Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Memaksa Mama Eksib (story + mulustrasi)

Bimabet
kayaknya dulu juga pernah sperti ini, bgitu ada POV mamanya, ceritanya sangkut
 
Suhu, pake kata2 tentang kacamata mama ente hu, fetish ane tuhhh, kaya episode 1 auto crottt
 


Saking malunya dengan kejadian kemarin, aku sampai tidak bisa tidur selama dua hari. Aku baru benar-benar bisa tidur setelah minum obat batuk, itupun aku masih memimpikan kejadian di arisan dan itu membuatku terbangun berkali-kali.

Anakku sikapnya masih biasa saja; tingkahnya seperti orang tidak berdosa seolah-olah kejadian-kejadian yang memalukanku hanyalah kejadian biasa. Dia masih berangkat sekolah seperti biasa, tidur siang sepulan sekolah, lalu pergi nongkrong bersama teman-temannya sampai malam. Jika diperhatikan tampilan luarnya, tidak akan ada yang menyangka kalau dia sangat suka menyiksa mamanya sendiri.

Selama dua hari ini dia tidak mempermalukanku di luar. Aku diperbolehkan membeli bahan-bahan makanan di luar dengan mengenakan pakaian lengkap. Namun, aku sama sekali tidak berani berkumpul bersama ibu-ibu lain karena mereka pasti sudah tahu kelakuanku. Aku hanya bisa mengamati mereka dari dalam rumah.
Meski begitu, anakku masih suka melecehkanku di dalam rumah. Begitu kakiku menginjak lantai rumah, aku wajib melepas celana. Ia suka memasukkan jari telunjuknya ke dalam lubang pantatku setiap kali aku menyapu rumah. Aku juga dilarang menutup pintu ketika lagi di kamar mandi. Setiap kali aku kencing atau mandi, ia akan menyelonongkan kepalanya ke dalam kamar mandi lalu menyaksikan memekku yang mengeluarkan air kencing. Meski sudah berkali-kali ia melakukannya, tapi aku tetap saja merasa tidak nyaman.

Tidak hanya melecehkan, tapi dia juga... memperkosaku. Anak itu wajahnya saja yang terlihat polos, tapi nafsunya jauh lebih besar dibandingkan bapaknya.

Dua hari lalu ketika kami baru pulang dari arisan, dia langsung mendorongku sampai aku terjatuh ke lantai. Aku mencoba bangun, tapi badanku terasa berat dan ternyata dia sudah menindihku. Wajahnya merah sekali seperti orang mabuk dan senyumnya lebar seperti penjahat yang menemukan calon korban. Napasnya menggebu-gebu seperti kerbau birahi dan ada yang menonjol di celananya.

Tidak akan ada yang menyangka hari itu akan menjadi masalah besar di keluarga kami.

“Mama seksi sekali,” ujarnya.
Ia menurunkan celananya dan kontolnya menerjang keluar melewati karet celana dalamnya. Kepala kontolnya memerah dan batangnya berurat. Sekali sentuh saja, aku yakin kontol itu akan memuncratkan seluruh sperma yang dikandungnya.

“Nungging!” serunya.

Aku tidak ada keberanian untuk melawan, jadi aku turuti saja kemauannya. Kuputar badanku, lalu kuangkat pantatku setinggi mungkin.
“Buka anus Mama lebar-lebar!” serunya lagi.

Kuraih belahan pantatku, lalu kutarik sampai anusku menganga lebar. Kedua kakiku merinding karena bagian dalam anusku kemasukan udara.



Sesuatu yang besar dan bulat tiba-tiba menghujam anusku sampai ke dalam. Tubuhku kaku seketika. Aku ingin berteriak, tapi sebuah telapak tangan menutup mulutku sampai tidak ada suara yang keluar.

“Mama jangan bikin keributan lain,” ujar Anakku. Suaranya terdengar tenang meski badannya terasa panas.
Benda besar di dalam anusku menusuk semakin dalam, lalu bergerak seolah tertarik keluar, lalu menusuk lagi. Setiap benda besar itu bergerak, aku harus menahan sakit karena anusku secara otomatis semakin menjepit sehingga rasanya perih.

Sementara tangan kanan anakku menutup mulutku, tangan kirinya bergerilya ke dalam memekku. Ia memasukkan tiga jarinya sekaligus ke dalam memek, kemudian menggerak-gerakkannya. Kombinasi rasa sakit dan perih membuat tubuhku menggelinjang tak karuan. Kalau bukan karena ditindih berat badan anakku, sudah pasti aku menggelepar di lantai seperti ikan kehabisan air.

Anakku bersiul. “Buset, Mama becek bener.”

Ia mencabut benda besar dari dalam anusku. Untuk sementara aku merasa kelegaan luar biasa karena benda itu tidak membebani anusku. Namun, benda itu kemudian masuk ke dalam memekku dengan kecepatan luar biasa.

Aku melenguh kesakitan. Memang tidak sesakit di pantat, tapi tetap saja sakit.

“Gimana? Enak gak Ma?” tanya anakku.
Cairan kental keluar dari memekku tiada habisnya. Aku bersyukur cairan itu melicinkan dinding memekku sehingga tidak sesakit di pantat.

Anakku menggerakkan badannya maju mundur dan begitu pula benda besar di dalam memekku bergerak. Semakin lama bergerak, ukuran benda itu semakin besar sampai-sampai memenuhi rongga memekku. Tidak hanya itu, benda itu juga semakin hangat.

Kedua tangan anakku bergerak menuju tetekku yang menggelantung seperti pepaya ranum. Jari-jari tangannya meremas tetekku, lalu memuntir-muntir pentilnya yang mengencang.

“Oh Mama, salah sendiri kenapa punya badan yang seksi,” ujar anakku.

Gerakannya semakin cepat dan benda di dalam memekku semakin mengeras. Meski aku mengerti bahwa tindakan ini sama sekali tidak wajar, tapi anehnya aku sangat menikmatinya. Setiap gesekan-gesekan di memekku membuat pikiranku terbang meninggalkan masalah-masalah yang kuhadapi.

Kedua tangan anakku keras mencengkram tetekku. Badannya mengejang. Sesuatu yang hangat mengalir ke dalam memekku. Di saat bersamaan, memekku juga mengeluarkan cairan kental lebih banyak sampai menetes di lantai. Tubuhku sama tegangnya seperti anakku.

Anakku mencabut benda besar dari dalam memekku dan aku langsung ambruk ke lantai. Tubuhku lemas bukan main. Kedua kakiku sulit digerakkan. Namun, aku tidak merasa sakit; sebaliknya, aku merasa senang luar biasa.



Kuperhatikan kontol anakku yang masih tegak berdiri. Ukurannya jauh lebih besar dari sebelumnya. Kepala kontolnya masih mengeluarkan cairan putih kental.

“Luar biasa,” puji anakku sambil menepuk-nepuk kepalaku.

Meski badanku lemas, aku tidak sanggup menahan dorongan untuk menyentuh kontol anakku. Dengan seluruh tenaga tersisa, aku mencoba bangkit dan langsung memegang kontol anakku.

“Mama mau apa!” Ia berseru kaget.
Kubuka mulutku lebar-lebar, lalu kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Kepala kontolnya besar sekali sehingga aku hanya bisa memasukkannya sampai ke belakang lidah.

Anakku mendorong kepalaku agar kontolnya bisa masuk lebih dalam. “Akhirnya Mama sadar juga kalau Mama itu nakal.”

Kugerakkan lidahku mengelilingi batang kontolnya. Aku bisa merasakan urat-urat kontolnya yang mengencang kembali. Anak ini masih muda, staminanya masih luar biasa.

Lidahku bergerak mencari sisa-sisa sperma yang masih menempel di batang kontolnya. Setiap kali lidahku bergerak, tubuh anakku mengejang dan cengkraman tangannya semakin kuat. Pikirannya pasti sedang terbang ke alam lain.

Begitu tidak ada sperma yang tersisa, kujauhkan kontolnya sampai keluar dari dalam mulutku. Kupegang batang kontolnya kencang-kencang, lalu kukocok sepelan mungkin.

“Masa sudah menyerah?” Untuk pertama kalinya aku mencoba menggodanya.

“Jelas nggak dong. Mama mau bukti?” Kontolnya semakin tegang dan menjulang ke atas lagi.

Kudekatkan wajahku ke depan kepala kontolnya, lalu aku jilati lubang kencingnya. Aku arahkan ujung lidahku agar masuk ke dalam lubang kencingnya.

“Aduh, enak sekali itu!” serunya.

Tiba-tiba saja wajahku sudah dipenuhi cairan kental putih berbau amis. Rambutku sampai basah dan lengket. Anakku rupanya sudah tidak sanggup menahan spermanya lebih lama lagi.
“Yah kok sudah sih?” Kukocok kontolnya lagi. “Ayo keluarin lagi sayang.”

Anakku terduduk di lantai. Tubuhnya berkeringat.

“Aduh, sudah gak sanggup lagi Ma,” keluhnya.

“Ayo jangan nyerah dong,” kataku sambil terus mengocok kontolnya. “Sekali lagi habis itu sudah.”

Ia merebahkan badannya ke lantai. Tampaknya badannya benar-benar sudah menyerah, tapi kontolnya masih tegak berdiri meski tidak sekeras sebelumnya. Aku yakin dia pasti masih bisa memuncratkan pejuh setidaknya sekali lagi.

Selagi tangan kananku mengocok kontolnya, tangan kiriku meraba-raba kantung telurnya yang menggantung. Kuremas kantung telurnya sepelan mungkin agar dia tidak kesakitan. Ayahnya sangat suka kalau kantung telurnya diremas seperti itu, dan barangkali dia juga suka.

Tebakanku benar; baru diremas sebentar saja, batang kontolnya kembali mengeras dan memerah. Anak ini siap meluncurkan benihnya lagi.

“Kamu tiduran saja di lantai,” kataku.

Aku berjongkok tepat di atas kontolnya. Kuturunkan pantatku pelan-pelan agar kontolnya bisa masuk ke dalam memekku. Kali ini memekku tidak kesulitan menerima kontolnya karena ukurannya sudah lebih kecil dari sebelumnya.

Begitu masuk, kugerakkan pantatku naik dan turun sehingga memekku mengocok kontolnya. Anakku memandang takjub. Ia pasti tidak menyangka kalau ibunya bisa bergerak seperti itu.

“Oh enak sekali!” Aku mendesah.

Setiap kali aku bergerak ke atas, memekku meninggalkan banyak sekali cairah sampai bulu jembut anakku terlihat berkilau.

Untuk pertama kalinya, aku menyadari sudah lama sekali aku tidak merasakan kesenangan seperti ini. Kapan terakhir kali aku berhubungan badan? Dua tahun lalu? Tiga tahun lalu? Setelah melahirkan anak ini, suamiku seperti kehilangan minat terhadapku dan hubungan seksual kami jadi kurang menyenangkan.



Kedua tangan anakku mencengkram pantatku. “Aku mau keluar lagi.”

“Keluarin semua Nak,” kataku sambil terus bergerak naik turun.

Aku bergerak semakin cepat dan cengkraman tangannya semakin kencang. Tubuhku mendadak mengejang dan begitu pula dengannya. Ia menyemburkan sperma tiga kali dan memekku menerimanya dengan senang hati.

Begitu selesai, aku langsung merebahkan diri ke lantai. Napasku tersenggal-senggal, tubuhku lelah, tapi aku bahagia.

Aku membalikkan badan supaya bisa melihat anakku, rupanya dia sudah terlelap. Kontolnya belum sepenuhnya mengecil dan dipenuhi cairan kami berdua. Kusentuh kepala kontolnya dengan harapan bisa berdiri tegak lagi, tapi kali ini ia benar-benar sudah menyerah.

Aku merenungkan kelakuan kami. Entah apa jadinya jika suamiku tahu perbuatan kami. Kemungkinan besar dia akan mengusirku atau kami berdua. Bisa saja dia yang memutuskan pergi. Cepat atau lambat, dia pasti tahu perbuatan kami.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu mengagetkanku. Siapa yang berkunjung ke rumah ini? Mana kami belum berpakaian pula.

“Assalamualaikum.”

Aku tidak mungkin lupa suara itu.

Seketika itu juga bulu kuduk di sekujur tubuhku merinding.

Suamiku pulang lebih cepat dari yang ia bilang.
 
Bimabet
Mantab hu, sayangnya ini yg terakhir ya? Klo bisa ada spin-off nya biar ga nanggung hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd