Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Memainkan Peran

Status
Please reply by conversation.
Halo halo semua.. Maaf baru nongol nih.. Yg nungguin update mungkin beberapa hari kedepan bakalan ada update dengan bantuan beberapa suhu yang sudah melanglang buanan di forum ini.. So, dont miss it.. Anyway sekali sory yee kemarenan ane sibuk bgt di RL dan semoga beberapa waktu kedepan bisa update dan berujung tamat hehe.. Respect!!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Halo halo semua.. Maaf baru nongol nih.. Yg nungguin update mungkin beberapa hari kedepan bakalan ada update dengan bantuan beberapa suhu yang sudah melanglang buanan di forum ini.. So, dont miss it.. Anyway sekali sory yee kemarenan ane sibuk bgt di RL dan semoga beberapa waktu kedepan bisa update dan berujung tamat hehe.. Respect!!

Akhir nya suhu yg susah di eja nama nya come back..
Yeesss respect
 
BAB-2

Sesederhana Sebuah Rindu


"Sebab bunga kecil yang indah tumbuh dari hujan meski rindu mengembang dari sebuah kehilangan"


karena akan ada hari yang pasti kita rindukan ketika semua itu berlalu, dan bertahan disini bukan hal yang mudah dengan segala cerita didalamnya. Aku hanya masih menebak dan meraba tentang apa yang harus kulakukan berikutnya. Rio sudah lama hilang mungkin mati ditinggal oleh keangkuhan ayahnya dan sangat jauh dari kasih sayang seorang ibu yang seharusnya menjadi contoh tentang kasih sayang pada masa tumbuh kembangnya. Rio hari ini jauh berbeda dari sebelumnya, situasi dan kondisi sosial membuat itu semua terjadi tanpa kecuali dah hal-hal yang terjadi pada setiap langkahnya semakin menjadikan rio tak percaya pada sebuah rasa bernama "Cinta" karena rio lebih banyak melihat harta dan kuasa sebagai yang utama pada era ini.

ya, itu aku. setelah resti meninggalkan dengan alasan yang 'rasional' dan hari hari ku semasa sekolah semakin menjadikan ku benci pada apa yang namanya cinta. fvkc that shit! this era just money indeed!. kurang lebih seperti itu. hingga setiap hari aku berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan uang dan mencari jalan untuk memperkaya diri diusia yang dini ini meski hal itu lah yang kemudian hari aku sesali.

sepertinya pepatah takan ada asap tanpa api itu benar, selalu ada alasan untuk setiap hal yang terjadi, seperti hari ini aku merasa sangat marah tapi tak berdaya disisi yang lain, baru saja aku pulang dari sekolah dan selesai dengan makan siangku. Aku berjalan menuju kamar dan ketika merogoh saku celana seragam ku ternyata aku tak punya uang seperak pun bahkan untuk sekedar membeli sebatang rokok. aku merasa marah pada kehidupan ini namun begitu tak berdaya disisi yang lain, bagaimana aku bisa membeli roko jika tak punya uang, meminta uang pada nenek ku yang hanya seorang penisiunan? aku terlalu kasihan padanya karena untuk menyekolahkan ku saja nenek sudah susah payah. lalu harus meminta pada siapa? pada ayah di ujung ibu kota sana? fuck! aku masih punya harga diri untuk itu, ah seandainya saja ada ibu.

tak berapa lama air mata ku jatuh mengalir di pipi ketika mengucapkan kata 'ibu' tak terasa sudah beberapa tahun aku tak bertemu dengan ibu ku hingga aku hampir lupa bagaimana raut wajahnya yang teduh terutama peluknya yang selalu membuat tenang. sambil menangis pelan aku mengingat romansa kenangan kecilku bersama ibu dan adik kecil ku, betapa bahagia waktu itu.

tentang hidup dalam kesederhanaan namun berjalan bersama dan tumbuh dengan penuh kasih sayang jauh dibandingkan hari ini yang tumbuh tak lebih dari rasa marah dan benci, seolah rasa damai tak pernah ada untuk aku lagi.

dan memang menyebalkan tumbuh kembang tanpa adanya orang tua hingga lupa apa sebenarnya fungsi keluarga itu seperti apa. aku hanya bisa menangis kecil sambil mengingat beberapa kenangan bersama ibu ku waktu itu, waktu dulu.


"mungkin lelah tak menjawab atau marah tak mampu menjelaskan tentang apa dan bagaimana, namun sesederhana bahasa rindu. ketika diam adalah tentang bahasa yang sendu"


orang-orang yang selalu marah tak lebih dari orang yang kehilangan arah dari jalan yang mereka tapaki, setidaknya itu menurut aku. aku selalu marah karena mungkin aku hanya hilang dari jalan yang dulu aku inginkan atau aku tersesat dari jalan yang dulu ku lewati hingga aku tak tahu akan kemana lagi untuk mengambil langkah.

atau mungkin yang selalu marah adalah yang lupa bahwa ada akhir dari setiap awal karena mungkin kita lebih tak siap pada setiap kehilangan juga yang berat dari sebuah kehilangan adalah kenangan yang terus berputar terkenang didalam otak dan rasa rindu yang entah bagaiamana mengobatinya.

aku mungkin hanya perlu mencari jalan baru ku disini lalu kemudian memainkan peran baru, karena pilihan yang hanyalah bangkit atau binasa tanpa seorang pun yang akan mengenang tentang siapa aku atau bagaimana aku.


***


KRING KRING!!

sebuah suara panggilan dari handphone memecahkan keheningan dan ribuan alur pikiran didalam otak ku, sejenak ku lihat ternyata panggilan dari coki, coki ini adalah seorang teman atau sahabat bagiku. well, dalam hidup setidaknya kita harus punya satu orang sahabat untuk berbagi rasa juga berbagi api dikemudian hari. coki ini lah yang sedari pertama menemani ku disekolah dan banyak mengenalkan bagaiamana kehidupan di kota Bandung ini, meski awalnya aku merasa risih oleh sikapnya yang kelewat cerewet dan aktif itu just like a little bird.

"Halo cok..." jawab ku ketika menerima telepon dari coki.

"Lu dirumah kan gue jemput sekarang yak..." jawab coki cepat

"Ada apaan nih tumbenan banget..."

"aelah banyak nanya amat macem emak-emak belanja kaen pokoknya gue jemput dan gue pastiin lu bakalan suka..."

tuutt..tuttt...ttuuuutt

coki langsung menutup teleponya tanpa pamit atau apapun itu, memang begitulah temanku yang satu ini, otaknya agak kegeser sekitar 5cm gitu.

tak lama coki detang ke rumah ku dengan motor klasik kesayanganya itu, ia langsung menyeret ku untuk naik motornya. diatas motornya aku berkali-kali bertanya akan kemana ia membawaku siang itu namun berkali-kali juga coki tertawa kecil untuk menjawab setiap pertanyaan ku.

ah bandung, kala siang tak terlalu panas dan jalanan pun tak terlalu penuh dan sepertinya aku tahu arah jalanan ini mengarah kemana.

dan benar saja tebakan ku, coki membawa ku kerumahnya, coki memang tumbuh dari keluarga yang cukup berada tapi baik coki maupun keluarganya sangat ramah pada ku atau teman-teman yang lain.

coki langsung menyuruhku untuk duduk di ruang tengah rumahnya yang cukup besar ini dan ia berjalan menuju belakang rumah.


***


"Aku cemburu pada malam yang penuh bintang, sementara aku hanya duduk menunggu pagi seorang diri."

entah hidup berawal dari mana atau akan berakhir pada bagian yang mana pula, namun sepertinya hidup bermula ketika kita sadar tentang realita dan harapan yang sulit berkawan.

tak lama coki datang kembali sambil membawa segelas sirup di tanganya dan disusul ayahnya coki. setelah bersalaman dengan ayah coki kami pun sedikit bercengkrama sambil membuka sebuah obrolan tentang maksud dan tujuan coki 'menculik' ku ke rumahnya ini.

"Jadi gitu io... ya lumayan lah ngisi waktu sambil dapet duit..." ucap coki sambil menepuk badan ku.

sebelumnya ayah coki menjelaskan bahwa adik ayahnya coki tengah merintis sebuah usaha Event organizer dan meminta bantuan ku serta coki juga untuk ikut membantu tantenya coki itu. tak lupa ada sedikit ada gambaran tentang pundi-pundi yang akan kami dapatkan jika ikut membantu sebuah event yang akan di garap nanti.

"terus tante lu mana? gak galak galak kan tante lu?... males gue kalo galak galak..." tanyaku pada coki.

"tante gue baru besok nyampe sini.. do orangnya baik kok.. dan seksi lagi hahahaha..." jawab coki sambil tertawa.

ahh seksi...

semoga saja dewa marmut mengilhami.
 
BAB-2

Sesederhana Sebuah Rindu


"Sebab bunga kecil yang indah tumbuh dari hujan meski rindu mengembang dari sebuah kehilangan"


karena akan ada hari yang pasti kita rindukan ketika semua itu berlalu, dan bertahan disini bukan hal yang mudah dengan segala cerita didalamnya. Aku hanya masih menebak dan meraba tentang apa yang harus kulakukan berikutnya. Rio sudah lama hilang mungkin mati ditinggal oleh keangkuhan ayahnya dan sangat jauh dari kasih sayang seorang ibu yang seharusnya menjadi contoh tentang kasih sayang pada masa tumbuh kembangnya. Rio hari ini jauh berbeda dari sebelumnya, situasi dan kondisi sosial membuat itu semua terjadi tanpa kecuali dah hal-hal yang terjadi pada setiap langkahnya semakin menjadikan rio tak percaya pada sebuah rasa bernama "Cinta" karena rio lebih banyak melihat harta dan kuasa sebagai yang utama pada era ini.

ya, itu aku. setelah resti meninggalkan dengan alasan yang 'rasional' dan hari hari ku semasa sekolah semakin menjadikan ku benci pada apa yang namanya cinta. fvkc that shit! this era just money indeed!. kurang lebih seperti itu. hingga setiap hari aku berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan uang dan mencari jalan untuk memperkaya diri diusia yang dini ini meski hal itu lah yang kemudian hari aku sesali.

sepertinya pepatah takan ada asap tanpa api itu benar, selalu ada alasan untuk setiap hal yang terjadi, seperti hari ini aku merasa sangat marah tapi tak berdaya disisi yang lain, baru saja aku pulang dari sekolah dan selesai dengan makan siangku. Aku berjalan menuju kamar dan ketika merogoh saku celana seragam ku ternyata aku tak punya uang seperak pun bahkan untuk sekedar membeli sebatang rokok. aku merasa marah pada kehidupan ini namun begitu tak berdaya disisi yang lain, bagaimana aku bisa membeli roko jika tak punya uang, meminta uang pada nenek ku yang hanya seorang penisiunan? aku terlalu kasihan padanya karena untuk menyekolahkan ku saja nenek sudah susah payah. lalu harus meminta pada siapa? pada ayah di ujung ibu kota sana? fuck! aku masih punya harga diri untuk itu, ah seandainya saja ada ibu.

tak berapa lama air mata ku jatuh mengalir di pipi ketika mengucapkan kata 'ibu' tak terasa sudah beberapa tahun aku tak bertemu dengan ibu ku hingga aku hampir lupa bagaimana raut wajahnya yang teduh terutama peluknya yang selalu membuat tenang. sambil menangis pelan aku mengingat romansa kenangan kecilku bersama ibu dan adik kecil ku, betapa bahagia waktu itu.

tentang hidup dalam kesederhanaan namun berjalan bersama dan tumbuh dengan penuh kasih sayang jauh dibandingkan hari ini yang tumbuh tak lebih dari rasa marah dan benci, seolah rasa damai tak pernah ada untuk aku lagi.

dan memang menyebalkan tumbuh kembang tanpa adanya orang tua hingga lupa apa sebenarnya fungsi keluarga itu seperti apa. aku hanya bisa menangis kecil sambil mengingat beberapa kenangan bersama ibu ku waktu itu, waktu dulu.


"mungkin lelah tak menjawab atau marah tak mampu menjelaskan tentang apa dan bagaimana, namun sesederhana bahasa rindu. ketika diam adalah tentang bahasa yang sendu"


orang-orang yang selalu marah tak lebih dari orang yang kehilangan arah dari jalan yang mereka tapaki, setidaknya itu menurut aku. aku selalu marah karena mungkin aku hanya hilang dari jalan yang dulu aku inginkan atau aku tersesat dari jalan yang dulu ku lewati hingga aku tak tahu akan kemana lagi untuk mengambil langkah.

atau mungkin yang selalu marah adalah yang lupa bahwa ada akhir dari setiap awal karena mungkin kita lebih tak siap pada setiap kehilangan juga yang berat dari sebuah kehilangan adalah kenangan yang terus berputar terkenang didalam otak dan rasa rindu yang entah bagaiamana mengobatinya.

aku mungkin hanya perlu mencari jalan baru ku disini lalu kemudian memainkan peran baru, karena pilihan yang hanyalah bangkit atau binasa tanpa seorang pun yang akan mengenang tentang siapa aku atau bagaimana aku.


***


KRING KRING!!

sebuah suara panggilan dari handphone memecahkan keheningan dan ribuan alur pikiran didalam otak ku, sejenak ku lihat ternyata panggilan dari coki, coki ini adalah seorang teman atau sahabat bagiku. well, dalam hidup setidaknya kita harus punya satu orang sahabat untuk berbagi rasa juga berbagi api dikemudian hari. coki ini lah yang sedari pertama menemani ku disekolah dan banyak mengenalkan bagaiamana kehidupan di kota Bandung ini, meski awalnya aku merasa risih oleh sikapnya yang kelewat cerewet dan aktif itu just like a little bird.

"Halo cok..." jawab ku ketika menerima telepon dari coki.

"Lu dirumah kan gue jemput sekarang yak..." jawab coki cepat

"Ada apaan nih tumbenan banget..."

"aelah banyak nanya amat macem emak-emak belanja kaen pokoknya gue jemput dan gue pastiin lu bakalan suka..."

tuutt..tuttt...ttuuuutt

coki langsung menutup teleponya tanpa pamit atau apapun itu, memang begitulah temanku yang satu ini, otaknya agak kegeser sekitar 5cm gitu.

tak lama coki detang ke rumah ku dengan motor klasik kesayanganya itu, ia langsung menyeret ku untuk naik motornya. diatas motornya aku berkali-kali bertanya akan kemana ia membawaku siang itu namun berkali-kali juga coki tertawa kecil untuk menjawab setiap pertanyaan ku.

ah bandung, kala siang tak terlalu panas dan jalanan pun tak terlalu penuh dan sepertinya aku tahu arah jalanan ini mengarah kemana.

dan benar saja tebakan ku, coki membawa ku kerumahnya, coki memang tumbuh dari keluarga yang cukup berada tapi baik coki maupun keluarganya sangat ramah pada ku atau teman-teman yang lain.

coki langsung menyuruhku untuk duduk di ruang tengah rumahnya yang cukup besar ini dan ia berjalan menuju belakang rumah.


***


"Aku cemburu pada malam yang penuh bintang, sementara aku hanya duduk menunggu pagi seorang diri."

entah hidup berawal dari mana atau akan berakhir pada bagian yang mana pula, namun sepertinya hidup bermula ketika kita sadar tentang realita dan harapan yang sulit berkawan.

tak lama coki datang kembali sambil membawa segelas sirup di tanganya dan disusul ayahnya coki. setelah bersalaman dengan ayah coki kami pun sedikit bercengkrama sambil membuka sebuah obrolan tentang maksud dan tujuan coki 'menculik' ku ke rumahnya ini.

"Jadi gitu io... ya lumayan lah ngisi waktu sambil dapet duit..." ucap coki sambil menepuk badan ku.

sebelumnya ayah coki menjelaskan bahwa adik ayahnya coki tengah merintis sebuah usaha Event organizer dan meminta bantuan ku serta coki juga untuk ikut membantu tantenya coki itu. tak lupa ada sedikit ada gambaran tentang pundi-pundi yang akan kami dapatkan jika ikut membantu sebuah event yang akan di garap nanti.

"terus tante lu mana? gak galak galak kan tante lu?... males gue kalo galak galak..." tanyaku pada coki.

"tante gue baru besok nyampe sini.. do orangnya baik kok.. dan seksi lagi hahahaha..." jawab coki sambil tertawa.

ahh seksi...

semoga saja dewa marmut mengilhami.
update done ya mentemen... next update beberapa waktu kedepan
:ampun:
salam dewa marmut​
Dah nongol lagi suhu pemuja dewa marmut. . Semoga lancar terus updatenya
 
Wah wah wah, udah berapa lama ini ngilang om ts, lanjut om, saya doakan semoga gak macet
 
Dewa marmut lagi.....
Kok rasanya yakin sama ciamiknya dengan yg lalu....
Top deh suhu....
Saluto
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd