Chapter 31 Mustika Dara : Kesesatan yang Penuh Nikmat
Beberapa minggu setelah Dara mendapatkan foto adik perempuannya yang tak wajar…
Dara
Hari ini aku berencana mengajak Hana untuk bertemu karena aku hendak membahas temuanku tentang foto telanjang tubuhnya yang kudapatkan dari syafira beberapa minggu lalu. Akhirnya kami sepakat untuk bertemu siang ini di salah satu restoran fast food yang berada tak jauh dari kantorku. Tak lama aku menunggu kedatangan hana,
“Assalamualaikum kak Dara… Uuu kangennyaaaa” sapa Hana sembari memelukku
“Wa’alaikumsalam adikku… Iyaaa udah lama banget ya kita gak ketemu… Sehat kan kamu dek?” tanyaku berbasa basi sembari memberikan menu makanan
“Alhamdulillah sehat kak, kakak sehat juga kan?” tanya Hana
“Alhamdulillah sehat dek, eh gimana dengan yang lain? Sehat kan mereka semua?” tanyaku
“Alhamdulillah mereka sehat semua kak, dek Naura sudah bisa merangkak, cerdas banget dia” ucap Hana menjelaskan perkembangan adik bungsu kami, Naura.
“Oh iya ya? MasyaAllah memang cerdas-cerdas semua anak-anak abi ya hehe” ucapku
Hana yang hari ini tampak mengenakan manset hitam, dengan outer rajut strip hitam putih, celana jeans sobek lutut dan dipadukan dengan hijab pashmina berwarna mocca membuatku seketika melirik dari atas hingga ke bawah tubuh Hana tak percaya dengan penampilannya yang kini sangat modis dan cenderung ‘terbuka’.
“Cantik banget kamu hari ini hana…” ucapku
“Ahh makasih kak… hehe” ucap Hana tersanjung
“Tapi pakaianmu ketat semua Han, tumben” celetukku
“Hmm yaa biasanya gini sih kak, emang mestinya gimana?” tanya Hana
“Yaa kamu biasanya kan gamisan hijab panjang, hari ini modis sekali makanya kakak jadi heran” ucapku
“Ohhh yaa sekali-sekali modis gak apa dong kak, namanya juga cewek hehe” ucap Hana sembari tertawa walaupun tampaknya ia sedikit tak nyaman dengan komentarku
“Iya deh iyaaa yang si paling cewek. Jadi gini Han, kakak beberapa minggu lalu mendapat foto dirimu dengan kondisi yang tidak wajar, maka dari itu kakak ingin menanyakan perihal ini denganmu secara langsung” ucapku yang seketika membuat situasi menjadi serius
“Ah? Foto yang tidak wajar gimana kak?” tanya Hana berbisik
“Ini ada 5 fotomu dengan keadaan tanpa busana” ucapku sembari menunjukkan beberapa foto yang kudapat dari syafira
“Astaghfirullah! Itu siapa kaaaakk?” ucap Hana terkejut
“Coba kamu slide ke foto yang paling akhir dek” ucapku
Seketika wajah Hana tampak tegang dengan kedua pupil matanya membesar memperhatikan beberapa foto tersebut
“Kakak disini bukan ingin menyudutkanmu dek, kakak justru ingin menanyakan apakah kamu baik-baik saja? Jika ada yang perlu kamu utarakan, curhat sama kakak mu ini dek, gak perlu sungkan” ucapku berusaha mencairkan suasana
Tampak Hana menundukkan kepalanya sembari kedua tangan menopang kepalanya
“Benar itu kamu kan dek? Kakak tidak mengada-ada kan?” tanyaku
“I…iya benar itu aku kak… ta… tapi si…siapaaa yang memfoto akuuuu?” tanya Hana yang terdengar tengah menahan tangisnya
“Semoga ini dijadikan pembelajaran ya dek, tapi maaf kakak gak bisa kasih tau kakak dapat dari siapa foto-foto tersebut” ucapku
Seketika Hana dengan wajahnya yang merah padam menatapku tajam bak kesetanan, ia memegang kedua bahuku sembari berkata
“Kasih tahu aku kak?! Siapa yang memfoto diriku dalam kondisi tak wajar tersebut?! Siapa kak?!”
“Astaghfirullah Hana! Lepasin kakak! Tenangkan dirimu dulu!” ucapku yang seketika panik sembari berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Hana pada bahuku
“Siapa kak? Ya Allah! Kenapa sih ada orang yang setega itu? Huhuhuhu…” Hana bertanya-tanya hingga akhirnya ia meneteskan air mata
Hana
Hari ini aku memiliki agenda untuk bertemu dengan Kak Dara setelah sekian lama kami tak berjumpa untuk sekedar chilling-time bareng. Ketika aku menemuinya di salah satu restoran fast-food yang posisinya tak jauh dari kantor Kak Dara. Kak dara sempat mengomentari gaya berpakaianku, bahkan aku sempat tak nyaman dengan komentarnya tersebut dan muncul sedikit kekesalan dalam diriku namun obrolan segera dialihkan oleh kak Dara ke pembahasan yang justru semakin membuatku kesal dan tak percaya tentang apa yang kak Dara temukan. Ada sederet foto di HP kak Dara yang menunjukkan tubuhku setengah tak berbusana yang setelah kuingat-ingat itu adalah momen ketika aku ketiduran setelah mencapai puncak orgasme ketika masturbasi membayangkan dientotin Kak Roby.
Kak dara sempat enggan memberi tahu darimana ia mendapatkan foto tersebut, namun setelah aku membujuknya dengan sedikit lembut, muncul satu nama yang kak Dara sebut sebagai pemilik foto tersebut dan seketika nama tersebut yang tak lain adalah Mas Satria alias pacarnya Kak Haura tetangga kosku yang merupakan pelaku dari penyemprotan peju pada tubuhku pada malam itu. Sempat berdesir amarah berikut nafsu birahiku memikirkan kejadian tersebut. Namun obrolan ini kembali kualihkan ke pembahasan lain walaupun tampak kak Dara sedikit kecewa dengan aku yang terus berkilah dan enggan membahas hal ini.
“Dek, kalau kamu ada keluh kesah apapun, jangan sungkan ngobrol dengan kakak ya, kalau ada waktu kakak pasti bisa menemuimu langsung, jika misal kakak sibuk, kamu boleh kok telpon kakak” ucap Kak Dara penuh kasih sayang sembari memegang kedua tanganku
“Huhuhuhu… Iyaaa makasih ya kakak… InsyaAllah nanti kalau ada apa-apa, aku pasti cerita kok dengan kakak…” ucapku dengan tangisan palsu
“Kak, setelah ini mau kemana?” tanyaku
“Hmm… pulang mungkin dek. Tapi kakak rasanya pengen ke rumah deh, mau liat Naura” ucap Kak Dara
“Boleeeh kak, ayo ke rumah. Wah ini momen spesial nih, kak Dara bakal main ke rumah hehe” ucapku bahagia mendengar niatan kak Dara hendak mengunjungi rumah kami
Kami akhirnya menuju rumah dengan kak Dara memboncengiku menggunakan sepeda motor maticnya
Setibanya di rumah …
Aku memutuskan untuk masuk terlebih dahulu sementara kak Dara masih sibuk memarkirkan sepeda motornya
Aku dibuat terkejut dengan pemandangan tak bermoral di ruang tamu, dimana randi tampak tengah mengentoti seorang perempuan yang tampak lebih muda darinya, dengan posisi WOT sang perempuan menggenjot kontol Randi dengan tempo tinggi.
Aku seketika memundurkan langkahku dari pintu utama dan kembali menghampiri kak Dara dengan memutar otakku untuk mencari ide agar kak Dara tidak masuk dulu ke dalam rumah.
“Eee kak… Maaf nih, aku baru ingat, kayaknya pampers dan sufor Naura habis deh, kakak boleh bantu belikan kah?” tanyaku
“Wah… kenapa gak dari tadi dek? Butuh berapa dek?” tanya Kak Dara yang tampak mulai naik ke sepeda motornya lagi
“Hehe maaf, hana baru ingat soalnya. Masing-masing butuh 1 aja sih kak” ucapku berusaha tenang
“Ooo iya udah, kakak pergi beli dulu kalau gitu, kamu ada mau titip apa? Umi mau dibelikan makanan kah? Biar sekalian” tanya Kak Dara
“Oh iya umi, boleh deh kak beliin Nasi Ayam aja” ucapku
“Oke hana, kakak otw dulu ya, Wassalamualaikum” ucap Kak Dara sembari mengemudikan motornya
Aku seketika berlari masuk ke dalam dan tampak Randi bersama perempuan yang terakhir kuketahui bernama Nadin tersebut sudah tampak mengenakan kembali pakaian mereka
“Kalian parah banget, gak liat kondisi, asal-asalan berbuat?!” bentakku
“Yeee biasanya kayak gitu kan, kakak dengan abi juga biasa siang-siang ngentot disini, gua juga boleh dong” celetuk Randi kesal
“Sabar mas…” ucap Nadin
“Sekarang kamu mending pulang deh, ini Kakak Sulung kami yang sangat alim mau kesini, aku gak mau ketidak normalan ini diketahui oleh dia!” perintahku pada nadin yang mulai buru-buru mengemas barang-barangnya
“Makasih ya mas, mari kak, saya pamit” ucap Nadin sembari meninggalkan rumah ini
“Ran, lu mandi sana, gua mau pel lantai ini sekalian lap sofanya dari peju dan cairan memek si nadin perek tadi” perintahku
“Iyeee iyeee… gua mandi, lu gak mau ikutan?” tanya Randi sembari meremas pantatku
“Sialan! Lu gak bisa begini ya nanti kalau ada Kak Dara” ucapku sembari menangkis tangan Randi
“Iyaa siap bu bos! Kita harus selalu mengedepankan norma-norma sosial” ucap Randi sembari naik menuju lantai 2
Sekitar 30 menit, aku mendengar suara motor kak Dara kembali parkir di garasi
“Assalamualaikum …” ucap salam kak Dara
“Wa’alaikumsalam… wah banyak banget belanjaannya kak” ucapku sembari membantu kak Dara membawakan belanjaan yang seolah baru ia borong
“Mana umi, randi dan dik naura?” tanya Kak Dara
“Umi dan Naura lagi di kamar, kalau Randi tuh dia baru mandi kayaknya” ucapku sembari menunjuk Randi
“Apa kabar randiii?” tanya Kak Dara yang tampak langsung memeluk randi
“Alhamdulillah baik Kak… Kakak gimana kabarnya? Udah lama loh kita gak ketemu” tanya Randi basa-basi
“Alhamdulillah kakak sehat dek, abi di rumah kah?” tanya Kak Dara
“Nda kak, abi lagi penelitian studinya di RS, di rumah cuman ada aku, naura sama umi” ucap Randi
“Oo begitu ya, Hana, antarin kakak ke kamar umi dong” ucap Kak Dara
Setelah aku mengantarkan kak Dara ke kamar umi, tampak kak Dara memeluk erat tubuh Umi dengan sangat tulus, seolah semua dendamnya dulu kini sudah pupus dan berubah menjadi rasa sayang terutama terhadap adik Naura.
Aku hanya bisa tersenyum melihat kemesraan Umi dan Kak Dara, dan perlahan aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar umi, namun aku dibuat terkejut dengan dekapan randi yang ternyata sedari tadi memperhatikanku tepat di depan kamar umi
“Ughm!” lenguhku
“Ssstt! Diam kak… ikut gue bentar lu” ucap Randi sembari menarik tubuhku menuju lantai 1 tepatnya menuju kamarku
Ketika ia mendorong tubuhku untuk masuk ke kamar, tampak randi mulai mengunci pintu kamarku
“Lu apa-apaan sih ran!” bentakku kesal
“Sssst! Berisik amat lu! Lu liat gak itu Kakak sulung lu kok bisa akrab sama umi? Padahal dulu doi benci bener sama umi karena udah ngerebut abi” celoteh Randi
“Ya namanya manusia ran, hatinya mudah di bolak-balik sama Allah. Ya kaya elu, dulu elu anak berbakti sama ortu, sekarang berbakti juga sih, tapi lebih ke jalan iblis aja haha” ucapku sembari tertawa kecil
“Asem! Ini semua karena ulah lu dan abi juga cok! Gak usah ngelak lu” ucap Randi kesal
“Yeee emang elunya yang udah rusak dari sononya bawaan abi kok malah nyalahin gua dengan abi” ucapku enteng
“Kalau gua rusak, elu rusak, abi rusak.. Berarti Kak Dara rusak juga dong?” ucap Randi yang tampak mulai mengurut-urut kontol dari balik celana panjang yang ia kenakan
“Eh apa itu maksud lu? Jangan sembarangan lu ya dengan kak Dara! Dia bukan orang kayak kita” bentakku
“Ya kan siapa tau, secara umi kandung kita yang segitu alimnya di rumah aja, bisa-bisanya selingkuh dengan bosnya di kantor, yakali gak ada yang nyantol dengan kak Dara di kantornya” ucap Randi yang seketika membuka pikiranku
“Iya sih, tapi menurutku kak Dara gak semurahan itu lah ran, lu tau sendiri kan, sepeninggal umi, dia itu keras dan tegasnya melebih-lebihi umi kandung kita sendiri” ucapku
“Iya sih, tapi jujur ketika dia peluk gua tadi, gua sempat sange anjir pas ngerasain kehangatan tubuh dia” ucap Randi yang tampak kontolnya kini telah tegak mengacung membuat celana yang ia kenakan begitu ketat
“Dih anjir! Sadar lu woe! Jangan ya lu keluar kondisi begini! Ketauan sama kak Dara bahwa lu sangean bisa kacau cok!” ucapku sembari memukul perut randi
“Anjing! Yaudah biar gak keras gini kontol gua, lu tau kan mesti ngapain?” ucap Randi sembari meloloskan celana yang ia kenakan membuat kini kontol randi yang telah mengacung keras menegak tepat di hadapanku
“Dasar adek mesum! Ogghhmm” keluh kesalku sembari mulai memasukkan kontol Randi ke dalam mulutku untuk mulai memberikan terapi sepong andalanku
“Ughmmm naaah gitu dong, jadi kakak yang bermanfaat untuk adiknya” lenguh Randi sembari menarik-narik kepalaku agar menciptakan gerakan maju mundur sepongan pada kontolnya
Setelah 15 menit aku menyepong kontol Randi, ia kemudian menarik tubuhku agar berdiri,
“Gua sepongin ajalah cuk! Gak usah ngentot” ucapku
“Ngentot bentar aja lah njir! Kentang banget, tapi lu ngedesahnya jangan teriak-teriak ya!” ucap Randi sembari menurunkan celana jeans sobek-sobekku tanpa membuka celana dalam seamless yang kukenakan
“Gak dibuka ini? Sekalian dong” ucapku sembari menurunkan celana dalam seamlessku
“Dih! Tadi bilang gak mau, sekarang inisiatif pingin dientot! Kak Hana oh Kak Hana! Hahaha” celoteh Randi sembari perlahan memasukkan kontolnya ke belahan memekku dengan posisi tubuhku membungkuk dengan kedua tanganku bertumpu pada lutut
“Ughhmm memang ga ada obat lah memek lu cok!” desah Randi ketika sepenuhnya kontol randi bersarang di dalam memekku
“Uhhmm cepetan ran… jangan lama-lama… nanti kak Dara tau sssshh” desahku sembari menggoyangkan pinggulku maju mundur
“Kalau kak Dara tau, sekalian aja gua entotin ugghh ughhh ughhh” desah Randi sembari mempercepat sodokan kontolnya
“Tok..tok … tok Hanaaa?” terdengar ketukan pintu kamarku diikuti suara panggilan kak Dara
“Hei! Hei! Pelanin dulu..!” ucapku pada Randi sembari berbisik
“Iyaaa kaaaak?” aku menyahut panggilan kak Dara
“Lagi istirahat ta Hana? Kakak mau izin pulang Han” tanya Kak Dara
“I…iyaa kak… aku lagi ganti baju juga beres mandi sssh” ucapku berbohong dengan randi yang bukannya berhenti, malah ia menggenjot memekku tempo pelan
“Oh iya udah gak apa-apa, kakak pamit pulang dulu… titip salam ke randi yaaaa… kakak cek di kamarnya dia gak ada, Wassalamualaikum” ucap Kak Dara
“Ohhh sshhh iyaaaah kaaakk… Wa’alaikumsalam… hati-hati di jalan kaak” ucapku terbata-bata ketika randi menaikkan tempo sodokan kontolnya
Tak beberapa menit setelah kak Dara pamitan dan aku mendengar kak Dara menyalakan kembali sepeda motornya …
“Wa’alaikumsalam kakak Daraaaaa ogghhh nanti kitaaaaahh ngentooooottt yaaaahhh! Hahaha” pekik Randi sembari tertawa
“Tok…tok…tok Ran? Hana?” terdengar ketukan pintu kamarku diikuti suara panggilan umi isna
“Buka pintunya lonte! Maju lu!” perintah Randi sembari mendorong tubuhku yang masih membungkuk ini dengan masih menyodok memekku
“Bangsat lu ya! Awas ya lu nanti!” ucapku kesal sembari berusaha berjalan dengan posisi bertumpu pada lutut
Ketika kubuka pintu
“Astaghfirullah! Ternyata disini kalian berdua! Itu kakak kandung kalian tadi pamit bukannya diantar ke depan, kalian malah ngentot berdua disini!” pekik Umi Isna sembari berkacak pinggang
“Oghhh oghhh iyaaahh umi…. Randi sange dengan kak Dara jadinya randi lampiasin ke kak Hana oggghh kaaak… aku sampai kaaakk!!” ucap Randi mempercepat sodokan kontolnya
“Ogghhmmm sssshh ran…ran…jangan di dalam raaaann!” desahku sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan randi pada pantatku
“Geser hana…! biar umi yang tuntasin perilaku bejat adik mu ini!” perintah umi sembari mendorong tubuhku agar terlepas dari cengkraman randi, kemudian umi bersimpuh di lantai sembari mengocok kontol randi
“Ahhh umm ummm!” desah panjang randi diikuti …
“Crooott crooott crooott” ada sekitar 4 semburan peju randi seketika mendarat di mulut umi yang tengah menganga menantikan bibit unggul anak tirinya untuk ia lahap penuh cinta.