaan Leva kini mulai normal kembali ia perlahan mulai tidak teringat lagi dengan perasaan sedih yang tadi terasa dalam hati nya.
"Awal hubungan gua sama Reza selama ini tak sepatah kata cinta pun terucap dari bibir aku atau Reza, akan tetapi kami saat itu saling merasa kan bahwa kita saling mencintai, hemmm dulu ingin rasa nya gua ucapkan kata Cinta ke Reza, tapi rasa nya lidah gua kelu seakan malu untuk mengatakan nya." Ucap Leva.
"Iya gua paham Va, wanita itu agak sedikit malu cenderung gengsi untuk mengatakan Cinta duluan ke cowo." Ucap Sinta.
Terlihat Leva berdiri lalu mulai melangkah kan kaki nya menuju ke meja belajar nya, Leva mengambil sebuah amplop berwarna Pink dengan motif hati yang terselip di atara tumpukan buku, kemudian Leva menyerahkan sebuah amplop itu sambil tersenyum kearah Sinta.
"Hanya dengan ini, gua dapat mengutarakan perasaan gua ke reza." Ucap Leva.
Sinta mengambil sebuah amplop yang di berikan kepada nya, lalu ia membuka amplop tersebut, didapati selembar kertas yang terlipat rapih dan ada kata-kata tertulis di selembar kertas tersebut, dengan rasa penasaran Sinta mulai membacanya.
Dear Reza.
Laksana anugerah ku bertemu dengan mu, Bagai kan sebuah bintang kau menghiasi hati ku, terang nya sinar bintang ku temukan di kedua bola mata mu, kau bagai kan air yang mampu menghancurkan sebuah hati yang keras secara perlahan.
Hati mu lembut bagai kan sutra, Diri mu kuat bagai karang di terjang ombak, Kau bagai kan barang antik yang harus ku jaga dan rawat, karana sosok diri mu akan cukup sulit aku temui setelah ini.
Dear Reza ku rangkai sebuah kata hanya untuk mu, sebgai ungkapan suara hati yang tak mampu ku sampaikan padamu, lidah ku kelu saakan bisu saat ku ingin ungkapan kan bahwa.
Aku cinta pada mu.
Click to expand...
Sinta terlihat sangat serius mengamati kata kata yang tertulis di dalam surat itu.
"Aku membuat surat itu Ta, sebuah surat yang tak mampu ku berikan kepadanya saat itu." Ucap Leva.
"Hemm tapi aku yakin saat nanti pasti Reza akan membaca nya." Sambung Ucap Leva.
"Apa iya gua harus seperti lu Va.. menyatakan perasaan gua duluan kepada cowo yang gua cintai?." Ucap Sinta.
"Ehh emang nya lu ada gebetan Ta??..siapa tuhh, hemm parah nih punya gebetan tapi engga bilang-bilang ke gua." Ucap Leva.
"Ehhh tidak Va bukan begitu, maksud gua nih yaaa kalo aja gua suka sama seseorang, apa salah gua nyatakan cinta duluan jika kita nurunin gengsi sebagai cewe." Ucap Sinta.
"Lu kan tau gimana gua Va, banyak yang suka sama gua dari yang main-maian hingga yang beneran suka, tapi mereka bukan kriteria gua va. Nahh andai saja nih kalo gua udah nemuin cowo yang pas seperti kriteria gua, terus kalau gua yang duluan nyatakan cinta apa engga malu Va." Ucap sambung Sinta.
"Sebenarnya sih yahh lu engga usah malu Ta.. gua bisa merasakan kebahagiaan cinta, begitu juga dengan lu, tidak salah dong kalau kita meraih kebahagiaan itu?." Ucap Leva.
"Emangnya lu mau gebetan lu ada yang nikung." Ucap sambung Leva.
Lalu Leva berbisik di telinga Sinta.
"karna di tikung itu pedih jendral hahaha." Ucap Leva.
Sinta menggelengkan kepalanya Secara perlahan.
"Maka itu lu harus Gercep.. gua aja bersyukur dulu bisa jadian sama Reza walau engga ada acara tembak menembak hehe, hemmm bay the way siapa sih emang nya yang bikin temen gua ini jadi baper." Tanya Leva.
"Engga ada Va engga ada..gua belum nemu yang pas di hati gua, jika udah ada yang pas gua pingin nya cowo itu langsung lamar gua." Ucap Sinta.
"Whatt?? Ga salah lu, langsung minta di lamar." Ucap Leva.
"Iya Va, gua yakin pria impian gua di luaran sana udah ada Va, dan gua yakin juga dia saat ini lagi menanti gua, gua harap saat gua bertemu dengan jodoh gua, dia langsung mau melamar gua." Ucap Sinta.
"Owwhh so sweet, eh atau jangan-jangan lu nya mau cepet-cepat di kelonin sama cowo yah hihi dan udah ga sabar yah pengen ngerasain kikuk...kikuk haha." Ucap Leva.
"Apa an sih lu Va ngeres banget fikiran lu." Ucap Sinta.
"Haha..hemm tapi bener juga kata lu Ta, kebahagiaan seorang wanita dalam hidupnya yaitu saat ia di lamar oleh pria idaman nya... sama seperti gua Ta, Gua juga menunggu saat itu Reza ngelamar gua." Ucap Leva.
"Haha ehh kok kita pembahasan nya jadi jauh gini yah ngomongin soal lamar melamar." Ucap Sinta.
"Hehe iya lah ibu Sinta.. itu harapan kita, kebahagiaan kita itu bisa bersama dengan cowo yang kita cintai." Ucap Leva.
"Ihhh kok panggil ibu sih." Ucap Sinta dengan nada suara sebal.
"Hahah iya lah kan nanti kalo udah di lamar jadi ibu luh haha." Ucap Leva.
"Hehe iya juga sih, yaa gua sih berharap sama allah semoga harapan kita tuh terlaksana dan semoga Reza bisa ketemu, keadaan nya baik dan bisa bareng lagi sama lu." Ucap Sinta.
"Amin ta amin." Ucap Leva.
Saat Leva dan Sinta sedang asik mengobrol-ngobrol, dari arah luar kamar terlihat bi Arsih sedang berdiri di balik pintu kamar, lalu iya mengetuk pintu kamar dengan pelan.
TOKK..TTOKK..TTOOKK..
"Masuk aja bi engga di kunci kok." Ucap Leva.
TTRRREEETTTT...
"Maaf non Leva non Sinta, Bibi mau naruh pakaian non Leva yang sudah di setrika." Ucap bi Arsih.
"iya bi taruh di situh aja." Ucap Leva sambil menunjuk ke arah meja kecil.
Lalu bi Arsih masuk kedalam kamar dan menaruh beberapa tumpuk pakaian di atas kasur.
"Oh iya bi Bayu kemana kok engga ada?." Tanya Leva.
"Bayu tadi lagi bibi suruh bayar listrik non sesuai perintah bu Ningsih." Ucap bi Arsih.
"Ohh pantas engga keliatan." Ucap Leva.
"Yaudah non bibi ke belakang dulu yah." Ucap bi Arsih.
"Iya oke bi." Ucap Leva.
Lalu bi Arsih menutup kembali pintu kamar Leva dan melangkah kan kaki nya menuju ke arah Dapur.
"Ganti baju dulu gih Taa biar enak." Ucap Leva.
"Iya, yaudah gua ganti baju dulu deh." Ucap Sinta sambil berjalan menuju tas yang ia taruh di sisi tempat tidur.
--- ooo ---
Setelah hampir satu jam Winda mengendarai mobil milik nya menyusuri jalanan kota Bogor yang cukup ramai di lalui kendaraan pribadi mau pun umum, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat Wisata berikut juga tempat penginapan.
Yaa tempat itu bernama Pondok Rasamala, Pondok Rasamala Terletak di kawasan Taman Nasional gunung Halimun salak dengan ketinggian antara 1000-1200 mdpl yang manjadi taman nasional terluas di Pulau Jawa yaitu seluas 40.000 Ha. Taman Nasional ini merupakan rumah bagi berbagai macam jenis burung, mamalia dan reptil serta pepohonan yang sangat asri dan alami.
terdapat sebuah villa yang di sewa kan dalam beberpa type villa yang modern dan nyaman. Uniknya lagi type-type villa tersebut memiliki desain vintage seperti lantai dari kayu, dinding dari kayu bahkan beberpa furniture juga terbuat dari bambu. Villa puncak yang satu ini memiliki suasanan desa yang sangat sejuk dan menenangkan. Dimana setiap villa tersebut di desain seperti pondok-pondok kecil dengan cirikhasnya sendiri-sendiri. Yang pasti fasilitas di dalam setiap pondok tersebut selalu lengkap.
"Sampai juga kita sayang." Ucap Winda sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.
"Wah kaya nya tempat ini masih asri banget deh, udaranya Lebih sejuk, dan pepohonan nya lebih rindang, beda sama rumah kamu yang kita tempatin kemarin." Ucap Reza sambil melihat ke sekeliling arah dari dalam mobil.
"Iya lah beda Za.. dulu tempat Villa aku seperti ini masih banyak pohon pinus cemara dll, tapi sekarang berubah menjadi kebun teh." Ucap Winda.
"Ya udah turun yuk." Ucap Reza.
"Hehe tumben nih kamu semangat banget?." Tanya Winda.
"Eh tah lah melihat suasana nya seperti ini jadi lebih bersemangat hati ku." Ucap Reza.
"Ya udah nanti kita keliling-keliling deh." Ucap Winda.
Setelah sedikit berbincang-bincang ringan Reza dan Winda turun dari mobil, lalu mereka berjalan menuju ke arah belakang mobil untuk mengambil beberapa barang dan tas, setelah itu Winda berjalan menuju ke sebuah rumah yang di jadikan sebagai kantor dan sekaligus
tempat resepsionis dari penyewaan villa di tempat ini.
"Selamat datang di Pondok Rasamala ada yang bisa kami bantu?." Ucap petugas resepsionis wanita.
"Saya mau Reservasi villa atas nama Winda." Ucap Winda kepada resepsionis.
"Ohh yaa sebentar." Ucap petugas resepsionis.
"Ehh kita nginep?." Tanya Reza.
"Iya." Jawab Winda.
"Lahh aku kira kaga ada acara nginep-nginepan." Ucap Reza.
"Ihhh justru aku suruh kamu bawa banyak baju buat apa emang." Ucap Winda.
"Ganti salin." Ucap Reza.
"Mana ada orang ganti salinan baju sampai se tas gitu." Ucap Winda.
"Ini kunci villa nya mbak, Villa nya No 8 yah letak nya deket hutan pinus." Ucap resepsionis hotel sambil menyerah kan sebuah kunci villa kepada Winda.
"Oh iya makasih." Ucap Winda.
"Kamu mesan nya cuma satu villa?." Tanya Reza.
"Iya." Jawab Winda.
"Aahh kenapa engga dua?." Ucap Reza.
"Dua buat apa?." Ucap Winda.
"Kita kan misah tempat nya." Ucap Reza.
"Lah ngapain misah tempat villa nya kan besar lumayan lah buat kita berdua." Ucap Winda.
"Ahh tapi kan masa iya kita tinggal bareng mulu, tidur nya satu tempat tidur mulu, kan gimana gitu." Ucap Reza.
"Alhahh sok gimana lagi, tiap malem juga kamu kekepin badan aku." Ucap Winda.
"Engga Winda aku engga merasa tuh." Ucap Reza.
"Haha terserah kamu aja kalo kamu mau pisah villa, pesen sendiri bayar sendiri yah." Ucap Winda.
"Lahh gitu dah." Ucap Reza.
"Dahh jangan banyak interupsi deh, nurut aja." Ucap Winda sambil menarik paksa tangan Reza.
"Tidakk lagii Windaa tidakk." Ucap Reza sambil mengikuti gerak langkah Winda dari arah belakang.
--- ooo ---
Suasana kampus xxxx pada sore hari ini masih tampak ramai oleh mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berhalu-lalang keluar masuk area kampus, dan ada juga beberapa yang sedang duduk-duduk santai di bangku dan pelataran, Niken dan Doni saat ini terlihat sedang berjalan santai beriringan dipinggir lapangan kampus menuju ke arah area pintu keluar.
"Tadi si Iwan gimana aja pas kamu ngadep?." Tanya Niken.
"Yaa bisa dia ngoceh ini lah itu lah
untung saya kenal papah kamu kalo tidak saya bikin ngulang di semester akhir." Ucap Doni.
"Terus kamu jawab apa?." Ucap Niken.
"Yaa aku jawab aja yah silahkan nanti yang ada anda saya buat ngulang jadi mahasiswa." Ucap Doni.
"Ehhh serius." Ucap Niken dengan ekspresi wajah penasaran.
"Yaa engga lah haha, mau cari mati aku sama dia bisa-bisa jadi mahasiswa abadi aku di sini hehe." Ucap Doni.
"Lagian sih kamu banyak ngeyel sama dia, udah sering telat ngumpulin tugas, dia ngomong ngejawab mulu." Ucap Niken.
"Makanya kalo ngerjain tugas barengan sama kau dong." Ucap Doni.
"Hemm kalo bareng terus kamu nya engga mandiri Don dan kapan printer nya." Ucap Niken.
"Huhh kamu mah." Grutu Doni.
"Bebb kalo si mamang pangsit buka, kita makan dulu yauk." Ajak Niken.
"Hemm.. yaudah deh." Ucap Doni.
Saat Niken dan Doni sudah berada di luar kampus dan berada persis di tepi jalan raya, Niken langsung membelokkan arah langkah nya menuju ke arah sebuah pedagang pangsit yang mangkal di depan kampus.
"Yeyy untung si mamang buka." Ucap Niken kepada pedagang pangsit sambil berdiri di depan gerobak dagangan nya.
"Iya lah neng kalo tidak buka mah bisa tidak makan anak istri." Ucap pedagang pangsit.
"Yaa makan pangsit aja atuh." Celetuk Doni.
"Haha bosen atuh makan mie mah, yaa lauk pauk gitu." Ucap pedagang pangsit.
"Haha, ehh kamu jadi nih mau makan pangsit dulu?." Tanya Doni ke Niken.
"Iya lah laper, mamang biasa yah." Ucap Niken sambil duduk di meja kayu yang di sudah sediakan.
"Oke siap." Ucap pedagang pangsit.
"Saya samain aja." Ucap Doni.
"Oke." Ucap pedagang pangsit.
"Oh iya emangnya kamu mau nyari suster itu sama om Boski jam berapa beb?." Tanya Niken ke Doni.
"Hemm yaa paling abis nganter kamu ke rumah Leva aku langsung ke tempat om jemput dia." Ucap Doni.
"Ohh." Ucap Niken.
Saat Doni dan Niken sedang duduk santai sambil menunggu pesanan mie pangsit yang mereka pesan, dari arah dalam kampus terlihat Dodi dan Niko sedang berjalan menuju ke luar kampus sambil terlibat perbincangan serius di antara mereka.
"Sombong banget tuh si Sinta." Ucap Dodi dengan nada suara kesal.
"Hahaha lagian demenin cewe kaya gitu, oke gua akui dia cantik , kaya nya dia tipe cewe yang amat sangat jaga diri deh, tapi yaa buat apa deketin cewe kaya gitu, engga bisa di apa-apa in." Ucap Niko.
"Eerrghhh BT banget gua." Ucap Dodi.
"Haha santai mamen masih banyak kalo cewe di kampus ini, cari tuh yang bisa di Goyang uhuyy." Ucap Niko sambil memaju mundur kan pinggul nya.
"Ehh malu ******." Ucap Dodi.
"Hahaha yaudah kita beli Ududd dulu yuk di warung depan, lu rese kalo belom Ududd." Ucap Niko.
Setelah berjalan beberapa meter, Niko dan Dodi berhenti di sebuah warung rokok, yang berjarak beberapa langkah dari kedai pangsit, tempat Niken dan Doni sedang makan saat ini .
"Nanti kamu hati-hati yah yangg pas nyari suster itu, aku takut nya suster itu punya anak buah atau apa lah." Ucap Niken sambil menatap wajah Doni.
"Santai aja sih yangg kan aku nyari nya berdua sama Om Boski." Ucap Doni.
"Yaa takut nya aja yang orang itu punya pistol atau apa, yaa habis sudah kalian berdua." Ucap Niken.
"Haha tenang tubuh ku ini kebal peluru." Ucap Doni.
"Jangan takabur, walau aku suka kesel sama kamu yang tukang main cewe udah kuliah niat-gak niat, pikiran nya mesum mulu, tapi aku sayang banget sama kamu, aku engga mau kamu sampai kenapa-kenapa." Ucap Niken sambil menggenggam tangan Doni.
"I know beib." Ucap Doni.
Saat Doni dan Niken saling menatap satu sama lain, beberapa langkah jarak dari posisi mereka duduk, terlihat Dodi sedang duduk di bangku kecil bersebelahan dengan Niko sambil menghisap sebatang rokok yang iya pegang, Dodi menatap ke arah Doni dan Niken dengan tatapan jijik seolah tak suka dengan pemandangan yang ia lihat, timbul lah ide iseng di benak fikiran Dodi untuk meledek mereka, Dodi berdiri lalu ia mendekat dan berdiri persis di belakang Doni.
"Helehhhhh sok-sok kaya di film GGS lu pada liat-liatan,pegangan tangan, ngerasa jadi Aliando dan Prilly luh wakwakwak." Ledek Dodi.
Niko tertawa mendengar ejekan yang Dodi ucapkan .
Doni yang mendengar perkataan Dodi seketika terpancing emosi nya, bisa dilihat dari ekspresi wajah yang cukup kesal dan tangan nya di kepal kan dengan kuat.
"Udah yangg tahan dulu...sabar." Ucap Niken.
"Huftttt." Doni menghela nafas panjang.
"Hahahaha." Tawa Dodi dan Niko bersamaan.
"Lanaaa!!." Teriak seorang wanita dari arah belakang Dodi dan Niko.
--- ooo ---
Sebuah taksi berwarna biru berlogo burung dengan nomor plat polisi B 90 LU sedang berjalan pelan menyusuri jalanan ibukota yang sedang ramai di padati kendaraan pada sore hari ini, di dalam taksi tersebut terdapat seorang wanita sedang duduk termenung di kursi belakang mobil sambil menatap ke arah kaca jendela, yaa wanita yang di maksud kan tadi iyalah suster Riana, hemm lebih tepatnya Riana saja, karna Riana kini sudah tidak berstatus suster lagi, akan tatapi ia kini akan bekerja sebagai kepala bagian di salah satu perusahaan swasta yang Winda usul kan sebelum nya.
Riana menaiki taksi dari daerah kantor tempat ia akan bekerja menuju ke arah tempat anak nya berkuliah, ia berniat mengajak Dodi untuk makan beruda di sebuah restoran, sudah sepuluh kali menelfon namun tak kunjung di angkat oleh Dodi, karna itu Riana datang ke kampus untuk berbicara langsung dengan Dodi.
"Kenapa kamu tidak melihat sedikit usaha ibu mu ini nak." Ucap Riana.
"Hemmm...tapi aku tidak boleh putus asa, aku harus tetap berjuang untuk mendapat kan hati anak ku kembali." Ucap Riana.
"Semoga saja Lana ada di kampus, aku mau ngajak dia makan di restoran sekali-sekali, siapa tau dia mau." Ucap Riana.
Setelah sekitar 30 menit taksi yang ibu Riana tumpangi berjalan menerobos kemacetan, akhirnya sampailah taksi tersebut di dekat kampus tempat Lana berkuliah.
"Kita sudah sampai." Ucap supir taksi.
"Nih pak." Ucap Riana sambil menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan.
"Oke terima kasih." Ucap Supir taxi tersebut.
BBRRUUKKK TTRREEKKK!!
Dengan pelan Riana turun dari mobil lalu iya berdiri sambil menatap ke arah kampus.
"Hemm kurang majuan nih turun nya..yaudah deh jalan sedikit, semoga aja Lana masih ada di kampus." Ucap Rina.
Lalu Rina melangkah kan kaki nya menuju ke arah kampus sambil sesekali ia menengok kan kepalanya ke arah kiri dan kanan, saat Riana sudah berada di depan gerbang utama kampus, Riana bediri tegap mengahadap ke arah depan dengan ekspresi wajah bingung.
"Mana yah." Ucap Riana sambil menengok ke arah dalam kampus.
"Masih ramai sih kampus nya, eeee eh Lana kan tidak masuk kuliah yah dia hanya main ke sinih, huh lupa aku." Ucap Riana.
"Kalau aku cari ke dalam toh percuma juga, hemm aku cari di sekitaran kampus deh kali-kali ada." Ucap Riana.
Lalu Riana berjalan pelan menyusuri area depan area kampus.
"Mana yahh eeee eh tuh sepertinya Lana deh." Ucap Riana sambil melihat ke sebuah warung rokok yang berada di sisi kiri diri nya.
"Ehh iya itu anak ku." Ucap Riana.
"Lanaaa!!." Teriak Riana sambil berjalan kearah Dodi yang berdiri di samping Niko.
Dodi yang sedang berdiri sambil meledek Doni dan Niken sedikit terkejut mendengar suara seorang yang memanggil nama nya ini dari arah belakang, Dodi seperti sangat kenal dengan suara yang berbeda di belakang nya ini, dengan rasa penasaran Dodi membalik kan badan.
"Mamah?." Ucap Dodi kebingungan saat melihat Ibu nya saat ini berada di depan nya.
"Tann." Sapa Niko ke Riana.
"Iya." Jawab Riana.
"Mamah ngapain ke sinih sih?." Ucap Dodi dengan nada suara sebal.
"Mamah tuh mau ngajak kamu pulang bareng nak sekalian mamah mau ngajakin kamu mampir makan ke restoran favorit kita pas waktu kamu kecil, abis kamu nya susah buat di telfon."Ucap Riana.
"Apa an sih gua tuh udah gede, pulang yah tinggal pulang engga usah bareng-bareng, dan soal makan di restoran ihh udah engga selera gua makan di tempat itu, yang ada buat gua inget kejadian yang dulu!." Ucap Dodi dengan nada suara tinggi.
"Tapi nakk." Ucap Riana terputus.
"Dahhh engga ada tapi-tapian!!." Bentak Dodi.
Saat Riana dan Dodi terlibat percekcokan kecil yang membuat beberapa orang yang berada di sekitaran menoleh ke arah mereka, Doni dan Niken yang awalnya tidak terlalu menghiraukan kini mulai penasaran dengan apa yang terjadi di dekat mereka.
"Hemm tuh si kupret rame amat, lagi berantem sama siapa lagi tuh orang." Ucap Doni.
"Bodo lah bukan urusan kita." Ucap Niken sambil menyantap sisa pangsit yang ada di mangkuk nya.
Karena penasaran Doni sedikit menoleh ke arah belakang.
"Ohh lagi cek cok sama ibu-ibu, hemm siapa bae di ajak berantem huhh." Ucap Doni sambil menikmati kembali pangsit pesanannya.
Tiba-tiba kunyahan mulut nya kini terhenti ekspresi wajah nya berubah drastis seperti orang bingung dan teringat sesuatu, Niken yang melihat perubahan ekspresi wajah Doni jadi penasaran kenapa Doni seperti itu.
"Kamu kenapa yangg?." Tanya Niken.
"Bentar..bentar." Ucap Doni sambil berusaha mengingat sesuatu.
Lalu Doni menengok kembali ke arah Dodi dan Riana, di tatap lah dalam-dalam wajah Riana oleh Doni, setelah beberapa saat memperhatikan dengan serius, sebuah ingatan penting muncul di kepala Doni saat ini.
"Yanggg...yanggg...yanggg." Ucap Doni dengan tergesa gesa namun dengan memelankan nada suaranya.
"Ihhhh.. apa an si, nyantai aja kali ngomong nya, kaya lagi liat setan aja." Protes Niken.
"Gambar...mana Gambar!!." Ucap Doni.
"Gambar apa?." Tanya Niken kebingungan.
"Ihhhh gambar yang di lukis Om Boski." Ucap Doni.
"Oh itu, buat apa?." Ucap Niken.
"Udah jangan banyak tanya, mana buruan." Ucap Doni.
"Iya sih sabar." Ucap Niken sambil merogoh tas nya.
"Nihhh." Ucap Niken sambil menyerahkan sebuah sketsa wajah suster Riana yang di lukis oleh Om Boski.
Dengan cepat Doni mengambil gambar tersebut, lalu iya memposisikan kertas gambar mengarah kan ke Riana yang sedang berdiri tak jauh dari nya.
"Sayang... ini yang di namakan pucuk di cinta ulan pun tiba." Ucap Doni dengan wajah sumringah.
"Apa an sih?." Ucap Niken kebingungan.
"Hhhuusssttt." Doni berdesis pelan ke arah Niken, lalu ia berdiri dan berjalan perlahan menuju ke arah Dodi.
"Udah kamu tunggu di sinih." Ucap Doni sambil berjalan pelan.
Doni saat ini berdiri tak jauh dari posisi Dodi sambil berpura-pura memainkan smartphone yang ia pegang, sedang kan Dodi kini berdiri di hadapan Riana dengan ekspresi wajah amat sangat kesal.
"Dahh mending mamah pulang sana jangan lama-lama di sinih, Lana malu mah malu Lana udah gede engga pantas untuk di samper-samper kaya anak tk aja!." Ucap Dodi.
Ekspresi wajah Riana amat sangat shock, niat dan usaha tulus dari hati nya kini mendapat balasan makian dari anak nya, hatinya sedikit sedih karena menerima sikap buruk dari anak nya.
"Baik mamah akan pulang, setidak nya mamah sudah berusaha memperbaiki keadaan dan berusaha mendapatkan hati mu Nak, jika kau anak ku jika kau lahir dari rahim ku aku hanya bisa berdoa kepada tuhan semoga hati mu di suci kan dari amarah dendam mu selama ini." Ucap Riana sambil berusaha menahan tangis.
Mendengar perkataan ibu nya Lana seketika terdiam, Lana merasa ada gejolak batin tersendiri di dalam diri nya, antara kekuatan dendam dan amarah yang masih berkobar di dalam hati nya dan sedikit ada rasa hati nurani yang seolah mengutuk sikap nya yang terlalu lewat batas kepada ibu nya.
"Ya sudah kalo begitu mamah pulang duluan yah nak, mamah tunggu di rumah." Ucap Riana sambil membalik kan badan.
Dodi tak menjawab sepatah kata pun perkataan ibu nya, ia berdiri mematung sambil melihat ibu nya mulai berjalan meninggalkan diri nya saat ini.
"Broo lu udah keterlaluan deh sama nyokap lu." Ucap Niko sambil menepuk pelan bahu Dodi.
"Lu mau belain dia hahh?." Ucap Dodi sambil menatap tajam wajah Niko.
"Bukan bela in broo, tapi emang tindakan lu tuh kayaknya salah." Ucap Niko.
"Oh yang jadi temen lu sekarang dia hah!." Bentak Dodi.
"Lu kok sewot sih broo, gua kan bilang nya baik-baik." Ucap Niko.
"Dahhh lu mending pergi dulu sonoh males gua liat muka lu!." Ucap Dodi.
"Oke gua pergi, mungkin lu butuh waktu sendiri untuk mencerna keadaan." Ucap Niko.
Niko langsung membalikkan badan dan melangkah kan kaki nya meninggalkan Dodi sendiri di warung Roko dekat pedagang pangsit.
"Hahh..ohhh ternyata yang nama nya suster Riana itu ibu nya si Lana toh." Ucap Doni di dalam hati.
Lalu Dodi duduk di sebuah bangku kayu, setelah itu Ia membakar sebatang rokok yang iya ambil dari kantung jaket yang ia kenakan.
"Ngatain orang main film padahal sendiri nya drama banget hehe." Celetuk Doni sambil menatap layar smartphone.
Pada awal nya Dodi hanya terdiam tak terlalu merasa perkataan yang Doni ucap kan itu untuk diri nya, akan tetapi setelah Dodi sedikit mencerna perkataan Doni iya merasa Doni sedang mengejek diri nya saat ini.
"Maksud lu apa ngomong gitu?." Ucap Dodi sambil bertolak pinggang di hadapan Doni.
"Ehh nyadar toh haha, ia drama lu tadi bagus banget, tapi kasian nyokap lu tuh, lu main drama nya terlalu serius, jadi nyokap lu nyangka nya beneran." Ucap Doni.
"Jangan sok ikut campur deh sama urusan orang!!." Bentak Dodi.
"Haha santai aja kali boss, gua cuman bilangin lu kalo mau drama liat-liat dulu siapa yang lu dramain, dan yaaa pake etika dikit lah." Ucap Doni.
"Banyak Bacott luhh jingg!!'." Hardik Dodi.
BBRRUKKK..
"AAARRGHH!!." Teriak Doni kesakitan.
Dodi yang kini sudah tidak bisa mengendalikan emosi di dalam diri nya memukul perut Doni dengan kencang hingga membuat Doni terjatuh ke tanah, Niken mendengar suara gaduh dari belakang diri nya langsung menoleh, Niken melihat Doni saat Ini sedang tersungkur di tanah, Sontak ia langusng berlari ke arah Doni dengan Panik melihat kekasih nya kini sedang di pukuli oleh Dodi.
"Donii!." Teriak Niken.
BBRRUUKKK.PPPLLAKK..PRRENGG..!!!
Dodi memukuli wajah Doni secara membabi buta, ia tak bisa mengendalikan emosi yang meledak dalam jiwa nya ini, Doni yang mendapatkan pukulan brutal dari Dodi hanya terdiam seolah ia pasrah tubuh nya di jadikan bahan pukulan oleh Dodi.
"Mati lu jingg!." Hardik Dodi sambil mengajar tubuh Doni.
"Masya allah itu bocah pada berantem heii." Ucap mamang penjual pangsit sambil berlari kecil ke arah Dodi dan Dodi.
Dodi masih asyik menghajar tubuh Doni, sedang kan Doni hanya diam seolah menikmati pukulan yang di hadiah kan kepada nya.
"DODIII SUDAHH!." Teriak Niken sambil berusaha mendorong tubuh Dodi.
Namun hal yang di luar dugaan terjadi, Doni yang kini wajah nya terdapat beberapa luka memar bekas pukulan dan keluar darah dari kening dan pelipis mata nya menarik baju bagian belakang Niken hingga Niken sedikit terdorong kebelakang, Doni seakan menghalangi Niken untuk menolong diri nya, di sela kepanikan Niken sedikit bingung dengan sikap Doni yang seperti itu.
"Heii sudah sudahh!!." Teriak mamang tukang pangsit sambil menarik tubuh Dodi.
Selain mamang tukang pangsit, tubuh Dodi di bekap dan di tarik dari belakang oleh dua mahasiswa pria dan satu tukang ojek online yang baru datang ke tempat ini, tubuh Dodi di tarik kebelakang hingga membuat ia tak mampu berkutik, keringat bercucuran membasahi tubuh nya dan nafas nya tersegal-segal karna teralu bernafsu menghajar tubuh Doni.
Tubuh Doni kini terkapar lemas di tanah, darah segar menetes keluar dari kening dan pelipis mata, melihat Kondisi tubuh kekasih nya saat ini hati Niken sangat hacur dan sedih.
"BAJINGAN!!, APA SALAH COWO GUA HINGGA LU MAIN PUKUL." Bentak hadik Niken ke Dodi.
Niken berusaha menahan darah segar yang keluar dari pelipis mata Doni menggunakan selembar saputangan hitam yang iya ambil dari dalam tas nya.
Saat keributan besar terjadi di tempat ini tiba-tiba sebuah Mobil patroli polisi yang sedang melintas berhenti di pinggiran jalan yang tak jauh dari posisi perkelahian antara Dodi dan Doni, keluar lah dua orang polisi berpakain lengkap dan rapih dari dalam mobil berjalan mengarah ke kerumunan orang yang sedang menyaksikan perkelahian antara Dodi dan Doni.
"Permisi ada apa ini?." Tanya seorang anggota Polisi patroli.
Dodi yang menyadari kehadiran anggota polisi di tempat ini langsung terdiam, nyali nya seakan ciut saat melihat nya.
"Ini pak ada perkelahian, tapi orang yang kami pegang ini seperti nya yang melakukan pemukulan terlebih dahulu." Ucap seorang mahasiswa pria yang ikut memegangi tubuh Dodi.
"Iya pak saya saksi nya." Ucap pedagang pangsit.
"Apa-apaan kalian nyalahin saya dia yang nyari perkara terlebih dahulu!!." Bentak Dodi sambil menujuk Doni.
"Lo yang cari perkara hahh main pukul cowo gua!!." Ucap Niken dengan nada suara sangat emosi.
"Sudah lebih baik kita selesaikan di kantor, tolong bawa mas itu ke mobil, dan tolong bawa mas yang ini ke kelinik atau rumahsakit terdekat untuk mendapat pertolongan pertama." Ucap seorang anggota Polisi.
"Apa kah anda tau nama korban?." ,tanya angota polisi.
"Doni...Doni firmansyah." Ucap Niken.
"Oh iya Mbak jika korban sudah jauh lebih baik, tolong datang ke polsek xxxxxx untuk di mintai keterangan nya." Ucap salah satu polisi.
"Iya baik." Jawab Niken.
"Apaan gua jadi di bawa ginih hah!!." Bentak Dodi.
"Sudahh ikut..ikut." Ucap pedagang pangsit sambil mendorong tubuh Dodi meuju ke mobil patroli.
Lalu tubuh Dodi di dorong paksa oleh empat orang untuk masuk ke dalam mobil patroli, sedangkan Doni yang tadi terkapar di jalan kini di papah oleh beberapa orang menuju ke mobil milik Niken yang berbeda di parkiran kampus, setelah Doni di duduk kan di kursi mobil Niken langsung tancap gas mencari klinik terdekat.
--- ooo ---
Di sebuah taman yang berbeda di tengah-tengah lingkungan perumahan yang berlokasi di area jakarta barat, taman ini cukup luas untuk ukuran taman area komplek, tempat ini biasa di kunjungi oleh anak-anak kecil dalam dan sekitar komplek pada sore hari, di area taman ini terdapat beberapa mainan yang biasa anak-anak main kan jika main ke taman ini seperti, ada dua buah ayunan tali dan ayunan besi, mini komedi putar, prosotan, bola dunia besi, kuda-kudaan besi dan jungkat-jungkit.
Saat ini taman tampak cukup ramai di kunjungi beberapa anak kecil ada juga beberapa ibu dan pengasuh anak yang ikut serta untuk mengawasi anak mereka, karena langit di sore hari ini cukup cerah jadi banyak yang datang bermain ke taman ini, beda hal nya jika cuaca tidak mendukung.
"Papahhh lempar Bola nya." Teriak seorang anak perempuan kecil sambil tersenyum bahagia.
"Iya tangkap yahh." Ucap ayah dari anak itu sambil melempar bola dengan pelan.
Anak kecil itu menangkap bola yang di lemparkan oleh ayah nya dengan gesit, setelah mendapatkan nya anak itu bersoak kegirangan di buat nya.
"Yeyyyy pahh Kelara tangkap." Ucap anak kecil itu yang ternyata bernama kelara.
"Good kelara." Ucap ayah anak itu.
Tampak romansa kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka, setelah menangkap bola yang di lemparkan ayah nya, anak itu berlari kecil menuju ke arah ayah nya.
"Pah Boski... kita main ayunan yuk bosen nih main lempar Bola terus." Ucap Kelara.
Yaa ternyata ayah yang sedang bermain lempar Bola dengan anak nya di taman ini adalah Boski, Pria berambut gondrong, anak motor yang suka sekali mengoda Sinta jika bertemu dengan nya.
Kelara putri adalah anak perempuan Boski yang tahun ini menginjak usia enam tahun, Kelara anak yang cukup cantik dan periang namun cenderung manja kepada ayah nya karna ia adalah anak tunggal, kelara adalah anak dari hubungan perkawinan Rizki Dinata (Boski) dan seorang wanita bernama Dinda Vauziah, Namun Saat Kelara berumur sekitar lima bulan Dinda memustuskan pergi dari rumah karna suatu hal dan pertengkaran hebat dengan Boski, hingga Boski harus merawat dan membesarkan Kelara hingga saat ini.
"Heii Kelara panggil papah aja atuh jangan pakai nama, kurang sopan." Ucap Boski.
"Hemm iya kah?." Ucap Kelara
"Iya sayang, emang siapa yang ngajarin kelara seperti itu?." Tanya Boski.
"Om Kuciah, kata om Kuciah tidak apa-apa tuh panggil papah di kasih nama dan bahkan kata om Kuciah Kelara panggil papah jangan papah tapi om." Ucap Kelara dengan polos nya.
"Hemmm sengke si Kuciah." Ucap Boski di dalam hati.
"Jangan di ulangi lagi yah dan jangan dengerin kalo Om Kuciah ngajarin omongan macem-macem ke kamu." Ucap Boski.
"Iyah papahh." Ucap Kelara.
"Yaudah kita main ayunan yuk." Ucap Boski.
"Yukk..yyuukk..yyuukk." Ucap Kelara dengan riang gembira.
Kelara berlari kecil menuju ke sebuah ayunan besi yang tak jauh dari posisi nya, Boski hanya tersenyum kecil melihat tingkah anak nya itu, saat Boski melangkah kan kaki nya untuk menyusul kelara yang sudah terlebih dahulu berlari, tiba-tiba Smart -phone Milik Boski berdering menandakan sebuah panggilan telfon masuk.
TTRRRIIINGGGGG...TTRRIIINGG...TTRRIINGG.....!!!!
Menyadari hal itu Boski langsung merogoh saku celananya, lalu iya menatap ke arah layar smartphone.
"Hemmm Niken telfon, mau ngapain yah?." Ucap Boski.
Karna penasaran Boski menjawab panggilan telfon yang masuk dari Niken.
"Haloo om.." Ucap Niken dengan nada suara panik.
"Oh iya Ken ada apa telfon?." Tanya Boski.
"Ginih om Gua lagi di Rumah sakit XXXX nih bawa si Doni, tadi Doni abis berantem." Ucap Niken.
"Hahh berantem sama siapa?." Tanya Boski.
"Sama temen sekampus gua juga." Ucap Niken.
"Terus si Doni nya sekarang keadaannya gimana?." Tanya Boski.
"Wajah, bagian dada dan perut aga memar om dan pelipis mata dan kening nya sobek." Ucap Niken.
"Waduh.. terus Itu gimana awal nya pada bisa berantem?." Tanya Boski kembali.
Lalu Niken sedikit menceritakan kronologis kejadian dari awal saat Dodi datang meledek Doni dan Niken, sampai Doni pergih mendekat ke arah Dodi yang sedang terlibat pertengkaran dengan Riana pada saat itu.
"Tapi sih gua engga terlalu tau om duduk perasaan Doni sama orang itu, tiba-tiba orang itu ngehajar Doni Habis-habisan." Ucap Niken.
"Hemmm....yaudah deh gua sekarang ke sanah." Ucap Boski.
"Iya om ke sinih aja." Ucap Niken.
"Oke Ken gua OTW deh." Ucap Boski.
"Sip Om Thanks yah." Ucap Niken.
"Yoo..yyyooo.." Ucap Boski.
TTTUUUUTTT...TTTUUTTT..TTUUTT..TTUTT..!!!
Click to expand...
"Hemm.. si Doni, baru denger gua tuh anak berantem kalah pakai acara masuk rumahsakit lagi." Ucap Boski.
"Kesana aja deh." Sambung Boski.
Boski berjalan dengan pelan menghampiri Kelara yang saat ini sedang asik bermain ayunan dengan riang nya.
"Papahh sinihh ayuu main." Ucap Kelara sambil duduk di ayunan, Kelara tampak sangat gembira bermain di ayunan ini.
Boski hanya diam di hadapan Kelara sambil tersenyum, lalu Boski menghentikan gerak ayunan yang sedang Kelara main kan dengan tangan nya.
"Yahh pah kok di berhenti in sih?." Protes Kelara.
"Eeehhmmm..Kelara cantik ginih, kita main nya sudah dulu yah, soal nya sekarang papah mau jenguk teman papah di rumah sakit, besok kita main di sinih lagi deh." Ucap Boski.
"Yahh Papah kok pulang sih, padahal kan Kelara masih mau main sama Papah." Ucap Kelara memasang ekspresi wajah cemberut.
"iya tapi main nya kita lanjut besok aja yah." Ucap Boski sambil tersenyum ke arah Kelara.
"Yaudah deh..tapi Kelara minta dua persyaratan yah pah." Ucap Kelara.
"Dua banyak amat..hemm emang apa persyaratan nya?." Tanya Boski.
"Yang pertama papa tidak boleh ingkar loh..besok bakal main lagi sama Kelara dan yang ke dua kalo sudah pulang Kelara beli in Boneka ebiberr yang besar warna putih." Ucap Kelara sambil tersenyum imut ke arah Boski.
Mendengar perkataan Kelara, Boski hanya tertawa kecil di buat nya.
"Hihi Teddy bear kali." Ucap Boski sambil tertawa.
"Hehe iya itu." Ucap Kelara.
"Iya sayang, Pasti papah beli in." Ucap Boski.
"Yeeeii...yeeeii.yeeii!." Ucap Kelara dengan Riang nya.
"Yudah kita pulang yuk." Ajak Boski.
"Ayuk..gendong Belakang yah." Ucap Kelara.
Lalu Boski memutar posisi berdiri nya membelakangi Kelara, kemudian iya berjongkok.
"Ayuk buruan." Ucap Boski.
Dengan sigap, Kelara melompat ke punggung Boski.
"Ayoo jalan Pahh!." Ucap Kelara.
"Ayoooo." Ucap Boski sambil mulai melangkah kan kaki nya.
--- ooo ---
"Huuffttt..Tinggal nunggu Om Boski datang deh." Ucap Niken sambil menggenggam smartphone di tangan kiri nya.
Saat ini Niken sedang berada di lobby utama rumah sakit, ia baru selesai mengurus segala biaya administrasi rumah sakit Doni, beberapa saat yang lalu Niken menghubungi Boski untuk memberitahukan tentang Persoalan dan kondisi Doni, Niken menghubungi Boski karna iya merasa tidak enak menghadapi kondisi seperti ini hanya sendiri dan selain itu, Niken dan Doni sudah menganggap Boski sebagai Om mereka sendiri jadi segala permasalahan apa pun yang Doni hadapi pasti Boski yang menjadi pembimbingnya.
"Semua Biaya administrasi udah gua bayar ini, balik lagi ke UGD ah kesian Doni di tinggal sendirian." Ucap Niken.
Niken melangkah kan Kaki nya menuju ke arah ruang UGD yang terletak tak jauh dari posisi Lobby, setelah berjalan beberapa menit melewati kerumunan orang seperti Suster, Dokter, petugas rumah sakit dan para pengunjung Rumah sakit, sampai lah Niken di depan pintu Ruang UGD, dengan pelan Niken mendorong pintu ruang UGD.
TTTRRREEETTTTTT....TTTRREEKKK.....
Setelah menutup kembali pintu Ruangan, Niken langsung berjalan menuju Bad nomor 1 yang berbeda di pojok kiri ruangan.
"Sayang." Ucap Niken sambil berdiri di samping bad.
Doni saat ini sedang berbaring di atas bad rumah sakit, ia memejamkan kedua mata nya karna manahan rasa sakit di area wajah nya, mendengar sayup-sayup sura Niken, Doni membuka kedua mata nya secara perlahan.
"Gimana kepala kamu masih sakit?." Tanya Niken sambil mengusap dengan lembut dahi Doni yang terbungkus lilitan perbedaan.
"Masih agak sakit sedikit sih." Ucap Doni.
"Sayang." Ucap Niken Niken kembali.
"Kenapa?." Ucap Doni dengan nada suara pelan.
Niken menatap wajah Doni sangat dalam, ekspresi wajah Niken seketika berubah, tampak wajah kesedihan tercetak jelas di wajahnya, dan tak terasa kini kedua kelopak matanya mulai mengeluarkan air mata.
"Hhiiiikkksss...hhhiikkss, Aku sedih ngeliat kamu seperti ini." Ucap Niken sambil menangis.
Menyadari kekasih nya saat ini sedang bersedih, Doni berusaha bangkit ke posisi duduk lalu ia memeluk tubuh Niken.
"Udah aku engga apa-apa kok." Ucap Doni.
"Apa nya yang engga apa-apa?, kamu sudah terluka begini Hiikks." Ucap Niken.
"Hhiikksss...ini semua Gara-gara si cowo Tolol itu! Si ****** itu, yang telah membuat kamu seperti ini!." Sambung Niken dengan nada suara emosi.
"Huussttt jangan ngomong seperti itu ahh." Ucap Doni sambil memeluk dan mengusap punggung Niken.
Beberapa orang keluarga pasien yang berada didalam UGD sedikit melirik ke arah Doni dan Niken, dan dua orang suster UGD juga terlihat sedang memperhatikan dari kejauhan.
"Dah ahh jangan nangis malu tau di liat orang, mending desah." Ucap Doni sambil tersenyum jahil.
"Ihh apaan sih." Ucap Niken.
"Hiikkss kamu tadi kenapa sih yangg awal nya bisa berantem sama si kampret?." Tanya Niken sambil mengusap air mata yang membasahi pipi nya.
"Yaaa aku cuman bilang ke si Lana, engga sopan bentak-bentak orang di muka umum dan aku balikin omongan dia yang ngatain kita main drama, eh tiba-tiba dia mukulin aku." Ucap Doni.
"Kamu kenapa engga ngelawan yangg, padahal biasa nya kalo soal berantem kamu paling semangat." Ucap Niken.
"Yaa aku juga manusia yangg bukan dewa atau superhero yang memiliki kekuatan lebih, yaa kenyataan nya Lana lebih kuat dari pada aku." Ucap Doni.
"Liat aja aku bakal bikin perhitungan sama dia." Ucap Niken dengan nada suara emosi.
Doni hanya tersenyum Sinis mendengar perkataan Niken.
"Ehh yangg, kayak nya si Lana di bawa sama polisi yah?." Tanya Doni.
"Iya bagus aja tadi ada polisi..biar dia langsung di bawa." Ucap Niken.
"Di bawa ke kantor polisi di mana dia?." Tanya Doni kembali.
"Eeeee.. kalo engga salah sih di polsek daerah xxxx." Ucap Niken.
"Ohh polsek daerah itu.. iya aku tau." Ucap Doni.
"Yangg aku haus nih." Ucap Doni.
"Oh iya lupa aku belum beli minum buat kamu." Ucap Niken.
"Aku pengen nya susu yah." Ucap Doni.
"Susu?, kalu haus mah minumnya air mineral yangg." Ucap Niken.
"Tapi aku pengen nya susu." Ucap Doni dengan nada suara memohon.
"Ihh aneh kamu yah, yaudah aku beli in deh." Ucap Niken.
"Tapi aku mau susu langsung dari sumber nya." Ucap Doni sambil tersenyum jahil, tangan nya meraba dan memencet pelan payudara sebelah kiri Niken.
Sontak Niken langsung menyingkirkan tangan Doni dari payudara nya karna merasa sebal dengan tingkah Doni seperti itu.
"Ihhhhh luh yah lagi kaya gini sempet-sempet nya bercanda mesum, kesel-kesel gua kebiri luh." Ucap Niken dengan nada suara sebal.
"Iihhh takutt hehe, iya iya air mineral." Ucap Doni.
"Yaudah tunggu di sinih aku beli air mineral dulu buat kamu." Ucap Niken.
"Iya." Ucap Doni.
Niken langsung membalikkan badan nya lalu ia melangkah kan kaki nya menuju ke pintu Ruangan UGD, Doni hanya duduk di atas bad sambil melihat Niken yang mulai menjauh dari nya, setelah menutup pintu ruang UGD Niken kembali berjalan menuju ke arah kantin Rumah sakit.
--- ooo ---
BBRRUUMM..BBBRRUUMM..BBRRUUMM..!!
Boski saat ini sedang mengedari motor sport Ducati Panigale R berwarna merah milik Doni, dengan nomor polisi D 0 N I sedang bergerak pelan menyusuri jalan raya yang cukup lancar pada saat ini, Boski tampak serius melihat ke arah layar smartphone yang ia tempelkan di sisi spion.
"Hemm dikit lagi sampai." Ucap Boski sambil memandang lurus ke arah depan.
Setelah bergerak beberapa meter, Boski melambat kan laju motor nya lalu motor pun berhenti di sisi kiri jalan.
"Di maps sih ini rumahsakit nya." Ucap Boski sambil menengok ke sebuah gedung yang berbeda di sisi kiri nya.
"iya deh Ini rumah sakit nya." Ucap Boski.
Boski memarkir kan motor nya di sebuah tempat lapang yang sudah di konblok Persis di belakang gedung, setelah mematikan mesin motor Boski langsung mengunci stang motor dan melepaskan helm yang ia kenakan.
"Kaya nya gua salah ambil jalan nih.. ini mah belakang Gedung rumahsakit nya." Ucap Boski.
"Hadehhh mau muter males cape, dah ahh lewat jalan belakang aja." Ucap Boski.
Setelah turun dari motor dan sedikit merapihkan pakaian nya, Boski berjalan pelan menuju ke sebuah pintu pagar belakang yang berbeda tak jauh dari posisi nya.
Saat ini Boski mengenakan jaket jenis berwarna biru berikut dengan celana panjang serupa dengan bahan jaket, memakai kaca mata hitam dan memakai sepatu boot kulit hitam, akan tetapi kali ini ia menguncir rambut nya yang panjang berbeda dengan biasanya ia biarkan terurai.
Boski berjalan santai menyusuri Lorong rumah sakit dengan ekspresi wajah nya tanpak bingung, sesekali Boski melirik ke arah ruangan yang dilaluinya.
Setelah berjalan beberapa meter menyusuri lorong rumahsakit, Boski berpapasan dengan seorang petugas keamanan rumahsakit yang berjalan melawan arah dengan nya, menyadari hal itu Boski langsung bertanya kepada petugas keamanan itu.
"Permisi Pak mau nanya, ruang UGD nya di sebelah mana yah?." Tanya Boski.
"Di sisi utara gedung pa, tak jauh dari lobby utama, emang nya bapak masuk dari arah mana?." Tanya Balik petugas keamanan rumah sakit.
"Saya masuk dari pintu belakang gedung pa." Ucap Boski sambil menengok kan kepalanya ke arah belakang.
"Oh pantas saja, nanti anda tinggal Lurus sampai ketemu apotik nanti belok kanan, lurus lagi sampai melewati ruangan poli, nah nanti belok kiri ke arah lobby utama, nanti tidak jauh dari lobby ruang UGD nya." Ucap Petugas keamanan.
"Oke pa terima kasih." Ucap Boski sambil kembali berjalan menuju ke ruang UGD yang petugas keamanan itu arah kan.
Setelah berjalan beberapa menit menyusuri area dalam rumah sakit yang petugas keamanan rumah sakit arah kan, akhir nya Boski berada di pintu Luar UGD rumah sakit.
TTRRREETTT..
Setelah Boski membuka pintu UGD dan menutup nya kembali dengan pelan, ia berdiri sejenak sambil melihat ke sekeliling arah dalam ruang UGD, Boski melihat ke arah bad nomor satu yang berbeda di sudut kiri ruangan, terlihat Doni sedang berbaring di atas bad, melihat hal itu Boski langsung berjalan menghampiri Doni.
"Don.." Ucap Boski sambil berdiri di depan Doni.
"Wey broo." Ucap Doni.
"Lu kenapa Bisa begini Don." Tanya Boski sambil menatap wajah Doni.
"Hehe." Doni hanya tertawa kecil.
"Percuma lu gua kasih ilmu kudu kalo masih mempan di gaplok, percuma lu gua rendem di kali ciliwung 3 hari berantem aja pake acara kalah." Ledek Boski sambil tersenyum jahil ke arah Doni.
"Ett pea luh." Ucap Doni.
"Haha...oh iya Bini lu Mana?." Tanya Boski.
"Lagi beli minum tar juga balik." Ucap Doni.
"Ohh.. eehh emang nya kenapa sih lu bisa ribut gitu?." Tanya Boski.
Mendengar pertanyaan Boski, Doni tersenyum sinis sambil menatap wajah Boski.
"Jadi Ginii.."
--- ooo ---
Saat ini Niken sedang berjalan pelan menyusuri lorong rumahsakit menuju ke ruang UGD, tampak di tangan kanannya menjinjing sebuah kantung plastik yang berisi beberapa botol air mineral dan beberapa bungkus roti sobek.
Ekspresi wajah Niken saat ini tampak sangat kesal, sepanjang jalan ia menggerutu di dalam hati, Niken berusaha melampiaskan kekesalan nya sediri di dalam hati kepada Dodi yang telah membuat Doni hingga seperti ini.
"Pokok nya ini semua gara-gara si Lana." Ucap Niken di dalam hati dengan nada suara kesal.
"Enak aja udah bikin cowo gua babak belur." Ucap Niken.
"Gua harus bikin perhitungan ke dia." Ucap Niken sambil mengepalkan tangan kirinya.
Tak terasa kini Niken sudah sampai kembali di depan pintu ruang UGD, sebelum membuka pintu Niken berhenti sejenak untuk menstabilkan emosi yang membara di hati nya.
"Hhhuuffttttt...." Niken mengembuskan nafas dengan pelan.
Setelah merasa diri nya sudah sedikit tenang, Niken langsung mendorong pintu ruangan UGD.
TTRREEETTTT....
Saat Niken sudah masuk kedalam ruangan UGD dan menutup kembali pintu ruangan, iya sedikit terkejut saat melihat Boski yang sudah berada di ruangan ini, Niken melihat Doni dan Boski sepertinya sedang terlibat percakapan yang amat sangat serius di antara mereka.
"Ehhh si om udah dateng, pada lagi ngobrolin apa yah? Kaya nya serius banget." Ucap Niken sambil menatap ke arah Doni dan Boski dari depan pintu.
Niken langsung kembali berjalan pelan menuju ke arah Doni dan Boski.
"Oke Don." Ucap Boski sambil menepuk pelan bahu Doni.
"Sip, pokoknya seperti itu yah." Ucap Doni lalu tersenyum sinis ke arah Boski.
"Ehh Om kapan dateng?." Tanya Niken sambil berjabat tangan dengan Boski.
"Tadi kok belum lama, lu abis dari mana ken? Laki lu keadaannya gini kok di tinggal-tinggal." Tanya Boski sekedar basa-basi.
"Nih abis beli minum buat tuh orang." Ucap Niken sambil menyerahkan kantung plastik kepada Doni.
Dengan sigap Doni mengambil kantung plastik yang di berikan kepadanya.
"Cuman air?, Susu nya mana." Ucap Doni sambil tersenyum jahil ke arah Niken.
"Ngomong susu sekali lagi gua kebiri luh Don." Ucap Niken dengan nada suara sebal.
"Haha." Tawa Doni.
"Weyy weyy ada apa ini? cuman karna susu pake acara kebiri segala... ini lagi bahas susu apa an sih?." Tanya Boski.
"Susu kuda liar." Celetuk Niken.
"Hahahaha." Tawa Boski dan Doni bersamaan.
"Yangg." Ucap Niken kepada Doni.
"Apa mau ngasih susu?." Ucap Doni sambil tersenyum jahil.
"Ihhh serius." Ucap Niken.
"Iya..iya Kenapa?." Tanya Doni.
"Gini, pokok nya yah aku engga terima kamu sampai seperti ini, itu semua gara-gara si Lana, aku harus bikin perhitungan sama dia!." Ucap Niken dengan nada suara tegas.
"Bikin perhitungan gimana?." Tanya Doni.
Boski hanya diam dan menyimak pembicaraan antara Doni dan Niken.
"Aku mau bawa kasus ini ke jalur Hukum!." Ucap Niken.
Mendengar hal itu Doni dan Boski sontak saling memandang, pandangan mata mereka seperti mengisyaratkan sesuatu di antara mereka.
"Seriusan luh Ken?." Tanya Boski.
"Iya Om serius, orang kaya si Lana tuh harus di kasih pelajaran yang tegas biar sadar!." Ucap Niken.
Doni kembali menoleh ke arah Boski, ia tersenyum sinis sambil menganggukan kepalanya dengan pelan.
Saat Doni Niken dan Boski sedang berbincang-bincang, dari arah belakang Boski terlihat seorang suster sedang berdiri sambil memegang sebuah kantung plastik kecil, suster itu menatap ke arah Doni Niken dan Boski sambil tersenyum.
"Permisi mas... berhubung biaya administrasi sudah di selesaikan dan kondisi mas nya sudah stabil, mas nya sudah boleh pulang ke rumah, oh yah dan ini beberapa obat untuk di bawa pulang, untuk luka di bagian kepala saya sarankan untuk tidak terkena air terlebih dulu dalam beberapa hari dan rutin menganti perban." Ucap suster.
"Baik sus." Ucap Doni.
"Makasih yah suster." Ucap Niken.
"Iya terimakasih kembali, saya permisi." Ucap suster sambil membalikkan badan lalu berjalan meninggalkan Doni Niken dan Boski.
"Jadi sekarang gimana?." Tanya Doni.
"Kita pergi ke polsek pokoknya aku mau perkarain si Lana." Ucap Niken.
"Jadi sekarang keputusan lu gimana Don?." Tanya Boski.
"Gua mah ngikutin keputusan Niken aja." Ucap Doni.
"Yaudah sekarang kita pergi." Ucap Niken.
Setelah membuat keputusan untuk memperkarakan tindakan Lana ke jalur Hukum, Niken langsung bersiap-siap untuk pergih ke kantor polsek tempat Lana di bawa, setelah selesai memasukkan beberapa barang dan obat ke dalam tas milik Niken, Mereka pun langsung pergi meninggalkan ruangan UGD.
Doni berjalan dengan langkah gontai menyusuri lantai rumah sakit menuju ke arah depan lobby, dengan gerakan pelan Niken berusaha memapah tubuh Doni, sedang kan Boski sudah terlebih dahulu berjalan mendahului Niken dan Doni untuk mengambil Mobil milik Niken yang di parkir di area depan rumahsakit, setelah Niken memberitahukan letak ia memarkir kan mobilnya.
--- ooo ---
Sebuah mobil Honda jazz berwarna putih bermotif hello kitty ber plat nomor B 1122 TT milik Leva sedang bergerak pelan menyusuri jalan, di dalam mobil tampak Bayu sedang menyetir mobil dengan santai.
"Hhaahh Dikit lagi sampai Rumah." Ucap Bayu sambil merentangkan kedua tangannya.
"Padahal kalu tau bayar listrik bisa di mini market aku engga bakal jauh jajuh bayar di teller PLN... Hadehh desooo gua." Ucap Bayu.
"Mana haus lagi, ee beli minum dulu ah kalo minum di rumah keburu mati kehausan lagi." Ucap Bayu.
Setelah berjalan beberapa meter, akhirnya Bayu menemukan sebuah pedagang minuman kaki lima, yang sedang menjajakan dagangannya di pinggir jalan, melihat hal itu Bayu langusng menepi kan mobilnya di sisi kanan jalan.
"Paa teh pu*uk satu." Ucap Bayu kepada pedagang minuman.
"ehh iya mas.. sebentar." Ucap pedagang minuman.
Dengan sigap pedagang minuman itu langsung mengambil minuman yang di pesan, setelah itu langsung memberikan kepada Bayu.
"Nih mas." Ucap pedagang sambil menyerahkan minuman.
"Berapa paa?." Tanya Bayu sambil mengambil minuman yang di berikan kepadanya.
"Lima ribu." Ucap pedagang minuman.
"Oke pa sebentar." Ucap Bayu.
Bayu berusaha mengambil Dompet yang berbeda di belakang saku celana nya, setelah mendapatkan Dompet Bayu langsung membuka Dompet untuk membayar minuman.
"Waduh kok abis yah." Ucap Bayu terkejut saat melihat ke arah dalam dompet.
Bayu sedikit terkejut karna ia mendapati di dalam Dompet nya tidak ada uang sepeser pun.
"Kenapa pa? semua jadi lima ribu." Ucap pedagang minuman.
"Duhh gua lupa, kan gua tadi cuman punya uang 5 ribu di dompet udah di pakai buat bayar parkir." Ucap Bayu dengan nada suara pelan.
"Semua jadi lima ribu mas." Ucap pedagang minuman.
"Hemm kalo gua batalin engga enak." Ucap Bayu di dalam hati.
Lalu bayu tiba-tiba teringat sesuatu perkataan yang Leva pernah ucapkan kepada nya.
"Bayy ini kunci mobil sama STNK nya, kalau kata mamah kamu harus supirin aku ya sudah, oh iya aku mau ngasih tau kalau kamu lagi perlu uang receh buat parkir atau buat ngasih pak ogah nih ada di dalam Box dashboard." Ucap Leva.
"Baik Mbak." Ucap Bayu.
"Oh iya kan Mbak Leva pernah bilang kalo butuh uang receh ada di dalam Box dashboard." Ucap Bayu.
Mengingat hal itu Bayu langsung membuka Box dashboard mobil, bayu sedikit kaget saat melihat isi dari Box dashboard, di dalam Box dashbord tersebut terdapat cukup banyak uang pecahan lima ribu dan sepuluh ribuan terikat rapih dalam satu gepokan dan ada juga beberapa lembar uang pecahan serius ribuan, selain itu ada sebuah lipstik dan pensil alis.
Dengan cepat Bayu langusng mengambil satu lembar uang lima ribuan, dari satu ikatan gepokan uang.
"Nih pak." Ucap Bayu sambil menyerah kan uang lima ribuan kepada pedagang minuman.
"Oke makasih." Ucap pedagang minuman sambil membalikkan badan lalu berjalan menjauhi mobil Leva.
Di dalam Mobil terlihat Bayu sedang memandang ke arah Box dashboard dengan ekspresi wajah bingung.
"Kata nya cuman Recehan..ini mah nama nya celengan, atau mungkin duit bakal bagi bagi THR buat bocah sekampung." Ucap Bayu melihat sambil uang yang berbeda di Box dashboard mobil.
Saat Bayu mengambil uang itu, tak sengaja beberapa lembar foto ukuran sedang yang ternyata tertutup uang, ikut terbawa oleh tangan Bayu.
"Ehhh ada foto." Ucap Bayu.
Bayu menaruh kembali uang yang tadi ia ambil dari dalam Box dashboard, dan ia kini melihat ke sebuah foto yang ternyata adalah foto Leva.
"Ohh foto mbak Leva." Ucap Bayu.
Bayu tampak serius melihat foto Leva sambil tersenyum, romansa kekaguman timbul di hati Bayu.
"Mbak Leva tuh cantik yah." Ucap Bayu.
"Kulit nya putih bersih, postur tubuhnya bagus, rambutnya panjang, kaya nya dia orang nya smart deh, dan banyak uang lagi." Ucap Bayu.
"Hemm yang jadi pacar nya Mbak Leva pasti bahagia banget deh." Ucap Bayu.
Saat bayu membuka lembaran foto berikutnya, ia kali ini sedikit bingung saat melihat foto tersebut.
"Ini Mbak Leva lagi Foto sama siapa yah?." Tanya bayu saat melihat foto selfie Leva bersama Reza.
Lalu Bayu membalik foto tersebut dan di dapati sebuah kata-kata yang di tulis dengan sepidol hitam.
Me & prince of my heart .
Melihat kata-kata itu Bayu hanya tersenyum.
"Oh jadi ini pacar nya mbak Leva." Ucap Bayu.
"Sepertinya mereka berdua saling mencintai." Ucap Bayu sambil tersenyum.
Sekitar dua menit Bayu kembali melihat foto kebersamaan Leva dan Reza, setelah itu ia menaruh kembali beberapa foto tersebut kedalam Box dashboard Mobil.
"Balik ah udah mau sore." Ucap Bayu.
Setelah menyalakan mesin mobil, Bayu mulai menginjak pedal Gas mobil, lalu mobil pun kembali berjalan menuju ke arah kediaman rumah Leva.
--- ooo ---
Niken dan Doni saat ini berada di Polsek daerah xxxx tempat Lana di tahan sementara oleh polisi setelah melakukan tindakan pemukulan kepada Doni, Niken sangat bersemangat untuk memperkarakan tindakan Lana kepada Doni, setelah memarkir kan Mobilnya Niken beristirahat sejenak di kursi pengemudi melepas rasa letih yang terasa, ekspresi wajahnya Doni saat ini tampak tenang tidak ada ekspresi amarah kekesalan yang terpancar di wajahnya, berbeda dengan Niken yang sangat terbawa emosi nya yang memuncak.
"Kamu serius nihh mau perkara in si Lana?." Tanya Doni sambil menoleh kearah Niken yang berbeda di sebelah nya.
"Iya serius aku.. kalo engga serius ngapain kita ke sinih." Ucap Niken.
Setelah merasa cukup melepas rasa lelah Niken langsung turun dari mobil, dan berjalan ke sisi mobil yang kemudian membantu Doni turun dari mobil.
Setelah Doni turun dari mobil dan posisi berdiri nya sudah tegap Niken langsung menutup pintu mobil dan mengunci nya, dengan langkah pelan Niken berusaha memapah Doni berjalan.
"Hemm ehh motor om iki tuh." Ucap Niken sambil menunjuk ke arah motor Doni yang terparkir tak jauh dari posisi mobilnya.
"Motor aku kali dia cuman makai aja." Ucap Doni.
"Lahhh bukan nya kamu udah ngasih motor itu buat dia." Ucap Niken.
"Perjanjian awal nya seperti itu, abis dia comel sih ngaduin tingkah aku ke kamu." Ucap Doni.
"Yaa sukur si om ngadu jadi aku tau belang nya kamu!." Ucap Niken.
"Ehh Don kirain aku bakal kita yang duluan yang sampai." Ucap Niken.
"Dia kan pakai motor beib yah bisa ngebut dan selap-selip lah, jadi duluan dia yang sampai." Ucap Doni.
"Maybe." Ucap Niken.
Setelah berjalan beberapa meter dari parkiran, Doni dan Niken sampai di depan pintu ruangan utama polsek, Setelah masuk kedalam ruangan Doni dan Niken pun langsung di sambut oleh satu orang petugas kepolisian dengan ramah dan baik.
"Selamat sore ada yang bisa kami bantu?." Tanya seorang petugas polisi.
"Saya mau membuat laporan." Ucap Niken.
"Oh iya silahkan duduk terlebih dahulu." Ucap seorang petugas kepolisian.
Niken dan Doni langsung duduk di dua buah bangku besi yang berada di depan sebuah meja tempat pembuatan laporan, sedangkan petugas polisi itu duduk berseberangan dengan Niken dan Doni.
"Om Boski mana yah?." Tanya Niken sambil melihat ke sekeliling ruangan.
"Entah lah lagi ke toilet kali." Ucap Doni.
"Mas nya mau bikin pelaporan seperti apa, dan apa permasalahan yang sedang terjadi?." Tanya petugas kepolisian.
"Jadi gini pa, pacar saya tadi mendapat tindakan kekerasan dari temannya yang menyebabkan tubuhnya jadi luka seperti ini." Ucap Niken.
Doni terlihat hanya duduk terdiam memperhatikan Niken sedang berbicara dengan petugas kepolisian.
"Bisa cerita kan kronologis kejadian nya seperti apa?." Tanya petugas kepolisian.
"Jadi gini pa.."
Lalu Niken menerangkan secara detail kronologis kejadian pemukulan yang di lakukan oleh lana baik dari sudut pandang diri nya dan dari sudut pandang Doni sendiri, petugas kepolisian itu tampak serius mendengarkan kronologis kejadian yang Niken ceritakan.
"Pelaku nya sih sudah di aman kan di polsek ini, kata petugas yang membawanya saya di suruh datang jika keadaan pacar saya sudah lebih baik untuk di mintai keterangan, tapi saya merasa tidak terima dengan apa yang di lakukan oleh orang itu, jadi saya mau membawa kasus ini ke jalur hukum." Ucap Niken.
"Hemmm sebentar nama tersangkanya anda tau?." Tanya petugas kepolisian.
"Kelana atau Doni gitu dehh.." Ucap Niken.
"Sebentar saya cek terlebih dahulu." Ucap petugas kepolisian.
Lalu petugas kepolisian itu memainkan jari-jari nya di atas keyboard computer, sambil mata nya menatap ke arah layar computer dengan serius.
"Kelana Dodi saputro yaa dia baru masuk beberapa jam yang lalu, tapi masih kami taruh di ruangan pemeriksaan sampai ada pihak korban yang melakukan pelaporan dan memeberikan keterangan nya." Ucap petugas kepolisian.
"Yaa karna itu kami datang untuk memberikan keterangan dan membuat pelaporan." Ucap Niken.
"Yaaa baik kalau seperti itu saya buat BAP nya terlebih dahulu, lalu kami lakukan pemeriksaan lanjutkan terhadap terlapor." Ucap petugas kepolisian.
"Ohh iyah pak baik." Ucap Niken.
"Saya tinggal sebentar ya." Ucap petugas kepolisian.
"Ohh iya iya." Ucap Niken.
Lalu petugas kepolisian itu berdiri dan berjalan pelan meninggalkan Niken dan Doni.
"Kamu kok diem aja sih yangg dari setadi? Biasa nya kalo ada apa-apa kamu yang paling aktif ngomong." Tanya Niken sambil menatap wajah Doni.
"Hehe emang aku harus gimana?." Ucap Doni sambil tersenyum ke arah Niken.
"Aku ngerasa ada yang aneh aja sama kamu." Ucap Niken.
"Ahhh baperan kamu yangg." Ucap Doni.
"Entah lah, Don asal kamu tau yah aku ngambil tindakan seperti ini karna aku sayang banget sama kamu, aku engga rela orang yang aku cinta sampai terluka." Ucap Niken.
Mendengar perkataan Niken Doni hanya tersenyum lalu tiba-tiba ia memencet hidung Niken dengan pelan.
"Gombal ahh." Ucap Doni sambil tersenyum jahil.
"Iiihhh aku nya serius kamu nya dari setadi anggap nya bercanda." Ucap Niken dengan ekspresi wajah cemberut.
"Hehe iya iya aku bisa mengerti niat tulus dari hati kamu." Ucap Doni.
"Tau ah BT aku dari setadi aku mau bangun suasana kamu nya malah bercanda mulu." Ucap Niken sambil berdiri lalu berjalan menuju pintu keluar.
"Jiahhh kok jadi ngambek sih?." Ucap Doni.
"Siapa yang ngambek." Ucap Niken sambil berjalan menuju pintu keluar.
--- ooo ---
Di salah satu kamar tidur yang berbeda di dalam sebuah rumah cluster tempat kediaman Riana, dengan lebar raungan berukuran 5X5 meter dan dinding kamar berwarna biru muda, terdapat beberapa furnitur yang tertata rapi di dalam kamar tidur itu, seperti tempat tidur, lemari baju, meja hias dan beberapa barang lain yang mengisi ruangan kamar tersebut .
Rina terlihat sedang berbaring di atas tempat tidur, sambil menatap ke arah langit-langit kamar, ekspresi wajahnya terlihat sedih bisa dilihat dari kedua bola mata nya yang sembab karna sejak dari setadi menangis.
"Hiikkksss..hhikksss, mungkin ini semua adalah karma dari tuhan atas perbuatan ku dulu." Ucap Riana sambil mengusap pelan air mata yang keluar dari kelopak matanya mengunakan selembar tisue.
Lalu Riana bangkit dan duduk di tepi tempat tidur, sambil menyeka sisa air mata yang masih mengenang di kedua kelopak matanya.
"Aku menyesal tuhan atas perbuatan hina yang ku perbuat pada masa lalu." Ucap Riana.
Riana melirik ke sebuah bingkai foto yang terletak di atas meja kecil yang berada di sebelah diri nya, bingkai foto tersebut terletak bersebelahan dengan lampu hias kamar. dengan gerakan tangan pelan Riana mengambil bingkai foto tersebut, ia memandang ke arah bingkai foto dengan sangat dalam dan penuh perasaan.
Di dalam bingkai foto tersebut terdapat sebuah gambar sepasang suami istri dan seorang anak laki-laki berumur sekitar tiga tahun sedang saling berpelukan mesra satu dengan lain nya, tampak ekspresi wajah kebahagiaan mereka tercetak jelas di dalam foto tersebut, ya ketiga orang yang terdapat di dalam foto tersebut adalah Riana mas Hardi dan Kelana.
"Mungkin kebahagiaan yang dulu aku miliki kini tak bisa terulang kembali, tapi ya tuhan tolong lah mahluk ciptaan mu yang hina ini agar mendapatkan kebagian yang baru bersama anak nya, tunjukan jalan nya, buka lah pintu hati anak ku agar mau memaafkan dan mengerti
keadaan ku." Ucap Riana sambil memegang dan memandang ke arah bingkai foto.
"Walau pun sikap anak ku terhadap diri ku kurang baik dan sangat tidak mengenakkan bagi ku, aku bisa menerima dan mengerti kenapa Lana bersikap seperti itu." Ucap Riana.
"aku harap, sebelum diri ku mengembuskan nafas terakhir dan menutup rapat kedua mata ku ini selama nya, aku bisa berdamai dengan anak ku dan menjalani sisa hidupku bersama nya, melihat nya tumbuh menjadi pria dewasa, menikah dengan wanita pilihan nya dan menjadi pria seutuhnya." Ucap Riana.
Riana memandang ke arah bingkai foto sambil mengusap pelan wajah Lana kecil pada foto dan Riana sedikit tersenyum, walaupun air mata nya masih sedikit menetes keluar dari kedua kelopak matanya.
TTTRIIIINGGG....TTRRRRIIINGGG..TTRIINGG..!!!!
Tiba-tiba smartphone milik Riana yang berbeda di atas kasur berdering menanda kan sebuah panggilan telfon masuk, menyadari hal itu Riana menaruh kembali bingkai foto ke posisi awal saat ia mengambil nya, lalu Riana membalikkan badan setelah itu mengambil smartphone yang ia taruh di atas kasur.
Riana sedikit bingung saat melihat ke layar smartphone milik nya, karna iya tidak mengenali no panggilan telepon yang masuk, karna penasaran Riana menjawab panggilan telfon.
"Selamat sore, bisa berbicara dengan ibu Riana." Ucap seseorang di ujung telfon.
"Sore, iya dengan saya sendiri, ini siapa yah?." Tanya Riana.
"Saya Bripda agus dari polsek daerah xxxxx , saya ingin menanyakan kepada anda, apa kah anda orang tua dari atas Nama Kelana Dodi saputro?." Tanya seorang polisi di ujung telfon.
Mendengar kata polsek jantung Riana tiba-tiba langsung bedetak kencang, perasaan nya tak menentu saat ini ada perasaan takut bercampur bingung yang menyelimuti hati nya, kondisi perasaan seperti ini pernah ia rasakan sebelum nya saat mendapat kabar bahwa Dodi terciduk oleh polisi dengan kasus narkotika, dengan nada terbata-bata Riana menjawab pertanyaan yang jauhkan oleh polisi di ujung telfon.
"Iiii..yyyaa benar saya orang tua dari kelana, ada apa yah bapa hubungi saya?." Ucap Riana.
"Begini saya ingin memberitahu kan kepada anda bahwa anak anda yang bernama Kelana Dodi saputro saat ini berada di polsek, beberapa saat lalu anak anda melakukan tindakan pemukulan, karna itu saat ini kami amankan sementara, sebaik nya anda datang ke kantor." Ucap seorang polisi di ujung telfon.
Mendengar hal itu Riana sangat shok karna anak nya kembali berurusan dengan pihak kepolisian.
"Yaa tuhann...baik,baik pak saya akan kesana sekarang." Ucap Riana.
"Oke kami tunggu." Ucap polisi
Click to expand...
TTTUUUTTT....TTUUUTTT..TTUUTT..TTUUTT
Setelah memasukkan smartphone milik nya kedalam saku celana panjang yang ia kenakan, Riana duduk sejenak di tepi tempat tidur sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
"Yaa tuhann Lanaa kamu kenapa lagii Nakk." Ucap Riana.
Riana langsung berdiri kembali, setelah itu Ia mengambil tas jinjing yang berada tak jauh dari posisi nya saat ini, kemudian ia melangkah kan kaki nya menuju ruangan luar rumah nya.
Sesampainya di depan pintu rumah Riana mengantikan langkah nya sejenak, Riana terlihat memejamkan kedua matanya sambil memegang gagang pintu.
"Hhuufftttttt..." Riana mengembuskan nafas dengan pelan.
"Cukup kuat engkau menguji kekuatan hati ibu mu ini nak, semakin engkau uji hati ibu mu akan semakin kuat rasa sayang ku kepada mu, sebagaimana sikap mu kepada ku aku lah orang yang paling depan membela mu." Ucap Riana.
Riana mendorong pintu depan rumah dengan perlahan setelah itu Riana menutup dan mengunci nya kembali, lalu Riana mengena kan sepatu hak tinggi yang ia taruh di depan pintu luar rumah, setelah selesai Riana mulai melangkah kan kaki nya menyusuri jalan daerah komplek Cluster tempat ia bermukim, menuju kearah jalan raya tempat biasa angkutan umum berlalu lalang.
--- ooo ---
Langit jakarta pada saat ini sudah berangsur mengelap, sang surya mulai terendam untuk menyinari bagian belahan bumi yang lain, tampak beberapa burung sedang terbaring di langit untuk kembali ke sarang mereka, setelah seharian hinggap dan terbang mencari makan.
Jalanan ibukota cukup padat di lintasi kendaraan roda dua mau pun empat baik pribadi maupun umum, kepadatan kendaraan seperti ini adalah pemandangan hal yang sudah biasa di jumpai pada jam pulang kantor seperti saat ini.
Sebuah taksi berbasis online milik brand sebuah perusahaan asal malaysia yang berkantor pusat di Singapura, sedang bejalan pelan menyusuri jalan yang cukup padat dan ramai, di dalam taksi tersebut tepat nya di kursi belakang mobil terlihat Riana sedang duduk sambil melihat ke arah kaca pintu mobil, ekspresi wajahnya tampak cemas, perasaan hati nya kini tak menentu, didalam benak fikir ran nya hanya ada Dodi yang selalu ia fikir kan.
"Paaakk..pakkk stop di sini." Ucap Riana sambil menengok ke arah kiri.
"Ohh baikk, memang di maps aplikasi kita sudah sampai." Ucap Driver.
Mobil pun perlahan mulai menepi dan berhenti di depan sebuah kantor polisi sektor daerah xxxxx, setelah membayar ongkos trip yang tertera di aplikasi, Riana langsung turun dari mobil dan berdiri persis di depan kantor polisi.
Riana berdiri sejenak sambil menatap ke arah kantor polisi, iya menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan, Riana berusaha menenangkan hati nya saat ini yang cukup terguncang.
"Hhhhuuuffftttt..."
Dengan langkah pelan Riana berjalan masuk kedalam kantor polisi.
"Permisi Pa." Ucap Riana kepada seorang petugas kepolisian yang sedang berdiri di depan pintu kantor.
"Ohh iya, ada yang bisa saya bantu?." Tanya petugas polisi.
"Saya Riana, saya ingin mengahap pemanggilan polisi atas anak saya bernama Kelana Dodi saputro." Ucap Riana.
"Ohh anda masuk ke dalam saja ke bagian pelaporan." Ucap petugas polisi.
"Oh baik." Ucap Riana singkat.
Riana langsung masuk ke dalam kantor polisi dan berjalan menuju ke meja pelaporan.
"Selamat datang saya Bripda Noval ada yang bisa saya bantu?." Tanya petugas kepolisian.
"Saya Riana orang tua dari Kelana Dodi saputro, saya ingin mejawab panggilan pelaporan atas anak saya." Ucap Riana.
"Oh sebentar." Ucap Petugas polisi.
Petugas polisi tersebut terlihat sedang membuka beberapa tumpuk berkaslaporan yang berbeda di atas meja.
"Jadi gini ibu Riana, anak anda sementara kami tahan atas dugaan pemukulan terhadap sodara atas nama Doni firmansyah, tapi sebelum itu saya akan menceritakan sedikit kronologis kejadian menurut keterangan korban dan beberapa saksi di tempat kejadian, jadi kronologis kejadian awal nya seperti ini..."
Petugas polisi menceritakan secara detail kronologis kejadian pemukulan yang di lakukan oleh Dodi menurut data yang ada, Riana mendengar kan nya dengan serius, akan tetapi terlihat kedua kelopak matanya berkaca-kaca, Riana berusaha mengendalikan rasa sedih yang berkecamuk di dalam hati nya.
"Jadi seperti itu kejadian nya." Ucap Petugas polisi.
"Huuuffttt..Boleh saya bertemu sebenar dengan anak saya." Ucap Riana.
"Oh iyah baik, saya antar." Ucap Petugas polisi.
Lalu Riana dan petugas kepolisian berdiri secara bersamaan, kemudian petugas polisi langusng berjalan menuju ke sebuah ruangan yang berbeda di tengah gedung kantor polisi ini di susul Riana di belakang nya.
--- ooo ---
Di sebuah ruangan pemeriksaan yang terletak di bagaian tengah gedung kantor polisi yang berukuran cukup sedang, terlihat Dodi sedang duduk sesendiri di bangku kayu panjang yang terletak di sisi kanan ruangan, Dodi hanya duduk terdiam sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
TTRREEETTTTT..TTTRREKKKKK.....!!
"Itu anak anda." Ucap anggota polisi ke pada Riana.
Riana hanya mengunakan kepalanya pelan lalu ia berjalan menuju ke arah Dodi.
"Ngapain mamah kesini!." Ucap Dodi.
"Mamah ke sini...." Ucap Riana terpotong.
"Aku terpaksa yah mahh ngasih nomor mamah karna di paksa sama polisi di sini untuk menghubungi mamah." Ucap Dodi sambil memalingkan wajah nya.
"Lanaa please naaak lihat mamah muu sekali saja." Ucap Riana sambil berusaha memegang tangan Dodi.
"Mamah bisa terima naak sikap kamu yang seperti ini..walau pun hati mamah sakitt, tapi naak Please jangan melakukan tindakan yang merugikan diri kamu sendiri, mama tidak mau naaak kamu lebih hancur lagi, mamah tidak mau naakk atas kesalahan mamah di masa lalu membuat masa depan kamu hancur, mamah tau Lana benci sama mamah, karna dosa mamah kamu tidak bisa bertemu dengan papah mu lagi, jika kamu tersiksa batin mamah lebih tersiksa naak mengagung dosa dan akibat perbuatan mamah sendiri, semua orang pernah melakukan Dosa nak, sebagaimana kotor nya diri ku naak aku tetap lah ibu mu, sebagai mana Lana membenci mamah aku lah ibu mu Hiiikkss!!." Ucap Riana.
Lana hanya diam sambil tetap memalingkan wajah nya.
"Hemmm permisi." Ucap seorang polisi.
Riana langsung menghapus air mata nya lalu menoleh ke arah polisi.
"Ibu Riana, sebelum nya maaf jika anda bertemu dengan anak anda sangat singkat, sebaik nya anda pulang dan kembali besok, karna jam kegiatan berkunjung sudah habis dari tadi sore dan untuk sementara anak anda malam ini kami tahan di ruangan ini dulu." Ucap polisi.
Riana hanya mengunakan kepalanya pelan.
"Ohh yaahh dan besok anda langsung menghadap ke ruang kepala polisi yah." Ucap polisi.
"Huhhfff iya baik." Ucap Riana.
Polisi itu langsung membalikkan badan dan berjalan meninggalkan ruangan pemeriksaan.
"Aku tau perbuatan mu ini salah, tapi aku adalah ibu mu, aku mempunyai tugas untuk melindungi mu, membela mu, membimbing mu, sebagai mana perbuatan mu kali ini, aku tak akan membiarkan kamu masuk penjara naa, aku akan menyelamatkan masa depan mu." Ucap Rina.
Lalu Riana berdiri dan berjalan pelan meninggalkan Dodi di ruangan ini sendiri, sedang kan Dodi kini menatap ke arah Riana yang mulai pergi menjauh dari nya.
--- ooo ---
"Thanks yah broo udah bantuin gua." Ucap Boski sambil berbicara kepada seseorang.
"Sama-sama namanya juga temen, besok final game nya." Ucap seseorang tesebut.
"Oke gua cabut yak." Ucap Boski sambil menjabat tangan seseorang.
"Yooi." Ucap seseorang tesebut membalas menjabatan tangan Boski.
Setelah memakai helm Boski langsung naik ke atas motor dan menyalakan mesin nya.
BBBRRUUMM...BBRRUUMM..BBRRUUMM..!
TTEENNNN..!!
"Sip hati-hati luh."
Boski mulai menjalankan motor nya menuju pintu gerbang Polsek, setelah berada di jalan raya Boski pun langsung tancap Gas memacu motor nya cukup kencang menyusuri jalan ibukota.
"kalo sudah pulang Kelara beli in Boneka ebiberr yang besar warna putih."
Tiba-tiba Boski teringat dengan permintaan Kelara sebelum iya pergi menemui Doni di rumah sakit.
"Astaga hampir lupa aku putri ku minta Boneka." Ucap Boski sambil menpuk pelan kepala nya yang tertutup oleh helm.
Dengan cepat Boski langsung memacu motor nya untuk mencari Toko boneka, setelah beberapa meter Boski menyusuri jalan untuk mencari Toko boneka akhirnya Boski menemukan satu toko boneka kecil yang berbeda di sisi kiri jalan.
"Sepi amat nih toko." Ucap Boski.
Setelah memarkirkan motor dan melepaskan helm nya, Boski langsung masuk kedalam toko boneka tersebut.
TRRIINNGG...
"Selamat datang." Ucap pelayan toko.
"Mbak saya mau beli boneka Teddy bear dong." Ucap Boski.
"Oh iya ukuran dan warna nya ?." Tanya pelayanan toko.
"Eee yang sedang aja, warna nya putih." Ucap Boski.
"Oh yah sebentar."
Pelayanan toko itu langsung mencari boneka sesuai dengan permintaan Boski, setelah mendapatkan nya pelayan toko itu langsung berjalan mendekati Boski.
"Seperti ini mas?." Ucap pelayan toko sambil menyerahkan BonekaTeddy bear kepada Boski.
"Ini bagus kan buat hadiah?." Tanya Boski.
"Ohh bagus mas biasa nya cewe suka kalo di kasih boneka kaya ginih." Ucap pelayan toko.
"Ehh hehe iya sih buat cewe tapi, ini buat anak saya." Ucap Boski sambil tersenyum.
"Ohh buat anak, kirain buat pacar atau gebetan hihi." Ucap pelayan toko.
"Hehe tapi seandainya boneka ini saya kasih untuk seseorang wanita, bakalan suka gitu sama pemberian saya?." Ucap Boski.
"Tergantung wanita nya sih mas, biasa nya kalo karakter wanita itu lembut pasti suka, apa lagi kalo di boneka ini ada bordiran nama si wanita itu, pasti seneng banget deh." Ucap pelayan toko.
"Yaudah nama mbak nya siapa biar saya bordir boneka ini buat mbak hehe." Ucap Boski sambil tersenyum jahil.
"Yeeee malah modus si mas nya hehe, saya udah punya pacar." Ucap pelayan toko.
"Yaelah Mbak baru pacar belom suami hehe." Ucap Boski.
"Hehe si mas bisa aja." Ucap pelayan toko.
"Hehe just kidding yah mbak, yaudah boneka yang itu saya beli." Ucap Boski.
"Oke mas saya bungkus dulu." Ucap pelayan toko.
Setelah selesai di bungkus Boski langsung membayar Boneka itu.
"Makasih yah mas udah beli boneka di toko ini." Ucap pelayan toko.
"Iya." Ucap Boski.
Saat Boski sudah mebalikan badan dan akan berjalan menuju pintu toko tiba-tiba pelayan toko berkata kepada Boski.
"Mas." Ucap pelayan toko.
"Yaa?." Sambil menoleh ke arah pelayan toko.
"Mungkin seorang wanita akan sedikit bahagia jika di kasih suatu barang pemberian dari pria yaa contohnya Boneka, tapi kebahagiaan yang sesungguhnya yang di harapkan wanita dari seorang pria itu, keseriusan dari seorang pria, Cinta tulus dari seorang pria, dan berani melangkah jauh bersama wanita itu, tapi saya berbicara konteks wanita yang tidak memandang pemberian seorang pria dari materi." Ucap pelayan toko.
"Yaa saya akan ingat kata-kata mbak." Ucap Boski sambil tersenyum.
Lalu Boski membalikan badan nya kemudian berjalan menuju pintu keluar toko, setelah menaruh Boneka kedalam Box motor yang menempel di behel custom belakang motor, Boski langsung memakai helm nya kembali setelah itu ia naik dan menyalahkan mesin motor, tak berselang lama motor Boski kembali berjalan menyusuri jalanan ibukota menuju ke rumahnya.
--- ooo ---
Sebuah jam dinding yang menempel di sudut kiri kamar Leva menujukkan pukul sepuluh malam, suara detak jarum jam cukup terdengar jelas di ruangan ini, suhu di dalam ruangan cukup terasa dingin karna Leva myetel pendingin ruangan hingga suhu 18°, di dalam kamar terlihat Leva dan Sinta sedang berbaring di atas kasur, saat ini Leva mengenakan piyama wanita berwarna hijau muda, sedang kan Sinta mengunakan kaos lengan panjang dengan bawahan celana training, akan tetapi Sinta tidak memakai kerudung nya yang selalu ia pakai kemana pun ia pergih, terlihatlah mahkota wanita nya yang panjang nan halus sepunggungnya.
Sinta sangat merasa ngantuk saat ini, bisa di lihat dari wajah nya yang cukup Lelah dan kedua mata nya agak sayu, setiap Sinta akan memejamkan kedua matanya Leva selalu membalas suatu topik pembicaraan, sebenarnya Sinta sudah tidak kuat lagi meladeni pembicaraan Leva, akan tetapi ia berusaha menahan rasa ngantuk nya demi meladeni pembicaraan Sahabat nya ini.
"Taaaa." Ucap Leva sambil berbaring di sebelah Sinta.
"Hoooaammzzz.. apa lagi Vaa?." Tanya Sinta sambil menutup mulut dengan telapak tangannya.
"Kira-kira Reza sekarang lagi di mana yah, keadaan nya seperti apa, udah makan atau belum.. Ahhhh gua engga tenang banget Taa." Ucap Leva.
Sinta membalikkan badan nya menghadap ke arah Leva.
"Tenang aja Vaa itu cuma rasa ke khawatiran lu yang berlebih." Ucap Sinta.
"Taa gua belum bisa tenang kalo gua belum tau kondisi Reza saat ini yang sebenarnya, gua takut Reza tersiksa kedinginan kelaparan taa di perlakuan buruk sama orang yang bawa Reza, dan gua lebih takut lagi jika rezaaa Aaahhhh Taaa." Ucap Leva, sambil menutup wajah nya dengan gulung yang iya peluk.
"Tenang dulu Vaa." Ucap Sinta dengan nada suara pelan.
Sinta menggenggam tangan Leva lalu Sinta memposisikan telapak tangan di dada Leva.
"Kita khawatir boleh Va itu wajar tapi lu harus tenang sekarang, jangan buat hal yang tidak nyata menjadi nyata karna Mindset pikiran lu seperti itu, Positif thinking aja Vaa, sekarang lu tenangin hati lu dan yakin aja Reza baik-baik aja saat ini dan lu berdoa aja semoga Reza selalu di jaga sama tuhan di manapun iya berada." Ucap Sinta.
Leva hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.
"Ehh ngomong-ngomong Ta kak Niken kemana yah kok sampai jam segini belum sampai yah?." Tanya Leva.
"Hemmm tau deh Va, coba lu telfon aja deh." Ucap Sinta sambil mengusap kedua matanya.
"Gua coba telfon deh." Ucap Leva.
Lalu Leva langsung bangkit dari tempat tidur, kemudian Leva melangkah menuju meja belajar untuk mengambil smartphone yang ia taruh di dekat tumpukan buku.
Leva mencoba untuk menelfon Niken akan tetapi, saat Leva menelfon ternyata no handphone Niken saat ini sedang tidak aktif dan ketika Leva mencoba menelfon Doni, panggilan telfon dari Leva tak kunjung Doni angkat.
"Kok aneh yah Ta pada susah di hubungi, kak Niken gua telfon no nya engga aktif sedangkan kak Doni gua telfon engga di jawab." Ucap Leva.
Namun tak ada jawaban dari Sinta.
"Taa?." Ucap Leva.
Karna penasaran Leva membalikkan badan nya menghadap Sinta.
"Yee malah tidur lagi." Ucap Leva sambil melihat Sinta yang sudah tertidur pulas di ranjang nya.
Leva kembali melangkah menuju ke kasur setelah itu ia kambali berbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Padahal masih jam sepuluh nih anak udah tidur aja." Ucap Leva sambil menoleh ke arah Sinta.
"Tidur juga deh dari pada bengong." Ucap Leva.
"Tapi berdoa dulu ah supaya hati tenang." Ucap Leva sambil melihat ke arah langit-langit ruangan kamar.
"Yaa tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, pencipta segala yang ada di dunia ini, aku berdoa kepada mu tenangkan lah hati ku, dan jaga lah Reza untuk ku karna hanya engkau yang mampu melindungi nya di manapun iya berada, amin." Ucap Doa Leva.
Perlahan Leva mulai memejamkan kedua matanya, setelah hati dan diri Leva sudah cukup tenang, Leva mulai pergih ke alam mimpi menyusul Sinta.
--- ooo ---
Udara di daerah Pondok Rasamala Bogor pada saat ini terasa sangat sejuk, sensasi rasa sejuk nya cukup terasa di kulit, jika kita berada di tempat ini kita akan menikmati oksigen yang cukup segar terasa, karena udara di daerah ini masih belum terkontaminasi asap polusi kendaraan bermotor, di tambah masih banyak nya deretan pepohonan di kawasan area ini membuat diri merasa menyatu dengan alam.
Di sebuah villa ber nomor delapan yang berada di area pondok Rasamala, dengan bangun villa berlantai dua berarsitektur kayu yang di desain sedemikian rupa, membuat kesan klasik dan sederhana pada villa ini.
Di lantai dua villa tepat nya di balkon depan kamar yang menjorok ke arah halaman luar villa, terlihat Winda sedang duduk termenung sendiri di sebuah bangku yang di sediakan oleh pihak pengelola villa, Winda di temani secangkir kopi hangat yang ia truh di meja kecil di samping diri nya untuk membuat tubuh nya sedikit hangat.
Winda saat ini sedang menatap langit malam yang di hiasi bintang, Winda terlihat sedang termenung, entah apa yang sedang iy fikir kan nya saat ini, tampak ekspresi wajah datar terpapar jelas dari wajah nya.
"Mungkin diri ku terkesan egois akan cinta." Ucap Winda di dalam hati.
"Dan mungkin aku terkesan pisikopat di mata orang lain."
"Tapi salah kah aku sperti ini."
"Aku hanya lah seorang wanita biasa yang sedang jatuh cinta, yang menemukan kebahagiaan nya kembali, setelah beberapa tahun terhempas Gelombang Nestapa yang membuat ku hilang arah tampa tujuan."
Winda memejamkan kedua bola mata nya sambil mengembuskan udara dari hidung nya yang mancung.
"Hhhhhuuftttt."
"Tak akan ku perdulian perkataan orang lain tentang ku, karena mereka hanya menilai ku dari satu sudut pandang, mereka tidak memahami sosok diri ku termasuk orang yang aku kira adalah sahabat sejati ku Sinta."
"Maaf Leva, mungkin aku terkesan kejam kepada mu, tapi aku menemukan suatu sosok kebagian dalam diri ku pada Reza, menatap nya aku aku merasa hidup kembali, bersama nya aku menemukan arti kebahagiaan yang telah hilang." Ucap Winda di dalam hati.
Saat Winda berbicara sendiri di dalam hati sambil menatap ke arah langit malam, dari arah belakang terlihat Reza sedang berjalan pelan mengarah ke Winda yang sedang duduk sendiri di balkon Villa.
"Kamu aku cari in ternyata di sinih." Ucap Reza sambil berlari di samping Winda.
Winda yang menyadari kehadiran Reza, langsung menoleh sambil tersenyum.
"Emang mau kemana lagi." Ucap Winda.
"Hehe." Tawa kecil Reza.
"Kamu ko berani sih mandi malam-malam seperti ini?, kan udara nya dingin...kalo kamu sakit gimana?." Ucap Winda dengan nada suara sedikit khawatir.
"Yee kalo mandi nya pakai air dingin mana brani aku, aku tuh mandi nya pakai air hangat." Ucap Reza.
"Oh iya lupa aku, di sinih kan ada air hangat nya hehe, kalo begitu coba tadi aku ikut mandi bareng kamu aja." Ucap Winda sambil tersenyum menggoda ke arah Reza.
"Hehe engga boleh Winda, engga boleh." Ucap Reza.
"Hehe boleh sayang." Ucap Winda.
Lalu Winda berdiri dan berjalan ke arah Reza dengan tatapan menggoda, Reza yang melihat tingkah Winda seperti itu langsung sedikit panik di buat nya.
"Kamu mau ngapain?." Ucap Reza.
Reza yang tadi merasa takut terlebih dahulu kini terdiam malu karna Winda berjalan melewati diri nya.
"Yeee GR kamu orang aku mau ambil gitar." Ucap Winda sambil mengambil sebuah gitar akustik yang tergantung di sisi tembok.
Setelah Winda mengambil gitar akustik, ia kembali berjalan menuju ke bangku semula tadi iya duduk.
"Emangnya kamu kira aku mau ngapain?." Tanya Winda sambil mengstem gitar yang ia pegang.
"Hehe takut nya kamu nakalin aku." Ucap Reza dengan nada aga lugu.
"Hahaha yeee padahal berharap tuh di nakalin." Ucap Winda.
"Haha engga Winda." Ucap Reza.
"Zaa kamu mau engga aku nyanyi in satu lagu buat kamu?." Tanya Winda.
"Emang kamu bisa nyanyi dan main Gitar?." Tanya Reza kembali.
"Bisa dulu aku sering loh nyanyi buat kamu, di saat kamu sedih bosen bahkan di saat mood kamu baik aja kamu suka request lagu." Ucap Winda.
"Iya kah?, coba aku mau denger suara kamu, nyanyikan satu lagu yang mewakili perasaan kamu ke aku saat ini." Ucap Reza.
"Oke dengerin yah." Ucap Winda.
Lalu Winda memposisikan jari-jari tangannya di fred gitar membentuk cord nada sebuah lagu, dengan petikan pelan Winda mulai memainkan gitar dengan awalan nada pelan.
CINTA TERBAIK by CASSANDRA
Jujur saja ku tak mampu
hilangkan wajahmu di hatiku
meski malam mengganggu
hilangkan senyummu di mataku
ku sadari aku cinta padamu
meski ku bukan yang pertama di hatimu
tapi cintaku terbaik untukmu
meski ku bukan bintang di langit
tapi cintamu yang terbaik
jujur saja ku tak mampu
tuk pergi menjauh darimu
meski hatiku ragu
kau tak di sampingku setiap waktu
ku sadari aku cinta padamu
meski ku bukan yang pertama di hatimu
tapi cintaku terbaik untukmu
meski ku bukan bintang di langit
tapi cintamu yang terbaik
oh meski ku bukan yang pertama di hatimu
tapi cintaku terbaik untukmu
meski ku bukan bintang di langit
tapi cintamu yang terbaik
oh meski ku bukan yang pertama di hatimu
tapi cintaku terbaik untukmu
meski ku bukan bintang di langit
tapi cintamu yang terbaik
(cintaku yang terbaik)
tapi cintamu yang terbaik
(cintaku yang terbaik)
tapi cintamu yang terbaik.....
Reza tampak sangat menikmati alunan musik gitar dan suara nyanyian yang
Winda main kan di hadapannya.
PROKKK..PPRROKK..PPROKK..
Setelah Winda menyanyikan satu buah lagu yang di persembahkan untuk Reza, Reza bertepuk tangan pelan karna iya sungguh terpukau dengan nada suara yang Winda miliki.
"Suara kamu bagus banget Winda." Ucap Reza sambil tersenyum kearah Winda.
"Hehe apa ku bilang." Ucap Winda dengan tersipu malu.
"Iya..iya, tapi aku sih merasa aku baru pertama kali mendengar diri mu bernyanyi." Ucap Reza.
"Kan kamu lupa sayang." Ucap Winda.
"Hufftt.. sungguh teramat sayang aku melupakan nya." Ucap Reza dengan nada suara lesu.
"Sudah Reza tak usah kamu sedihi apa yang telah kamu lupa kan, nyatanya sekarang kita bersama lagi dan kamu bisa mendengar suara nyanyian ku kembali." Ucap Winda.
Lalu Winda menaruh Gitar akustik yang tadi ia main kan di sisi tembok sebelah kiri nya, kemudian ia berdiri dan memandang ke arah Reza.
"Bangun Za." Ucap Winda.
Lalu Reza berdiri di depan Winda sambil menatap ke arah wajah nya, tak di sangka Winda memeluk Reza dengan erat seolah ia tak mau kehilangan pria yang sedang ia peluk ini.
"Reza aku sangat sayang sama kamu, aku rela melakukan apa saja untuk mu, tapi bukan bermaksud diri ku ini terlalu Cinta buta terhadap mu, lebih tepatnya kamu pantas untuk di perjuangkan, karna kamu adalah sumber kebahagiaan ku yang tak mungkin ku temukan lagi untuk kedua kalinya." Ucap Winda sambil memeluk dan bersandar di dada Reza.
"Iya Winda." Ucap Reza sambil membalas pelukan Winda.
"Entah kenapa hati ku seakan sulit untuk membalas kata Cinta untuk mu, padahal kau kekasih ku, biar lah pertanyaan hati ku ini kusimpan sendiri, aku tak mau merusak kebahagiaan nya, biar waktu yang menjawab semua pertanyaan yang timbul di hati ku." Ucap Reza di dalam hati.
"Zaa masuk yuk, udara nya mulai terlalu dingin nih." Ucap Winda.
"Iya, tapi nanti sebelum tidur aku mau denger lagi kamu nyanyin sebuah lagu buat aku yah." Ucap Reza.
"Iya sayang." Ucap Winda sambil tersenyum.
Winda dan Reza mulai melangkah kan kaki nya menuju ke dalam villa, sesampai nya di dalam setelah menaruh Gitar di atas kasur Winda melangkah kembali ke arah pintu kamar untuk menutup pintu setelah itu ia menutup tirai yang terpasang di kaca jendela kamar.
--- ooo ---