Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menagih Dendam (Closed)

Status
Please reply by conversation.
Argo kabur, keluarga ancur... Bisa dimaklumi sih sikap Argo... Gara-gara Mama Astri yg sotoy.. rejeki dan karir bergantung pada selangkangan... Sekolah dimana sih dia dulu. :bata:
 
Post 6

Semenjak kejadian di rumah tante Selly itu, hati Aska seakan tak tenang. Rasa curiga pada kelakuan Rezky dan mamanya itu semakin hari semakin memuncak. Namun begitu sikap mamanya sampai sekarang masih saja sama, penuh kehangatan dan kasih sayang.

Aska yang sudah lulus dari SMA kini mulai masuk sebuah universitas ternama di kotanya. Dia lulus dengan nilai masuk dalam tiga besar di sekolahnya. Hal itu tentu membuat mamanya bangga, namun tak begitu halnya dengan sikap papanya. Dingin dan hambar seperti biasa, begitulah yang Aska terima dari papanya. Tentu saja dia tak berani protes atau bertanya, karena itu akan membuat semuanya semakin parah.

Suatu malam, Aska mendengar suara ribut dari kamar orang tuanya. Dia sudah hafal betul dengan kelakuan papanya. Disaat seperti itulah mamanya akan menerima hinaan dan siksaan dari suaminya sendiri. Pemuda itu tak habis pikir, kenapa sampai papanya tega memperlakukan mamanya seperti itu. Apa sebenarnya salah mamanya sampai dengan tega papanya memperlakukan mamanya seperti budak.

Keributan itu terus berlanjut dengan teriakan penuh caci maki Argo pada Astri. Otaknya mungkin sudah tak lagi mampu menahan amarah yang selama ini disimpannya. Argo kemudian melontarkan kata-kata yang tak mungkin lagi bisa ditariknya. Sebuah kata yang mengakhiri kehidupan rumah tangganya, Cerai.

Aska yang mengetahui papanya tengah emosi berat dan memutuskan pergi dari rumah langsung saja berlari mengejar papanya. Untung saja Argo masih sempat memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil, jadilah Aska bisa bicara berdua dengan papanya.

“Papa.. apa itu sudah keputusan papa yang terakhir?” tanya Aska sambil menahan kesedihannya.

“Iya.. dan kamu jangan menghalangiku.. dasar anak haram!!” umpat Argo menghadapi Aska.

“Maksud papa apa dengan kalimat itu? anak haram?” pemuda itu semakin bingung.

“Aska.. kamu tau tidak.. mama kamu telah selingkuh di belakang papa..”

“Iya pah.. kalau memang itu yang terjadi, maafin mama.. kasihan mama pah..” mohon Aska sambil mengiba pada Argo.

“Aku sudah menahannya sejak kamu lahir.. aku sudah tak kuat lagi”

“Maksud papa?”

“Yah.. kamu bukan anakku.. kalian bukan anakku.. bukan!!” ucap Argo dengan keras.

“Papa jangan bicara begitu dong.. kalau bukan anak papa lalu aku anak siapa?” balas Aska dengan berlinang air mata.

“Aska.. kamu tahu arti nama kamu itu?? Astri dan Karsa... paham!?”

“Karsa... siapa itu pah? Aku ga paham apa ini... apa yang terjadi sebenarnya?”

“Semua ini salah mama kamu.. pelacur itu sudah menghianati aku... lonte itu ternyata simpanan laki-laki bejat, masih untung aku mau merawat kalian..”

Aska terdiam mendengar kalimat yang meluncur deras dari mulut Argo. Hinaan dan cacian pada mamanya semakin lancar terdengar di telinganya. Namun begitu Aska tak bisa berbuat banyak. Dia pastinya akan merasa sakit hati sama seperti papanya kalau sampai pasangan hidupnya menghianati ketulusan cintanya.

“Nih.. kamu cari tau sendiri..” ucap Argo sambil melempar sebuah kunci.

“Apa ini pah?”

“Pergi ke gudang, ada sebuah lemari tua.. cari tahu sendiri.. dan kamu, jangan panggil aku papa... aku bukan papa kamu..”

Brakkk...!!!

Argo menutup pintu mobilnya dengan keras. Sepertinya emosi dalam ubun-ubunnya tak bisa ditahan lagi. Malam itu dia memutuskan untuk meninggalkan semuanya. Harta, istri dan pekerjaannya selama-lamanya.

***

Mata Aska mendadak nanar ketika melihat lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan hasil medis dari sebuah rumah sakit ternama. Dari tulisan yang tertera di lembaran kertas itu dia bisa melihat hasil tes DNA yang dilakukan padanya dan adik perempuannya. Semuanya tak ada yang cocok dengan DNA papanya.

Hati Aska bagai tersayat sembilu melihat tulisan pada lembaran kertas itu. Bagaimana mungkin mamanya bisa hamil bukan dari benih Argo, orang yang selama ini dia kenal sebagai papanya. Hati pemuda itu semakin teriris-iris tatkala melihat sebuah foto yang diambil dari jarak jauh. Dalam foto itu Aska bisa melihat mamanya tengah masuk ke dalam sebuah mobil dengan seorang lelaki yang sudah berumur. Siapa dia itu sebenarnya?

Hari-hari yang Aska lalui semakin kelabu. Meski begitu, perlakuannya pada mama dan adik perempuannya tak ada yang berubah. Sebaliknya Astri selama beberapa hari mengurung dirinya di dalam kamar. Mungkin saja dia sedang menyesali apa yang terjadi.

“Mah.. makan dulu mah.. kalau mama terus-terusan begitu mama bakal sakit” Aska terlihat membawa nampan berisi makanan di depan pintu kamar mamanya.

“Makasih sayang.. taruh aja di meja, nanti mama makan” balas Astri dari dalam kamar.

Jawaban itu sudah sering di dengar Aska. Meski Astri bilang akan makan tapi kenyataannya lain. Berhari-hari itu dia mengurung diri dan menahan laparnya. Mungkin saja dia berniat bunuh diri, tapi itu bukan sesuatu yang dipikirkannya.

“Mah.. kalau mama terus-terusan begini apa gak kasihan sama aku dan Fenny mah.. coba mama pikir baik-baik..” ucap Aska yang belum beranjak dari depan pintu kamar Astri.

“Kalau mama masih sayang sama kita.. lupakan semuanya, kita masih harus bertahan hidup tanpa papa..” sambungnya.

“Ya sudah.. Aska berangkat kuliah dulu.. nanti biar Fenny yang jaga rumah...”

Pemuda tampan itu kemudian berlalu dari muka pintu kamar mamanya. Meski dalam hatinya mulai menyalahkan mamanya, tapi dia tak bisa sepenuhnya menghakimi mamanya. Di balik segala perbuatan menyimpang mamanya pasti ada sesuatu hal yang jadi alasan kuat. Untuk itulah Aska merasa harus mencari tahu kebenarannya.

***

Sore selepas maghrib, Aska berjalan cepat di belakang seorang pemuda lainnya. Langkah kakinya dengan cepat mengikuti kemana saja pemuda itu menuju. Sepertinya dia sengaja mengikuti orang yang sedang diburunya itu.

Sampai akhirnya mereka berdua tiba di pinggiran area pemakaman. Pemuda di depan Aska mulai sadar kalau langkah kakinya ada yang membuntuti. Dia berhenti hendak melayangkan pukulan, namun sialnya bukan pukulannya yang kena tapi malah dirinya sendiri yang terhempas ke tanah akibat tendangan Aska yang berdiri di belakangnya.

“Aaahhkkkkkhhh....!!” rintih pemuda itu saat tubuhnya jatuh di atas tanah.

“Bangsat!!” Aska sekali lagi melayangkan tendangan kaki kanannya pada pemuda yang terjatuh itu.

“Aahhhhkkkkk... ampun... ampun...”

“badan aja yang gede.. otak kosong!!” umpat Aska.

“Aahh.. ampun broo... ampunn...”

“Rezky dwinanda... elu tuh bangsat!! Masak mama temen sendiri diembat juga.. mikir.. otak kosong dipiara...”

Bugh!! Sekali lagi tendangan kaki Aska tepat mengenai ulu hati Rezky.

“AAAddduuhhhh.... iya ampun broo.. gua tobat..” rintih Rezky.

“Tobat apaan? Hah !?”

“Broo.. maapin gua.. gua sumpah ga bakal ngedeketin mama lu lagi.. gua sumpah.. gua janji bakal nurutin semua perintah elu.. gua nyesel” rengek Rezky sambil menahan rasa sakit.

“Beneran lu mau ngikutin perintah gua? Hah!?”

“I.. iya bro.. sumpah”

“Oke.. ntar gua pikir dulu... tapi mulai detik ini lu jangan deketin mama gua lagi.. sekali lu melanggar, ilang nyawa lu.. ngerti!!” ancam Aska sambil berjalan menjauhi Rezky yang masih tergeletak di tanah.

“Ii..iiya.. iyyaa gua ngerti..”

Rezky merasa tak punya pilihan lain kecuali minta maaf dan berusaha membayar semua perbuatannya. Dia tahu Aska adalah tipe laki-laki yang keinginannya tak bisa ditahan. Masih untung dia hanya di tendang oleh Aska, beberapa cerita beredar dikalangan teman sekolahnya dulu kalau Aska pernah menyuruh seseorang untuk membunuh temannya karena Aska diejek sebagai laki-laki homo. Entah kabar itu benar atau tidak yang pasti jangan mencari gara-gara dengan Aska.

Dengan masih menahan rasa sakit di perutnya, Rezky berjalan meninggalkan area pemakaman. Pemuda itu berjalan tertatih namun segera berusaha menutupi rasa sakitnya. Hanya saja dia tidak tahu kalau Aska ternyata masih membuntutinya sampai Rezky tiba di depan rumahnya.

***

Beberapa bulan kemudian, kehidupan Astri dan anak-anaknya mulai berjalan seperti biasa. Astri mulai bisa mengatasi kesedihannya karena telah ditinggal pergi suaminya. Surat cerai dari suaminya pun sudah dia terima dan kini Astri resmi menjadi seorang janda.

Meski harta yang ditinggalkan suaminya lumayan banyak, tapi dia tak bisa bergantung dari harta itu. Dia masih harus memikirkan biaya kuliah Aska dan Fenny. Itulah kenapa Astri kini bekerja sebagai staff admin di sebuah perusahaan pengolahan kayu yang tak jauh dari kotanya. Meskipun gajinya tak sebanyak yang dia terima dari mantan suaminya dulu, tapi uang itu sangat berguna sekali untuk menopang kehidupan keluarganya.

Kondisi ekonomi Astri yang mulai jatuh pun berimbas pada keadaan rumahnya. Dia telah memberhentikan pembantunya karena sudah tak mampu lagi membayarnya. Itulah kenapa untuk semua urusan rumah mereka kerjakan bergantian. Astri, Fenny dan Aska kini mulai mengerjakan tugas rumah yang biasa dikerjakan oleh pembantunya.

Lain Aska lain juga yang dirasakan oleh Fenny. Gadis cantik yang kini berusia 19 tahun itu benar-benar menyalahkan mamanya atas semua yang terjadi di kehidupannya. Dia sangat meyakini kalau papanya meceraikan mamanya adalah akibat kesalahan mamanya sendiri. Gadis itu kini lebih suka keluar rumah dan kembali sudah malam. Fenny hanya tak ingin melihat muka mamanya. Bahkan kini cara bicaranya mulai berlagak cuek dan tak bisa dikontrol lagi.

