Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mengejar Masa Silam

7. Ular Betina

Kantor Pak Yonas berada di sebuah daerah industri di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Pabrik yang memproduksi spare part kendaraan itu didirikannya dahulu sejak muda. Dia merintis pabrik itu tidak langsung sebesar sekarang ini. Diawali dengan berjualan beberapa produk, akhirnya dia memberanikan diri membuat spare part yang sederhana. Kualitasnya yang baik membuat pemilik merk kendaraan memberikan kontrak jangka pendek. Namun karena memang dikerjakan dengan sepenuh hati maka kualitasnya tak pernah menurun.

Sekarang pabriknya memiliki sekitar 700 orang karyawan yang terbagi menjadi tiga shift dalam 24 jam tanpa henti. Bahkan beberapa merk kendaraan sekarang memesan parts itu padanya dalam kontrak jangka panjang. Seringkali dirinya sebagai pemilik juga menginap disana, seperti malam itu.

Pak Yonas menghela nafas waktu Kristin datang ke kantornya malam itu selepas karyawan berganti shift. Tantangan yang diberikannya pada Kristin untuk membuktikan bahwa Donny berselingkuh telah diterima oleh menantunya itu. Dan sekarang Kristin sedang menangis di depan meja kerjanya.

“Ini belum tentu benar, Tin.” Katanya berusaha menenangkan.

“Pah, ini udah tentu benar.” Kata Kristin yang seterusnya menceritakan bagaimana dia mendapatkan transkrip pembicaraan Donny dengan selingkuhannya. Pak Yonas sekali lagi melihat nama yang tercantum pada transkrip itu : Sella.
Dia tahu siapa Sella, begitu juga istrinya tahu mengenai hal itu. Pak Yonas paham kalau Donny berselingkuh dengan gadis itu karena memang dulu mereka berpacaran.

“Kamu sudah cerita ke mama ?” Tanya Pak Yonas.

Kristin menggelengkan kepala.
“Belum….” jawabnya di sela-sela isak tangis.

“Jangan cerita Tin, kamu tahu kan gimana sayangnya mama sama Donny.”

“Tapi…. Titin takut diceraikan Donny pah.”

“Nggak akan Tin, nanti papa coba bicara sama dia.”

“Titin mau bilang aja ke mama.” Kristin mengancam.

“Jangan Tin, nanti sakit jantung mama kambuh.”

Pak Yonas khawatir dengan kondisi kesehatan istrinya yang sudah dua kali pasang ring di jantungnya. Padahal dirinya sendiri juga tidak jauh berbeda walaupun belum sampai melakukan operasi.

“Tapi pah, Titin takut Donny lupa sama anaknya.” Tangis Kristin semakin menjadi.

Untung ruang kerja Pak Yonas sangat tertutup dan berukuran luas. Tak ada kekhawatiran suara tangisan Kristin didengar oleh para pekerja diluar ruangan itu. Di ruangan kerjanya ada ruang tamu tersendiri, toilet sendiri, bahkan ada ruang untuk tidur.

“Ya udah ga usah takut, kalau Jimmy itu papa yang jamin.”

“Tapi Titin ngga mau cerai pah… apa salah Titin ?”

Pak Yonas yang merasa bersalah telah menjodohkan Titin yang merupakan anak dari seorang kawan lama-nya waktu kecil. Kawan sekolahnya itu kemudian menjadi anggota penegak hukum yang sering membantunya dalam melancarkan usaha. Ada hutang budi yang cukup besar disana, dan Kristin juga bukan perempuan jelek. Malah menurutnya Kristin termasuk perempuan yang cantik dengan garis wajah khas perempuan Manado. Pak Yonasa menarik nafas dalam.

“Titin mau bunuh diri aja pah kalau diceraikan Donny.”

Pak Yonas makin pusing.

“Titin merasa ngga ada harganya di mata Donny pah, apalagi sejak kelahiran Jimmy dia ngga pernah memberikan nafkah batin sama Titin. Menyentuh Titin pun dia seperti jijik.”

Pak Yonas memaki anaknya dalam hati, dasar anak tidak tahu diri dan ngga bisa diatur. Memalukan dirinya saja sebagai mertua.

“Ya udah TIn, nanti papa urus supaya harta papa jatuh ke Jimmy aja sebagai cucu.”

Kristin merasa tujuannya hampir tercapai, tetapi dia harus bersandiwara secara total. All out lah gitu.

“Bukan itu maunya Titin pah, tapi Titin ngga mau diceraikan.” Katanya berpura-pura.

Drrrrrtttt

Drrrttttt.

Handphone didalam tas Kristin bergetar. Di sela isak tangisnya Kristin mengambil handphone lalu membuka sebuah pesan.

“Tin, kok ingkar dari janji ? kita lapor ngana pe laki nanti.”

Kristin kesal juga pada Charly, tapi memang salahnya sendiri telah memberi harapan.

“Nanti sebentar lagi ngana tunggu di kosan.” Jawab Kristin.

“Ngana Jangan bohong lagi.” Charly mengancam.

“Nyanda bohong lah.” Kristin berjanji untuk datang ke kosan Charly selepas urusannya selesai dengan Pak Yonas.

Kristin meneruskan lagi drama yang tertunda tadi karena harus membalas pesan Charly.
“Aku pengen bunuh diri pah….” Katanya sambil berdiri dan melangkah menuju pintu keluar.

“Sabar Tin…. nanti papah….” Pak Yonas belum menyelesaikan perkataannya ketika tiba-tiba Kristin ambruk di dekat pintu.

“Aduh Tin…. kamu kenapa ?” Pak Yonas memburu Titin yang disangkanya pingsan.

“Titin nggak kuat pah……” Kristin menangis tersedu-sedu dalam pelukan Pak Yonas.

“Udah Tin, percayakan semua sama papah.”

Pak Yonas memapah Kristin ke sofa, dan Kristin terus menangis tanpa henti.
“Papa panggil dokter ya Tin ?”

“Jangan pah…. Titin cuma butuh waktu istirahat sebentar.” Kristin jelas tak mau ketahuan oleh dokter kalau dia cuma pura-pura.

“Kalau gitu kamu istirahat aja disana Tin, ada tempat tidur papa.” Pak Yonas menunjuk ke kamar istirahatnya.

“Sebentar pah… Titin masih lemes.”

“Ya udah sini papa bantu deh.”

Pak Yonas meraih tubuh Kristin lalu memapahnya ke ruang istirahat pribadi. Kristin dengan erat memeluk leher Pak Yonas, sementara Pak Yonas memapah Kristin di pinggangnya. Mereka jalan berdua berdampingan.

“Si Donny tolol banget, udah dipilihin istri yang baik dan cantik begini kok malah dibiarkan terlantar ?” Batin Pak Yonas mengutuki anaknya yang tak tahu di untutng.

“Aduh pah…….” Kristin tiba-tiba ambruk tanpa tenaga lagi untuk melanjutkan langkahnya. Sontak Pak Yonas memeluknya.

“Tin….. Tin….bangun Tin….” Tapi Kristin malah terasa semakin berat di pelukan Pak Yonas.

Dengan tertatih-tatih Pak Yonas terus memangku Kristin ke tempat tidur. Dengan nafas berat dia berhasil juga memangku Kristin dan menidurkannya.

“Donny……. Jangan tinggalin aku…..” Bibir Kristin menceracau menyebutkan nama Donny. Pak Yonas semakin tak tega.

Sewaktu Pak Yonas berusaha melepaskan tangannya dari Kristin yang sudah berhasil dia baringkan, kedua tangan Kristin memeluk leher Pak Yonas dan membuatnya sulit berdiri.

“Donny…. Aku kangen….” Tangan Kristin menarik leher Pak Yonas.

“Ini papah, Tin.” Pak Yonas mengingatkan.

Kristin tentu saja tahu itu papa mertuanya, tetapi dia sudah berprinsip all out akan melakukan segala cara untuk menguasai harta kekayaannya.

“Donny…. Peluk aku……” Dalam keadaan mata masih tertutup, Kristin meneruskan bersandiwara.

Pak Yonas tentu menjadi sangat khawatir akan keadaan Kristin. Dia tak jadi melepas tubuhnya, kalau mengikuti keinginan menantunya itu untuk dipeluk. Dan Kristin menarik lagi leher Pak Yonas dengan erat sampai Pak Yonas jatuh menindihnya.

“Donny……..” desah Kristin sambil mencium bibir Pak Yonas.

Pak Yonas bingung dengan keadaan itu, dia tak pernah mengira keadaan akan menjadi seperti itu. Dia diam saja dalam kebingungan ketika bibirnya dicium Kristin.

Dalam kebingungan itu tiba-tiba kedua kaki Kristin terangkat lalu melilit pada paha Pak Yonas.

“Ngghhhh…..” Pak Yonas kaget karena di bawah sana dia merasa sesuatu yang hangat dan empuk menempel erat pada selangkangannya. Perlahan-lahan kejantanannya yang telah sekian lama tak aktif sekarang menegang. Sudah dua tahun terakhir ini dia tak pernah melakukannya karena sulit untuk ‘berdiri’.

Pak Yonas tercenung, antara ingin membuktikan bahwa dirinya masih bisa aktif secara laki-laki, namun masih memikirkan resiko dan dosa.

“Ayo Donny….. Kita bulan madu lagi…..” Kristin masih terpejam, pantatnya bergerak-gerak menggeseki Pak Yonas dalam kuncian kedua pahanya. Tak ayal lagi kejantanan Pak Yonas menjadi semakin menegang.

Kristin mencium lagi bibir Pak Yonas, dan kali ini godaan itu tak mampu lagi dibendungnya. Lidahnya menyelinap ke balik celah bibir ibu muda Manado yang merupakan menantunya itu. Mengetahui bahwa triknya berhasil menggoda sang mertua, Kristin tertawa dalam hati.

“Kena lu…. Hahaha.” Begitu kira-kira isi hati Kristin.

Suara mesin pabrik yang mendesing, suara dentang logam bertemu logam, kini hilang dari pendengaran Pak Yonas yang birahinya bangkit.

“Aku masih bisa ngaceng !” Sorak Pak Yonas dalam hati.

“Berarti aku masih normal…… istriku yang sepertinya bermasalah selama ini.”

Memang kata beberapa kawan bisnisnya, kalau sudah tua seperti dirinya maka harus mendapat penyegaran dari daging segar. Ternyata memang terbukti.

Tapi, ini menantuku….. Kembali batin Pak Yonas bergejolak.

“Donny… i love you….” Kristin mendesah.

Tapi dia menyangka aku sebagai anakku.

“Donny…. Kangeeen….”

Aduh…. Gimana ini ? kapan lagi dapet cewek segar seperti ini ?
Ah…… what the hell…..

Dengan kesimpulan akhir itu, Pak Yonas menerkam bibir Kristin yang ranum sebagaimana sudah terkenal di negeri Nusantara dan juga negeri Belanda bahwa bibir Manado begitu gurih.

Pakaian yang dikenakan Kristin sudah berantakan, terbuka dimana-mana. Kancing baju depannya telah lepas dan mulut Pak Yonas sedang menyucupnya sampai beberapa cupangan menghiasi buah dadanya. Rok yang dikenakannya telah tersingkap sedemikian rupa sementara celana Pak Yonaspun sudah pergi entah kemana.

Saat itulah Kristin baru menyadari ternyata kejantanan mertuanya itu berukuran luar biasa. Dia bisa merasakan bahwa benda keras itu memanjang dari mulai selangkangan dan berujung diatas pusarnya.

“Ya Tuhan……” Sejahat-jahatnya Kristin, pada saat yang demikian dia masih ingat pada Tuhan. Masalahnya adalah dia langsung berpikir, apakah vaginanya akan kuat diterobos benda sebesar dan sepanjang itu ?

Pikiran bahwa kewanitaannya akan bisa jebol, Kristin mulai berontak. Tapi sial, dia sudah melakukan sesuatu yang oleh nenek moyang kita diistilahkan sebagai ‘membangunkan macan yang sedang tidur’. Dirinya terkunci oleh lengan Pak Yonas yang memeluk erat, dan tindihan tubuhnya yang besar serta berat, kedua kakinya hanya bisa meronta-ronta karena bagian bawah tubuh Pak Yonas berada diantara selangkangannya.

Tanpa berusaha melepaskan celana dalam Kristin, tangan Pak Yonas hanya menyampirkan celah celana dalamnya ke samping. Ujung kejantanannya yang demikian besar itu telah menempel di pintu masuk vaginanya.

Plep

Kepala kejantanan Pak Yonas menyelinap ke celah vaginanya.

“Aaaaaahhhhhhhhkkkkk……” Kristin bukan mendesah, tapi sekarang berteriak karena bibir vaginanya seperti tertarik ke kirir dan ke kanan, merekah sampai terasa perih.

Blep

Pak Yonas terus menekannya hingga rasa sakit yang dirasakan Kristin semakin menjadi-jadi. Baru sekarang Kristin menyesal telah melakukan sandiwara.

Bleeeeeep….

Perlahan kejantanan besar panjang mertuanya melesak hingga ujung rahimnya. Kristin melotot merasakan dorongan benda besar panjang dan berat itu.

Hekkkk….

Kejantanan Pak Yonas ditarik tigaperempatnya, langsung berasa nyesssss dan Kristin menarik nafas lega. Tapi tak lama, benda itu menghantamnya lagi dengan kuat, ulu hati Kristin sampai mual.

“P… P…. P….” Kristin berusaha lepas dari tindihan, dan berusaha memanggil nama papa mertuanya untuk menyudahi kesalahan ini.

“Oooh…. Sem…pit…. Banget…… punyamu….. Tin….” Pak Yonas seakan menjadi muda lagi.

“Hkkk… Hkkk… Hkk….” Kristin tak diberi waktu untuk menjawab karena benda besar itu berulangkali menghantam ujung lorong vaginanya yang merekah hingga maksimal.
“P….P….Pa…..” Kristin masih berusaha menggerinjal dan meminta papa mertuanya menghentikan kocokannya.

Selain ulu hatinya mual dan perutnya mulas terdesak kejantanan yang menghajarnya habis-habisan, Kristin juga merasa engap karena seluruh tubuh Pak Yonas yang berat menghempas-hempas ke tubuhnya.

“Ampun Titin….. Barangmu….. Gurih bangetttttt…..” Pak Yonas menggeram-geram.

Kristin yang merasa kewalahan, kenapa mertuanya yang meminta ampun ?
Sialan….. Batin Kristin yang tak mampu berkata apa-apa.

Plop

Tiba-tiba Pak Yonas menarik lepas seluruh bagian kejantanannya. Titin merasa lega, tetapi bagian bawah tubuhnya terasa terkewer-kewer dan menyenye. Kristin menarik nafas panjang seperti diberi waktu istirahat saat hampir KO didalam ring tinju.

Lengan Pak Yonas meraih dua kaki Kristin yang masih terkangkang, dengan sekali gerakan tubuh Kristin terbalik menelungkup.

Aduh… apa lagi ini ? Kristin hanya sanggup berkata dalam hati, tenaganya masih belum kembali.

Tangan Pak Yonas sekarang memegang pinggulnya yang lalu diangkat bagai bantal kapas yang ringan. Pantatnya nungging, hanya tertahan oleh lututnya di kasur. Sebelum sempat Kristin menarik nafas, dua lututnya direnggangkan oleh kedua kaki Pak Yonas di belakangnya.

Dengan kepala tergolek di kasur, tangan tanpa daya terbujur di belakang, pantat yang nungging dengan kedua paha terbuka lebar, Kristin mengeluh.

“Ughhhhhhhh…..”

Kejantanan Pak Yonas menerobos dari belakang, hingga vaginanya mengeluarkan sebuah suara aneh.

Bkcoprot….. prot…brot

Angin keluar dari sela-sela vaginanya ketika ditembus ular besar itu. Malu sekali Kristin, seumur hidupnya belum pernah vaginanya bersuara seperti kentut. Ya, vaginanya terkentut-kentut dihajar kejantanan sang mertua.

Dengan posisi doggy, sebenarnya Kristin tidak merasa terlalu sakit di ulu hati karena hunjaman itu tidak terlalu dalam. Namun sakit itu hanya berasal dari urat-urat sarafnya yang merekah selebar-lebarnya. Sakit sih, tapi rasa yang ‘semeg’ itu juga mampu membuat titik-titik kenikmatan di seluruh syaraf vaginanya tersentuh. Dan dibalik rasa sakit itu Kristin sekarang mulai menikmati.

“Ngghhhh…. Ngghhh… ngggh….” Tenggorokan Kristin hanya mampu mengeluarkan suara lirih.

“Tin……. Legit banget….”

Crok crok crok crok

Bagai kereta api ekspress malam Argo Bromo, piston Pak Yonas keluar masuk dengan cepat. Ring seher Kristin hampir ambrol dibuatnya.

“P…. P… Pah……” Kristin berhasil memanggil nama mertuanya.

Pak Yonas kaget karena Kristin sekarang bukan memanggil dirinya sebagai Donny.

“Pah….. am…. Pun….” Kristin tak kuat lagi, ingin istirahat agar bisa menarik nafas.

Benar, Kristin sudah menyadari dirinya bukan Donny. Tapi sudah kadung hampir sampai, aku tak mampu lagi berhenti. Batin Pak Yonas terus berkecamuk.

Dengan satu hunjaman yang dalam, Pak Yonas menggeram. Kejantanannya yang besar bersarang di rahim sempit.

“Papppppaaaa….. Ampuuun….”

CROTZZZZ…… CRRRRRUUUUOOOOOTZZZZ.....GEJROTHHH

Bergumpal-gumpal semprotan cair kental yang panas menyemprot di rahim Kristin.

“Tittttiiiiiiiin…… hkkkk….. Hkkkk….” Pak Yonas berkelojotan.

Semprotan panas itu akhirnya juga membuat Kristin sampai. Di sisa-sisa tenaganya Kristin ikut berkelojotan.

Hoss… hoss…. Hoss…

Dua nafas yang memburu tak mampu berkata satu sama lain, mereka sama-sama menikmati getaran-getaran yang berkelenyar di seluruh tubuh.

“Pappaaaa…. Ken… kenapa melakukan… ini.. Ke Titin…? Huuuuu.” Di tengah nafas yang habis dan tenaga yang hilang, Kristin masih terus bersandiwara. Benar-benar All Out, dia sekarang berepura-pura menjadi korban, playing victim istilahnya.

Pak Yonas merasa berdosa dan bersalah, walaupun kejantanannya masih berkedut-kedut dijepit vagina Kristin yang sempit.

“Ma…. maapin papa…. Tin….” Kata Pak Yonas, tanpa berusaha menarik kejantanannya.

“Huuuuuu….. Huuuu…” Kristin menangis kencang.

Pak Yonas masih menikmati kedutan terakhir walau Kristin menangis.

Plop

Saat dicabut, dia bisa melihat selangkangan Kristin menganga lebar dan menumpahkan bergumpal-gumpal cairan putih kental.

“Maapin papah, Tin….” Pak Yonas roboh di samping Kristin yang masih nungging.

“Titin mau lapor ke mama Angel…. Udah dipaksa sama papah…..” Titin terus menangis tersedu-sedu.

“Tolong Tin… Jangan……”


Dan begitulah, Kristin tertawa juga dalam hati.
“Kamu dalam genggamanku sekarang, dasar laki-laki bego.”

Satu jam kemudian Kristin keluar dari ruang kerja Pak Yonas dengan tersenyum senang, di tasnya telah ada sebuah surat Pak Yonas yang menyatakan bahwa 50 persen saham perusahaan diwariskan pada Jimmy dan dikelola oleh Kristin sepenuhnya.


**********

Charly merasa kesal menunggu Kristin di kosan. Dia merasa kesal karena telah dua kali ditipu oleh Kristin yang memberikan harapan palsu. Kristin barusan mengirimkan pesan singkat “Maaf nyanda bisa hari ini. Lain kali aja.”

Dasar Perempuan ular ! batin Charly memaki.

Tapi dipikir lagi, memang dirinya yang bodoh. Seharusnya sebagai penegak hukum dia tak terbuai dengan segala taktik perempuan ular itu. Charly memukul-mukul kepalanya sambil tertunduk lesu, merasa kapok.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd