Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MissRossa Sex Adventure Series



Masa Pacaran Bagian 2
by : MissRossa

Hatiku serasa mantap dengan pria ini, apapun yang dimintanya pasti akan kuberikan atau kulakukan sepenuh hati. Andaikan dia meminta keperawananku pun, pasti akan kuberikan dengan sukarela, tanpa paksaan. Tapi dengan syarat ...

Enjoy The Story :o:o:o


Ya, kami sholat maghrib dulu di rumah mas Harno. Pacarku memang sudah punya rumah sendiri saat kami berpacaran. Dengan kemampuannya menghasilkan uang sendiri di usia muda, membuatnya mudah untuk memiliki apa yang dia inginkan. Termasuk mempersiapkan rumah sendiri untuk calon rumah tangganya kelak. Selesai sholat maghrib, kami langsung menuju resto steak yang menjadi tujuan kami. Kelihatannya cukup “sepi” meskipun ini malam minggu. Wajar saja sih, resto steak ini memang berbeda dengan resto steak yang menawarkan harga murah dengan balutan tepung tebal. Jadi yang kesini ya pastilah orang yang cukup paham steak yang sebenarnya.

Kami mengambil meja yang berada di paling ujung. Ya kalian tahulah namanya juga pasangan pacaran baru kan. Sukanya menyendiri biar lebih “bebas”. Sejenak kami melihat-lihat menu yang ada di resto ini. Beberapa saat, kami sudah memutuskan untuk memesan apa saja, kupanggil pelayan resto dan memastikan semua pesanan kami sudah tercatat.

Sambil menunggu pesanan kami, tentu saja kami habiskan waktu untuk ngobrol. Sekarang mas Harno tak ragu lagi untuk langsung memegang tanganku. Sambil ngobrol, tanganku terus digenggam seakan takut kalo lepas. Semakin kesini, semakin kami intens ngobrol, aku makin bangga menerima mas Harno sebagai pacarku. Pola pikir dan sudut pandangnya memang tak seperti pria seusianya. Rencana dan tujuan hidupnya begitu tersusun rapi dengan checklist dan roadmap yang lengkap.

Bahkan ketika makanan datang, aku masih asyik ngobrol dengan mas Harno. Banyak yang kupelajari darinya. Meskipun kadang juga diselingi bumbu humor yang sedikit garing, tapi tak membuatku bosan. Ngobrol sama mas Harno itu seperti kuliah mode santai. Tentang kehidupan, bisnis, dan keuangan, jadi bahan yang menarik untuk diikuti.

Sampai ga kerasa waktu udah jam 9 malam. Makanan kami pun sudah selesai kami santap habis. Selesai mas Harno membayar bill, kami pun pulang menuju rumah mas Harno. Yah, mungkin masih ada waktu 1 - 2 jam sebelum pulang ke rumahku. Aku menunggu di kamar mas Harno saat dia masih memarkirkan kendaraannya di garasi. Ini memang pertama kalinya aku masuk ke kamar mas Harno. Aku duduk di tepian tempat tidurnya. Walaupun dia cowo, tapi kerapiannya jangan diragukan lagi. Aku malah kepikiran apa nantinya aku bisa menyesuaikan dengan gaya hidupnya yang rapi seperti ini.

Ruangan kamarnya didominasi warna putih, dengan tempat tidur berukuran queen size, dilengkapi nakas di bagian kanan kiri. Meja kursi kerja dengan set komputer yang lengkap, serta beberapa pajangan dinding yang memotivasi ada di kamar itu.

Mas Harno masuk ke kamar, dan mengambil tempat di sampingku. Tangannya meraih dan menggenggam tanganku. "Aku seneng banget kamu mau jadi pacarku." Ujarnya dengan senyum mengembang.

"aku juga." Balasku sambil membelai pipinya. Lantas kami berpelukan erat di kamar mas Harno. Pelukan hangat kami yang seharusnya mungkin bagi pasangan lain, akan lebih mudah untuk melanjutkannya ke aktivitas ranjang yang lebih serius. Hihihi..

Tapi tidak buat kami saat itu. Baik aku ataupun mas Harno tidak memulai untuk ke arah sana. Kami hanya berpelukan erat untuk saling menunjukkan kasih sayang, betapa bersyukurnya kami atas hubungan ini.

Setelah lepas berpelukan, mas Harno sedikit memberikanku room tour, menjelaskan setiap detil kamarnya, foto-foto yang terpasang disana, dan bagaimana dia menghabiskan waktu di kamarnya.

Berhubung waktu udah malam, mas Harno kemudian mengantarku pulang. Seperti sebelumnya, setelah kencan dengan mas Harno, aku selalu tersenyum-senyum sendiri sebelum tidur saat rebahan di kamarku.


********************************

:fgenit:
First Kiss Pertama …

Malam itu adalah pertemuan kami sekian kalinya. Mas Harno mengajakku untuk ketemu. Tapi karena aku dan mas Harno siangnya agak kecapekan karena aktivitas masing-masing, kami memutuskan untuk ketemu di rumahku aja. Kami duduk-duduk berdua di teras rumahku, mas Harno udah beli cemilan untuk kami berdua dan orang tuaku. Suasana malam di rumahku memang sangat mendukung untuk sepasang manusia kasmaran kaya kami karena letaknya sedikit terpencil, jadi jauh dari keramaian yang mengganggu.

Di rumah aku memang tidak berhijab, dan mungkin saking aku cintanya dengan pacarku sekarang, aku berani tidak memakai hijab di depannya. Padahal dengan cowo-cowo sebelumnya, meskipun di rumah aku tetap akan mengenakan hijabku.

Obrolan ringan dan celetukan kami malam itu sedikit merefresh penatnya pikiranku di kerjaan. Bayangin aja sih, harus ngatur lebih dari 200 pekerja disana, termasuk uang masuk yang jumlahnya tak sedikit, serta pengeluaran-pengeluaran lain, kadang membuatku harus kerja extra keras.

Sampai pada suatu momen dimana wajah kami saling berpandangan dalam jarak yang dekat. Mas Harno tiba-tiba mencium bibirku. Kaget sih, tapi aku sadar dan memilih untuk menyambutnya dengan baik. Aku ikut mendorong wajahku agar bibir kami makin menempel satu sama lain.

Namanya ciuman pertama, untuk kali ini kami masih belum berani ciuman seperti ciuman yang penuh nafsu sampai lidah bertaut. Hanya bibir kami bersatu dalam waktu beberapa detik saja. Saat bibir kami melepas satu sama lain, mas Harno memandangiku dengan senyum manis di wajahnya. Rasanya seperti tebang melayang layaknya bidadari. Hahaha…

Mas Harno pamit untuk pulang sekitar jam 22.30 malam itu. Setelah berpamitan dengan kedua orang tuaku, aku mengantarkannya sampai ke depan rumah. Aku kaya orang ga jelas ketika senyum-senyum sendiri mengingat first kiss ku yang pertama dengannya. Dan asal kalian tahu, ini juga adalah first kiss ku dengan seorang pria. Sebelumnya aku masih belum berani dengan mantan-mantan sebelumnya. Yah, barangkali itu salah satu penyebab hubungan terakhirku kandas.


********************************

:fmalu:
Susu Segar Bungkusnya Merah ..


Hari itu sudah jam 7 pagi, aku sudah mandi, sudah dandan tapi tidak untuk berangkat kerja. Aku memang minta cuti dari tempat kerjaku khusus. Sebetulnya tak ada momen yang spesial, hanya saja aku pengen menghabiskan waktu lebih lama berdua dengan pacarku. Terlebih lagi, mas Harno juga bersedia mengosongkan waktunya seharian khusus di hari itu. Pertemuan hari ini memang sudah kami rencanakan beberapa hari lalu, pas sekali pikirku. Aku juga udah lama ga ngambil jatah cuti, karena kalau hanya main sama temen juga tetep ambil hari Minggu karena yang lain hanya bisa di hari Minggu juga. Pacar ? Ya baru ini yang aku luangkan waktu khusus. Pokoknya pacarku yang ini jadi spesial banget buat aku.

Sekitar jam 8 pagi, mas Harno sudah terlihat menunggu di teras rumahku. Pastilah dia sudah ketemu orangtuaku terlebih dahulu untuk minta izin “membawaku”. Kusambar tas di belakang pintu kamar, berpamitan ke orang tuaku, dan kemudian langsung mengajak mas Harno untuk berangkat. Jam 8 pagi seperti ini biasanya aku sudah ada di tempat kerja, karena memang aku terbiasa berangkat paling awal. Selain bisa santai terlebih dahulu di tempat kerja, aku juga menghindari keramaian orang berangkat kerja di pagi hari. Ya meskipun jam segitu, tetep aja ramai orang berangkat dan nganter sekolah.

Kami sampai di rumah mas Harno setelah perjalanan sekitar hampir 30 menitan. Aku masuk lebih dulu dan menaruh tas di meja kerja mas Harno. Aku duduk di meja kerja mas Harno dan menyalakan set komputer di depanku. Mas Harno kulihat sudah masuk ke kamar juga. Dan dengan santainya berganti pakaian saat aku masih di dalam kamarnya. Aku mencoba untuk abai, tapi tetap saja curi-curi pandang ke arahnya, tapi berusaha untuk tidak menunjukkan rasa penasaranku. Kulihat dia melepas kemeja dan celana panjangnya, dan bertukar dengan kaos dan celana pendek. Aku sempat melihat dia hanya bercelana dalam saja. Tapi mas Harno sepertinya tak sadar, atau tak ambil pusing jika aku melihatnya.

Mas Harno kemudian menghampiriku yang masih duduk di kursi kerjanya. Memutar kursinya, dan langsung mencium bibirku. Dengan suasana dan tempat yang sangat mendukung, kusambut ciuman mas Harno. Ciuman kami kali ini jauh lebih panas dibanding first kiss kami. Karena kami tak harus takut ada yang melihat dan memergoki kelakuan kami. Bunyi kecipak bibir yang berlumuran ludah karena lidah yang saling bertaut menghiasi kamar pacarku hari ini.

Jika sebelumnya hanya bibir mas Harno yang menggapai tubuhku, sekarang tangannya ikut aktif. Payudara kananku diremasnya dengan lembut, walaupun terasa sedikit sakit karena terhalang oleh bra aku yang berpenyangga. Tapi ya namanya juga dibalut nafsu, makin kesini aku makin merasa nyaman dengan remasan tangannya. Yah, seperti yang sudah-sudah, entah kenapa ada rasa mantap di hati untuk memberikan semuanya pada pria ini. Kalaupun ada orang yang beranggapan karena secara finansial mas Harno sudah mapan dibanding pria lain, bodo amat sih menurutku. Tak ada wanita yang menolak ketika pasangannya sudah mapan secara finansial. Kalo pun nantinya saat berumah tangga ada gejolak maupun bangkrut sekalipun, ya itu urusan nanti. Toh semuanya tergantung pengelola keuangannya.

Walaupun ingin memberikan semuanya pada pria ini, tapi aku tetap komitmen dan berusaha bahwa untuk urusan keperawananku, tetap akan kuberikan setelah menikah. Hanya ini yang bisa menjadi garansi jaminan seorang wanita, menjaga hubungannya sampai ke jenjang pernikahan.

Kami yang sudah terbutakan oleh nafsu akhirnya membuat mas Harno menarik tubuhku bangkit dari kursi. Mengajakku berciuman sambil berdiri, sambil tetap dirinya meremasi payudaraku. Karena hanya berbalut celana pendek yang tipis, aku bisa merasakan batang kontol mas Harno tegak dan keras di balik celananya. Tekanan di pahaku terasa sekali saat tubuh kami saling merapat.

Akhirnya, masih dengan tetap berciuman, tubuhku digiringnya ke arah ranjang. Aku yang sudah di tepi ranjang dan tidak bisa mundur lagi, akhirnya rebah ke belakang. Sesaat terlepas, mas Harno tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Kembali bibirku diserangnya dengan tubuh yang berada di atasku. Kini dengan kedua tangannya, dia aktif meremasi kedua payudaraku. Desahan demi desahan kini mulai muncul dari mulutku tanpa malu lagi. Aku begitu menikmati rangsangan yang diberikan mas Harno. Bulu kudukku terus meremang ketika kami asyik memadu kasih dengan posisi seperti ini.

Makin kesini, pertahananku makin melonggar. Hari itu aku mengenakan kemeja lengan panjang motif abstrak dipadu dengan celana jeans panjang warna hitam. Asyik berciuman sampai aku tidak sadar kalo mas Harno sambil “menguliti” atasanku. Kancing kemeja ku sudah lepas 3 - 4 kancing saat itu, yang membuat payudaraku walaupun masih tertutup bra, bisa terlihat oleh mas Harno. Tanpa “bungkus” yang tertutup, mas Harno dengan semangatnya menciumi bagian atas payudaraku yang terbuka. Sedotan mulutnya di kulit payudaraku otomatis meninggalkan “merah-merah” yang butuh beberapa hari untuk hilang. Tapi toh tak ada masalah karena keseharianku memakai hijab, jadi sangat minim kemungkinan terlihat oleh orang lain.

Beberapa spot kemerahan terlihat di kedua payudaraku. Rasanya mas Harno menikmati sekali gundukan payudaraku. Siapa sih yang ga ngiler sama payudaraku, ukurannya terbilang besar, ditambah lagi dengan bra yang seringkali kugunakan adalah tipe yang berpenyangga. Jadilah bagian dadaku ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para kaum pria. Kulitku mungkin tidak terlalu putih layaknya artis K-Pop, tapi untuk bagian dalam, pastinya lebih putih ketimbang bagian kulit yang kerap kali kena cahaya matahari.

Tak puas dengan payudara bagian atas yang sudah terekspos, dengan terus menciumi bibir dan sesekali merembet ke bagian leherku yang makin membuatku “becek” di bagian bawah, pacarku “menguliti” pakaianku lebih jauh. Celana panjangku sudah benar-benar lepas dari badanku, sementara kemeja atasan dan bra ku pun ikut dilepasnya. Dengan sukarela, aku membantu mas Harno “membuka” tirai tubuhku.

Sekarang, aku sedang tiduran di depan mas Harno dengan kondisi tubuh yang hanya mengenakan celana dalam saja. Sementara bagian atas tubuhku sudah tak berpenutup lagi. Insting alami wanita, tetap saja ketika payudaranya terbuka, kedua tangannya akan mengatup ke tengah, berusaha menutupi ketelanjangan payudaranya. Dan aku, tak hanya “menutupi” payudaraku, tapi juga kedua mataku.

Masih malu rasanya jika dipandangi oleh pacarku dalam kondisi yang seperti ini. Selain karena juga ini pengalaman pertamaku, memberikan suguhan nikmat untuk pria, jantungku juga masih berdegup kencang menyadari diriku telanjang di depan pacarku. Yaaa, walaupun sebenarnya kondisi ku seperti ini juga atas kesadaran dan kemauanku sendiri. Andai aku tidak mau, pastilah aku bisa berteriak minta tolong, atau memberikan perlawanan atas perlakuan pacarku.

Mas Harno pelan-pelan menarik tanganku, walaupun sedikit kuberikan perlawanan yang sebetulnya pura-pura, akhirnya dia berhasil membuatku menunjukkan kedua payudaraku dengan bebas tanpa terhalang apapun. Dipandanginya kedua payudaraku dengan sorotan mata yang seakan takjub, seperti orang yang berwisata alam, dan terhenyak kagum karena pemandangannya.

Payudaraku dengan areola yang mungkin sedikit lebar, karena aku juga hanya sempat membandingkan dengan beberapa cewek di bokep yang sesekali kutonton bersama teman SMA ku. Tapi ukurannya terbilang besar menurutku, dan juga dari komentar-komentar bapak-bapak karyawan kurang ajar di tempat kerjaku yang seringkali ceplas ceplos dan dengan santainya mengomentari ukuran kedua payudaraku ini. Kenyal dan kencangnya ? Jangan tanya lah, namanya juga masih ORI, belum kena pijat pacar-pacarku terdahulu.

Sekarang, dengan posisi telentang, dan tubuhku ditindih tubuh pacarku, Payudaraku dengan ganasnya diciumi oleh pacarku. Secara bergantian kanan dan kiri, terus dirangsang dengan mulut dan tangan. Sementara bagian bawah, sudah basah karena terus “tertusuk” batang kontol pacarku yang mengeras di balik celana pendeknya. Desahan demi desahan terdengar menggema di ruangan kamar mas Harno ini. Terdengar makin keras karena aku yang menikmati serangan mas Harno, juga semakin terpacu karena respon mas Harno yang antusias menjelajahi tubuhku.

Tak puas dengan apa yang sudah tersaji di depannya, mas Harno lantas melucuti pakaiannya sendiri sampai telanjang bulat. Membuat jantungku makin berdegup kencang, karena sekali lagi, inilah pertama kali nya aku melihat batang kontol lelaki secara langsung. Ukurannya terbilang standar asia. Dan barangkali tidak seistimewa milik kalian. Tapi namanya pengalaman pertama, tentu saja yang paling berkesan.

Kembali aku ditindihnya sambil tetap menciumi bibir dan kedua payudaraku, Hanya saja sekarang kelamin kami terpisahkan oleh 1 lembar kain saja, yaitu celana dalamku. Digesek-gesekkannya batang kontol itu ke permukaan memekku, sekalipun masih tertutup celana dalam, sudah memberikan kenikmatan lebih baginya.

Mas Harno mengambil handphonenya, dan kemudian mengabadikan percumbuan kami. Ada beberapa foto yang diambilnya, namun aku tutup bagian muka, untuk jaga-jaga jika ternyata hubungan kami retak dan MUNGKIN membuat mas Harno gelap mata dan membagikan foto telanjangku. Mas Harno juga tidak keberatan ketika aku menutup bagian muka aku. Tak ada usaha untuk menyingkirkan tanganku.

Setelah itu, mas Harno kembali menikmati tubuhku, dan aku pun menyambutnya dengan sukarela. Kini kurasakan mas Harno makin kencang menggesek-gesekkan batang kontolnya ke bagian memekku. Layaknya pejantan yang sedang menggenjot betinanya, hanya saja ini ga masuk beneran. Dengusan nafasnya bisa terasa di wajahku, dengus nafas yang terbalut birahi. Tanganku yang tadinya masih pasif dan pasrah kini ikut menari, meremasi kepala pacarku ini. Makin kesini, gesekannya naik tempo secara teratur, sampai pada beberapa menit kemudian, aku melihat tubuhnya mengejang, frekuensi hentakannya turun, tapi menyodok lebih mantap. Dan aku bisa merasakan ada basah di celana dalamku.

Mas Harno bangkit, dan lewat isyarat matanya menunjukkan padaku muntahan spermanya yang berlumura di celana dalamku. Dia ambruk disampingku, memegangi kepalaku dan mencium pipiku. “Makasih ya sayaaaang.. “ ujarnya. Wajahnya terlihat cerah meskipun peluh keringat membasahi dahinya. Senyum yang terlihat di wajahnya membuatku ikut bangga, bisa memberikan kenikmatan padanya. Kami tiduran sambil berpelukan, tanpa sepatah kata, hanya saling mengelus tubuh masing-masing.

Aku lantas bangkit, dan menuju ke kamar mandi. Mencoba membersihkan ceceran sperma di celana dalamku. Bodohnya aku, karena kupikir mas Harno sudah melihat semuanya, dan tak mungkin ada orang lain lagi di rumah ini, tak kututup pintu kamar mandinya. Sampai mas Harno nyelonong ikut masuk ke kamar mandi.

“Mandi sekalian aja.” ajaknya.
“Aku ga bawa ganti dalemaaaan.” jawabku.

“Ga usah pake kan gapapa, sehari ini aja. Yuk” bujuknya.
“Enggak usah lah, ini dibasahin dikit aja, nanti kalo udah kering baru antar aku pulang.”

Mas Harno nampak tak puas dengan penolakan itu, yang akhirnya berakhir dengan “pemaksaan” darinya. Tubuhku tiba-tiba diguyurnya dengan air, sampai otomatis celana dalamku basah semua. Kepalang tanggung, akhirnya aku mengiyakan permintaannya. Namun tetap mengenakan celana dalamku. Jadilah kami mandi berdua.

Tapi jangan kalian pikir kemudian ada ena-ena di kamar mandi ya, saat itu pure hanya mandi saja, meskipun mas Harno tetap sesekali memeluk dan menciumi payudaraku. Aku sendiri masih belum berani untuk menyentuh atau bahkan menggenggam batang kontol mas Harno. Selesai mandi, mas Harno kuminta untuk keluar lebih dulu. Sementara akhirnya aku tetap melepaskan celana dalamku. Dan membungkus tubuhku hanya dengan handuk saja. Sesampainya di kamar, aku dan pacarku kembali berpelukan.

Sambil berpelukan, kubisikan sesuatu di telinganya. “Jangan kelewatan ya sayang, aku bakal jaga dan kasih perawan aku buat kamu setelah menikah.”

 
Bimabet
Maaf ya nunggu lama. Enjoy 😘

Hari itu aku berhasil menelanjanginya, melihat kedua payudaranya yang besar, putih dan pastinya kenyal. Aku rasa mantan-mantan sebelumnya tak pernah merasakan kenyalnya payudara pacarku. Walaupun dia masih tetap pake celana dalamnya, tapi sudah cukup untuk memuaskan batang kontolku. Bahkan kalau dia lebih aktif, mungkin dengan tangannya saja aku bisa crot dengan mudahnya.


Kembali bertemu dengannya setelah sekian lama, perubahan dirinya mungkin tak terlalu signifkan, dia memang dulunya sudah punya postur yang bagus, hanya saja sekarang makin lengkap dengan ukuran payudaranya yang menggiurkan.


Hari itu, setelah aku crot untuk pertama kali di tubuhnya, dan lanjut mandi bersama, dia sempat berpesan kalau aku ga boleh kelewatan. Dia menjamin untuk menjaga dan memberikan perawannya untukku setelah kami menikah. Yah, namanya manusia hanya merencanakan, liat nanti aja. Siapa yang kelepasan, aku yang memaksanya, atau malah dia yang sukarela memberikannya.


Sejak kejadian hari itu, setiap kali kita bertemu, walaupun kadang diselingi pergi kemana dulu, entah makan atau jalan-jalan, sebelum pulang aku sempatkan dulu menikmati tubuh telanjangnya. Walaupun dia tetep memegang teguh untuk menahan birahinya, dengan tetep pake celana dalam.


Padahal aku tahu, setiap kali kami bercumbu, pastilah bagian depan celana dalamnya basah kuyup. Aku duga sebenarnya dia tipikal yang hyper, tapi malu-malu. Perlu pancingan terlebih dahulu untuk membuatnya "naik", barulah nanti setelah dia di posisi on fire, dia akan bergerak dengan sendirinya.


Berawal dari ketelanjangannya yang pertama di rumah itu, kami semakin berani untuk "menjamah" satu sama lain. Secara perlahan tapi pasti keintiman kami semakin menjadi. Tak jarang kami curi-curi waktu berciuman saat kami kencan makan malam, atau sekedar berhenti di suatu tempat sepi untuk berciuman sambil meremasi kedua payudaranya.


Tidak hanya di rumahku saja, saat kami hanya bertemu dan ngobrol di teras rumahnya, kadang aku dengan nekatnya mengangkat bajunya keatas untuk menciumi payudaranya. Dan karena makin nyaman, tak lupa aku juga meninggalkan bercak-bercak merah di kedua payudaranya. Tak terhitung lagi berapa yang kutinggalkan disana. Seakan meninggalkan jejak bahwa payudara itu sudah ada pemiliknya.


Pernah suatu ketika, aku mengajaknya pergi berwisata ke luar kota bersama keluargaku. Karena ayahku yang berada di belakang kemudi, sementara aku dan dia berdua duduk di baris kedua, tanganku dengan usilnya menggesek-gesek vaginanya yang masih berbalut celana dalam. Sepanjang perjalanan pulang, tanganku berada di area selangkangannya, masuk lewat resleting celana panjangnya. Dia hanya bisa mendesis pelan karena takut kepergok oleh kedua orang tuaku. Sesampainya di rumah kulihat celana dalamnya sudah basah di bagian depan.


Pertemuan yang makin intens, dengan tempat yang sangat mendukung membuat kami juga makin intim. Sampai di suatu waktu, kuraih tangannya untuk mengelus kontolku dari balik celana, kemudian kubimbing dia untuk melucuti celanaku sampai batang kontolku bisa dilihatnya secara langsung. Meskipun masih agak kaku, tapi elusan tangannya sudah cukup untuk membuat kontolku ereksi maksimal.


Kubuka semua pakaianku sampai telanjang bulat, sementara dirinya juga nyaris bugil, hanya tinggal berbalut celana dalam saja. Kurebahkan tubuhnya di kasur, kutindihnya. Lalu kutempelkan batang kontolku tepat di permukaan memeknya yang masih terbungkus celana dalam. Kurengkuh tubuhnya hingga tubuh kami menempel satu sama lain yang membuat batang kontolku makin terjepit di bawah sana.


Dengan gerakan pelan maju mundur, batang kontolku makin menggesek permukaan vaginanya, untungnya bahan celana dalamnya lembut, sehingga tidak membuat batang kontolku sakit. Saking nafsunya, sekaligus pengalaman pertama, hanya dengan gesekan pelan saja dalam beberapa menit, batang kontolku sudah meraih puncak kenikmatannya.


5 kali semburan spermaku membasahi bagian depan celana dalamnya. Kemudian dengan jari, kuratakan cairan spermaku di celana dalamnya.


Yah, itulah sekelumit cerita 2 insan yang dimabuk asmara berbalut nafsu. Tapi walaupun begitu, tak ada niatku untuk mempermainkannya. Aku memang serius dengannya dan berniat untuk menikahinya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd