Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mbak Anty, Binor Tetangga Kontrakanku

Terima kasih banyak semuanya atas respond kepada trit nubih ini
keinginan nubih tidak hanya terpaku kepada dua tokoh saja sebenernya nubih awalnya sudah ada alur maju diselingin sempalan tokoh lain dengan alur maju dan kembali alur mundur dengan tokoh pertama (lupa nubih bahasa literasinya apa)
namun nubih ada keterbatasan waktu dalam penulisan, semoga di kemudian hari nubih bisa menuangkan kembali beberapa cerita sempalan tersebut kedalam cerita terpisah atau nubih masukan kedalam cerita ini.
sebenernya nubih sangat ingin sempalan tersebut dimasukan cerita ini agar ada korelasi satu dengan lainnya dan ingin mengajak para pembaca tak melulu membaca ceritanya yang alurnya maju.
hihihi itu harapan nubih sebagai penulis :Peace::Peace:

malam ini akan nubih persembahkan sub judul terakhir dari cerita ini

tapi nubih masih sangat mengharapkan hujatan dan cacian dari suhu semua untuk cerita ini dan kemungkinan cerita sempalan di akan datang (nubih tidak bisa menjanjikan namun di usahakan)

:ampun::ampun::ampun::ampun:

*Edit komeng serebu punya nubih hihihihi ;) ;) ;)
akuu pada mu lah
 
Perjalanan menghapus luka.


Malam minggu sehabis pergumulan aku dan mbak Anty, kami berbincang – bincang mengenai arah yang lebih tertata serta tertuju pada titik ujung. Dari beberapa aspek dan segi kami saling membicarakan dan kejujuran satu sama lain, aku pun memiliki janji akan mengunjungi mbak Anty dalam sebulan sekali minimal. Dan perihal keyakinan ini kami memilik waktu sampai satu tahun dari sekarang apakah bisa berteguh dalam satu keyakinan atau harus pada jalannya masing – masing bahkan kemungkinan terburuk kami harus berpisah karena tidak baik juga bila terlalu lama kami terus menerus melakukan hubungan pergumulan ini.

Karena senin aku sudah ada janji dengan pihak customer yang ingin melihat sudah sejauh mana projek pekerjaan yang diserahkan kepada perusahaanku, mau tidak mau aku pamit kepada Ibu dari mbak Anty beserta keluarga pagi hari minggu pagi agar aku tidak terlalu di forsir kalau kembali sore hari. Minggu malam aku sudah kembali ke kontrakanku, ah sepi juga tanpa tetangga sepertinya aku pun harus pindah juga dan kembali ke Bogor dimana rumahku sudah selesai di renovasi. Terimakasih banyak kontrakan yang sudah memberikan kenangan yang manis untuk saat ini, begitu gumamku saat itu.

Seminggu setelah kunjunganku ke rumah mbak Anty kami masih intens berhubungan baik dengan telepon atau videocall dan saat itu aku sudah bilang ke mbak Anty kalau aku minggu itu kembali ke rumahku dan meninggalkan semua kenangan di kontrakan itu. Mbak Anty pun tertawa terpingkal – pingkal saat aku ceritakan aku pamitan ke si empunya kontrakan, beliau merasa heran kok tetiba dua penghuni kontrakannya pergi dalam waktu yang berdekatan. Dan beliau malah menduga kami berdua memang sengaja telah menyusun waktu yang sedemikian.

Suatu malam tiba – tiba aku mendapatkan pesan dari bang Romli, kaget juga aku ada apa gerangan bang Romli mengirimkanku pesan.

Knock.Knock.Knock.

Bang Romli : “Dy, apa kabar lu?”​
Randy : “eh bang Romli, baik bang. Lu sendiri?”​
Bang Romli : “sama baik juga.​
Randy : “ada apa bang?”​
Bang Romli : “ini Dy gue mau minta maaf sebelumnya, bulan ini gue belum bisa ganti duit elu. Gue ada kebutuhan yang lain Dy. Maaf ye?”​
Randy : “eh iya bang selow aja”​
Bang Romli : “oh iya, lu udah pindah ya?”​
Randy : “iya bang gue udah balik ke rumah gue di Bogor, mainlah bang?”​
Bang Romli : “wah gila udah punya rumah lu, boleh dah kapan – kapan gue main”​
Randy : “Amin bang, masih nyicil ini juga. Siap di tunggu, btw kok lu tau gue pindah?”​
Bang Romli : “gpp Dy yang penting punya sendiri. Pas kemarin gue lewat mampir mau ambil barang – barang gue tanya Pak Haji katanya lu udah pindah”​
Randy : “oh iya bang, maaf gue lupa pamitan ama elu”​
Bang Romli : “gpp Dy, santai aja. Eh udah dulu ya Dy, gue mau nganterin bini gue kontrol”​
Randy : “sip bang. Salam buat bini lu”​
Bang Romli : “siap makasih Dy”​

Minggu kedua mbak Anty mulai kerja di pabrik sepatu di daerah Salatiga ternyata, awalnya aku kira di daerah Boyolali karena seingatku Boyolali tidak ada pabrik sepatu melainkan garment. Aku pun tahu lokasi pabriknya lumayan jauh setengah jam lebih perjalanan dari rumah mbak Anty dan intensitas kami berhubungan baik melalui pesan atau videocall jadi sangat sedikit per harinya. Aku pun memahaminya karena mbak Anty pasti sangat capai sekali baik dalam bekerja maupun laju sehari – hari.

Bulan berganti akupun masih dengan setiap mengunjungi mbak Anty hingga tiga bulan tak terasa mbak Anty sudah bekerja di perusahaan tersebut yang artinya hubungan kami kurang lebih sama dengan lamanya mbak Anty telah bekerja. Setiap kali aku mengunjunginya di Boyolali pasti tidak lupa mbak Anty minta jatah untuk disetubuhi, akupun tidur sudah jadi satu dengan mbak Anty dan anaknya dalam satu kamar setiap kali berkunjung. Dan Ibu serta adik dari mbak Anty tidak menunjukan sikap risih atau keberatan perihal tersebut.

Ibu mbak Anty dan adiknya selama aku berulang kali kesana lebih selalu menunjukan keramahan dan sikap welcome dalam menyambutku, itulah hal yang membuatku semakin nyaman dan semakin mantap dalam menentukan arah kedepanku bersama mbak Anty dan buah hatinya. Rasanya ingin cepat – cepat aku bawa orang tuaku untuk melamar mbak Anty, aku yakin mbak Anty juga merasakan hal yang sama denganku terlebih di kampung mbak Anty aku sudah di anggap calonnya mbak Anty oleh tetangga – tetangganya. Dan keluarga mbak Anty agak bangga denganku dengan latar belakang, pekerjaan dan sikapku yang sekiranya dapat mengayomi mbak Anty serta membantu dan menopang perekonomian mereka di kemudian hari.

Bulan ke empat rupanya banyak sekali pekerjaanku yang tidak bisa aku tinggalkan dan hal tersebut ternyata seiring juga oleh pekerjaan mbak Anty yang mengharuskannya memiliki waktu kerja yang panjang juga. Bila kemarin ada orang lain yang menjadi tembok bagi kami, sekarang jarak yang menjadi jurang pemisah antara aku dan mbak Anty. Memang intensitas kami dalam berhubungan baik melalui pesan maupun videocall agak berkurang terkadang hanya sekedar satu dua pesan per hari sebagai penyemangat akan tujuan kami berdua kelak. Ah indah rasanya layaknya aku kembali menjadi ABG yang memulai pacaran layaknya ABG. Nyatanya bulan ke empat aku tidak bisa berkunjung aku harap bulan ke lima bisa berkunjung. Ah sial bulan ke lima lupa bahwasannya sudah mau memasuki bulan Puasa, alamak kering kembali keris ini toh aku kesana pun tak bisa kelon. Hehehe.

Bulan ke lima pun tak bisa berkirim foto maupun videocall yang aneh – aneh serta menjurus kearah mesum. Sering kali malah aku videocall dengan anaknya mbak Anty yang mulai bawel bercerita ini itu kepadaku, aku senang bahwasannya anak mbak Anty tidak segan dan canggung bermanja denganku. Suatu malam pada bulan ke lima aku mendapat pesan dari mbak Anty.

Knock.Knock.Knock

Mbak Anty : “mas aku boleh telepon ndak?” isi pesan mbak Anty kepadaku.​
Randy : “boleh banget mbak, ada apa toh? Kangen ya? Kok telepon bukan videocall? Hehehe” tanyaku.​

Tak lama berselang telepon gengamku berbunyi.

Mbak Anty : “hallo mas” jawabnya.​
Randy : “hallo sayang”​
Mbak Anty : “ihh, sayang – sayang”​
Randy : “loh kenapa toh mbak?” tanyaku aneh.​
Mbak Anty : “aku mau tanya ih mas”​
Randy : “ihh tadi aku nanya juga ndak kamu jawab loh mbak”​
Mbak Anty : “hehehe, yang mana toh mas. Lali (lupa) aku”​
Randy : “ihh mboh ahh” (ihh tahu ahh)​
Mbak Anty : “wkwkwk, nesu ikk?” (wkwkwk, marah nih?)​
Randy : “horraaa yoo, ono opo toh mbak?” (tidak ya, ada apa toh mbak?)​
Mbak Anty : “kangen aku mas, kamu Lebaran kesini endak eh?” rengutnya manja.​
Randy : “inginya kesana mbak, kamu liburnya berapa lama?”​
Mbak Anty : “kesini dong harus wekss, seminggu tok eh mas. Kamu endak libur apa?”​
Randy : “duh liburnya juga cuma seminggu aku, tak usahain kesana kok. Kalau semisal gakbisa paling habis Lebaran aku kesana cuti semingguan. Capek banget kalau sendirian nyetir”​
Mbak Anty : “huuu, apa aku yang kesana nih?”​
Randy : “boleh tuh mbak ide bagus, hihihi”​
Mbak Anty : “maunya kamu itu mas”​
Randy : “mau dong, sini kerumah kita”​
Mbak Anty : “kita?” tanyanya bingung.​
Randy : “iya ke rumahku di Bogor, kan kamu belum lihat dan main”​
Mbak Anty : “eh iya aku belum kesana loh, tetangganya cantik – cantik ya disana makanya kamu betah gak nengokin aku disini” candanya.​
Randy : “wkwkwkwk, endak tahu tetangganya aku aja jarang balik ke Bogor. Seringnya nginep di kantor lagi banyak kerjaan banget ini”​
Mbak Anty : “yowes mas, besok sambung lagi. Aku mau bobo takut kesiangan besok sahurnya” pamit mbak Anty.​
Randy : “melu (ikut) bobo dong mbak”​
Mbak Anty : “hush, lagi Puasa ini. Wkwkwk”​
Randy : “loh emang malam Puasa juga”​
Mbak Anty : “wkwkwk, ya endaklah maksudnya lagi bulan Puasa mas. Besok saja kalau habis Lebaran baru tak kelonin”​
Randy : “siapp, malam sayang. Muaahhh muaaahhhh”​
Mbak Anty : “ihh genit cium – cium. Hehehe”​
Randy : “kan cium bohongan tok”​
Mbak Anty : “yowes mengko (nanti) gak selesai – selesai”​
Randy : “iya dah sayang”​
Mbak Anty : “dahh sayang”​

Berhubung bulan puasa kami tidak ada adegan tidak senonoh seperti bulan – bulan sebelumnya. Selain jarak yang menjadi jurang pemisah ada satu pemisah lagi yang bernama waktu. Ya waktu menjadi pelengkap selain jarak, semoga waktu adalah jawaban terbaik dari semua perjalan yang aku dan mbak Anty lalui saat ini. Aku pun tidak bisa mengira – ngira waktu yang akan datang. Karena sesuatu yang diawali dengan indah bisa berakhir dengan buruk, dan sesuatu yang diawali dengan buruk juga dapat berakhir dengan indah. Semoga saja ceritaku dengan mbak Anty akan seperti itu, karena awal hubungan kami terjalin dimulai dengan kondisi atau keadaan yang tidak bisa dibilang baik ataupun indah. Ditengah pertempuran pelbagai rasa dari hari kehari akupun makin sangat memantapkan diri untuk memilih mbak Anty sebagai tujuan akhir.

Musim liburan Lebaran akan tiba namun aku masih saja bergelut dengan pekerjaan, ah benar saja aku tidak bisa mengunjungi mbak Anty di Boyolali sana pada musim libur Lebaran kali ini karena ada projek besar di sebuah pusat perbelanjaan yang mengharuskan projek ini rampung sehabis Lebaran. Aku pun dengan segera mengabari mbak Anty perihal berita yang kurang baik ini, nampak ada nada kecewa dari mbak Anty. Setelah dipastikan aku tak dapat mengunjungi mbak Anty, langsung aku mengajukan cuti kepada atasanku dua minggu sehabis Lebaran.

Dan aku diperbolehkan cuti lima hari saja ditambah Sabtu Minggu libur jadi total aku dapat tujuh hari. Lumayan pikirku daripada tidak sama sekali, tapi aku punya sebuah kejutan untuk mbak Anty. aku tidak akan memberitahu kedatanganku kepadanya ataupun keluarganya toh aku pikir mereka sudah menganggapku seperti keluarga sendiri kalau memang tidak bisa menginap disana aku bisa tinggal di hotel. Sengaja aku pilih hari cuti dari hari Sabtu, dan hari Jumat sebelum tengah malam aku mulai jalan dari Bogor dengan estimasi aku tiba di Salatiga sekitar Sabtu jam dua siang. Pas dengan mbak Anty pulang kerja, jadi aku bisa jemput di pabrik mbak Anty. Setelah packing dan membawa beberapa oleh – oleh untuk keluarga dan anak mbak Anty aku meluncurkan mobilku kearah tol Cikampek, rupanya jam segini tol Jakarta – Cikampek tidak terlalu macet juga ya. Karena aku cuma driver engkel (seorang diri) jadinya aku tidak terlalu forsir tenaga sekuatnya saja toh santai ini aku. Sepanjang jalan tol aku putar berulang kali lagu dari salah satu penyanyi yang sedang di gandrungi ABG jaman kini sembari memegang kemudi aku menyanyi diiringi lirik ini, maklum diriku sedang dilanda badai asmara. Hihihi.

~ Start countin' all the days
Forever I will stay with you
With you one only you
Go far and roam about
Comeback and callin' out to me
To me one only me

Oo, I'm in love
What did I do to deserve you
You tell me what did I do
To be with you, love
To be the one you runnin' into
When the days do come through ~​


BERSAMBUNG >>
 
Terakhir diubah:
Perjalanan menghapus luka.


Malam minggu sehabis pergumulan aku dan mbak Anty, kami berbincang – bincang mengenai arah yang lebih tertata serta tertuju pada titik ujung. Dari beberapa aspek dan segi kami saling membicarakan dan kejujuran satu sama lain, aku pun memiliki janji akan mengunjungi mbak Anty dalam sebulan sekali minimal. Dan perihal keyakinan ini kami memilik waktu sampai satu tahun dari sekarang apakah bisa berteguh dalam satu keyakinan atau harus pada jalannya masing – masing bahkan kemungkinan terburuk kami harus berpisah karena tidak baik juga bila terlalu lama kami terus menerus melakukan hubungan pergumulan ini.

Karena senin aku sudah ada janji dengan pihak customer yang ingin melihat sudah sejauh mana projek pekerjaan yang diserahkan kepada perusahaanku, mau tidak mau aku pamit kepada Ibu dari mbak Anty beserta keluarga pagi hari minggu pagi agar aku tidak terlalu di forsir kalau kembali sore hari. Minggu malam aku sudah kembali ke kontrakanku, ah sepi juga tanpa tetangga sepertinya aku pun harus pindah juga dan kembali ke Bogor dimana rumahku sudah selesai di renovasi. Terimakasih banyak kontrakan yang sudah memberikan kenangan yang manis untuk saat ini, begitu gumamku saat itu.

Seminggu setelah kunjunganku ke rumah mbak Anty kami masih intens berhubungan baik dengan telepon atau videocall dan saat itu aku sudah bilang ke mbak Anty kalau aku minggu itu kembali ke rumahku dan meninggalkan semua kenangan di kontrakan itu. Mbak Anty pun tertawa terpingkal – pingkal saat aku ceritakan aku pamitan ke si empunya kontrakan, beliau merasa heran kok tetiba dua penghuni kontrakannya pergi dalam waktu yang berdekatan. Dan beliau malah menduga kami berdua memang sengaja telah menyusun waktu yang sedemikian.

Suatu malam tiba – tiba aku mendapatkan pesan dari bang Romli, kaget juga aku ada apa gerangan bang Romli mengirimkanku pesan.

Knock.Knock.Knock.

Bang Romli : “Dy, apa kabar lu?”​
Randy : “eh bang Romli, baik bang. Lu sendiri?”​
Bang Romli : “sama baik juga.​
Randy : “ada apa bang?”​
Bang Romli : “ini Dy gue mau minta maaf sebelumnya, bulan ini gue belum bisa ganti duit elu. Gue ada kebutuhan yang lain Dy. Maaf ye?”​
Randy : “eh iya bang selow aja”​
Bang Romli : “oh iya, lu udah pindah ya?”​
Randy : “iya bang gue udah balik ke rumah gue di Bogor, mainlah bang?”​
Bang Romli : “wah gila udah punya rumah lu, boleh dah kapan – kapan gue main”​
Randy : “Amin bang, masih nyicil ini juga. Siap di tunggu, btw kok lu tau gue pindah?”​
Bang Romli : “gpp Dy yang penting punya sendiri. Pas kemarin gue lewat mampir mau ambil barang – barang gue tanya Pak Haji katanya lu udah pindah”​
Randy : “oh iya bang, maaf gue lupa pamitan ama elu”​
Bang Romli : “gpp Dy, santai aja. Eh udah dulu ya Dy, gue mau nganterin bini gue kontrol”​
Randy : “sip bang. Salam buat bini lu”​
Bang Romli : “siap makasih Dy”​

Minggu kedua mbak Anty mulai kerja di pabrik sepatu di daerah Salatiga ternyata, awalnya aku kira di daerah Boyolali karena seingatku Boyolali tidak ada pabrik sepatu melainkan garment. Aku pun tahu lokasi pabriknya lumayan jauh setengah jam lebih perjalanan dari rumah mbak Anty dan intensitas kami berhubungan baik melalui pesan atau videocall jadi sangat sedikit per harinya. Aku pun memahaminya karena mbak Anty pasti sangat capai sekali baik dalam bekerja maupun laju sehari – hari.

Bulan berganti akupun masih dengan setiap mengunjungi mbak Anty hingga tiga bulan tak terasa mbak Anty sudah bekerja di perusahaan tersebut yang artinya hubungan kami kurang lebih sama dengan lamanya mbak Anty telah bekerja. Setiap kali aku mengunjunginya di Boyolali pasti tidak lupa mbak Anty minta jatah untuk disetubuhi, akupun tidur sudah jadi satu dengan mbak Anty dan anaknya dalam satu kamar setiap kali berkunjung. Dan Ibu serta adik dari mbak Anty tidak menunjukan sikap risih atau keberatan perihal tersebut.

Ibu mbak Anty dan adiknya selama aku berulang kali kesana lebih selalu menunjukan keramahan dan sikap welcome dalam menyambutku, itulah hal yang membuatku semakin nyaman dan semakin mantap dalam menentukan arah kedepanku bersama mbak Anty dan buah hatinya. Rasanya ingin cepat – cepat aku bawa orang tuaku untuk melamar mbak Anty, aku yakin mbak Anty juga merasakan hal yang sama denganku terlebih di kampung mbak Anty aku sudah di anggap calonnya mbak Anty oleh tetangga – tetangganya. Dan keluarga mbak Anty agak bangga denganku dengan latar belakang, pekerjaan dan sikapku yang sekiranya dapat mengayomi mbak Anty serta membantu dan menopang perekonomian mereka di kemudian hari.

Bulan ke empat rupanya banyak sekali pekerjaanku yang tidak bisa aku tinggalkan dan hal tersebut ternyata seiring juga oleh pekerjaan mbak Anty yang mengharuskannya memiliki waktu kerja yang panjang juga. Bila kemarin ada orang lain yang menjadi tembok bagi kami, sekarang jarak yang menjadi jurang pemisah antara aku dan mbak Anty. Memang intensitas kami dalam berhubungan baik melalui pesan maupun videocall agak berkurang terkadang hanya sekedar satu dua pesan per hari sebagai penyemangat akan tujuan kami berdua kelak. Ah indah rasanya layaknya aku kembali menjadi ABG yang memulai pacaran layaknya ABG. Nyatanya bulan ke empat aku tidak bisa berkunjung aku harap bulan ke lima bisa berkunjung. Ah sial bulan ke lima lupa bahwasannya sudah mau memasuki bulan Puasa, alamak kering kembali keris ini toh aku kesana pun tak bisa kelon. Hehehe.

Bulan ke lima pun tak bisa berkirim foto maupun videocall yang aneh – aneh serta menjurus kearah mesum. Sering kali malah aku videocall dengan anaknya mbak Anty yang mulai bawel bercerita ini itu kepadaku, aku senang bahwasannya anak mbak Anty tidak segan dan canggung bermanja denganku. Suatu malam pada bulan ke lima aku mendapat pesan dari mbak Anty.

Knock.Knock.Knock

Mbak Anty : “mas aku boleh telepon ndak?” isi pesan mbak Anty kepadaku.​
Randy : “boleh banget mbak, ada apa toh? Kangen ya? Kok telepon bukan videocall? Hehehe” tanyaku.​

Tak lama berselang telepon gengamku berbunyi.

Mbak Anty : “hallo mas” jawabnya.​
Randy : “hallo sayang”​
Mbak Anty : “ihh, sayang – sayang”​
Randy : “loh kenapa toh mbak?” tanyaku aneh.​
Mbak Anty : “aku mau tanya ih mas”​
Randy : “ihh tadi aku nanya juga ndak kamu jawab loh mbak”​
Mbak Anty : “hehehe, yang mana toh mas. Lali (lupa) aku”​
Randy : “ihh mboh ahh” (ihh tahu ahh)​
Mbak Anty : “wkwkwk, nesu ikk?” (wkwkwk, marah nih?)​
Randy : “horraaa yoo, ono opo toh mbak?” (tidak ya, ada apa toh mbak?)​
Mbak Anty : “kangen aku mas, kamu Lebaran kesini endak eh?” rengutnya manja.​
Randy : “inginya kesana mbak, kamu liburnya berapa lama?”​
Mbak Anty : “kesini dong harus wekss, seminggu tok eh mas. Kamu endak libur apa?”​
Randy : “duh liburnya juga cuma seminggu aku, tak usahain kesana kok. Kalau semisal gakbisa paling habis Lebaran aku kesana cuti semingguan. Capek banget kalau sendirian nyetir”​
Mbak Anty : “huuu, apa aku yang kesana nih?”​
Randy : “boleh tuh mbak ide bagus, hihihi”​
Mbak Anty : “maunya kamu itu mas”​
Randy : “mau dong, sini kerumah kita”​
Mbak Anty : “kita?” tanyanya bingung.​
Randy : “iya ke rumahku di Bogor, kan kamu belum lihat dan main”​
Mbak Anty : “eh iya aku belum kesana loh, tetangganya cantik – cantik ya disana makanya kamu betah gak nengokin aku disini” candanya.​
Randy : “wkwkwkwk, endak tahu tetangganya aku aja jarang balik ke Bogor. Seringnya nginep di kantor lagi banyak kerjaan banget ini”​
Mbak Anty : “yowes mas, besok sambung lagi. Aku mau bobo takut kesiangan besok sahurnya” pamit mbak Anty.​
Randy : “melu (ikut) bobo dong mbak”​
Mbak Anty : “hush, lagi Puasa ini. Wkwkwk”​
Randy : “loh emang malam Puasa juga”​
Mbak Anty : “wkwkwk, ya endaklah maksudnya lagi bulan Puasa mas. Besok saja kalau habis Lebaran baru tak kelonin”​
Randy : “siapp, malam sayang. Muaahhh muaaahhhh”​
Mbak Anty : “ihh genit cium – cium. Hehehe”​
Randy : “kan cium bohongan tok”​
Mbak Anty : “yowes mengko (nanti) gak selesai – selesai”​
Randy : “iya dah sayang”​
Mbak Anty : “dahh sayang”​

Berhubung bulan puasa kami tidak ada adegan tidak senonoh seperti bulan – bulan sebelumnya. Selain jarak yang menjadi jurang pemisah ada satu pemisah lagi yang bernama waktu. Ya waktu menjadi pelengkap selain jarak, semoga waktu adalah jawaban terbaik dari semua perjalan yang aku dan mbak Anty lalui saat ini. Aku pun tidak bisa mengira – ngira waktu yang akan datang. Karena sesuatu yang diawali dengan indah bisa berakhir dengan buruk, dan sesuatu yang diawali dengan buruk juga dapat berakhir dengan indah. Semoga saja ceritaku dengan mbak Anty akan seperti itu, karena awal hubungan kami terjalin dimulai dengan kondisi atau keadaan yang tidak bisa dibilang baik ataupun indah. Ditengah pertempuran pelbagai rasa dari hari kehari akupun makin sangat memantapkan diri untuk memilih mbak Anty sebagai tujuan akhir.

Musim liburan Lebaran akan tiba namun aku masih saja bergelut dengan pekerjaan, ah benar saja aku tidak bisa mengunjungi mbak Anty di Boyolali sana pada musim libur Lebaran kali ini karena ada projek besar di sebuah pusat perbelanjaan yang mengharuskan projek ini rampung sehabis Lebaran. Aku pun dengan segera mengabari mbak Anty perihal berita yang kurang baik ini, nampak ada nada kecewa dari mbak Anty. Setelah dipastikan aku tak dapat mengunjungi mbak Anty, langsung aku mengajukan cuti kepada atasanku dua minggu sehabis Lebaran.

Dan aku diperbolehkan cuti lima hari saja ditambah Sabtu Minggu libur jadi total aku dapat tujuh hari. Lumayan pikirku daripada tidak sama sekali, tapi aku punya sebuah kejutan untuk mbak Anty. aku tidak akan memberitahu kedatanganku kepadanya ataupun keluarganya toh aku pikir mereka sudah menganggapku seperti keluarga sendiri kalau memang tidak bisa menginap disana aku bisa tinggal di hotel. Sengaja aku pilih hari cuti dari hari Sabtu, dan hari Jumat sebelum tengah malam aku mulai jalan dari Bogor dengan estimasi aku tiba di Salatiga sekitar Sabtu jam dua siang. Pas dengan mbak Anty pulang kerja, jadi aku bisa jemput di pabrik mbak Anty. Setelah packing dan membawa beberapa oleh – oleh untuk keluarga dan anak mbak Anty aku meluncurkan mobilku kearah tol Cikampek, rupanya jam segini tol Jakarta – Cikampek tidak terlalu macet juga ya. Karena aku cuma driver engkel (seorang diri) jadinya aku tidak terlalu forsir tenaga sekuatnya saja toh santai ini aku. Sepanjang jalan tol aku putar berulang kali lagu dari salah satu penyanyi yang sedang di gandrungi ABG jaman kini sembari memegang kemudi aku menyanyi diiringi lirik ini, maklum diriku sedang dilanda badai asmara. Hihihi.

~ Start countin' all the days
Forever I will stay with you
With you one only you
Go far and roam about
Comeback and callin' out to me
To me one only me

Oo, I'm in love
What did I do to deserve you
You tell me what did I do
To be with you, love
To be the one you runnin' into
When the days do come through ~​



Sub judul ini belum selesai akan di lanjut esok hari
Atau aku tambahkan satu sub judul saja ya?

:ampun: :ampun: :ampun:
baacaa dulu aahh
 
Mbak Anty ancur berantaksn, awur2an, g bebentuk, hu....
Ancur2an lah, pokoknya...

Asli, untung aja bkan ane yg jd Suhu....
Kl ane..., asli bkal lngsung ane hancurkan, setiap lobang yg ada d bdnnya....

Menang bnyak bnget ente, hu...

:beer:
 
Lanjut update dong
siapp hu

Digabung aja hu. Agar bisa singkron dan alur maju mundurnya pas
pengennya hu, cuma klo gak update2 nanti di gembok sama momod lagi
paling akan di beri label tamat nanti klo sudah ada waktu akan nubih update

gas pol mba anty
hajar huuu

Kira in ada anpau update
wkwkwkw angpau cendol ae gimana hu??
wkwkwkw

ijin jejak om
ninggal jejak dl
monggo hu

Malam ini..malam ini adalah...hehehe
wah kelewat tengah malam hu
maafkeun :ampun: :ampun:

akuu pada mu lah
siap huu
 
Mbak Anty ancur berantaksn, awur2an, g bebentuk, hu....
Ancur2an lah, pokoknya...

Asli, untung aja bkan ane yg jd Suhu....
Kl ane..., asli bkal lngsung ane hancurkan, setiap lobang yg ada d bdnnya....

Menang bnyak bnget ente, hu...

:beer:
waduhh wkwkwkwk
beringas bener suhu enihh
wkwkwkw

:haha::haha::haha:

Lanjutkan suhu jangan kasi kendor
siap huuu

Terserah suhu aja...yang penting ceritanya lanjut jangan macet....:semangat:
di usahakan tamat hu
besok jadwal RL juga padet lagi
:galau::galau::galau:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd