pujasejagat
Semprot Lover
- Daftar
- 29 Jun 2015
- Post
- 277
- Like diterima
- 1.128
Halo selamat siang agan2 sekalian, kembali nubie pada kesempatan kali ini ingin membagikan sebuah cerita copas/repost karangan seorang penulis idola ane, om jakongsu, semoga agan2 sekalian tidak bosan dengan cerita2 dari penulis idola ane, om jakongsu.
Oke langsung saja agan2 sekalian, mohon maaf bila ber tele tele
Copas/ Repost
Musibah di Argentina Membawa Nikmat
By Jakongsu
Aku betah kerja di tempatku sekarang bukan karena gajinya yang besar, atau kerjanya yang menyenangkan. Perusahaan dimana aku bekerja memberi hadiah 2 tahun sekali untuk menikmati jalan-jalan kemana pun di dunia ini. Kantor akan membiayai tiket pulang pergi plus uang saku untuk selama 2 minggu. Disitu termasuk hotel dan sebagainya. Karyawan selevel aku bebas menentukan titik mana pun di bumi ini untuk dikunjungi.
Memang penerbangannya adalah kelas ekonomi dan rate hotelnya juga hanya setara bintang 4. Aku yang penggila traveling kali ini menentukan tempat paling jauh dari Jakarta. Aku menentukan Argentina, tetapi bukan hanya Buenos Aires sebagai tujuan akhirnya. Tujuan akhirnya masih perlu terbang 45 menit lagi ke arah utara. Aku ingin berkunjung ke Mar del Plata. Selagi semuanya dibiayai kantor, ngapain aku pergi ke tempat-tempat yang sudah biasa dikunjungi seperti, Eropa, Amerika Serikat, Australia atau Asia. Lain waktu aku bisa pergi sendiri ke tempat-tempat itu. Tapi ke Argentina, rasanya kocekku akan terkuras bersih, kalau aku biayai sendiri . Apalagi liburanku 2 minggu, wah bisa tabunganku juga ludes.
Aku memilih waktu ke Argentina pada bulan Desember, sebab, di sana sedang musim panas pada waktu itu, kebalikan dengan wilayah belahan bumi Utara.
Singkat ceritanya aku sudah mencapai Buenos Aires, ibukota dari negara paling selatan di bumi ini . Aku lupa menjelaskan bahwa aku masih bujangan meski sudah 32 tahun. Mungkin keasyikan hidup menyendiri jadi lupa berpikir untuk mencari istri.
Sekitar 5 hari aku ngubek-ubek Buenos Aires, satu kota yang indah, bergaya Eropa. Rasanya seperti di Eropa, karena bangunan maupun model orang-orangnya memang bule gitu deh. Kota ini cukup luas dan tidak terlalu ramai, sehingga tidak ada kemacetan. Selain itu yang paling menarik adalah ceweknya cantik-cantik, ya wajah-wajah amerika latin.
Bahasa Spanyol aku hanya bisa sekitar 200 kata. Itu rasanya cukup lah. Karena kalau ada yang tidak aku kuasai, tinggal buka kamus elektronik yang selalu berada di dalam sakuku. Orang-orang di Buenos Aires jarang yang bisa berbahasa Inggris. Mereka hanya menguasai bahasa resmi mereka yaitu Spanyol. Yah “un poco” atau sedikit saya bisalah. Tapi kalau aku diajak ngomong terlalu banyak, bingung juga kagak ngartilah.
Tujuan berikutnya adalah Mar de Plata, kota pantai di laut atlantik, yang letaknya sekitar 400 km di utara Buenos Aires. Aku belum memesan hotel di kota ini, aku merasa pasti lebih mudah mendapatkan hotel, karena ini adalah kota turis. Lagian aku mau cari hotel murah-murah saja, untuk menghemat pengeluaran.
Sesampainya aku di airport , aku orientasi sebentar. Aku memutuskan untuk tidak langsung ke hotel, karena masih jam 10 pagi. Bisa-bisa aku kena charge, kalau masuk kepagian. Taksi kuminta ke pusat kota. Aku memang hanya menggendong ransel yang tidak terlalu besar, hanya ada 3 celana, kaos 4 helai dan selebihnya hanya jaket dan onderdil dalam.
Kotanya lumayan jugalah, tapi kalau aku ceritakan nanti jadi bosan, karena pembaca bukan ingin mengetahui kota-kota dunia. Iya kan.
Aku berkeliling pusat-pusat perbelanjaan. Barang-barang Amerika banyak sekali disini, tapi buatan Jepang dan Korea juga mudah ditemui.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat di raih. Dompetku hilang. Padahal semua kekayaan ku ada di situ. Semua duit, kartu kredit dan kartu-kartu identas. Yang masih ada hanya paspor dan sedikit uang sekitar setara 20 dolar AS. Aku lemas. Untuk sekejap dunia rasanya gelap. Pada saat itu aku baru merasa sedang berada di ujung dunia yang sangat jauh dari rumahku di Jakarta. Segera aku ingat nasehat dari para sesepuh, jika ada musibah jangan panik, diam dulu sekejap, pikirkan langkah terbaik untuk survive. Langkah ku pertama adalah mencari telepon umum. Semua kartu kreditku aku blok. Selanjutnya, nah ini dia selanjutnya ngapain, tak satu pun aku kenal orang di sini. Mau balik ke Buenos Aires, tiketku hanya one way, karena dari Mar del Plata aku berencana naik kereta api kembali ke Buneos Aires. Duit dah nggak ada lagi. Dua puluh dolar mau sampai mana hidup di negara ini.
Aku melihat ada polisi. Dia kuhampiri dan aku melaporkan dengan bahasa sepotong-sepotong, aku kecopetan. Uangku habis semua. Aku sebetulnya tidak berharap banyak dia bisa menemukan dompetku lagi. Tapi mau apa lagi, mudah-mudahan saja ada jalan keluar.
Wuisss, Polisi itu dengan sigap dan penuh rasa tanggung jawab menolongku, setelah dia tahu bahwa aku asalnya dari tempat yang jauh. Dia sendiri nggak tahu dimana Indonesia.
Aku diajaknya ke Pos Polisi yang tidak jauh. Di situ dia langsung duduk di depan komputer. Wah dia mau searching apa di kompinya, wong dompetku dicopet, kataku membatin.
Dengan bicara yang pelan, dia menjelaskan ke aku bahwa di kota ini ada 1 warga Indonesia. Dia catatkan alamatnya dan sekalian no teleponnya. Secarik kertas itu diberikannya ke aku. Aku masih bingung walaupun rasanya ada secercah harapan. Si Polisi lalu mengangkat telepon. Aku tidak tau dia bicara apa, karena ngomongnya cepat. Yang ku ngerti hanya si … si… artinya yes - yes. Tiba tiba dia berikan teleponnya ke aku. Aku bingung, tapi kuterima saja. Reflek aku menyebut halo…. Eh dijawab hola. Aku lupa bahwa di sini halo itu nyebutnya hola. Di seberang sana kudengar suara cewek dan langsung mengajakku berbahasa Indonesia. Langsung saja aku ceritakan musibahku. Dia nanya ke aku mengenai keberadaanku dimana. Aku tanya Pak Polisi, lalu dia menyebutkan, yaahh apa lah lupa nyebutnya.
Aku disuruh nunggu di situ saja oleh lawan bicaraku yang memperkenalkan diri bernama Christin. Tapi katanya mungkin baru 1 jam baru nyampe ke tempatku. Lha sejam sih batinku gak papa lah, wong suruh nunggu sehari aku juga pasrah.
Aku langsung memutar otak, mungkin Christin bisa aku pinjam alamatnya atau no rekeningnya untuk minta kiriman duit dari kantor.
Sejam persis muncul seorang wanita china dan laki bule. Dia langsung mengenaliku karena memang aku kelihatan paling berbeda diantara bule-bule di sekelilingku. Dia rupanya Chirstin dan suaminya memperkenalkan namanya Carlos. Christin dengan bahasa Indonesia yang rada kurang lancar menawarkan agar aku mau ke rumahnya. Apa boleh buat, nolak juga apa gunanya. Di mobil aku cerita lagi soal kecopetan. Christin lalu mengatakan bahwa pencopet di kota ini terkenal paling lihai dan cekatan. Lalu kunyatakan maksudku meminjam alamat atau no rekening bank untuk menerima kiriman dari Jakarta. Dia bilang gampanglah itu.
Tidak lama kemudian mobil masuk ke halaman yang luas dengan pintu gerbang otomatis. Mereka rupanya bukan orang sembarang. Rumahnya berhalaman luas, dan kelihatannya di wilayah perumahan kelas satu di kota ini. Wah aku tidur di kamar pembantunya pun gak apa apa pikirku, paling tidak menunggu sampai kirimanku datang.
Senor Carlos, orangnya ramah dan sangat suka membantu. Dia katanya ingin sekali berkunjung ke Indonesia suatu kali. Rupanya Christin dan Carlos berjodoh ketika mereka sama-sama di New York. Carlos adalah pialang di New York Stock Exchange (NYSE), Sekarang di usianya yang kutaksir sekitar 55 tahun dia memilih pulang kampung dan tinggal di daerah wisata di negaranya. Christin sudah lebih dari 5 tahun tidak pulang ke Indonesia. Meski dia lama di luar negeri tetapi katanya sayang untuk melepas kewarganegaraan RI. Untunglah dia gak lepas kewarga negaraannya. Kalau dia lepas, habislah aku tersesat di kota ini tanpa ada sandaran sementara.
Rumah besar begini tapi kok tidak ada suara anak-anak. Yang kelihatan hilir mudik hanya pembantu rumah tangga dengan seragam khusus.
Aku merasa tersanjung ketika keluarga Carlos memberiku penginapan sampai aku menyelesaikan urusanku. Aku diberi kamar di lantai atas, kamarnya guede banget dan interiornya mewah. Walah aku jadi gak enak jantung hati rasanya, lha kok disambut sebagai tamu agung, padahal orang nyasar.
Carlos menurut Christin senang ngobrol sama aku, apalagi soal cerita-cerita keadaan Indonesia.
Meskipun Christin cantik dan sexy bagi ukuranku yang masih pakai meteran Indonesia, tapi aku gak berani mikir kearah yang sesat.
Sore itu Carlos dan Christin mengajakku minum kopi di teras belakang. Kami ngobrol ngalor ngidul, sampai-sampai masuk ke area unggulan Indonesia. Aku bingung juga mengunjukkan keunggulan Indonesia, lha wong begitu banyak dan tidak banyak pula yang kukuasai. Ah aku nekat saja, bahwa orang Indonesia mempunyai keahlian memijat untuk memperbesar kelamin pria dan membuat vagina cewek tambah sempit. Gedubrak, Si Carlos jadi antusias sekali. Sorry ya pembaca, sebelum aku bekerja di perusahaan ini ketika masih SMA dulu aku pernah bekerja membantu di semacam klinik . Klinik itu khusus mereparasi alat vital baik pria dan wanita. Dari tukang sapu aku sampai bisa menjadi asisten disitu. Dari situlah aku membiayai kuliahku di PTN. Jadinya aku lumayan menguasai soal reparasi onderdil. Sebenarnya aku bisa saja buka klinik begituan sendiri. Tapi kutimbang-timbang, lebih banyak repotnya daripada hasilnya. Lagian aku suka traveling, mana mungkin bisa jalan kalau harus melayani pasien terus menerus.
Karena itu makanya kukuasai soal soal onderdil manusia. Sehingga semua pertanyaan enteng saja kujawab. Akhirnya Carlos penasaran dan menuduh aku bisa melakukan perbaikan onderdil. Ah aku bilang dulu memang bisa, tapi lama tidak praktek ya mungkin sudah agak lupa, kataku.
Rahasia keluarga ini akhirnya terbuka, Carlos alat vitalnya tidak bisa keras 100 persen. Daya jelajahnya pun tidak seperti dulu lagi, sudah agak berkurang. Dia sangat berharap aku membantunya. Namanya aku diberi tumpangan masak bisa aku tolak. Akhirnya ya kusanggupi, tapi dengan janji aku tidak janji hasilnya maksimal, karena sudah agak lupa. Carlos paham dan mau menerima apa saja.
Saat itu juga aku Carlos dan Christin berbaris masuk ke kamar tidur mereka. Aku jelaskan sebetulnya selain dipijat, ada ramuan tertentu yang membantu mempercepat hasil. Aku yakin di kota ini tidak ada ramuan itu. Tapi karena aku dulu mempelajari unsur kimianya , aku yakin ada subsitusinya di sini.
Barang si Carlos ini sebenarnya punya bahan yang gede, tapi lemes. Aku lalu mencari jaringan saluran darah yang menuju ke penis. Aku urut pelan-pelan dan terasa saluran darah itu banyak terhambat oleh lemak. Carlos nyengir-nyengir dan kadang berteriak kesakitan. Sebenarnya keadaannya tidak parah benar. Sekitar satu jam setengah, hasil kerjaku mulai kelihatan. Penis Carlos bisa ngaceng keras sekali. Mungkin karena mengeras maksimal jadi kelihatannya penis lebih besar. Jadi sebenarnya memperbesar penis itu bukan penisnya ditambah ukurannya, tetapi isi penis itu dimaksimalkan sesuai dengan wadah yang ada. Kalau isinya maksimal ya kelihatannya agak lebih gede, Gitu aja sih.
Lucu juga si Carlos sambil kontolnya ngaceng dia coba jalan keliling kamar. Penisnya tetap ngaceng. “Wah pengen coba nih jadinya, “ kata Carlos.
“Eh tunggu dulu, onderdilku juga perlu di reparasi, “kata Christin ke suaminya.
Sekarang giliran Christin. Dia kelihatannya tidak canggung sedikit pun menelanjangi diri meskipun hanya bagian bawah. Usilku muncul, aku suruh dia telanjang bulat, karena otot vagina kataku berkaitan dengan semua daerah sensitif. Kelihatannya dia percaya. Dia segera bugil dan langsung tidur telentang dihadapanku. Aku langsung minta izin untuk mencolokkan jariku ke dalam memeknya, Tetapi agak susah, mungkin karena kering. Aku perlu merangsang sedikit dengan mengucel-ngucel clitoris Christin. Clitorsinya mulai agak mengeras, lalu aku raba lubang memeknya, terasa mulai ada lendir di situ. Kuambil lendir itu lalu jariku yang terkena lendir kugesek-gesekkan seperti orang memeriksa kekentalan oli mobil. Cairan vaginanya terlalu encer. Kujelaskan ke Christin dan Carlos, jika cairan vagina terlalu encer begini, dampaknya ketika disetubuhi terasa licin dan becek. Jadi cengkeramannya berkurang. Seandainya ada Ph meter, bisa dipastikan Ph cairan vagina Christin terlalu asam. Mereka tercengang atas bualanku. Lantas mereka bertanya bagaimana menormalkan Ph nya. Di Indonesia aku bisa menyaran. kan makan sayur yang rada sepet, Tapi di Argentina ini aku tidak tahu sayuran apa yang terasa agak sepet. Christin berpikir sebentar lalu dia menyebutkan nama sayuran yang rada sepet. Aku meminta dia mencobanya dan makan lebih banyak sayuran itu sebagai salad. Kalau bisa kurangi makan kuning telur dan susu. Jadi sebaiknya makan sayur itu tanpa dressing, lalu perbanyak mengkonsumsi madu serta merica.
Aku lalu mengurut otot otot yang berhubungan dengan otot vagina, terutama simpul syaraf yang memberi stimulasi . Ada beberapa syaraf yang kejepit sehingga rangsangan tidak maksimal menstimulasi otot vagina. Seperti Carlos tadi , Christin juga kesakitan . Setelah aku memijat dan membetulkan syaraf yang kejepit aku minta dia mengejangkan otot vaginanya. Menurut Christin, terasa agak kuat gerakan otot di vaginanya. Sejauh ini cengkeraman otot vagina Christin sudah cukup bagus. Jariku yang kucolokkan ke dalam vagina Christin terasa dijepit-jepit.
Carlos yang penisnya masih tegak berdiri lalu berinisiatif ingin mencobanya. Dia minta aku tetap dikamar sementara mereka bertempur. Sebenarnya tidak enak juga pada posisiku, sungkan rasanya. Tapi kedua mereka yang memintanya ya apa boleh buat. Tapi aku kan ngaceng nganggur (cenggur) jadinya.
Christin melenguh ketika Carlos perlahan-lahan menancapkan penisnya. Kata Christin, vaginanya terasa penuh banget disodok Carlos. Carlos senang dan dia bersemangat menggenjot Chirstin. Sudah 10 menit mereka main, Christin mulai kelihatan akan mencapai orgasme. Benar saja Christin mengejang sambil berteriak lirih menjepitkan kedua kakinya ke badan Carlos. Carlos kelihatannya masih perkasa, dia meneruskan permainan itu sampai lebih dari 30 menit. Dia bilang memek istrinya sekarang jauh lebih enak, tapi dia pun heran kenapa dia tidak muncrat-muncrat. Christin mengiba-iba minta disudahi permainannya, tapi Carlos terus bersemangat malah makin menggila genjotannya. Rupanya dia sudah mendekati orgasmenya. Sekitar 45 menit Carlos akhirnya game.
Lanjut di bawah gan.....
Oke langsung saja agan2 sekalian, mohon maaf bila ber tele tele
Copas/ Repost
Musibah di Argentina Membawa Nikmat
By Jakongsu
Aku betah kerja di tempatku sekarang bukan karena gajinya yang besar, atau kerjanya yang menyenangkan. Perusahaan dimana aku bekerja memberi hadiah 2 tahun sekali untuk menikmati jalan-jalan kemana pun di dunia ini. Kantor akan membiayai tiket pulang pergi plus uang saku untuk selama 2 minggu. Disitu termasuk hotel dan sebagainya. Karyawan selevel aku bebas menentukan titik mana pun di bumi ini untuk dikunjungi.
Memang penerbangannya adalah kelas ekonomi dan rate hotelnya juga hanya setara bintang 4. Aku yang penggila traveling kali ini menentukan tempat paling jauh dari Jakarta. Aku menentukan Argentina, tetapi bukan hanya Buenos Aires sebagai tujuan akhirnya. Tujuan akhirnya masih perlu terbang 45 menit lagi ke arah utara. Aku ingin berkunjung ke Mar del Plata. Selagi semuanya dibiayai kantor, ngapain aku pergi ke tempat-tempat yang sudah biasa dikunjungi seperti, Eropa, Amerika Serikat, Australia atau Asia. Lain waktu aku bisa pergi sendiri ke tempat-tempat itu. Tapi ke Argentina, rasanya kocekku akan terkuras bersih, kalau aku biayai sendiri . Apalagi liburanku 2 minggu, wah bisa tabunganku juga ludes.
Aku memilih waktu ke Argentina pada bulan Desember, sebab, di sana sedang musim panas pada waktu itu, kebalikan dengan wilayah belahan bumi Utara.
Singkat ceritanya aku sudah mencapai Buenos Aires, ibukota dari negara paling selatan di bumi ini . Aku lupa menjelaskan bahwa aku masih bujangan meski sudah 32 tahun. Mungkin keasyikan hidup menyendiri jadi lupa berpikir untuk mencari istri.
Sekitar 5 hari aku ngubek-ubek Buenos Aires, satu kota yang indah, bergaya Eropa. Rasanya seperti di Eropa, karena bangunan maupun model orang-orangnya memang bule gitu deh. Kota ini cukup luas dan tidak terlalu ramai, sehingga tidak ada kemacetan. Selain itu yang paling menarik adalah ceweknya cantik-cantik, ya wajah-wajah amerika latin.
Bahasa Spanyol aku hanya bisa sekitar 200 kata. Itu rasanya cukup lah. Karena kalau ada yang tidak aku kuasai, tinggal buka kamus elektronik yang selalu berada di dalam sakuku. Orang-orang di Buenos Aires jarang yang bisa berbahasa Inggris. Mereka hanya menguasai bahasa resmi mereka yaitu Spanyol. Yah “un poco” atau sedikit saya bisalah. Tapi kalau aku diajak ngomong terlalu banyak, bingung juga kagak ngartilah.
Tujuan berikutnya adalah Mar de Plata, kota pantai di laut atlantik, yang letaknya sekitar 400 km di utara Buenos Aires. Aku belum memesan hotel di kota ini, aku merasa pasti lebih mudah mendapatkan hotel, karena ini adalah kota turis. Lagian aku mau cari hotel murah-murah saja, untuk menghemat pengeluaran.
Sesampainya aku di airport , aku orientasi sebentar. Aku memutuskan untuk tidak langsung ke hotel, karena masih jam 10 pagi. Bisa-bisa aku kena charge, kalau masuk kepagian. Taksi kuminta ke pusat kota. Aku memang hanya menggendong ransel yang tidak terlalu besar, hanya ada 3 celana, kaos 4 helai dan selebihnya hanya jaket dan onderdil dalam.
Kotanya lumayan jugalah, tapi kalau aku ceritakan nanti jadi bosan, karena pembaca bukan ingin mengetahui kota-kota dunia. Iya kan.
Aku berkeliling pusat-pusat perbelanjaan. Barang-barang Amerika banyak sekali disini, tapi buatan Jepang dan Korea juga mudah ditemui.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat di raih. Dompetku hilang. Padahal semua kekayaan ku ada di situ. Semua duit, kartu kredit dan kartu-kartu identas. Yang masih ada hanya paspor dan sedikit uang sekitar setara 20 dolar AS. Aku lemas. Untuk sekejap dunia rasanya gelap. Pada saat itu aku baru merasa sedang berada di ujung dunia yang sangat jauh dari rumahku di Jakarta. Segera aku ingat nasehat dari para sesepuh, jika ada musibah jangan panik, diam dulu sekejap, pikirkan langkah terbaik untuk survive. Langkah ku pertama adalah mencari telepon umum. Semua kartu kreditku aku blok. Selanjutnya, nah ini dia selanjutnya ngapain, tak satu pun aku kenal orang di sini. Mau balik ke Buenos Aires, tiketku hanya one way, karena dari Mar del Plata aku berencana naik kereta api kembali ke Buneos Aires. Duit dah nggak ada lagi. Dua puluh dolar mau sampai mana hidup di negara ini.
Aku melihat ada polisi. Dia kuhampiri dan aku melaporkan dengan bahasa sepotong-sepotong, aku kecopetan. Uangku habis semua. Aku sebetulnya tidak berharap banyak dia bisa menemukan dompetku lagi. Tapi mau apa lagi, mudah-mudahan saja ada jalan keluar.
Wuisss, Polisi itu dengan sigap dan penuh rasa tanggung jawab menolongku, setelah dia tahu bahwa aku asalnya dari tempat yang jauh. Dia sendiri nggak tahu dimana Indonesia.
Aku diajaknya ke Pos Polisi yang tidak jauh. Di situ dia langsung duduk di depan komputer. Wah dia mau searching apa di kompinya, wong dompetku dicopet, kataku membatin.
Dengan bicara yang pelan, dia menjelaskan ke aku bahwa di kota ini ada 1 warga Indonesia. Dia catatkan alamatnya dan sekalian no teleponnya. Secarik kertas itu diberikannya ke aku. Aku masih bingung walaupun rasanya ada secercah harapan. Si Polisi lalu mengangkat telepon. Aku tidak tau dia bicara apa, karena ngomongnya cepat. Yang ku ngerti hanya si … si… artinya yes - yes. Tiba tiba dia berikan teleponnya ke aku. Aku bingung, tapi kuterima saja. Reflek aku menyebut halo…. Eh dijawab hola. Aku lupa bahwa di sini halo itu nyebutnya hola. Di seberang sana kudengar suara cewek dan langsung mengajakku berbahasa Indonesia. Langsung saja aku ceritakan musibahku. Dia nanya ke aku mengenai keberadaanku dimana. Aku tanya Pak Polisi, lalu dia menyebutkan, yaahh apa lah lupa nyebutnya.
Aku disuruh nunggu di situ saja oleh lawan bicaraku yang memperkenalkan diri bernama Christin. Tapi katanya mungkin baru 1 jam baru nyampe ke tempatku. Lha sejam sih batinku gak papa lah, wong suruh nunggu sehari aku juga pasrah.
Aku langsung memutar otak, mungkin Christin bisa aku pinjam alamatnya atau no rekeningnya untuk minta kiriman duit dari kantor.
Sejam persis muncul seorang wanita china dan laki bule. Dia langsung mengenaliku karena memang aku kelihatan paling berbeda diantara bule-bule di sekelilingku. Dia rupanya Chirstin dan suaminya memperkenalkan namanya Carlos. Christin dengan bahasa Indonesia yang rada kurang lancar menawarkan agar aku mau ke rumahnya. Apa boleh buat, nolak juga apa gunanya. Di mobil aku cerita lagi soal kecopetan. Christin lalu mengatakan bahwa pencopet di kota ini terkenal paling lihai dan cekatan. Lalu kunyatakan maksudku meminjam alamat atau no rekening bank untuk menerima kiriman dari Jakarta. Dia bilang gampanglah itu.
Tidak lama kemudian mobil masuk ke halaman yang luas dengan pintu gerbang otomatis. Mereka rupanya bukan orang sembarang. Rumahnya berhalaman luas, dan kelihatannya di wilayah perumahan kelas satu di kota ini. Wah aku tidur di kamar pembantunya pun gak apa apa pikirku, paling tidak menunggu sampai kirimanku datang.
Senor Carlos, orangnya ramah dan sangat suka membantu. Dia katanya ingin sekali berkunjung ke Indonesia suatu kali. Rupanya Christin dan Carlos berjodoh ketika mereka sama-sama di New York. Carlos adalah pialang di New York Stock Exchange (NYSE), Sekarang di usianya yang kutaksir sekitar 55 tahun dia memilih pulang kampung dan tinggal di daerah wisata di negaranya. Christin sudah lebih dari 5 tahun tidak pulang ke Indonesia. Meski dia lama di luar negeri tetapi katanya sayang untuk melepas kewarganegaraan RI. Untunglah dia gak lepas kewarga negaraannya. Kalau dia lepas, habislah aku tersesat di kota ini tanpa ada sandaran sementara.
Rumah besar begini tapi kok tidak ada suara anak-anak. Yang kelihatan hilir mudik hanya pembantu rumah tangga dengan seragam khusus.
Aku merasa tersanjung ketika keluarga Carlos memberiku penginapan sampai aku menyelesaikan urusanku. Aku diberi kamar di lantai atas, kamarnya guede banget dan interiornya mewah. Walah aku jadi gak enak jantung hati rasanya, lha kok disambut sebagai tamu agung, padahal orang nyasar.
Carlos menurut Christin senang ngobrol sama aku, apalagi soal cerita-cerita keadaan Indonesia.
Meskipun Christin cantik dan sexy bagi ukuranku yang masih pakai meteran Indonesia, tapi aku gak berani mikir kearah yang sesat.
Sore itu Carlos dan Christin mengajakku minum kopi di teras belakang. Kami ngobrol ngalor ngidul, sampai-sampai masuk ke area unggulan Indonesia. Aku bingung juga mengunjukkan keunggulan Indonesia, lha wong begitu banyak dan tidak banyak pula yang kukuasai. Ah aku nekat saja, bahwa orang Indonesia mempunyai keahlian memijat untuk memperbesar kelamin pria dan membuat vagina cewek tambah sempit. Gedubrak, Si Carlos jadi antusias sekali. Sorry ya pembaca, sebelum aku bekerja di perusahaan ini ketika masih SMA dulu aku pernah bekerja membantu di semacam klinik . Klinik itu khusus mereparasi alat vital baik pria dan wanita. Dari tukang sapu aku sampai bisa menjadi asisten disitu. Dari situlah aku membiayai kuliahku di PTN. Jadinya aku lumayan menguasai soal reparasi onderdil. Sebenarnya aku bisa saja buka klinik begituan sendiri. Tapi kutimbang-timbang, lebih banyak repotnya daripada hasilnya. Lagian aku suka traveling, mana mungkin bisa jalan kalau harus melayani pasien terus menerus.
Karena itu makanya kukuasai soal soal onderdil manusia. Sehingga semua pertanyaan enteng saja kujawab. Akhirnya Carlos penasaran dan menuduh aku bisa melakukan perbaikan onderdil. Ah aku bilang dulu memang bisa, tapi lama tidak praktek ya mungkin sudah agak lupa, kataku.
Rahasia keluarga ini akhirnya terbuka, Carlos alat vitalnya tidak bisa keras 100 persen. Daya jelajahnya pun tidak seperti dulu lagi, sudah agak berkurang. Dia sangat berharap aku membantunya. Namanya aku diberi tumpangan masak bisa aku tolak. Akhirnya ya kusanggupi, tapi dengan janji aku tidak janji hasilnya maksimal, karena sudah agak lupa. Carlos paham dan mau menerima apa saja.
Saat itu juga aku Carlos dan Christin berbaris masuk ke kamar tidur mereka. Aku jelaskan sebetulnya selain dipijat, ada ramuan tertentu yang membantu mempercepat hasil. Aku yakin di kota ini tidak ada ramuan itu. Tapi karena aku dulu mempelajari unsur kimianya , aku yakin ada subsitusinya di sini.
Barang si Carlos ini sebenarnya punya bahan yang gede, tapi lemes. Aku lalu mencari jaringan saluran darah yang menuju ke penis. Aku urut pelan-pelan dan terasa saluran darah itu banyak terhambat oleh lemak. Carlos nyengir-nyengir dan kadang berteriak kesakitan. Sebenarnya keadaannya tidak parah benar. Sekitar satu jam setengah, hasil kerjaku mulai kelihatan. Penis Carlos bisa ngaceng keras sekali. Mungkin karena mengeras maksimal jadi kelihatannya penis lebih besar. Jadi sebenarnya memperbesar penis itu bukan penisnya ditambah ukurannya, tetapi isi penis itu dimaksimalkan sesuai dengan wadah yang ada. Kalau isinya maksimal ya kelihatannya agak lebih gede, Gitu aja sih.
Lucu juga si Carlos sambil kontolnya ngaceng dia coba jalan keliling kamar. Penisnya tetap ngaceng. “Wah pengen coba nih jadinya, “ kata Carlos.
“Eh tunggu dulu, onderdilku juga perlu di reparasi, “kata Christin ke suaminya.
Sekarang giliran Christin. Dia kelihatannya tidak canggung sedikit pun menelanjangi diri meskipun hanya bagian bawah. Usilku muncul, aku suruh dia telanjang bulat, karena otot vagina kataku berkaitan dengan semua daerah sensitif. Kelihatannya dia percaya. Dia segera bugil dan langsung tidur telentang dihadapanku. Aku langsung minta izin untuk mencolokkan jariku ke dalam memeknya, Tetapi agak susah, mungkin karena kering. Aku perlu merangsang sedikit dengan mengucel-ngucel clitoris Christin. Clitorsinya mulai agak mengeras, lalu aku raba lubang memeknya, terasa mulai ada lendir di situ. Kuambil lendir itu lalu jariku yang terkena lendir kugesek-gesekkan seperti orang memeriksa kekentalan oli mobil. Cairan vaginanya terlalu encer. Kujelaskan ke Christin dan Carlos, jika cairan vagina terlalu encer begini, dampaknya ketika disetubuhi terasa licin dan becek. Jadi cengkeramannya berkurang. Seandainya ada Ph meter, bisa dipastikan Ph cairan vagina Christin terlalu asam. Mereka tercengang atas bualanku. Lantas mereka bertanya bagaimana menormalkan Ph nya. Di Indonesia aku bisa menyaran. kan makan sayur yang rada sepet, Tapi di Argentina ini aku tidak tahu sayuran apa yang terasa agak sepet. Christin berpikir sebentar lalu dia menyebutkan nama sayuran yang rada sepet. Aku meminta dia mencobanya dan makan lebih banyak sayuran itu sebagai salad. Kalau bisa kurangi makan kuning telur dan susu. Jadi sebaiknya makan sayur itu tanpa dressing, lalu perbanyak mengkonsumsi madu serta merica.
Aku lalu mengurut otot otot yang berhubungan dengan otot vagina, terutama simpul syaraf yang memberi stimulasi . Ada beberapa syaraf yang kejepit sehingga rangsangan tidak maksimal menstimulasi otot vagina. Seperti Carlos tadi , Christin juga kesakitan . Setelah aku memijat dan membetulkan syaraf yang kejepit aku minta dia mengejangkan otot vaginanya. Menurut Christin, terasa agak kuat gerakan otot di vaginanya. Sejauh ini cengkeraman otot vagina Christin sudah cukup bagus. Jariku yang kucolokkan ke dalam vagina Christin terasa dijepit-jepit.
Carlos yang penisnya masih tegak berdiri lalu berinisiatif ingin mencobanya. Dia minta aku tetap dikamar sementara mereka bertempur. Sebenarnya tidak enak juga pada posisiku, sungkan rasanya. Tapi kedua mereka yang memintanya ya apa boleh buat. Tapi aku kan ngaceng nganggur (cenggur) jadinya.
Christin melenguh ketika Carlos perlahan-lahan menancapkan penisnya. Kata Christin, vaginanya terasa penuh banget disodok Carlos. Carlos senang dan dia bersemangat menggenjot Chirstin. Sudah 10 menit mereka main, Christin mulai kelihatan akan mencapai orgasme. Benar saja Christin mengejang sambil berteriak lirih menjepitkan kedua kakinya ke badan Carlos. Carlos kelihatannya masih perkasa, dia meneruskan permainan itu sampai lebih dari 30 menit. Dia bilang memek istrinya sekarang jauh lebih enak, tapi dia pun heran kenapa dia tidak muncrat-muncrat. Christin mengiba-iba minta disudahi permainannya, tapi Carlos terus bersemangat malah makin menggila genjotannya. Rupanya dia sudah mendekati orgasmenya. Sekitar 45 menit Carlos akhirnya game.
Lanjut di bawah gan.....