Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
CATATAN KETIGA
MERLIANA SUBEKTI

Hari H, Surabaya - Jawa Timur


Ugh, aku sebenarnya sangat benci bila harus ditugaskan ke Surabaya..

Bukan karena aku tidak suka kota ini, tapi karena kota ini mengingatkanku pada tempat aku dan mantan suamiku bertemu.. Hiisshh mengingat dia saja sudah membuatku kesal sendiri.. Pria yang awalnya sangat kupuja puja itu ternyata dengan mudahnya pergi bersama wanita lain karena aku tidak mampu memberinya keturunan..

Hoaahhmm.. aku menguap sendiri saat menuruni tangga pesawat menuju landasan bandara Djuanda. Aku bersama Mas Arif, kameramen ku, kami berjalan mengikuti arahan petugas bandara yang tampak kurang sehat. Semenjak virus viral seminggu yg lalu itu, aura lesu tampak terpancar di semua orang. Dan sepertinya keadaan makin bertambah parah. Makin banyak saja orang yang tertular virus itu.

Mulai dari Bandara Soekarno tadi selalu saja kudapati orang orang yang terlihat pucat seperti sedang tidak enak badan.. Mungkin saja karena musim hujan juga, tapi entahlah.. Mas Arif juga merasakan hal yang sama sepertiku, dia sempat bertanya padaku saat aku dan dia menunggu bagasiku datang di conveyor belt.

Entahlah, naluri wartawan mungkin?

Kenapa ya hari ini? Ko sepertinya murung banget orang orang? Gumamnya sambil melihat ke sekitar. Orang orang di sekitar kami seperti lesu dalam tiap aktivitasnya, suasana bandara pun tidak seramai biasanya, padahal Bandara Djuanda sudah terkenal akan overcapacity nya, tapi hari ini tidak seramai itu juga.. Bahkan saat kami akhirnya menunggu jemputan kami di area kedatangan, tidak terlalu banyak kendaraan yang lalu lalang..

Sama seperti Jakarta, Surabaya nampaknya terkena dampak dari virus Viral itu. Wajar saja, kota terbesar kedua setelah Jakarta.. Berdasarkan desas - desus yang beredar, Surabaya akan menjadi kota pertama di Indonesia yang akan di Lockdown. Oleh karena itu lah aku dan Mas Arif kesini. Untuk meliputu langsung pengumuman itu dan mewawancarai Walikota Surabaya.

Tapi sekarang aku tidak mau terlalu memusingkan hal itu, aku sibuk sendiri memfokuskan diriku agar tidak mengingat kenangan kenangan yang aku alami disini bersama mantan suamiku dulu.

"Kamu ga pa pa kan, Mer?" Tanya Mas Arif saat kita sudah berada di dalam mobil jemputan kami yang sedang mengantarkan kami ke hotel.

Aku mengangguk pelan, "Ga pa pa ko Mas.. yaa kamu tau laahh kenapa.." jawabku sambil memperhatikan suasana kota Surabaya. Aktivitas kota ini berjalan seperti biasanya, tidak seperti saat di bandara tadi, Surabaya terlihat aktif.. Lalu lintas tetap terasa padat. Namun berbeda dengan Jakarta yang sudah amburadul, di Surabaya masih terlihat tertib..

Aku sempat tertidur kira kira setengah perjalanan hingga akhirnya Mas Arif membangunkanku ketika kami melewati Zona Karantina.

sama seperti Jakarta yang membuat Zona karantina untuk menampung mereka yang terkena virus, di Surabaya pun ada zona yang sama, dengan luas yang tidak kalah besarnya. Aku dan Mas Arif menggelengkan kepala melihat betapa luas nya zona tersebut.

Dari sela sela pos penjagaan, kami bisa melihat tenda tenda tentara yang berisikan pasien yang terpaksa harus tidur di tenda karena sudah terlalu banyaknya pasien yang terinfeksi virus. Iring iringan mobil ambulans juga tampak mengantri di pintu masuk Zona Karantina. Belasan mobil ambulans.

Gila.. Dalam waktu semingguan saja bisa sampai separah ini keadaannya.

Tak lama kemudian, kami tiba di hotel tempat kami menginap. Lokasi hotel ini tidak jauh dari Zona Karantina tadi. Kami langsung check in dan dalam sekejab aku tiba di kamarku yang cukup nyaman meskipun agak sempit. Aku langsung merebahkan diriku di kasur untuk melanjutkan tidur ayamku tadi, aku tertidur cukup lama hingga akhirnya terbangun karena ada bel berbunyi. Dengan malasnya aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan ke pintu untuk melihat siapa, ternyata Mas Arif.

"Kenapa Mas?" Tanyaku sambil membuka pintu.

"Ah kamu ini.. " Kata Mas Arif tersenyum dan langsung menciumku sambil mendorongku masuk kembali ke dalam kamar.

"Mas apaan sih!" Ucapku setengah berteriak sambil berusaha melepaskan diri dari dekapan dan ciuman Mas Arif. Mas Arif tampak kaget dengan reaksiku.

"Nanti kalo diliat orang gimana?" Lanjutku yang kemudian melangkah ke kasur dan duduk di pinggir kasur dan menyalakan TV. Mas Arif tertawa mendengarku menggerutu seperti itu.

"Kamu tuh yaa.." itu tuh kenapa aku senang banget sama kamu.. hati hati banget orangnya!

"Yeee.. aku cuma ga mau aja nanti ada yang ngelaporin kita ke polisi trus kita digerebek sekamar berdua.. Apa kata orang kantor ntar? Tau sendiri kan gimana ketatnya bos kita soal hubungan satu kantor?" Ucapku kesal sambil mencoba memperhatikan TV.

"Yaudah kalo ketauan.. Emang kenapa? Kan emang aku serius sama kamu.. Di pecat dipecat deehh! Yang penting aku bisa nikah sama kamuu" Kata Mas Arif sambil mendekatiku di kasur, dia mulai menggenggam tanganku dan menciumi leherku.

"Gausah ngegombal deh.." Ucapku malas sambil sedikit menghindari ciumannya, walaupun sebenarnya aku mulai merasakan nikmat juga saat tadi ia mencium leherku, aku memang sensitive di daerah itu dan Mas Arif tau itu.

"Beneran sayang! Aku ga boong sama kamu.." Ucap Mas Arif menghentikan ciumannya dan menatap tajam mataku. "Dari semua wanita yang aku kenal, cuma kamu yang bikin aku klepek klepek kaya gini.. Aku heran kenapa mantan suami kamu bisa ninggalin istri sesempurna ini.." Ucapnya yang kemudian menyosorku.

Hmm.. Seandainya Mas Arif tau kenapa mantan suamiku meninggalkanku..

Aku memang tidak berani bilang ke dia alasan sebenarnya.. Karena aku takut dia pun akan meninggalkan aku dengan alasan yang sama..

Sebagai wanita muda yang pernah merasakan nikmatnya berhubungan badan, jujur aku merasa butuh untuk memuasan hasratku.. Dan Mas Arif bisa memenuhi itu. Mas Arif sendiri memang orang yang sangat menarik, Badannya atletis, berwibawa, dan lumayan tampan.. Usianya yang sudah 35 membuatnya menjadi salah satu sosok senior di kantorku, dia juga sangat mencintai profesinya sebagai cameramen, dia menolak beberapa kali promosi jabatan karena ingin tetap bekerja di luar dan merekam kehidupan ini lewat kameranya, termasuk saat berhubungan seks.

Aku sendiri sebenarnya merasa risih bila direkam saat berhubungan seks, namun Mas Arif yang adalah salah seorang juru kamera senior di stasiun TV tempatku bekerja selalu bisa membuatku bagaikan seorang selebriti ataupun supermodel Victoria Secret dengan kameranya. Dia sering mengarahkanku dengan berbagai gaya yang seksi dan sensual sambil dia rekam.. termasuk sekarang ini..

Dia menyuruhku melepaskan bajuku perlahan lahan di kasur sedangkan dia merekamku dari kursi. Aku menatap lensa kamera sambil bergaya seseksi mungkin dan perlahan melucuti bajuku satu persatu. Satu persatu kancing kemeja biruku kulepas hingga akhirnya memperlihatkan Bra Hitamku. Kemudian aku menghadap belakang dan menurunkan Rok Hitamku sambil berjoget sensual. Pada saat aku menghadap ke depan lagi, Mas Arif langsung tidak tahan dan mendekapku kemudian menciumku. Bibir kami berdua langsung aktif bergerak saling memagut. Mas Arif langsung merebahkanku di kasur dan kemudian membuka bajunya sambil terus menciumku.

"Ga direkam sayang?" Tanyaku di sela sela ciuman kami. Dia menggelengkan kepalanya.

Udah ga tahan.. Ucapnya singkat kemudian menciumku lagi.

Ciumannya yang liar itu membuat nafasku mulai ga beraturan. Apalagi saat ciumannya turun ke leherku, aku mulai mendesah keenakan. Tangannya mulai memegang dadaku yang masih terbungkus Bra. Ia lalu menyelipkan tangannya ke dalam bra ku dan mulai memainkan puting susuku dari dalam. Aku menggelinjang kenikmatan saat Mas Arif membuka braku dan memaparkan payudaraku yang cukup besar dan mancung. Kedua puting susuku yang berwarna coklat muda itu sudah keras dan memancing mulut Mas Arif untuk dia hisap.

Mas Arif langsung menghisap payudaraku sembari memainkan yang satunya lagi dengan tanganku. Perlahan aku mulai mendesah, apalagi saat dia menggigit halus puting susuku. Terasa geli dan nikmat! Lidahnya terus berputar putar di puting susuku dan membuatku menjambak rambutnya untuk terus menahannya di posisi itu.

Mas Arif kemudian merebahkan diri di sampingku dan kemudian melepaskan celananya hingga memperlihatkan kejantanannya yang besar, lebih besar dari mantan suamiku dulu. Alat kelaminnya itu sudah tegak mengacung. Aku langsung reflex mengocoknya penisnya, lalu aku kembali mencium Mas Arif, kali ini gantian aku yang ambil posisi. Aku mulai menciumi seluruh tubuh Mas Arif mulai dari mulut, dada, tangan, hingga akhirnya ke alat kelaminnya. Ah besar sekali.. aku jadi tidak tahan untuk memasukkannya ke vaginaku yang pasti sudah mulai basah. Tapi tidak, aku ingin memuaskannya dulu lewat oral.. Melihat muka Mas Arif yang tidak berdaya saat aku mengoralnya memberiku kepuasan tersendiri.

Kujilati batang kemaluannya yang tegak itu dengan lidahku sambil salah satu tanganku meremas remas kedua bijinya, kuselingi dengan kocokan dengan tempo cepat lalu kemudian kuhisap kemaluannya hingga setengah batangnya tenggelam ke dalam mulutku, kugerakkan mulutku naik turun dan kumainkan lidahku saat mulutku berada di kepala kemaluannya dan kujilati lubangnya dengan ujung lidahku. Mas Arif langsung menggelinjang saat kulakukan itu terus menerus.

"Bisa keluar duluan ini aku kalo begini terus nih.." Ucap Mas Arif sambil melihatku yang masih menghisap kemaluannya. Aku melepaskan kemaluannya dari mulutku untuk tersenyum, pujian yang membuatku bangga.. Aku lalu mengocoknya lagi dengan cepat sambil melihat ekspresi muka Mas Arif yang keenakan.

BRUAAKK!

BRUAAKK! BRAAK! BRAK! BRAAAKKK!


Sebuah bunyi yang sangat kencang terdengar. Aku dan Mas Arif langsung kaget dan penasaran akan apa yang terjadi

Kami berdua menghentikan kegiatan kami untuk mendengar apa yang akan terjadi berikutnya, namun setelah beberapa lama kami menunggu, tidak ada satupun yang terjadi. Kamipun melanjutkan lagi kegiatan kami.

Kemaluan Mas Arif sudah mulai menurun, aku mulai mengocoknya kembali hingga tegak lagi. Mas Arif lalu menyuruhku untuk membuka celana dalamku dan menyuruhku berbaring, aku sudah tahu pasti dia ingin mengoraliku, tapi aku sudah tidak tahan lagi dan ingin segera berhubungan intim dengannya.

"Mas, masukkin aja langsung mas.. aku udah ga tahaann.." Ucapku sesensual mungkin. Mas Arif yang tadinya sudah berada dalam posisi untuk oral seks langsung membenarkan posisinya dan mempersiapkan kemaluannya itu untuk memasuki Vaginaku. Dia menggesek gesekkan kemaluannya itu di bibir vaginaku yang tertutup oleh bulu kemaluan yang tidak terlalu banyak. Aku segera mengangkangkan kedua kakiku untuk merekahkan lubang vaginaku dan mengundang kemaluan Mas Arif untuk masuk. Melihat Vaginaku terbuka lebar, Mas Arif dengan leluasanya memasukkan kemaluannya ke dalam Vaginaku.

Sensasi yang kurasakan sungguh nikmat, dinding vaginaku segera dipenuhi oleh otot otot kemaluan Mas Arif yang memenuhi setiap rongga Vaginaku. Saat Mas Arif mulai menggenjot kemaluannya, aku langsung mendesah nikmat. Mas Arif kemudian menciumku lagi dengan liar sambil memegang kedua tanganku. Genjotannya semakin kencang dan aku makin tidak malu malu untuk mendesah seiiring makin banyaknya nikmat yang kurasakan.

Tolooooonngggg!

Tolooooonnggg.. AaaaAAAArrgghHHHH!


Genjotan Mas Arif terhenti ketika mendengar suara teriakan minta tolong tersebut.

Aaahh.. ada apa lagi ini? Mengganggu kenikmatan saja..

Aku dan Mas Arif terpaksa kembali menghentikan aktivitas kami untuk mendengar apa yang terjadi berikutnya.

Namun nampaknya kali ini lebih serius, suara teriakan minta tolong seorang wanita itu semakin menjadi dan lantang terdengar dari lorong hotel. Akhirnya ada suara beberapa orang yang sepertinya menolong dia. Aku dan Mas Arif saling bertatapan, bingung apakah harus melanjutkan lagi atau melihat keluar.

Ckiiiiittt Brruaaakkk!

Tiba tiba dari jalanan terdengar bunyi tabrakan yang cukup kencang. Aku dan Mas Arif segera berdiri dan melihat ke jalanan lewat jendela kamar kami.

Dan saat itulah aku dan Mas Arif melihat pemandangan yang sungguh di luar dugaan kami.

Kerusuhan terjadi di Zona Karantina, entah karena apa..

"Kerusuhan?" Tanya Mas Arif sambil memakai celananya.

"Mungkin.. Tapi karena kenapa?" Tanyaku balik sambil memakai bajuku secepat mungkin. Insting wartawan kita berdua muncul. Kami harus segera meliput ini semua.

Mas Arif membantuku mengaitkan braku dan dalam sekejap saja kami sudah berpakaian lengkap lagi. Mas Arif segera mengambil tas kameranya dan mengeluarkan peralatan mikrofonnya untukku. Ia kemudian mengeluarkan kameranya dan merekam kerusuhan itu dari jendela kamar.

"Lumayanlah.. keliatan jelas dari sini.." Ucapnya setelah selesai mengambil gambar. Kita berdua lalu keluar dari kamar dan mendapati insiden yang tadi kami dengar sebelumnya. Orang orang memenuhi lorong hotel ini untuk melihat yang terjadi. Sambil terus berlari ke lift aku melihat ke belakang dan mendapati dua orang security yang sedang berusaha mengamankan seorang pria yang berontak berontak dan berlumuran darah, di lantai terdapat seorang wanita yang sedang kesakitan sambil memegangi lehernya yang juga berlumuran darah..

Ada apa ini??

Aku dan Mas Arif sedikit tegang saat lift membawa kami turun ke lobby hotel. Namun kami berdua sama sama tahu, ini adalah kesempatan kami untuk memberikan live report. Tambang emas bagi para jurnalis..

Saat pintu lift terbuka kami terkejut melihat suasana Lobby begitu sepi dan lengang. Bahkan terlalu lengang! Di resepsionis tidak ada satupun orang yang menjaga, kursi kursi di Lobby sedikit berantakan, Koran Koran berceceran di dekat kursi, seperti ada yang terburu buru lari meninggalkan lobby ini karena ada sesuatu.. Aku dan Mas Arif saling liat. Perasaan tidak enak langsung muncul di hatiku.

Tiba tiba seseorang menghampiri kami entah darimana asalnya. Pria itu berteriak kencang sekali dan mukanya terlihat pucat. Tangannya yang berlumuran darah itu berhasil menangkap pundakku dan dia segera bergerak ke leherku seperti ingin menggigitku.

Mas Arif yang sigap segera mencekik leher orang itu dan mendorongnya hingga terjatuh.

"Apa apaan nih mas?" Teriaknya garang sambil melotot ke orang itu.

Aneh.. aku seperti melihat orang mati.. Orang itu seperti tidak peduli dengan pertanyaan Mas Arif dan segera bangkit berdiri lagi dan menyerangku lagi.

Mas Arif langsung meninjunya di muka, namun orang itu seperti tidak merasakan sakit dan malah jadi menyerang Mas Arif. Tangan Mas Arif berhasil ia gigit. Aku langsung berteriak ngeri saat melihat orang itu menggigit tangan Mas Arif layaknya anjing polisi yang menggigit tangan buronan. Mas Arif juga berteriak kesakitan dan kemudian berhasil mendorong orang itu hingga ke meja resepsionis. Namun lagi lagi orang itu segera bangkit dan bersiap untuk menyerang kami lagi.

"Jangan mendekat!" Teriakku panik sambil melihat luka Mas Arif. Lukanya tidak terlalu parah, hanya sebuah gigitan kecil saja.. namun darahnya terus mengucur. Orang itu perlahan mulai mendekati kami lagi hingga tiba tiba sebuah tembakan terdengar.

DOR! DOR! DOR! DOR!

Aku berteriak histeris.

Seketika itu juga orang itu ambruk setelah rentetan tembakan terdengar dan beberapa peluru bersarang di kepalanya. Darahnya langsung mengucur deras di lantai. Aku berteriak syok melihat itu semuanya. Seorang Polisi yang masuk ke Lobby dari luar menyelamatkan kami dengan tembakan itu.

"Kalian rapopo?" Tanyanya dengan logat jawa yang kental.

Kami berdua mengangguk, masih shock dengan apa yang terjadi. Polisi itu kemudian berjalan keluar kembali ke Jalan raya.

Aku segera mengambil sapu tangan dari tas dan kupakai untuk menghentikan pendarahan di tangan Mas Arif. Kemudian kita berdua segera keluar ke jalan raya dan melihat besarnya skala kerusuhan itu. Dimana mana terdengar kepanikan, orang orang berlarian. Bunyi sirene polisi terdengar meraung raung di kejauhan dan terlihat ada beberapa asap hitam mengepul di langit.

Kami melihat Polisi yang tadi menolong kami sedang menolong seseorang yang terkapar di jalanan berlumuran darah. Saat kami sedang menghampiri Polisi itu, orang yang terkapar itu tiba tiba bangkit dan menyerang Polisi itu dan berhasil menggigitnya di leher berkali kali. Aku menghentikan langkahku saat menyaksikan pemandangan itu..

ADA APA INII?? Pikirku dalam hati.. Apa yang terjadi??

Polisi itu berusaha melawan dan berhasil menembak orang itu di kepala. Orang itu langsung tidak bergerak lagi dan menimpa Polisi itu, darahnya masih muncrat dari leher bekas digigit tadi. Tak lama kemudian Polisi itupun berhenti bergerak. Mas Arif yang sedari tadi ternyata merekam itu semua segera menghentikan rekamannya dan berlari ke Polisi itu untuk mengambil senjatanya dan kemudian kembali kepadaku yang masih gemetar.

"Ayo Mer, berdiri.." Ucapnya sambil menyodorkan tangannya. "Kuatin diri kamu.. ini semua harus kita beritain.." ucapnya lagi yang kemudian jongkok dan memegang mukaku.

"Ini tugas kita Mer!" Lanjutnya dan lalu mengangkat diriku untuk berdiri. Aku perlahan mencoba menguatkan diriku dan mengambil nafas untuk berkonsentrasi lagi.

"Siap?" Tanya Mas Arif sambil menyodorkan mikrofon yang kujatuhkan di aspal.

"Siap!" Ucapku penuh yakin. Aku ikat rambutku ke belakang dan kuhapus keringatku dari kening. Kuraih Mikrofon yang disodorkan Mas Arif dan bersiap melaporkan peristiwa ini.

Mas Arif mencium keningku dan kemudian bersiap merekamku.

"Selamat bertugas.. " bisiknya sebelum kembali ke posisi.

Dengan isyarat tangannya aku bersiap siap.


3..



2..



1..
 
Ane baca dl Ler yak :D
 
Waw cerita zombie nih hehehe semoga yg bikin ga wota, masak tiap cerita zombie ada jkt wkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd