Chapter 14 Mustika Dara : Gerilya Isna
Abi (dr. Budi)
Sebulan sudah aku ‘berselingkuh’ untuk yang pertama dan terakhir kalinya dengan salah satu pasien bercadarku, dan hingga hari ini aku juga masih belum bisa menjamah istri sahku karena ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Hari ini aku bertugas seperti biasa dan tumben sekali bukan sisi yang mengasistenkan kerjaan ku, tapi isna.
“Selamat pagi pak” sapa isna seraya merapihkan meja kerjaku, aku yang tengah mengenakan jas dokter sedikit terkejut dan takjub melihat belahan pantat isna yang terlapis celana perawat cukup ketat
“Pagi isna, tumben kamu yang bertugas dengan saya?” tanyaku basa basi
“Eh iya pak, si sisi lagi ambil cuti seminggu katanya” jelas isna
“Oh begitu, baiklah, tolong refill jarum suntik dan sarung tangan karet disamping ranjang diagnosa ya isna” perintahku
“Oh iya siap pak” ucap isna yang dengan sigap memenuhi permintaanku
Mataku tak lepas dari memandangi ‘bantingan’ pantat isna ketika ia berjalan berlenggak lenggok bolak balik di ruanganku ini mempersiapkan apa yang kuperintahkan. Tak terasa aku mulai keringetan karena merasakan gejolak syahwat padahal ruangan ini ber AC.
“Loh panas ta pak?” tanya isna
“Iya tumben gerah nih” ucapku berbohong
Isna lalu pamit keluar,
“Saya di pos jaga ya pak, kalau butuh apa-apa, hubungi aja saya” ucap isna seraya memberikan secarik kertas yang berisi nomor teleponnya
Akupun langsung mencatat dan menyimpan nomornya di ponselku, saat aku membuka app Whatsapp, kulihat ada story darinya yang baru saja diupload.
Kulihat ada sebuah video toktok miliknya yang sedang bergoyang mengenakan baju coklat bergaris hitam dipadukan celana hitam dan jilbab coklat, ia meliuk-liukkan tubuhnya terutama di bagian pantatnya, hal ini membuat kontolku mengeras.
Entah aku kerasukan setan apa, aku membalas story nya tersebut dengan komentar tidak profesional “Wadaw di ulek begitu”, dan aku mengucap dalam hati “What apa sih yang kulakukan?!!”, aku hendak buru-buru menarik pesanku tapi sudah terlambat karena isna sudah membaca pesanku dan saat ini dia tengah mengetik
“Hehe, bukan sambal aja yang bisa diulek ya pak” isi chatannya membuat jantungku deg serrr
“Iya ya isna” balasku singkat
Mulai dari situ kami rutin berbalas pesan singkat di whatsapp, hingga akhirnya ada suatu momen dimana aku satu shift lagi dengannya dan kami masuk shift malam.
“Malam pak, sepi ya pak” ucap isna
“Malam isna, iya mana malam minggu lagi ya” ucapku santai
“Iyaaa pak, tapi karena jomblo, jadi ga apa deh kerja aja, kan ditemani dokter ganteng” goda isna
“Sa ae mba, ya masa sih mbak nya jomblo, orang cantik bahenol begini” komentarku yang mulai santai dengan bahasa-bahasan menjurus cabul.
“Bahenol? Yang bener saya bahenol pak? Masih bahenolan si sisi dan Manda kali ah pak” ucap isna merendah
“Kalau si sisi udah kendor sih kalau saya liat, nah kalau si manda memang bahenol, tapi gak gede-gede amat, kalau mbak ini nih hmmm” jelasku
“Hmm apa pak?” tanya isna
“Hmm pas mantap hehe” ucapku
“Huuu gombal” ucap isna yang ketika hendak memukul bahuku malah kesenggol meja kerjaku dan ia tersungkur ke pahaku, kini kepalanya sudah berada tepat didepan bagian bawah perutku dan posisiku mengangkangkan kaki
“Oalah mbak mbak, nda ada yang sakit kan?” tanyaku seraya memegang bahunya
“Sssh ada nih pak yang sakit” ucap isna seraya memegang toketnya
Ternyata hentakan gumpalan kenyal tadi yang mengenai pahaku adalah toket montok mbak isna.
“Oalah, masih sakit kah?” tanyaku yang ragu-ragu hanya berani mengusap bahunya
“Masih pak, tolong periksain dong” ucap isna beranjak ke ranjang diagnosa
Ia tampak duduk di pinggiran ranjang sembari mengelus dan meremas toketnya dari luar baju ketatnya
Aku mendekat padanya dan berkata
“Ma…maaf isna, boleh dibuka kah? Su…supaya bisa saya periksa” tanyaku terbata-bata
“Boleh pak” ucap isna seraya tersenyum manja
Ia mulai membuka kancing baju perawatnya satu-persatu yang membuatku deg-deg an,
Hingga akhirnya toket montok isna mulai terlihat dan itu sangat besar jika dibandingkan milik istriku.
Ketika isna hendak membuka bra abu-abu miliknya, aku menahan tangannya.
“Hmm kenapa pak?” tanya isna
“Sudah cukup isna, tidak perlu dibuka semua” ucapku dengan mulai menekan-nekan dada atas isna
“Sebelah mana yang sakit isna?” tanyaku
“Turun dikit pak” ucap isna
Tanganku perlahan menuju tepat diatas cup bra isna, dan sedikit meremas toket isna
“Ahhh iya disitu pak, dibuka aja ya bh saya” ucap isna tergesa-gesa membuka bra miliknya, dan seketika melompat keluar toket besar nan kenyal miliknya didepan mataku
Yang membuat aku menelan ludah beberapa kali, perlahan celana kainku menyempit karena kontolku mulai mengeras
“Lah pak kok bengong?” tanya isna membuyarkan lamunanku
“Eh iyaa isna, maaf, saya terpesona dengan bentuk payudara kamu” ucapku seraya memuji toket isna
“Ahh bapak bisa aja” jawab isna sembari mencubit pinggangku
Akupun memberanikan diri melanjutkan ‘diagnosis’ ku pada toket isna, kini bongkahan toket isna sudah dalam genggamanku, sedikit kupermainkan puting coklat isna,
“Ssssh geli pak” lenguh isna yang membuat aku semakin bernafsu
Kuremas perlahan dan tanpa sadar aku mendekatkan wajahku dan mulai menjilat, melumat puting isna
“Okhh pak, geli… sssh” desah isna makin liar seraya memegang kepalaku dan menekan ke toketnya
“Sluuurrrp sluuurrp” suara ludahku yang kusedot di puting isna
“Aaaah paaak, isna geliiii” desah isna sembari berusaha membuka celana kain ku, ketika celana kainku terjatuh kelantai berikut celana dalamku,
“Ssssh waw pak” ucap isna
Aku yang tengah sibuk bermain dengan toketnya seketika berhenti dan melihat kontolku lalu melihat isna yang terperangah melihat kejantananku
“Kenapa is?” tanyaku belagak bego
“Besar banget kontolmu pak” komentar cabul isna sembari menggenggam kontolku, ia lalu mengocok kontolku
“Ssssh pak, isna pengen…” desah manja isna
“Pengen apa is?” tanyaku
“Pengen dientot bapak” ucap cabulnya
“Yaudah buka semua is, kecuali jilbab” ucapku diikuti isna yang turun dan berdiri lalu membuka celana berikut dengan celana dalam krem yang ia kenakan seketika terlihat memek isna yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus
“Jilbabnya dibuka aja ya pak, sekalian” ucap isna
“Jangan is, saya ingin merasakan sensasi, ngentotin perawat binal berhijab” ucapku mulai berani
“Ahhh dasar dokter mesum” ucap isna membelakangiku hendak naik keatas ranjang tapi kutahan, kudorong punggungnya untuk rebah ke ranjang diagnosa
“Uhhh pak, saya naik dulu atuh” keluh isna
Aku lalu menggesekkan palkonku ke pantat montok isna berusaha mencari belahan memeknya
“Sssh sini pak saya tuntun” ucap isna
“Naaah ini paak, cepetan masukin” pinta isna manja
Akupun mulai mendorong masuk kontolku ke memek isna yang telah sangat becek oleh cairan pelumasnya
Ketika sudah setengah kontolku mengisi liang memek isna, aku mulai melancarkan genjotan andalanku dan sesekali menyentuh pangkal rahim isna
“Ahhh okkkh besar banget kontol bapak, okkhh paaak” racau isna
Kugenjot memek isna dengan posisi doggystyle ini sembari meremas bongkahan toket isna yang sedari tadi berayun seirama dengan sodokan kontolku
Sepuluh menit berlalu,
“Paaak sssh aaah paaak, isna gatahan pak” ucap isna diikuti semburan cairan cintanya dengan liang memeknya yang mengedut dan merapat dengan sangat kencang
“Criiit criiit criiiit” kira-kira seperti itulah suara semburain cairan cinta isna yang menyemprot ke lantai ruangan ini
“Ahhh paaak nikmaaat bangeeet” ucap isna lemas
Aku tak mempedulikannya dan terus saja kusodok kontlku
“Ohh paak, gantian yok pak” ucap isna sembari mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas
“Bapak duduk ditepi meja kerja bapak, lalu saya akan naik keatas bapak” jelas isna diikuti kami mengambil posisi sesuai deskripsi isna
Aku duduk ditepi meja, isna membelakangiku dan menaikkan pantatnya keatasku, memposisikan kontolku tepat di bibir memeknya yang telah sangat basah dengan cairan cintanya tadi
Sekalin hentakan olehnya, seluruh batang kontolku masuk sepenuhnya lagi ke liang kenikmatan ini
Ia lalu menaik turunku tubuhnya berirama untuk menggenjotku, aku tak tinggal diam, kuremas-remas toket isna dengan kasar
“Aaaah pak remes terus ohhh, aku mau sampai lagi inihhh” ucap isna
“Tok tok tok tok” suara ketukan pintu mengejutkan kami berdua
Aku dan isna buru-buru balik ke ranjang diagnosa dan menutup tirainya
“Permisi pak, saya mau mengantarkan titipan makanan dari istri bapak” ucap pak salman, security RS ini.
“Oohh i…iya pak, letak saja di meja saya” ucapku yang masih terkejut dengan pintu ruangan ini yang lupa kukunci
Setelah salman keluar, kusegera ke pintu untuk mengunci ruangan ini
Lalu aku kembali ke ranjang diagnosa kulihat isna sudah mengangkang pasrah sembari menggigit bibir bawahnya dan jemarinya mengocok-ngocok memeknya
“Hayuuk dilanjut pak dokter mesum yang disayang istrinya” ucap isna meledekku
Aku memutuskan untuk tak menggubris ledekan itu, dan kembali naik keatas isna, memposisikan kontolku untuk kembali mengaduk-aduk liang kenikmatan isna
Sekitar 20 menit sudah aku menggenjot isna dengan berbagai macam posisi dan isna juga sudah 3 kali orgasme
“Oooh pak, sampe lelah saya pak, perkasa banget kamj pak ohhh” racau isna yang mulai pasrah menerima hentakan demi hentakan kontolku
Tiba-tiba isna melingkarkan kakinya di pinggulku dan menarik kencang pinggulku, kurasakan himpitan sangat erat dari dalam memek isna yang membuatku kewalahan menahan gejolak orgasme ku
“Ughh isna, saya mau keluar” ucapku
“Hmmm iyaaah pak, cepetan” ucap isna yang mulai kembali menggoyangkan pinggulnya
5 menit berlalu,
“Isnaaa oh isnaaaa isnaaa” ucapku sedikit berteriak dan tak sadar aku menyemprotkan pejuku ke dalam liang memek isna dengan sangat banyak bahkan sampai menetes keluar dan membasahi ranjang diagnosa
“Ahhh iyaaah pak, deras hangat banget peju kamu paaak” desah isna
Sesaat kudiamkan sejenak kontolku di dalam memek isna, dan aku ambruk diatas tubuh isna
“Ahh isna, maaf yaa saya keluarin di dalem, mbaknya nahan saya sih” ucapku
“Amaaan pak, saya lagi ga subur kok, makasih ya dokter ganteng dan perkasa” ucap isna lalu kami berciuman bibir
Inilah menjadi awal perselingkuhan dr. Budi dan Isna