Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Miskin Vs. Kaya

Menurut pembaca disini, Asep cocoknya berpasangan dengan siapa?


  • Total voters
    484
Status
Please reply by conversation.
Where have you been?


5bfc281376029965.jpg

Nuri Maulidina
-----

Pagi ini aku pulang dulu ke rumah untuk mengambil beberapa keperluan Ibu dan Ayahku, tentu aku pulang dengan angkot, karena sepedaku masih di bengkel. Pusing mikirin sepedaku itu, pasti banyak makan duit kalau sudah begitu, sudah motor tua malah ditabrak lagi. setelah sampai Rumah, banyak yang menanyakan kondisi Ayahku, dari mulai tetangga sampai sanak saudara. Aku jawab baik-baik saja dan mungkin pulangnya dalam waktu dekat ini. Karena buru-buru, aku langsung balik lagi ke Rumah Sakit.


“Nak, gak ada yang ketinggalan kan?” kata ibuku sambil mengecek barang bawaanku dari Rumah


“kayaknya lengkap bu. Tadi Asep juga cek dulu kok sebelum balik kesini” kataku sambil berjalan ke Ranjang Ayahku


Aku memandangi wajah ayahku yang tertidur pulas dengan perban di kepalanya, aku hamper saja mengamuk ke wanita itu. Untung saja dia menyadarkanku kalau kondisi Ayahku yang paling penting. Memang kadang orang kaya itu suka gila-gilaan kalau di jalan. Motor butut aja yang jalan pelan dipinggir jadi ditabrak juga.


“Tadi dokter kesini Sep, katanya kalau kondisi ayah semakin membaik, maka bisa cepet pulang” kata ibuku menghampiriku


“Iya bu, Asep juga maunya cepet pulang. Gak enak sama Anne yang nanggung biaya ini semua. Pasti gak murah kamar segini bu” kataku melihat sekeliling kamar yang Ayah tempati.


“Iya nak, Sana mandi dulu. Mumpung tidak ada tamu yang mau jenguk Ayahmu” suruh Ibuku


Aku mengiyakan dan segera mengambil handuk untuk mandi. Saat aku masuk ke dalam kamar mandi, aku sedikit kaget karena kamar ini pakek shower. Aku membatin, kok bisa ya dikasik shower? Apa tidak merepotkan bagi pasien yang ingin ke kamar mandi.


Ah bodo amat lah, aku cobain aja. Hitung-hitung pengalaman pertama pakek shower. Hmmm katanya ada tombol air angat dan air dingin. Dimana ya? aaah ini mungkin. Benar saja, setelah aku pencet tombol yang merah, air yang mengucur langsung berubah menjadi hangat. Huuuh enak ya kalau jadi orang kaya, karena kutahu orang kaya pasti punya shower di rumahnya.


“Dasar SUGE!!!”


Eh suara apa itu rebut-ribut diluar. Aku coba berhenti menyabuni badanku karena aku ingin focus mendengar apa gerangan yang terjadi diluar sana.


“Apa kamu bilang?”


“S-U-G-E.. Si Susu Gede”


Wah bener ini, ada yang aneh di luar. Aku coba matiin showernya dan ingin mengecek keluar, takut Ibu atau Ayahku kenapa-kenapa. Aku langsung melilitkan handuk di badanku.


“Ih kalau tepos gausah banyak omong”


Waah makin kenceng kudengar suaranya, harus cepet nih. Aku yang buru-buru langsung membuka pintu. Tapi aku merasa handukku seperti tersangkut sesuatu.


“APA KAU BILANG!!!”


“HEH GAUSAH RIBUT WOI” aku meninggikan suaraku dengan berat supaya tidak terdengar berteriak.


“AAAAHHHHH” Teriak dua wanita cantik sambil membuang muka.


Lah Nuri dan Anne kenapa kok disni. Kenapa mereka kaget seperti itu. aku masih sempet tertegun dan mencoba melihat kearah badanku.


“Waaaaaattttttttt” aku langsung reflek menutupi selangkanganku dengan kedua tanganku, yang tentu saja tidak muat. Aku buru-buru kembali ke kamar mandi untuk memasang handuk.


“Ih Mas Asep kenapa telanjang gitu sih” Kata Nuri saat aku keluar dengan wajah cengengesan.


“Malu-maluin saja, untung kami tidak lihat” kata Anne menimpali dengan wajahnya yang merah padam.


“Lagian kalian ini malah rebut di rumah sakit, ya aku kaget dan segera keluar.” Kataku mulai santai dan mengambil pakaianku dan kembali ke kamar mandi lagi untuk memasangnya.


Aku merasa ada yang aneh dengan dua wanita ini. Tiba-tiba mereka jadi akrab denganku dan masuk aja dalam kehidupanku, mungkin untuk Nur tidak terlalu mengagetkan, Lah ini Anne kenapa lagi kesini, bukannya urusanku dengannya sudah kelar ya.


Tentu aku senang dengan kondisi ini, tapi aku tidak mau terlalu ke-pede-an dengan hal ini. Karena aku tau posisiku seperti apa, aku merasa mereka berdua bak seorang tuan putri yang kehidupannya hamper sempurna. Sementara aku? Yaa semacam pungguk yang merindukan rembulan.


“Nur kan udah janji mas, kalau hari ini Nur kesini. Nur juga bawa sarapan buat Mas Asep” kata Nur tersenyum dan mengangkat bekal yang ia bawa


Aku balas senyumnya dengan lepas dan merasa terhormat sekali dibawakan sarapan oleh Nur, iya Nuri seorang kembang Desa. Kita dulu sempet deket pas SD, tapi aku menjauh secara pelan-pelan saat dia bertranformasi lebih cantik, seksi dan menawan. Aku bukannya pengecut, tapi lebih ke tau diri aja sih. makanya aku kerja mati-matian agar kaya, tapi gatau itu bakal kenyataan apa engga.


Lantas aku beralih memandang Anne. Seolah dia paham dengan tatapanku. Dia juga angkat bicara.


“Aku mau mengembalikan Jaketmu yang kapan hari itu. Makasih ya” katanya sambil menyerahkan jaket dan meletakkannya di meja.


Posisiku masih berdiri didepan dua wanita cantik ini, agak canggung jika duduk bersama mereka. Beberapa menit kita hanya diam saja dan serasa canngung sekali.


“Oh iya Mas, Nur juga bawakan buat ibu. Ini buat mas dan ini buat Ibu” kata Nur memecah keheningan dan meletakkan makanan di meja juga


“Waah makasih Dek, ini kamu yang buat?” aku mencoba duduk di sisi kursi lain untuk menemani mereka berdua


“Iya dong, Nur buat khusus buat orang special” katanya


Aku agak kaget sih mendengar jawabannya. Aku hanya senyum-senyum sendiri, wah jangan-jangan kode nih. Nanti aku sikat ah kembang desaku ini.


“Aku balik dulu kalau begitu” Anne langsung berdiri, kulihat wajahnya masam banget.


“Loh buru-buru Ne?” kataku basa basi, ya aku memang basa basi sih karena belum akrab


Dia hanya mengangguk dan pergi begitu saja. Ini ada apa sih, kok serba aneh gini. Tadi cekcok sampek teriak-teriak, sekarang mereka tenang dan saling diam. Jujur aku lebih takut kalau wanita itu diam, karena ngeri sekali kalau diam. Tapi yaudahlah, biarin aja Anne balik. Toh dia kan hanya balikin jaket.


“Ayo Mas dimakan, ini mumpung masih anget. Kalau dingin nanti gaenak” kata Nur memberikan makanan yang ia buat


“Ayahnya gimana Mas? Sudah baikan kondisinya”


“iya kata dokter udah baikan sih, semoga lekas sembuh biar cepet pulang ya Dek” kataku membuka makanan yang Nur kasik ke aku. Waah ternyata Nur buat nasi sup, kesukaanku ini.


“Ibu kemana Dek? kok tidak ada”


“Tadi ibu pamit beli tisu keluar mas”


“Oh..”



Aku sudah tidak focus lagi bicara dengan Nuri, karena perutku sudah meraung meminta amunisi dari luar. Aku dengan lahap memakan nasi soup ini, dan benar saja rasanya enak banget, kuahnya tidak terlalu asin dan sangat nikmat sekali. Ah jangan sampai lupa, kerupuknya dong. Eh mana kerupuknya ini. Ah ini dia.


“Loh kok liatin aku kayak gitu dek” aku kaget saat Nur melihatku tidak berkedip saat makan.


“gapapa, Lucu aja liat mas makan lahap gitu, serasa berhasil buat makanan enak”


“Lah emang enak kok hehe”


“Salam”…


“Loh si Anne kemana?”


“Tadi balik duluan buk, katanya ada perlu” Nuri menjawab pertanyaan ibu


“Ibu, ini Nuri bawakan makanan. Daripada beli mending Nuri bawakan, hehe”


“Waah makasih Nur, sampek repot gitu”


“Nuri kesini naik apa?” tanya Ibuku


“Naik motor buk, kenapa memangnya?”


“Ini, Ibuk tadi muter-muter nyari tisu ga ada toko di dekat sini. Nanti belikan ibu tisu ya, sekalian sama air”


“Sep, temanin Nuri ya. Biar ibu yang jaga Ayah” suruh ibuku


Aku hanya mengangguk saja karena masih focus dengan makananku. Ya kupikir memang wajar sih di daerah RS ini tidak ada toko kelontong, karena letaknya jauh dari keramaian dan tempatnya juga luas. Kayak eksklusif gitu.


Akhirnya setelah aku makan, aku langsung mengajak Nuri untuk membeli barang yang disuruh oleh ibuku. Oh iya, Nuri bawa helm dua gak ya? kalau Cuma 1 nanti rawan ditilang ini.


“Dek, kamu bawa helm 2 gak?”


“Ada kayaknya mas, iyaa. Kayaknya ada di jok satu”


“lah emang muat ditaruk disitu”


“ya muatlah”


“nih helmnya, muatkan?” kata Nuri setelah buka jok sepedanya dan memberikan helmnya. Aku baru sadar kalau Nuri punya punya sepeda matic gede bener, kubaca namanya N-Max.


Sepanjang perjalanan aku tidak bisa focus karena gundukan gunung Nuri menempel di punggungku. Aku tidak tau dia sengaja atau tidak, tapi setiap dia ngomong denganku, Nuri langsung majukan mukanya dan otomatis dadanya langsung menempel dipunggungku.


“Abis ini mas mau kemana?”


“Hah” kataku ga kedengaran suara Nuri


“Habis ini Mas Asep mau kemana?” Nuri menyaringkan suaranya


“Ya ga ada dek, jaga bapak di RS”


“Mas jangan keluaran, apalagi keluar sama Anne”


“kenapa dek? Mas gak denger” karena aku memang tidak mendengarnya


Namun bukan jawaban yang aku dapat, tapi pelukan erat dari belakang yang aku rasakan. Otomatis penisku langsung berdiri setelah merasakan gunung kembarnya Nuri seperti tergencet di punggungku.


Kita berdua sangat senang dengan waktu yang kita miliki ini. Nuri memagang tanganku dengan dalih takut ditinggal. Aku mah manut aja, secara siapa yang tidak mau di gandeng cewek se cantik dan se semok Nuri.


Akhirnya kita kembali ke Rumah sakit, aku parker sepedanya di basement RS, karena jaraknya dekat dengan kamar Ayahku, biar aku ngangkat barangnya tidak terlalu jauh kesana.


“Nur, langsung pulang ya mas. Takut dicariin Bapak sama Ibu”


“Oh iya dek, makasih ya atas semuanya” ucapku sambil tersenyum


“Cupppp”


“EH”


Aku kaget saat Nuri tiba-tiba mencium pipiku. Aku pegang pipiku seolah tak percaya dengan apa yang terjadi. Aku hanya cengengesan saja mendapat perlakuan itu.


“Mas Asep punya HP gak?” tiba-tiba Nuri bertanya


“EH anu, mas jual dek buat nambah beli HP yang baru. Tapi gak sempet gara-gara Ayahku kecelakaan” kataku


“Bentar”


Kulihat Nuri mengambil sesuatu didalam tasnya, dan menulis sesuatu di secarik kertas yang ia sobek tadi.


“Ini Nomornya Nuri, Pokok nanti habis dapat HP baru, Mas hub Nuri ya”


“Waah siap dek” kataku mengambil secarik kertas itu


CUPPPP


“eh dek kok…”


“Hihihi, udah gausah dibahas, Nuri malu”


“Nuri pulang dulu ya Mas Asep”


Aku masih termenung dengan perlakuan Nuri kepadaku. Apakah ini pertanda aku bisa menyikat Nuri secepatnya. Kulihat Nuri sudah berlalu dengan sepedanya, aku masih berdiri kaku sambil memegang secarik kertas yang berisi nomor hp Nuri.


Aku masukkan secarik kertas itu ke kantongku. Dan langsung mengangkut barang pesanan ibuku. Selama perjalanan, aku melamun soal perlakuan Nuri kepadaku. Kok bisa ya aku dicium perempuan. Biasanya kan laki-laki yang mencium duluan.


“Salam”


“Ini bu, barangnya”


Aku kaget saat liat Joanne berada di kamar inap Ayahku. Bukannya tadi dia ijin pulang ya. kok malah balik lagi. apa ada masalah ya dengan pengobatan ayahku.


“kapan datang Ne, kok balik lagi? ada yang ketinggalan?” aku coba sapa dia.


Tapi nihil, dia tidak mau menjawab sapaanku dan bahkan tidak mau menoleh ke arahku. Ibu dengan cepat menarikku keluar, aku masih bingung dengan kondisi yang saat ini menimpaku. Ini ada apa sih gerangan, batinku


“Nak Anne katanya ada perlu sama kamu nak, dia pengen ngajak kamu kemana gitu. Ibu gak paham” Kata ibu berbisik kepadaku


“Lah kok bisa buk? Memang mau kemana dia?” aku tentunya masih kaget


“Udah, turutin aja Nak. Ibu ga enak karna dia yang bayarin biaya perawatan Ayah”


Aku hanya menghela nafas dan aku iyakan saran dari ibuku. Ini salah satu yang aku benci dengan sikap orang kaya, kalau sudah mau sesuatu terkesan maksa dan sangat menyebalkan.

- Bersambung
 
Sinister

9cfeba1376029968.jpg

Joanne
-----
Memang sialan si SUGE itu, bisa-bisanya dia bersikap sok manis didepan Asep. Aku sendiri muak melihatnya. Awas saja ya, kubuat kempes tuh susu. Nyebelin banget jadi orang. Asep juga nanggepinnya seolah ngarep gitu. Menjijikkan.


Ih kenapa sih aku kayak gini? Kenapa aku malah cemburu soal beginian? Lagian apa sih spesialnya si Asep ini. Masak gara-gara dia peka ngasik aku jaket karena pakaianku terbuka sudah buat aku klepek-klepek? Apa jangan-jangan gara-gara aku liat kon.. Aaah kayak Lonte aja kalau aku sampek mikir kesana.


Engga, aku gak ada perasaan apa-apa ke Asep, aku hanya ingin membalas perlakuan SUGE itu. Aku harus buat dia merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Aku tidak langsung pulang, melainkan mampir ke ruangan dr. Budi. Hubungan keluargaku dengan dr. budi sangat baik, karena sudah beberapa tahun dr. budi menjadi dokter pribadi di keluargaku dan yang merekom dia untuk praktek di RS ini ya berkat keluargaku juga. Jadi ya gitu deh.


“Loh Anne, ada apa kok kesini?” aku yang langsung masuk ke ruangannya tanpa mengetok pintu.


“disini ada CCTV.nya gak dok?”


“Ada tapi bukan disini, tapi di tempat admin atau di pos satpam”


“pindahin kesini dok, aku mau liat”


“Loh ada apa. Kok mintanya aneh gitu” dr. budi kaget bukan kepalang


“Pindahin dulu kesini, atau ku telpon ayahku biar dokter dipindah ke RS lain?” ancamku


“I-Iya B-baik ne”


Dr. Budi terlihat ketakutan dan segera menelpon seseorang. Dia berbicara dengan nada yang cukup panik dan meminta semua CCTV dipindah ke ruangannya. Aku juga bingung kenapa dia bisa menyuruh orang juga, apa jabatannya dia disini sudah tinngi? Ah Persetan lah, aku sudah tidak ada urusan dengan jabatan dia disini. Yang penting mauku harus terlaksana.


“Ne, b-bentar lagi satpam kesini. Tapi CCTVnya berupa laptop ya. ga mungkin kan mindahin komputer kesini”


“Iya tidak apa-apa” aku mulai duduk santai di sofa yang tersedia diruangan ini. Sepertinya jabatan dr. budi disini sudah tinggi. Baguslah, aku tidak salah orang untuk meminta bantuan.


Tidak sampai 5 menit, seorang satpam masuk dan memberikan laptop yang sudah tersambung dengan CCTV disetiap sudut RS ini. Aku yang dijelaskan sebentar sudah paham dengan pengoperasian CCTV ini.


“A-ada lagi Ne? kalau tidak ada saya pergi dulu untuk memeriksa pasien”


“Sudah gak ada, saya pinjem ruangannya saja. Nanti kalau sudah selesai, laptopnya saya taruk disini” kataku yang sambil memandang CCTV di RS ini.


“Oke. Kalau gitu saya pamit dulu”


Ada dimana kau SUGE! Jangan sampek kamu nginep disini ya, bisa-bisa aku tutup nih Rumah sakit. Enak saja memalukan diriku didepan Asep. Kubuat menyesal dengan tindakanmu itu.


Aku terus memantau CCTV yang ada di laptop, hingga 10 menit berselang. Asep dan Nuri keluar dari ruangan Ayah Asep dan berjalan ke parkiran. Nampak mereka sedang ingin keluar menaiki sepeda motor. Aku berharap Asep tidak pulang, tapi prediksiku dia tidak akan pulang, karena tidak mungkin dia meninggalkan ibunya sendirian disini.


Aku tunggu lagi mereka balik ke RS, tapi belum juga datang. Pas aku pencet sisi sudut lain dari CCTV itu membuat aku terkejut. Ternyata Asep di basement bersama SUGE dan Si SUGE menciumnya sebelum pulang. Brengsek!!


Aku langsung menutup laptopnya dan beranjak pergi dari ruangan dr. budi dan berlari kecil kearah ruangan dimana Ayah Asep dirawat. Dan akhirnya aku sampai.


“Loh nak Anne? Kata Asep tadi kamu pulang?” tanya Ibu Asep saat melihatku yang akan masuk ke ruangan


“Iya, tadi mau pulang, tapi ada satu hal yang kelupaan buk” jawabku tersenyum tipis


“lupa apa nak?”


“Saya lagi ada masalah, boleh gak saya ajak Asep keluar sama saya buat bantuin saya buk” Ya tentu saja aku berbohong


“Loh masalah apa to nak? Kok bawa-bawa Asep”


“Ya pokoknya ada la buk. Tapi gak ada sangkut pautnya dengan Asep kok. Anne hanya pengen ngajak Asep ke suatu tempat”


“Oh gitu, ya terserah sih Nak”


“Jangan terserah buk, Ibuk suruh Asep biar dia mau” kataku memaksa


“B-Baik Nak”


Aku duduk diam di sofa ruangan Ayah Asep dirawat. Aku lagi mikir mau melakukan apa enaknya biar aku puas membalas perlakuan si Suge itu.


“Loh.. Kapan datang Ne, kok balik lagi? ada yang ketinggalan?”


Cih akhirnya datang juga si KOGE ini. Mana sok manis lagi. Aku sengaja diam dan tidak mau melihat wajahnya. Rasanya muak liat mukanya, DASAR KOGE – KONTOL GEDE. Sialan, Batinku yang sangat kesal


Ibunya Asep langsung menarik Asep keluar untuk mengajaknya berbicara sebentar. Aku yang pasti tau akan berhasil segera mengambil tas dan ikut keluar. Kamu kira kamu bisa merendahkan harga diriku seperti tadi, aku kubalas kau SUGE, akan kubuat pasanganmu yang KOGE ini tidak bisa melupakanku.


Aku langsung melenggak keluar dan meninggalkan mereka berdua, kudengar sayup-sayup suara ibunya asep menyuruhnya untuk mengikutiku di belakang. Aku tersenyum kecil dengan apa yang aku rencanakan. Akhirnya aku merasa menang sekarang.


Aku menuju kedalam mobilku, dan nampaknya Asep masih bingung dirinya mau dibawa kemana. Aku yang sudah masuk ke dalam mobil melihat Asep masih bengong di luar. Kubuka kaca mobilku dan


“Masuk!” kataku dengan nada agak tinggi


“Eh iya ini mau masuk” katanya kaget


“Kita mau kemana sih?”


“Diem gausah banyak bacot. Enak tadi dicium perempuan!?”


Duh sialan, sampek keceplosan lagi. kamu kok keliatan tolol banget dihadapan Asep sih Ann. Tolol banget.


“Haah. Kok bisa?”


Aku tidak menjawabnya dan menginjak pegal gas mobilku agar keluar dari RS. Praktis aku dan Asep tidak bicara sepatah kata pun dan aku kembali cuek dengan kondisi yang ada.


“Aku tidak suka kamu deket-deket dengan Nuri” Masa bodohlah aku dibilang tolol oleh diriku sendiri, yang penting perasaanku plong setelah jujur ke dia.


“Lah kok gitu, kan kita gak ada hubungan apa-apa? Kok main ngelarang gitu”


“Hah? Aku yang bayarin semua biaya perawatan Ayahmu? Dikira itu murah? Puluhan juta kau bayarnya”


“Lah kamu yang menabrak kami, ya kamu juga yang tanggung jawab. Kamu kok parah gitu jadi orang. Kalau tidak ikhlas, aku balikin uangnya nanti. Aku janji”


Dia tampak kesal juga. Aku berhenti bicara untuk menenangkan suasana, aku tidak mau gegabah biar dia tidak illfeel padaku.


“sekarang kita kemana? Kamu mau bawa aku kemana”


“Dasar, diman-mana orang kaya sukanya menindas yang miskin”


“Eh bukan…” kataku yang merasa keadaan sekarang berbalik menyerangku


“Udahlah, kamu mau uangmu balik kan? Aku balikin besok. Sekarang turunin aku disini.”


“engga” kataku mencoba tenang


“aku buka nih pintunya”


“Buka saja” dasar ******, ya aku kunci lah pintunya. Aah kadang dagelan nih orang


“Ih kok gabisa. Hek hekk” kulihat dia berusaha membuka paksa pintunya


Aku yang melihatnya tertawa cekikian karena merasa itu adalah hal konyol sekali. Aku sudah mantap membawanya ke suatu tempat yang hanya kita berdua saja disana. Iya aku harus lakukan itu.


Terserah apa mau dikata, kalau aku ingin sesuatu, sesuatu tersebut tidak boleh jauh dariku. Aku ingin sesuatu itu datang kepadaku meskipun aku mengorbankan hal yang paling berharga di dalam diriku, kunamakan itu sebuah harga diri.


“kamu mau bawa aku kemana?” tanya asep dengan putus asa


“aku hanya pengen ngobrol sama kamu, kamu gausah khawatir”


“iya ngobrol dimana? Ini udah jauh lo dari kota. Nanti aku dicari ibuku”


“aku sudah ngomong ke beliau. Kamu santai aja”


Kubawa dia ke Villa milikku di pinggir kota. Aku lama tidak kesana, jadi sekalian aku melihat-lihat propertiku disana. Mungkin si Asep ini bisa bantu-bantu aku angkat barang, dan nantu kuhadiahkan sesuatu.


Menempuh waktu hamper satu jam, akhirnya aku sampai dikawasan Villa yang kumaksud, aku keluar dari mobilku dan meminta kunci ke mamang yang menjaga villa ini dan sekaligus pesan kalau aku gabisa diganggu dan kalau misal ada apa-apa aku yang bakal hub mamang ini. Dia pun paham dan mengiyakan mauku.


Kami sampai ke Villa tujuan, aku ajak Asep turun dan kubuka kunci pintu villa ini. Terlihat villanya sudah mulai berdebu, vila dengan ukuran yang sangat luas ini dilengkapi dengan kolam renang.


“aku minta bantuanmu, beresin dan bersihin villa ini. Setelah selesai aku kasik upah, lumayan buat nambah uang jajan” kataku ke Asep


“Haah, katanya mau ngobrol. Kok?” Si Asep makin tak karuan bingungnya


Aku tidak menjawab dan langsung ke lantai dua untuk istirahat sejenak. Biarin dah dia bersihin seisi vila, sapa suruh buat aku sebel hari ini. Sialnya aku tidak bisa istirahat dengan tenang. Aku masih kembali mengkaji niatku ini, benar apa engga. Soalnya hal yang aku korbankan sangat berharga. Bahkan ini mahkotaku.


Masa bodo, pikir belakangan, yang penting mauku harus kesampaian. Aku segera bangkit, membuka bajuku dan juga celanaku. Aku buka semua hingga telanjang bulat. Kucoba buka lemari di kamarku itu, kalau tidak salah disini ada pakaian kimono buat berenang gitu. Pas aku buka ternyata memang ada.


Anne, ingat kamu sudah melakukan hal bodoh dan beresiko. Jadi aku harap semuanya tidak kacau kedepannya. Aku menghela nafas panjang, mengenakan kimono itu tanpa daleman dan perlahan membuka pintu berjalan pelan kebawah menuju Asep.

- Bersambung

Maaf atas kekentangan yang terjadi, ngetiknya sudah capek hu :sendirian:
Semoga terhibur ya hu :pandaketawa:
 
Ane masih prewi kah hu?
Masih hu hehe
Masa sih ada orang yang terpikat parah mau nyerahin mahkota berambut segitunya gegara hal kecil......... Tapi namanya aja cerita ya......lanjut suhu...... semungut
Genre.nya Drama hu. Jadi ya pasti ada kejutan drama kedepannya.

Ane usahakan tetap logis kok ceritanya, krna salah satu tujuan ane nulis cerita ini buat kritik sosial sih
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd