--------------------------------------------
Pesawat membawa kami terbang, terbang ke Jogjakarta. Kyoko tampak excited, menatap hamparan lautan awan yang dibelah oleh pesawat terbang. Aku mendengarkan musik lewat handphoneku, mendengarkan entah apalah, aku acak saja playlistnya. Mulai dari lagu pop, lagu metal, lagu jazz, lagu apapun, semuanya campur-campur.
Kehidupan di pernikahan ini memang menarik. Kami berkomunikasi dengan sangat lancar, dan beberapa hari ini rasanya magical. Magical karena ketika aku bangun dari tidurku, muka yang pertama kulihat adalah Kyoko.
Aku masih ingat, sesaat sebelum aku jalan ke Jogjakarta, Anin berisik lagi di grup whatsapp Hantaman, mempertanyakan proses perpindahan warga negara. Aku menjelaskan dengan sabar, tapi aku tahu ini arahnya kemana. Dia pasti merencanakan hubungan yang serius bersama Zee. Terkesan buru-buru? Tidak juga. Umurnya sudah 32 tahun. Dan Zee ternyata 28 tahun umurnya. Jadi rentang usia dan kematangan usia mereka sudah tepat. Hanya yang jadi masalah, si perempuan tahu tidak, kalau Anin sedang begitu lebaynya masalah pernikahan akhir-akhir ini?
Sementara Stefan, si setan, tampaknya kembali lagi ke habitat lamanya. Yakni kelamin perempuan. Dengan sombong dia mempertunjukkan foto perempuan entah siapa yang sedang tertidur di sebelahnya kepadaku. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala dan mengirimkan emoticon muka datar sebagai balasan atas pesannya. Dia pasti merayakan kebebasannya setelah tur selesai.
Tentu tingkahnya yang kembali lagi seperti itu membuat Ai makin bersungut-sungut. Kata Stefan, sekarang sedang agak susah bicara dengan adikku. Katanya jadi super judes. Ya, pasti super judes, aku saja yang lelaki kadang risih mendengar cerita petualangan seks Stefan yang sepertinya penuh trik dan tipuan.
Ah, biarlah, itu hidup mereka. Asal tidak mengganggu tidak apa-apa.
Yang sekarang penting untuk dipikirkan adalah masalah album pribadi. Pasti sulit mengerjakannya, karena aku sudah merasakan sulitnya menghandle musisi yang mau rekaman tapi tidak tahu mau merekam apa. Dan aku ada di dalam posisi itu sekarang. Menyebalkan memang.
Aku sudah berbicara panjang lebar ketika Java Jazz kemarin dengan teman-teman musisiku. Tapi itu akan kuceritakan lain kali, karena tampaknya mataku agak berat.
Ya, entah kenapa semalam aku kurang tidur. Excited rasanya akan travelling dengan Kyoko. Ada beberapa spot di Jogjakarta yang nanti ingin kami datangi.
“Ah Aya” tegur Kyoko, dan aku membuka mataku lagi perlahan, serta membuka headset.
“Ya?”
“Ini, lupa bilang Aya, dapat salam dari Arwen” senyumnya.
“Hmm? Kok kalian bisa kontak-kontakan, jangan nyalain hape dong pas terbang” tegurku setengah ngantuk.
“Bukan Aya, tadi ketika di taxi. Tapi Kyoko lupa kasih tahu Aya karau ada salam” lanjutnya.
“Emang dia bilang apa, dan kok dia bisa ngechat kamu?”
“Arwen minta kontak Kyoko sewaktu di Java Jazz dan dia kasih rekomendasi tenpat bagus di Jogja, to… Salam untuk Mas Aya, sehat terus dan cepat dapat anak, katanya” tawa Kyoko ceria.
“Oh, yaudah, bikin yuk” balasku asal sambil ingin kembali tidur dan mulai menutup mataku kembali.
“Ahahaha…. Aya kenapa tidur lagi?” bingung Kyoko.
“Ngantuk, ntar kalo udah mau sampe bangunin deh yah……”
“Hai…. okei” jawab Kyoko sambil menatapku dengan manisnya.
Ya, aku sudah menutup mataku, dan dengan sadar aku telah membuka lembaran baru setelah menikah.
Awal baru, cerita baru dan petualangan baru.
--------------------------------------------
MATAHARI DARI TIMUR - SEASON 1 – TAMAT