Pergaulan gadis cantik bermata teduh itu juga sudah mulai tak terpelihara. Astri sudah terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan Aska juga sibuk dengan kegiatan kampusnya. Bahkan kini Fenny sering ditinggal sendirian di rumah. Itulah sebabnya Fenny bisa leluasa mengajak pacarnya untuk datang ke rumah. Tentu saja mereka tak sekedar ngobrol atau bermain game. Kedewasaan gadis itu berbanding lurus dengan mulai membaranya api birahi dalam dirinya.

Siang itu suasana rumah sedang sepi. Astri masih di tempat kerjanya dan Aska masih ada kegiatan kampus yang biasanya akan berlangsung sampai sore. Fenny yang tinggal menunggu hari kelulusannya, menggunakan kesempatan itu untuk pulang lebih cepat. Sebenarnya dia ada rencana mengajak pacarnya untuk ikut pulang ke rumahnya, tapi karena masih ada acara lain akhirnya Fenny pulang sendirian saja.

Gadis cantik itu nampak gontai membuka pintu rumah. Hawa panas yang membakar kulit membuatnya tak bertenaga. Buru-buru dia masuk ke dalam lalu menutup pintu rumahnya. Sambil menyeret tas sekolahnya, dia berjalan menuju ke dalam kamarnya.

Memasuki kamarnya, Fenny nampak membuka seragam sekolahnya sampai tinggal celana dalam dan bra saja. Gadis itu menggumam merasakan kesejukan udara kamarnya sehabis berpanas-panas seharian. Lalu masih dengan hanya berpakaian dalam, dia mondar mandir merapikan tas dan buku-buku sekolah.

“Tinggal beberapa hari lagi..” gumamnya. Fenny menata semua bukunya berjajar rapi, beberapa hari lagi semua buku itu akan ditinggalkannya seiring dengan kelulusannya dari SMA.

Fenny lalu menuju tempat tidurnya, dengan bersandar pada dinding kamarnya dia terlihat mulai membaca pesan yang masuk ke dalam Hpnya. Sambil duduk santai, gadis itu mulai melepas bra putih yang dipakainya. Langsung saja sepasang buah dada milik Fenny yang padat itu menggantung bebas dengan indahnya. Mungkin karena gadis itu memang sedang horny, putingnya tiba-tiba langsung saja ikut mengeras.

“Ahhh.. kok jadi horny gini sih? aduhh.. bahaya nih kalo keterusan”

Fenny memutuskan untuk turun ke bawah. Dia tak mau libidonya menguasai pikirannya siang itu. Meski hanya memakai celana dalam saja Fenny dengan tenang berjalan menuju dapur. Sialnya, belum sempat dirinya mencapai area dapur, dia dikejutkan dengan suara ketukan dari arah pintu depan. Rupanya ada tamu yang datang.

Fenny akhirnya lari naik kembali masuk ke dalam kamarnya. Dengan cekatan dia mengambil sebuah kaos ‘Over Size’ warna biru dari dalam lemari bajunya. Baju kaos itu turun sekitar 10 cm dari pangkal pahanya. Jadi meski area kewanitaannya tertutupi namun sepasang paha putih mulus masih terumbar kemana-mana.

Tergopoh-gopoh Fenny turun dari kamarnya lalu membuka pintu depan. Dia penasaran siapa yang datang siang-siang begini. Begitu pintu rumah dibukanya, nampak seorang lelaki berumur sekitar 25 tahunan memakai seragam biru muda sudah berdiri di menunggu pemilik rumah.

“Eh.. cari siapa ya mas?” tanya Fenny sedikit kaget, agaknya dia tak siap menemui tamu resmi dengan baju minim begitu. Tapi karena sudah terlanjur, akhirnya dia putuskan saja untuk menerimanya.

“Maaf dek.. saya dari bank Biru Muda, mau minta data-data terkait pinjaman yang diajukan oleh nyonya Astri.. benar kan ini rumah bu Astri?” balas laki-laki itu sambil melihat lembaran kertas yang dipegangnya.

“I..iya betul... mari silahkan masuk mas..”

“Tapi..emm.. gapapa emang?” jawab lelaki itu agak ragu, dia memandang Fenny dengan pandangan bingung. Mungkin agak ngeri juga melihat gadis itu menemui tamu laki-laki dengan pakaian minim seperti itu.

“Iya mas, masuk aja gapapa kok..”

Lelaki itu pun akhirnya masuk ke dalam rumah. Sikapnya masih sopan saat duduk di kursi sofa ruang tamu.

“mama masih di kantor mas.. kalau mau cari mama nanti aku bilangin deh..” ujar Fenny sambil duduk di depan lelaki pegawai bank itu.

“Ohh.. ga usah.. cukup adik saja yang mengisinya.. cuma data-data umum tentang pekerjaan bu Astri kok..” balas lelaki itu sambil membuka tas yang berisi dokumen survey.

”Dibantu ya Dik.. soalnya masih banyak tempat yang harus saya survey” sambungnya lagi.

“Oke deh mas.. tapi bentar aku buatin minuman..” Fenny kemudian beranjak ke dapur membuat minuman untuk tamu itu.

Harusnya saat dia pergi ke dalam itu dia mengganti pakaiannya dengan yang lebih sopan dan tertutup. Tapi Fenny malah langsung kembali menemui lelaki itu sambil membawa segelas minuman dingin di tangannya. Rupanya dalam pikiran gadis cantik itu ada ide untuk sekedar menggoda lelaki yang bertamu siang itu. Apalagi dilihatnya wajah petugas survey itu lumayan ganteng juga.

Saat Fenny kembali menemui lelaki itu, dia sempat melihat tatapan mata lelaki itu seakan ingin menelan tubuh Fenny mentah-mentah. Bukannya surut niatnya, Fenny malah semakin terpancing untuk mengerjai lelaki itu.

“Silakan minumnya mas...” kata Fenny sok ramah, sambil membungkuk dan menaruh nampan di atas meja. Aksi gadis cantik itu sebenarnya disengaja, karena dia yakin betul dengan membungkuk begitu tentu saja kain kaosnya akan terbuka lebar dan buah dadanya jadi terlihat bergelantungan bebas.

Sebenarnya Fenny ingin sekali melihat raut wajah lelaki itu, tapi dia terlalu malu dan juga khawatir kalau dia tahu Fenny sengaja melakukannya. Tapi dari reaksinya yang tiba-tiba jadi melongo, dia sudah tahu pasti kalau petugas survey itu sedang menikmati sepasang bukit kembar miliknya yang tidak tertutup pakaian dalam.

“Diminum dulu mas.. ini dingin kok“ kata Fenny lagi sambil menegakkan tubuhnya dan memandang wajah lelaki itu.

“Eh, iya dik.. terimakasih... maaf jadi merepotkan nih” lelaki itu jadi terlihat salah tingkah dan buru buru mengambil minumannya sambil tersenyum basa-basi.

Tanpa lelaki itu ketahui, Fenny kini duduk di depannya dengan dada berdegub kencang. Aksinya mempertontonkan auratnya membuat libidonya mendadak naik. Belum lagi bayangan kalau dia sampai diapa-apain oleh lelaki itu membuatnya merasa ngeri sekaligus asik.

Setelah beberapa lama, pria itu kemudian memberikan formulir untuk diisi. Fenny membacanya beberapa saat jangan sampai ada sesuatu yang mencurigakan, meski isinya cuma hal-hal standar saja. Nama, usia, tempat tanggal lahir, pekerjaan, alamat rumah, nama kepala RT. Tidak ada yang aneh saat Fenny membacanya sampai habis. Tapi yang aneh justru duduknya lelaki itu, yang makin lama makin mendekati Fenny dan sok menerangkan. Padahal gadis cantik itu tidak mengajukan pertanyaan apa-apa. Walaupun Fenny sudah tahu, tapi dia sengaja membiarkan lelaki itu mendekatinya.

Begitu selesai membaca isi formulir itu, Fenny langsung saja mengisi data-data yang diminta. Karena posisi meja yang sedikit lebih rendah membuat Fenny sedikit membungkuk untuk menulis. Disaat seperti itulah bulatan payudara gadis cantik itu mulai terlihat lagi. Memang tak terlihat semuanya, namun belahannya pasti terlihat jelas. Apalagi saat itu gadis itu tak memakai bra.

Bukannya menutupi belahan dadanya yang terbuka, Fenny justru menikmati momen dimana ada seorang lelaki menikmati pemandangan bulatan payudaranya yang putih mulus itu. Dia masih terus pura-pura tak sadar kalau lelaki di depannya sedang memperhatkan buah dadanya. Untungnya hanya sekitar 10 menit saja Fenny sudah selesai mengisi semua data yang diperlukan.

“Sudah ya mas, coba di cek lagi kalau ada yang kurang” kata Fenny sambil mengembalikan formulir tersebut kepada petugas survey. Lelaki itu menerima formulir tersebut dan memeriksanya sekilas.

“Sepertinya cukup sih Dik..” ucapnya sambil manggut-manggut.

“Eh, tapi kalo ga ngerepotin apa saya bisa minta satu gelas lagi minumannya?” sambungnya. Sepertinya lelaki itu sedang mengulur waktu untuk lebih lama berada di situ.

“Boleh kok mas, sebentar saya ambilkan ya, gelasnya saya bawa masuk dulu ya mas?” jawab Fenny sok tenang sambil beranjak mengambil gelas yang sudah kosong.

Tentu saja Fenny harus membungkuk lagi di depan lelaki itu untuk mengambil gelas tersebut. Sama seperti tadi, lelaki petugas survey itu kembali bengong ketika gadis cantik itu menunjukkan sepasang buah dadanya lewat lubang atas kaos yang tergantung longgar ke bawah.

Fenny kembali menghilang di balik dinding dengan debaran-debaran dada yang makin kuat. Tanpa seorangpun yang tahu, ternyata gadis itu hampir saja tak tahan karena horny. Dalam hatinya, dia ingin segera bisa memuaskan birahinya dengan masturbasi di kamar. Dia hanya bisa menggerutu sambil tidak sadar tangannya mulai menggerayangi vaginanya sendiri yang ternyata sudah basah banget.

Setelah Fenny mengisi lagi gelas yang sudah kosong dengan air dingin, dia segera membawanya lagi ke depan. Seperti tadi, dia disambut dengan senyuman dari lelaki itu yang semakin nampak aneh terasa.

“Silakan airnya mas” ucap Fenny ramah.

Sepertinya lelaki itu nampak bersiap lagi menunggu pameran payudara gadis cantik seperti yang sudah-sudah. Tapi kali ini Fenny tidak membungkuk, melainkan berlutut dengan kaki terlipat ke atas. Lelaki petugas bank yang kini posisinya bergeser disamping Fenny langsung melotot melihat paha mulus gadis itu yang tersingkap sampai ke pangkalnya. Memang kaos yang dipakai Fenny cukup panjang, turun sekitar 10 cm menutup pahanya, tapi kalau dia berlutut dengan kaki terlipat begitu tentu saja pahanya yang putih mulus itu jadi terlihat semua. Sampai celana dalam hijau tosca yang dia pakai pun bisa terlihat bebas.

Lelaki di samping Fenny terlihat takjub melihat pemandangan itu. Dia sampai tidak berkedip melihat pangkal paha yang terbuka lebar karena bagian bawah kaos Fenny yang tertarik ke atas oleh lipatan kaki. Gadis itu pura-pura tidak sadar, malah berlama-lama mengatur posisi gelas minuman di atas meja. Padahal hati Fenny sudah bukan main rasanya, berdenyut-denyut antara malu dan terangsang. Melihat reaksi lelaki muda yang begitu terbelalak melihat pameran bagian bawah tubuh indahnya itu membuat Fenny jadi makin betah untuk terus menggodanya.

“Nah, silakan mas diminum airnya..” ujar Fenny sopan sambil melihat tajam ke mata lelaki petugas bank itu lalu tersenyum semanis mungkin. Lelaki itu membalas tersenyum malu-malu, lalu buru-buru meminum air dingin yang disajikan.

“Mas.. kalau habis di survey begini langsung disetujui kan pinjamannya?” tanya Fenny sambil menata duduknya.

“Ohh.. itu.. belum tentu dik, nanti oleh pihak kantor akan di pertimbangkan lagi.. tapi..” balas lelaki itu menghentikan ucapannya.

“tapi apa mas?”

“Semuanya bisa diatur kok” ucap lelaki itu tersenyum licik.

“Tolong dong mas.. kasian mama saya, banyak yang harus dibiayai.. lagi mau buka usaha kecil-kecilan soalnya” tutur Fenny mencari simpati lelaki petugas bank yang kini berada di sampingnya.

“Bisa sih.. tapi.. ada imbalannya”

“Apa mas? Uang?” tanya Fenny tanpa basa-basi.

“Bukan.. hehe.. apa adik betul mau memberi saya imbalan?”

“Kalau bisa sih ngapain enggak mas..” balas Fenny mulai mengerti arah pembicaraan lelaki itu.

“Hemm.. imbalannya sih gampang, bisa melihat tubuh telanjang adik aja..” ucap lelaki itu kembali menyeringai.

“Ahh.. kok gitu sih mas?”

“Terserah adik sih.. kalo mau ya silahkan..”

Fenny mengernyitkan dahinya sebentar. Gadis cantik itu mulai berpikir panjang pada keputusan yang harus diambilnya. Sedari tadi dia berusaha memancing mata keranjang lelaki itu namun pada akhirnya dia sendiri yang masuk dalam perangkapanya.

“Oke mas.. setuju.. tapi ga boleh pegang yah.. apalagi direkam..”

“Siippp..”

Fenny menarik napas panjang, mengumpulkan semangatnya sambil menekan sekuat mungkin jantungnya yang sudah mau copot rasanya karena deg-degan. Lalu sambil berlagak cuek, gadis cantik itu menarik kaosnya ke atas, langsung dia lepaskan begitu saja, seperti kalau aku mau mandi.

Detik berikutnya, Fenny sudah duduk di sofa dengan tubuh atas telanjang sama sekali dan tubuh bawah hanya tertutup celana dalam warna hijau tosca. Karena memang siang itu dia tidak memakai bra dibalik kaos yang dilepasnya tadi. Tentu saja sepasang buah dada milik Fenny yang bulat menggembung itu menggantung bebas begitu saja dengan segala pesonanya.

Lelaki petugas bank yang duduk hanya beberapa jengkal saja dari hadapan Fenny kini menatap kearah gadis itu dengan mata melebar dan mulut ternganga. Seperti melihat pemandangan yang sama sekali belum pernah dilihatnya.

“Mas.. !!” tegur Fenny risih sambil menutup dadanya dengan tangan. Memang terasa janggal, Fenny merasa malu tapi ada debar-debar yang aneh menyadari ada lelaki yang memandangi tubuhnya sampai melongo begitu.

“Ehh.. iya.. iya dik.. gila.. saya jadi takjub sama body adik” gagap lelaki itu sambil nyengir aneh. Matanya masih tidak lepas menatapi tubuh Fenny, walaupun buah dadanya sudah dia tutup dengan dua tangan.

“Hihi.. masnya kok jadi bengong gitu, napa mas? Konak yah?” goda Fenny.

“Ehh.. anu.. enggak.. enggakk.. lanjutin dong dik.. nanggung nih..”

“Lanjutin? Emang yang bawah juga ya mas?” tanya Fenny menggoda.

“Lhah.. itu kan kesepakatannya.. take it or leave it...” balas lelaki itu sambil menyeringai penuh kemenangan.

“Oke.. oke.. tapi kalau masnya mau, bantuin saya lepas ini.. gimana?” ucap Fenny jadi lebih nekat. Tangannya menunjuk permukaan celana dalamnya.

“Hah!? Beneran dik? Gapapa emang?”

“Beneran kok mas.. mau gak.. hayo?”

“Mm.. ma... mau dik..”

Fenny hanya diam saja memikirkan lagi penawarannya. Sementara itu tangan lelaki petugas bank itu kini menyusup ke bawah pinggang Fenny dan menurunkan celana dalamnya sampai lepas dari sela-sela kaki jenjang gadis cantik itu. Fenny menutup mata sambil merasakan seluruh bulu romanya berdiri demi menyadari saat ini dia tengah duduk di sofa tanpa pakaian sama sekali, dengan seluruh bagian tubuhnya terbuka dibawah pandangan seorang lelaki.

“Gila bener body kamu dik.. sampurna banget…“ petugas bank itu menggumam pelan. Sejenak kemudian dia melebarkan paha Fenny sedikit, membiarkan pangkal paha gadis cantik itu sedikit terbuka memamerkan belahan rahasia di dalamnya.

“Gimana mas? Bisa bantu proses pinjaman mama saya kan?” tanya Fenny memastikan.

“Wahh.. kalau ini sih bakal saya sendiri yang usahakan dik, hehe..” balas lelaki itu masih memegangi kedua lutut Fenny.

Lelaki petugas bank itu mundur sedikit, mengambil jarak untuk dapat memandangi seluruh tubuh Fenny dengan lengkap. Terlihat sekali dia menikmati moment langka yang sekarang didapatnya.

“Boleh saya pegang dikit aja ya dik? mumpung ada kesempatan nih” tanya lelaki itu memastikan. Sementara itu Fenny nampak kaget dengan permintaannya.

“Lhah, janjinya kan ga boleh pegang mas?”

“Udah deh dik.. akan saya atur semuanya biar uangnya cair minggu ini, gimana?”

“yakin bisa cair minggu ini?” tanya Fenny kembali memastikan.

“Kalau saya yang atur pasti bisa.. semua rahasia atasan saya di kantor sudah saya pegang kok, hehehe...” balas lelaki itu pongah.

“Iya deh.. tapi janji harus ditepati yah mas” Fenny tersenyum saja, senang, sekaligus mulai horny juga karena sambil bicara begitu, tangan petugas bank itu mulai menggerayangi permukaan paha putihnya dengan lembut.

“Memeknya adik asyik banget lho.. bulunya jarang-jarang” lelaki itu kini mulai membelai paha mulus Fenny sambil memperhatikan belahan di pangkal paha gadis itu yang memang dibiarkan terbuka. Fenny hanya diam saja, menunggu sambil deg-degan waktu lelaki itu mulai merendahkan tubuhnya dan menatapi bagian paling rahasia miliknya itu.

“Hmm.. saya pegang ya dik” tanpa menunggu jawaban Fenny, lelaki itu sudah menyentuh bibir vaginanya dengan jari-jarinya. Menyentuhnya lembut sambil perlahan menyibakkan belahan bibirnya ke samping.

“Aahhh.. jangan.. dimasukin ya mas.. ahh...” pinta Fenny sambil mendesah.

“Beres dik.. saya tau kok..”

Dari bibir vagina Fenny sudah mulai basah oleh cairan pelumas alaminya sendiri. Lelaki petugas bank itu mulai mencoba mengeksplorasi area itu dengan jarinya. Matanya seperti tak berkedip melihat setiap detil di pangkal paha Fenny yang dia jelajahi habis-habisan untuk memuaskan rasa penasarannya. Beberapa kali gadis berhidung mancung itu mengangkat pahanya sebagai protes saat merasa jari tangan lelaki itu terlalu dalam bermain di liang vaginanya. Kalau sudah begitu paling-paling lelaki itu hanya nyengir saja sambil menarik jarinya lagi keluar.

“Enak ya dik?”

“Hemmhh.. i.. iiya mas..”

“Saya jadi ga tahan nih dik.. saya keluarin burung saya dulu gapapa ya dik?” lelaki itu mulai berani meminta hal lebih jauh. Namun begitu Fenny hanya bisa mengangguk menyetujui permintaan lelaki di depannya.

Fenny sebenarnya merasa mulai tak nyaman dengan kondisi seperti itu. Kalau dia biarkan saja semuanya, mungkin siang itu dia bisa diperkosa habis-habisan oleh lelaki petugas bank yang datang ke rumahnya. Namun dibalik semua itu, Fenny yang sudah terlanjur horny hanya bisa takluk dan diam saat seorang lelaki berusaha memuaskan birahinya.

Beberapa detik kemudian lelaki petugas bank itu sudah menurunkan celananya sekaligus celana dalamnya. Batang penisnya yang berukuran standar itu kini terlihat tegak mengacung menghadap ke arah Fenny.

“Mas.. tunggu.. jangan dimasukin yah.. gesekin aja” pinta Fenny mulai takut lelaki itu bertindak tanpa kendali lagi.

“Hehehe... adik tenang saja, saya sudah pengalaman masalah ginian”

Fenny yang pasrah duduk mengangkang di atas kursi sofa ruang tamu, sekarang sudah membiarkan seorang lelaki asing menjamah tubuhnya tanpa perlawanan. Gadis cantik itu hanya diam saat lelaki di depannya mulai menyentuh buah dadanya dengan jari-jarinya. Awalnya dia tidak meremas, hanya membelai kulitnya saja, mengitari gumpalan bukitnya dengan belaian-belaian lembut sambil sesekali menggoyang-goyangnya seperti anak kecil bermain dengan bola barunya. Sampai akhirnya dia menyentuh putingnya dengan ujung jari.

“Aahhhhhkkhh...”

Fenny tidak bisa menahan diri untuk tidak menggelinjang ketika lelaki itu menyentuh puting susunya. Rasa geli dan nikmat menjalar sampai keseluruh tubuh gadis bermata teduh itu. Bagaimanapun itulah pertama kalinya ada tangan orang asing yang mengeksplorasi tubuhnya secara terang-terangan. Meski Fenny sudah sering bermain-main dengan pacarnya tapi kali itu dia merasakan sensasi yang lain. Sialnya sensasi itu sepertinya disadari juga oleh lelaki petugas bank itu. Lelaki itu melihat Fenny sambil tersenyum kecil, lalu pelan-pelan dari sekedar menyentuh dia mulai meremas dan bermain-main dengan buah dada Fenny.

“Enak ya dik?“ dia berbisik pelan sambil memilin puting susu Fenny dengan lembut.

“Ii.. iiya mas..” balas Fenny spontan.

“Saya gesekin dikit ya dik.. tahan..”

Petugas bank bermuka mesum itu kini semakin nekat mendekatkan ujung kemaluannya ke arah permukaan vagina Fenny. Dengan dada berdebar-debar gadis cantik itu mulai merasakan belahan vaginanya tersentuh oleh benda tumpul dan hangat. Tubuh Fenny bergetar sedikit merasakan sensasi seperti aliran listrik menyerang tubuhnya.

“Aduh.. mas.. ssshh.. ahh” Fenny tidak bisa menahan untuk tidak mendesah.

Tangan Fenny meremas busa sofa yang dia duduki kuat-kuat, berusaha menahan ledakan rasa nikmat yang meluap naik sampai ke pangkal lehernya. Bukan main nikmatnya, bahkan pantatnya sampai tidak sadar terangkat naik, seperti ingin melekatkan vaginanya makin kuat ke ujung kemaluan lelaki di depannya yang terasa semakin menggodanya.

“Adik suka?”

“Ii.. aahh.. iya mas.. suka banget” jawab Fenny jujur.

Gadis itu tidak lagi mampu menahan desahannya yang makin keras, lupa kalau mungkin tetangganya bisa mendengar suara-suara aneh yang dia keluarkan. Tangan lelaki petugas bank yang sedari tadi memegang pantat Fenny sepertinya makin tergoda dengan kepadatan bongkahan daging di sana, sehingga sekarang malah ikut meremas-remasnya seperti minyak yang makin membakar kenikmatan yang meledak luar biasa di dalam dada Fenny.

Dengan sabar lelaki itu mulai menggesekkan permukaan penisnya pada belahan memek Fenny. Dia sepertinya masih menahan diri untuk memasukkan ujung kemaluannya. Atau mungkin dia takut melakukannya karena sudah terikat perjanjian sebelumnya. Jelasnya dia masih terus menggesekkan penisnya sepanjang belahan vagina Fenny dari atas ke bawah berulang-ulang. Gerakan itu otomatis membuat ujung kejantanannya sering menggesek klitoris Fenny. Semakin naiklah birahi gadis cantik itu.

“Eeehh.. aduh.. mas... aku.. aku keluar.. aduh.. aduh!!!” sampai terlonjak-lonjak Fenny saat orgasme itu akhirnya datang.

Crrrr... crrrr... crrrr....!! menyemburlah cairan bening dari kemaluan Fenny dengan deras. Sampai permukaan memeknya terlihat basah dan mengkilat karenanya.

Gadis itu merasakan tubuhnya diserang rasa nikmat bukan main. Sampai dia lupa dengan rasa malunya saat mengejang di depan lelaki asing dengan tubuh telanjang seperti itu.

“Hehe.. keluar ya dik?? Adik tambah seksi banget kalo orgasme gitu” lelaki itu sampai melongo melihat Fenny yang terduduk lemas di sofa. Tangannya yang tadi bermain-main di bongkahan pantat Fenny sekarang pindah lagi meremasi buah dadanya yang membusung lepas karena posisi duduk Fenny yang jadi sedikit melorot karena lemas.

“Ahhh.. aduh mas.. lemes banget nih..” ucap Fenny sambil memperbaiki posisi duduknya.

“yang penting enak kan dik? Hehe... lanjutin yah!?”

Tanpa persetujuan terlebih dulu, lelaki itu tiba-tiba mulai memasukkan ujung penisnya pada celah kemaluan Fenny. Dia tak memaksa untuk menusukkan kejantanannya, tapi karena vagian Fenny sudah basah dan becek akhirnya ujung kemaluan lelaki itu bisa masuk tanpa halangan.

“Hehehe... cantik-cantik kok udah ga perawan sih?” hayoo.. pasti sering main sama pacarnya yah?” goda lelaki itu pada Fenny yang terlihat masih lemas.

“Ahh... masnya rese.. tinggil nikmatin aja cerewet..” balas Fenny ketus.

Lelaki itu meneruskan perbuatannya. Dia mendorong pinggulnya ke depan hingga membuat batang penisnya masuk ke dalam liang senggama Fenny sampai mentok. Beeberapa detik dia biarkan dinding vagina Fenny mengurut penisnya lalu dengan gerakan pelan dia tarik lagi sampai batang itu keluar lagi.

Brakkkkk...!!!

Tiba-tiba pintu depan terbuka dengan keras. Dari sana muncul sesosok pemuda tampan dengan raut wajah penuh emosi. Tanpa bisa ditahan dia langsung loncat dan menendang lelaki petugas bank itu dengan keras.

“Adduhhhhh... aakhhhhh!!” petugas bank yang sedang asik bermesuman dengan Fenny mendadak terjungkal ke belakang. Tubuhnya menabrak meja di belakangnya.

“Bajingan!!”

Bughh... bugghh.. bughhh..!! tiga kali pukulan kini mendarat di perutnya.

“Aduhh... ampun.. ampunn..”

“Bangsat!! Pergi kamu!! Atau bakal aku bunuh kamu disini..” ancam pemuda itu penuh emosi.

“I..ii.. iya mas.. iyaa.. ampun mas...” petugas bank itu langsung pontang-panting menyelamatkan diri. Celananya yang semula jatuh langsung ditariknya tanpa dirapikan. Dia langsung melarikan diri menuju luar rumah tanpa menoleh ke belakang lagi.

Kini tinggallah Fenny yang masih duduk mengangkang di atas kursi sofa. Dia yang sempat kaget karena tiba-tiba ada orang yang masuk ke rumahnya menjadi tenang karena yang datang ternyata kakak laki-lakinya. Sekarang dia hanya perlu menghadapi kemarahan Aska.

“Anak bodoh!! Ngapain kamu kek gitu?” tanya Aska masih emosi. Dilihatnya adik perempuannya itu masih santai duduk tanpa berusaha menutupi ketelanjangannya.

“Biarin.. kamu gangguin orang lagi seneng aja” balas Fenny cuek.

“Apa?? Seneng? Kamu seneng yah dientot sama orang asing kek gitu.. dasar pelacur murahan!!” umpat Aska yang masih meluap emosinya.

“Iya.. kalo aku pelacur kakak mau apa? Kalo kakak anggap aku pelacur.. terus mama itu apa kak?”

“Jangan bawa-bawa mama.. kamu belum tahu kebenarannya..” Aska semakin marah dengan perkataan adiknya.

“Cihh.. kebenaran apaan? Buktinya papa pergi dari rumah karena mama ketahuan selingkuh kan? Karena mama jual diri ke laki-laki lain kan? Jawab kak!!” ucap Fenny semakin memancing amarah Aska.

“Ohh... jadi kamu mau kaya mama? Oke.. oke.. akan aku wujudkan keinginanmu..”

Aska yang masih emosi langsung melucuti pakaian di tubuhnya. Pemuda tampan itu dengan penuh amarahnya langsung menjejalkan batang kemaluannya ke mulut Fenny yang sementara masih duduk di atas sofa.

“Ahhmmmphh.... mmppphhhh..!!”

Tangan Fenny memukul-mukul tubuh Aska yang kini sama-sama telanjang bulat. Gadis cantik itu tak bisa berbuat banyak ketika Aska dengan kasar menjejalkan batang penisnya ke dalam mulut mungilnya. Bukan hanya masalah perlakuan Aska yang kasar padanya, tapi Fenny kaget dengan ukuran kemaluan milik kakak laki-lakinya itu. Belum pernah dia merasakan batang sebesar itu masuk dan menutup rongga mulutnya.

“Nihh... makan tuh kontol.. ini kan yang kamu mau.. ayoo!!” Aska tanpa ampun terus mendorong penisnya masuk ke dalam rongga mulut Fenny dengan paksa. Akibatnya gadis cantik itu beberapa kali harus tersedak dan muntah.

“Ohhhhkkkkhh.. hueeekkk... aahh.... hueekkk....”

“Makan tuh!! Ini kan yang kamu mau?” bukannya kasihan, Aska terus mendorong penisnya masuk ke dalam mulut Fenny dengan kasar dan beringas.

“Aahhhhkkkkhh... udah... aahh... aahhkkkk.. hueekkkk...”

“Dasar pecun... kamu suka kan sama kontol? Bilang...!!”

“Iya.. aahhh.. aku suka.. apa urusan kakak?” balas Fenny berani. Matanya melotot menatap tajam ke arah Aska.

“Oke... kalau itu maunya kamu... dasar murahan...”

Aska dengan kasar mengambil kedua paha Fenny lalu mengangkatnya agak keatas sejajar dengan pinggulnya. Tanpa basa-basi lagi pemuda itu langsung menusukkan penisnya pada kemaluan Fenny.

“Aduhhh.. kakak... bangsat lu kak!! Aahhh... sakiiiittt..” umpatan Fenny bercampur rintihannya mengiringi hujaman penis Aska pada lobang memeknya.

“Kenapa!? ini kan yang lu mau.. hah!”

Plok...plok..plokk..!!

Tanpa ampun Aska terus menggenjot memek adik kandungnya sendiri seperti orang kesurupan. Emosinya yang meledak-ledak itu membuatnya tak mempunyai pertimbangan yang sehat. Akal pikirannya sudah buta karena tertutup kobaran amarah yang membakar isi kepalanya.

“Aaahh.. kakak biadab!!”

“Apa kamu bilang? Hah!”

Plak..!! Plak..!!

Beberapa kali tamparan tangan Aska mendarat di permukaan buah dada Fenny. Kulit payudara yang semula putih mulus itu kini mendadak jadi kemerahan. Anehnya saat tamparan tangan Aska mengenai puting susunya, Fenny merasa birahinya semakin naik. Belum lagi di bawah sana batang penis Aska yang ukurannya di atas rata-rata itu merojok lobang senggamanya dengan kencang. Tanpa sadar Fenny semakin menikmati persetubuhan dengan kakaknya yang bermain kasar itu

“Aaahh... nyaampeee!!!” jerit Fenny, orgasmenya datang melanda dengan semburan cairan bening keluar dari celah vaginanya.

“Bangsat lu!! Bisa-bisanya lu ngecret duluan... emang dasar pelacur murahan!!” umpat Aska yang merasa batang penisnya tersiram cairan orgasme Fenny.

“Ahhh... biarin.. ahh.. yang penting enak.. ahh.. lu aja yang biadab...”

Aska terus menggenjot liang senggama Fenny tanpa ampun. Sepertinya dia tengah menumpahan segala emosinya pada adik perempuannya yang tadi ketahuan sedang bermesuman dengan lelaki asing. Fenny juga terus menghadapi keperkasaan kakaknya dengan nafsu yang membara. Meski dia ditampar, dipukul, dicubit putingnya dan dikasari saat berganti posisi, tapi Fenny terus meladeni kakaknya sampai tenaganya habis terkuras. Baru kali itu dia kewalahan menghadapi lawan mainnya. Biasanya pacarnya hanya beberapa menit saja langsung keluar.

“Ahhh... aduuhhh... shhiiittt...” racau Aska.

“Cabut kak... aahhh.. cabut..” Fenny tahu kalau Aska sebentar lagi akan mencapai puncaknya. Dia memohon dengan sangat supaya kakaknya itu segera mencabut batang penisnya, tapi rupanya Aska tak terkontrol lagi.

“Hhaaaaaaahhhhhh.....keluarrrrrr...”

Semburan demi semburan sperma Aska menyeruak tumpah di dalam liang vagina Fenny. Cairan itu seakan tak ada habisnya menyembur keluar sampai terlihar meleleh meleawati bibir vagina Fenny.

“Adduhhh... kakak.... aku lagi masa subur nih... aduuuhh..” rengek Fenny. Namun begitu Aska hanya cuek memandangnya dengan raut muka masa bodo.

“Hahaha.. biarin, biar lu hamil sekalian.. biar lu dapat akibatnya”

“Awas lu kak...!!”

***

Bersambung lagi ya Gaes ^_^
Sama keras kepalanya
Si kakak, merasa laki, merasa lebih tua dibantah sama adik sendiri jengkel, akhirnya dinaikinlah adiknya
Si adik darah muda tidak punya rasa takut, akhirnya dapet orgasme juga karena si kakak

Scene yang menarik
Tipe laki disini wanita harus tunduk sama aska
 
Sama keras kepalanya
Si kakak, merasa laki, merasa lebih tua dibantah sama adik sendiri jengkel, akhirnya dinaikinlah adiknya
Si adik darah muda tidak punya rasa takut, akhirnya dapet orgasme juga karena si kakak

Scene yang menarik
Tipe laki disini wanita harus tunduk sama aska
Ane suka idenya om ini.. haha
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd