antoketiak
Semprot Kecil
Sudah lama aku suka BDSM (Bondage (Perbudakan) & Discipline (Disiplin) atau disingkat BD, Domination (dominasi) & Submission (Subordinat) atau disingkat DS, Sadism (Sadisme) & Masacochism (Masakokis) atau disingkat SM). Dalam permainan ini aku mengambil peran sebagai Master alias yang mendominasi. Dan sudah cukup lama aku mencari slave cewek yang mau jadi partnerku. Sampai suatu kali aku mendapatkannya dalam sebuah milis BDSM. Awalnya kami hanya bermain BDSM pura-pura saja, alias cuma di YM. Aku menjadikan dia sebagai hewan piaraanku. Namanya Inez. Tinggal di Jakarta. Ia mengaku sebagai seorang ibu rumah tangga. Umurnya 42 tahun. Kebetulan. Aku suka dengan wanita berumur. Berbulan-bulan kami hanya bermain BDSM lewat YM. Aku pura-pura menyiksanya. Dan sepanjang perkenalan itu ia tak mau memakai cam. Katanya malu karena jelek dan takut aku tak mau berteman dengannya. Padahal aku sudah bilang, cantik atau jelek tak masalah, yang penting mau menjadi budakku yang penurut.
Sampai suatu ketika akhirnya ia mau bertemu asal aku mau datang ke Jakarta. Aku langsung mengiyakan. Aku mau datang ke Jakarta untuk menyiksanya. Tapi dia bilang, "Kamu jangan lari ya kalau bertemu denganku. Aku jelek dan gemuk."
"Tenang saja. Aku akan menjadikanmu slaveku. Aku tak peduli kamu cantik atau jelek. Kurus atau gemuk. Asal kamu mau menuruti perintahku."
"Gak percaya. Pasti kamu gak suka kalau lihat aku."
"Bener. Aku gak peduli!"
Akhirnya di hari yang disepakati kami bertemu di sebuah hotel. Terus terang aku deg-degan. Sibuk menerka seperti apa wujud daru Bu Inez slave imajinerku selama ini. Kalau jelek sejelek apa. Jangan-jangan memang jelek banget. Kalau soal gendut sih aku gak masalah. Aku suka cewek gendut.
Singkat kata Bu Inez mengetuk pintu kamarku. Aku segera membuka pintu. Dan memang wajahnya tidak cantik. Tapi juga tidak jelek-jelek amat. Dan tubuhnya gemuk banget. Mungkin 80an kilo lebih. Dan yang mengagetkanku dia berjilbab. Wow.
"Ayo masuk, Bu." Sambutku ramah. Dia dengan malu-malu masuk.
"Benerkan kan aku jelek dan gemuk." Katanya.
"Iya! Kamu jelek dan gemuk! Dan karena itu kamu harus tuan hukum!" Aku langsung saja berperan sebagai Master tanpa nunggu lebih lama lagi.
"Baik, Tuan." Jawabnya pelan.
"Berlutut!" Bentakku keras. Bu Inez pun segera berlutut.
"Kamu tahu hukuman apa yang akan tuan berikan pada slave jelek dan gemuk macam kamu?"
"Ampun, tuan, hamba tak tahu." Jawabnya dengan nada ketakutan dan memelas.
"Kamu akan tuan sembeleh!" Aku mengancamnya.
"Ampun tuan! Jangan!" Ia bergerak memegang kakiku.
"Karena kamu gembrot kayak babi. Jadi kamu pantesnya disembeleh!"
"Ampun tuan. Jangan. Jangan sembeleh hamba tuan. Kasihanilah hamba." Ia merengek minta ampun.
"Oke baiklah. Tuan tak akan sembeleh kamu. Tapi kamu harus nurut sama tuanmu ini."
"Iya tuan. Hamba nurut..."
"Bagus! Sekarang buka bajumu! Cepat!"
Bu Inez segera melepas bajunya. Gaun terusannya segera ia lepas dan taruh dengan rapi di sampingnya berlutut. Ia kini hanya memakai celana dalam dan singlet saja. Jilbabnya sengaja tidak aku minta untuk dibuka. Tubuhnya yang gemuk itu ternyata sudah dibasahi keringat.
"Sekarang angkat kedua tanganmu ke atas!"
Ia mengangkat kedua tangannya ke atas. Kedua ketiaknya pun terbuka. Hmmm... Bulu keteknya sangat lebat. Aku semakin bernafsu.
"Dasar slave jorok. Bulu ketek sampai kayak hutan gitu!" Aku pura-pura marah. Padahal nafsu berat.
"Ampun tuan!" Ia segera menurunkan tangannya. mungkin karena malu aku ejek-ejek seperti itu.
"Heh! Siapa bilang boleh turunkan tangan???" Aku bentak dia.
Ia segera mengangkat lagi kedua tangannya.
"Lebih tinggi!"
Ia angkat lebih tinggi lagi. Kedua keteknya makin terbuka. Bulu-bulu keteknya tampak basah oleh keringat.
"Taruh kedua tanganmu di belakang kepala!" Ia menurut. Dan aku segera mengeluarkan tali. Lalu kuikat dia.
Dia hanya menurut.
"Sekarang kamu hisap anu tuan!" Aku buka celanaku dan keluarkan anuku.
"Baik tuan..." Bu gendut itu pun mulai menghisap punyaku.
"Yang lembut ******!" Aku bentak dia.
"Baik tuan!"
Dan ia pun mulai menghisap dengan lembut.
"Good! Kamu slave yang baik!"
Ia terus mengulum punyaku.
"Cukup! Sekarang kamu jilat anus tuan!"
Ia kaget dan seperti mau menolak. Aku pelototin dia.
"Mau kusembeleh"
"Jangan. Ampun tuan. Ampuuun."
"Kalu begitu jilat anusku cepat!"
Ia melaksanakan perintahku segera.
Pertemuan kami yang pertama lebih banyak kuhabiskan dengan menyuruh dia menjilat-jilat seperti anjing dalam keadaan terikat. Dan aku sangat menikmati penderitaannya. Slaveku yang gemuk ini ternyata sangat seksi dalam keadaan terikat tak berdaya seperti itu.
Ceritanya sampai sini dulu. Sambung lagi lain waktu
Terakhir diubah: