Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MATA LANGIT

BAB 24
Energi Sejati



Di Kota Sedayu

Seorang wanita paruh baya yang anggun sedang menonton sebuah berita dengan antusias.
Sekilas stasiun tersebut melaporkan berita kebakaran yang terjadi di Corporation Arwana Group yang menewaskan massal penghuninya.

Orang ini tak lain adalah Rihana, istri sah pertama Arwana dari kelima istrinya. Ia selamat dari pembantaian, karena sejak lima tahun yang lalu telah pergi dari keluarga tersebut, ia kalah saing dengan para istri mudanya.

"Syukurlah wanita-wanita penjilat itu tewas, gara-gara mereka aku di usir dari keluarga. Karena hasutan mereka jugalah, karakter kedua anak kandungku (Arwana Jr dan Airin) berubah menjadi manusia berhati iblis."

Sonya anak pungutnya, meski anak pungut hanya dia seorang yang masih mau mengakuinya sebagai ibu, bahkan sampai saat ini pun masih saling berkomunikasi. Di waktu sibuk Sonya bertugas pun, masih bisa menyempatkan diri bertemu dengannya.

Seorang kameramen sedang menyorot para petugas medis yang sedang mengangkut puluhan jenazah yang terlihat gosong.

"Sampai berita ini diturunkan, polisi belum menemukan motif dibalik kebakaran yang terjadi." Ucap seorang reporter TV melaporkan dari lokasi kejadian.

------------------------------

Di Kediaman Kanaya

"Maaf ya Zee, sudah membuatmu menunggu lama" Kanaya mengungkapkan permintaan maafnya.

Malam ini adalah perayaan ulang tahun kakeknya yang berusia tujuh puluh lima tahun. Kanaya mengundang Zee karena keinginan dari kakeknya itu.

Sekaligus sebagai ucapan terima kasih darinya, karena bantuan Zee lah, Kanaya bisa membawa patung giok yang telah dibelinya dengan selamat hingga bisa dihadiahkan pada kakeknya.

Saat Kanaya menceritakan pada kakeknya saat itu, kakeknya merasa tertarik dan ingin dipertemukan dengan pria yang diceritakan oleh cucunya tersebut.

"Malam ini keluarga Simbolo mengadakan perjamuan untuk merayakan ulang tahun kakekku".

"Aku akan mengajakmu bergabung dalam perjamuan malam ini, sekaligus kakek ku ingin berkenalan dan berterima kasih secara langsung."

"Ayo ikut denganku" Kanaya berinisiatif menggandeng Zee.

Bisa mendapatkan undangan dari keluarga Simbolo merupakan sebuah kehormatan besar untuk kebanyakan orang.

"Tidak perlu!" Zee menepis secara halus sebelum Kanaya menggandeng nya.

"Aku pikir kau mengundangku untuk melunasi hutang piutang. Ingat, kau masih kurang tiga miliar padaku!" Zee mengangkat tiga jari di depan wajah Kanaya.

Begitu mendengarnya, Kanaya seketika menggigit bibir bawahnya.

"Tidak bisakah kau mengesampingkan dulu soal hutang?" kesal Kanaya dalam hatinya.

"Baik!! Aku akan membayar sisanya sekarang juga!" Kanaya segera mentransfer sisa hutang melalui handphone miliknya.

TING!! Denting notif terdengar dari handphone Zee, memberitahukan uangnya telah masuk.

"Baiklah kalau begitu, karena tujuanku sudah terpenuhi, maka aku akan pergi sekarang. Terima kasih" pamit Zee.

Karena terlanjur kesal, Kanaya melupakan rencana awalnya. Ia merasa gengsi sebagai anak keluarga terpandang tidak semestinya harus mengemis, apalagi dengan pria yang baru dikenalnya.

"Ya sudah! Pergi ya pergi saja, Huh…!!" balas Kanaya, sebelum Zee pergi, Kanaya lebih dulu meninggalkannya.

PLUK

"Hei… kau menjatuhkan sesuatu!" teriak Zee lalu memungut sebuah kartu nama.

"PT Bintang Herbalis, Supplier bahan baku obat tradisional dan Modern. Kanaya Simbolo jabatan Manager." Zee membaca tulisan yang tertera di kartu nama tersebut dan merasa tertarik.

Tiba-tiba terdengar keriuhan.

"Astaga! Lihat itu siapa yang datang!" seru seorang tamu undangan.

"Dia adalah ayah keluarga Simbolo. Tuan Putin!" sahut undangan tamu lain.

"Iya, itu Tuan Putin!" Dibenarkan oleh tamu yang lain.

"Putin?" Zee mendongak.

Seorang lelaki tua berambut putih dan masih terlihat sisa-sisa kegagahannya di massa lalu, terlihat membelah barisan para tamu undangan dengan dua pengawal di belakangnya.

"Loh kamu mau kemana? Perjamuannya kan diatas!" tegur Putin menghentikan langkah Kanaya.

"Dan dimana teman mu itu, apakah dia sudah datang?" tanya Putin.

Kanaya melirik ke arah Zee yang tak jauh darinya, ia berpikir alangkah kecewa kakeknya jika tidak bertemu, apalagi Kanaya sudah berjanji padanya.

"Huuuff…" Kanaya menghempaskan nafasnya sembari membuang egonya.

"Dia sudah datang kok, Kek." Kanaya menggandeng kakeknya, keduanya mendekat ke arah Zee.

"Jadi kamu nak, yang bernama, Zee?" ucap Tuan Putin.

"Melihatmu… seperti aku melihat diriku di massa muda. Tampan dan Gagah, Hahaha…" kelakar Tuan Putin hingga terlihat deretan giginya yang putih dan rapih.

"Terima kasih sudah menyelamatkan cucuku hari itu!".

Ucapan itu seketika membuat para tamu undangan bertanya-tanya tentang sosok Zee yang baru dilihatnya.

Tuan Putin merupakan mantan walikota Berastagi, sebelum akhirnya beliau pensiun. Selama pemerintahannya, beliau dijuluki sebagai Putin Makmuran, karena rakyatnya merasakan kemakmuran dari pemerintahannya.

Setelah pensiun, beliau terjun kedalam dunia bisnis. PT Bintang Herbalis salah satu bisnis yang dikelolanya, yang sekarang dipercayakan pada cucu perempuannya, Kanaya.

Tuan Putin mengambil segelas wine dari nampan seorang pelayan dan mengacungkannya kepada para tamu undangan.

"Selamat datang di perjamuan malam ini, silahkan menikmati!" Tuan Putin lalu menenggak habis minumannya, yang langsung diikuti oleh para tamu undangan.

"Sebagai rasa terima kasihku, aku akan mengajakmu makan di meja yang sama denganku, nak!"

Zee menghiraukan apa yang dikatakan kakeknya Kanaya, karena sejak awal Zee sedang serius memperhatikan Tuan Putin.

Kanaya mengerutkan keningnya, melihat reaksi bahasa tubuh Zee yang menggelengkan kepala.

"Zee menolak undangan kakek?" batin Kanaya.

Sebenarnya bukan itu maksud Zee menggelengkan kepala, Zee melihat bahwa Tuan Putin dalam masalah besar perihal kesehatannya. Dibalik kondisinya yang terlihat sehat, sejatinya Tuan Putin sangatlah rapuh.

Kerapuhannya sudah berada di ujung kematiannya, itu akibat dari Energi Hitam yang sudah menyusup kedalam tubuh Tuan Putin. Setelah patung giok pemberian Kanaya telah dijadikan bandul kalung oleh Tuan Putin sendiri.

Zee memprediksi bahwa hidup Tuan Putin hanya bisa bertahan dua hari lagi. Itu sebabnya Zee menggelengkan kepalanya tadi.

Tuan Putin juga melihat Zee menggelengkan kepalanya tadi, beliau mengira bahwa Zee terlalu segan pada dirinya.

"Nak… jangan terlalu sungkan! Mari kita ke atas!" ajak Tuan Putin.

"Maaf Tuan Putin. Aku tidak terbiasa makan bersama dengan orang yang akan meninggal!".

Setelah Zee mengatakan itu, suasana di aula seketika berubah menjadi hening.

"Orang yang akan meninggal?" Tuan Putin mengulangnya dalam hati.

Setelah paham, raut wajah Tuan Putin menjadi sangat muram.

"Ucapanmu ditunjukkan untukku, nak?"

Zee tidak menjawab, berarti kata-katanya benar. Tuan Putin tak banyak bicara lagi, beliau langsung melengos pergi. Penilaian baik terhadap Zee sebelumnya, menjadi buruk seketika.

"Bocah tengik!! Memangnya kau siapa? Berani sekali berkata begitu pada Tuan Putin, Hah!!" Reaksi satu dari dua pengawal Tuan Putin.

"Kamu memang cari mati, bocah!!" timpal satu pengawalnya lagi yang tersulut emosi.

Ingin rasanya dua pengawal pribadi itu mencincang Zee menjadi bubur, demi menghindari keributan di acara perjamuan malam ini, kedua pengawal itu lebih memilih mengejar Tuan Putin ke lantai atas.

Keluarga Simbolo yang lain begitu marah, menunjuk dan mengumpat ke arah Zee bersamaan. Setelah itu satu persatu Keluarga Simbolo menyusul Tuan Putin naik ke lantai atas.

"Kakek… tunggu! Kamu… kamu sangat keterlaluan, Zee!!" Kanaya tidak menyangka, keadaannya akan berubah menjadi seperti ini.

Sebenarnya, Kanaya sangat ingin tahu alasan Zee berkata seperti itu. Namun karena melihat kakeknya yang sudah marah besar, jadi ia terpaksa mengejarnya dan berencana menghibur dan menjelaskannya.

Begitu anggota keluarga Simbolo pergi, aula seketika menjadi heboh.

"Orang ini cari mati!" pekik tamu undangan.

"Dia tidak gila, kan? Lancang sekali berkata seperti itu di hari ulang tahun Tuan Putin!"

"Kalau Tuan Putin mau, anak itu pasti sudah mati oleh pengawal pribadinya."

"Aku hanya berkata terus terang saja!" kilah Zee dalam hatinya.

Saat Zee akan pergi, ia dihadang oleh dua orang polisi yang sudah sedari tadi mengintainya.

"Kamu adalah Zee, bukan? Mari ikut kami ke kantor polisi untuk melakukan penyelidikan.

Satu anggota lainnya mengabari atasan mereka, "Tikus sudah ditangkap, Dan!".

"Bagus!! Bawa kemari dan aku sendiri yang akan mengintrogasinya!" saat Sonya menerima telepon.

Zee malas melakukan perlawanan, jadi membiarkan dirinya di borgol dan digiring masuk ke mobil patroli. Dan segera dibawa ke kantor polisi.

"Huh! Berani sekali kamu menjadi dalang pembunuhan keluarga arwana, kamu akan membusuk di penjara!".

Zee hanya duduk terpejam tak menganggap sama sekali perkataan polisi tersebut. Hingga kedua polisi itu tiba di kantornya dan langsung menjebloskan Zee kedalam sel tahanan khusus.

Zee merasakan pengap dalam sel tersebut, hampir tak ada ventilasi udara sama sekali. Sepertinya sel ini diperuntukan untuk para tahanan agar mentalnya jatuh. Sehingga polisi lebih mudah mengorek informasi lebih dalam. Tapi bukankah itu akan membunuhnya secara perlahan?

Meski demikian, itu tidak berlaku bagi Zee. Jika mau, ia bisa saja meloloskan diri dengan menghancurkan tembok sel itu dengan sekali pukulan. Zee hanya ingin tahu, siapa orang yang berani mengintrogasinya. Itu saja.

DRAP DRAP DRAP DRAP suara langkah kaki semakin jelas terdengar menuju tahanan sel yang dihuni Zee.

"Wanita itu…" Zee melongo saat melihat dengan mata langitnya, bahwa yang datang padanya itu adalah seorang wanita. Meski orangnya belum mendekat.

"Hmm… Menarik!" batin Zee mengatakan.

"Buka pintunya!" perintah Sonya pada bawahannya.

"Kalian pergilah, biarkan aku sendiri yang menangani masalah ini" Sonya mengatakan itu.

Tapi langsung ditentang oleh bawahannya, "Maaf Dan! Bagaimana jika terjadi apa-apa dengan anda?".

Sonya dengan marah berkata, "Aku perintahkan pergi! Ya pergi!! Apa kalian meragukanku?!!"

Sonya melakukan itu agar tidak ada rekannya yang melihat kekejaman Sonya yang berencana menindas Zee.

Setelah dua rekannya pergi, Sonya melangkah masuk ke dalam sel bak dewi kematian. Matanya merah karena selalu menangis mengingat kematian keluarganya. Raut wajahnya bengis menahan amarah yang seakan siap meledak. Di tangannya menggenggam sebuah tongkat listrik.

Sonya menatap dengan penuh kebencian ke arah Zee yang sedang terduduk dilantai dengan wajah yang menunduk. Namun setelah Zee mendongakan wajahnya, apa yang terjadi?

Wajah Sonya menjadi pucat, sepasang matanya menjadi sendu tak lagi menyalak seperti sebelumnya. Tubuhnya gemetar, setelah melihat jelas sosok wajah di hadapannya kini.

Ya, yang dilihat Sonya itu adalah Zee. Orang yang sangat ia kenali semasa tinggal bersama di panti asuhan dulu, dan orang yang sangat ia rindukan setelah keluar dari panti, setelah berhasil diadopsi oleh Rihana sebagai ibu angkatnya, yang tak lain adalah istri pertama Arwana.

"Kak Zee…" ucap Sonya terasa getir menerima kenyataan ini.

BRUK!!

Tubuhnya lemas, ambruk dan terduduk di lantai. Sonya menangis terisak, sambil memukul-mukulkan kedua tangannya ke lantai.

Sebenarnya, Zee lebih dulu terkejut saat ia tahu bahwa yang datang padanya itu adalah Sonya. Wajah wanita yang ia kenali, akrab dan sangat familiar.

Bahkan yang semakin mengejutkan Zee adalah, saat Mata Langitnya memberikan semua informasi tentang Sonya. Bagaimana kedua orang tua Sonya terbunuh, mengapa Sonya dimasukan ke panti, dan siapa keluarga yang mengadopsi Sonya.

Betapa sakit hatinya Zee setelah mengetahui informasi tersebut dan jikalau Sonya tau kebenaran aslinya, entah seperti apa perasaan Sonya.

"Kenapa? Kenapa kau membunuh keluargaku, kak?" Isak Sonya disela tangisnya.

"Kenapa?!!!" Sonya mengeraskan suaranya, hatinya terasa tersayat-sayat.

Sonya bangkit dan melabrak Zee, dengan segala perasaan di hatinya, ia tanpa sadar menampar wajah Zee berulang kali bahkan menerima pukulan pukulan yang mengarah padanya tanpa adanya perlawanan dari Zee sama sekali.

Setelah puas meluapkan segala emosinya, Sonya bangkit berdiri memunggungi Zee. Ia menarik nafas dalam, seakan berat untuk mengatakannya.

"Pergilah!! Mulai saat ini, kau bukan-"

"Tidak!!" Zee berdiri dan langsung memotong perkataan Sonya.

"Dengarkan penjelasanku sepenuhnya, setelah itu kamu boleh memutuskannya sendiri!" ucap Zee.

Zee memutuskan memberitahu demi menyelamatkan Sonya, yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri semasa di panti.

"Apa kamu masih ingat sewaktu kita di panti dulu? Kamu sering bertanya padaku, bertanya pada bu Sulis juga bertanya pada bu Eroh, tentang siapa dan mengapa orang tuamu meninggal."

"Dulu aku memang tidak tahu, tapi sekarang aku tahu jawabannya. Kedua orang tuamu meninggal karena dibunuh. Dan pembunuhnya adalah Keluarga Arwana. Keluarga yang telah mengadopsi mu selama ini. Keluarga yang berdosa, yang bersembunyi dibalik kebaikannya kepadamu. Tapi sebenarnya mereka adalah sekumpulan serigala.

JEDER!!! Jantung Sonya bagai ditusuk sembilu. Sakit… sangat menyakitkan.

"Jika kamu tidak percaya, carilah catatan peristiwa kecelakaan tiga belas tahun yang lalu. Aku yakin, pihak kepolisian masih menyimpan arsip tersebut."

"Banyak yang berubah setelah kita berpisah, aku tidak tahu kehidupan sekarang anak panti yang lain. Tapi yang pasti, bu Sulis dan bu Eroh orang yang selama ini mengasuh kita di panti, mereka berdua kini tinggal bersamaku. Aku sudah menganggap mereka berdua sebagai orang tua ku sendiri. Jika kamu merindukannya, kamu bisa datang berkunjung menemui mereka, toh kamu sudah tau alamatnya bukan?".

Setelah mendengar semua penjelasan Zee, Sonya menyeka air matanya dan berkata, "Entahlah… aku harus senang atau bersedih setelah bertemu denganmu, Kak".

Setelah mengatakan itu, Sonya berlari entah kemana. Pikirannya kacau dan hatinya hancur, sehancur hancurnya. Rasanya ia ingin terus berlari dan berlari. Berlari dari semua kenyataan pahit.

"Aku tahu sifatmu sejak dulu, kau bukanlah adik yang rapuh, kau adik yang kuat dan berkarakter. Bangkitlah Sonya dan kau pasti bisa!" ucap Zee melihat punggung Sonya semakin hilang dari pandangan.

Zee menatap borgol yang mengunci kedua tangannya, lalu dengan sekali hentakan, borgol itu terlepas dan jatuh ke lantai. Di malam itu, tidak ada satupun polisi yang tahu jika seorang tahanan telah terlepas.

Setelah agak jauh dari kantor polisi, Zee hendak menelpon Belut untuk menjemput dirinya, berhubung mobil miliknya tertinggal di rumah Kanaya.

Tak berselang lama setelah menelpon Belut, sebuah mobil menepi menghampiri Zee. Seseorang menyapanya dari balik kemudi.

"Hai Zee, Apa kabar? tak kusangka kita bertemu lagi" Sapa Ronald setelah menurunkan kaca jendela mobilnya.

Ronald turun dari mobil dan menghampiri Zee.

"Hai sobat, apakah kau butuh tumpangan? Dimana mobilmu?" Ronald memutar tubuhnya mencari keberadaan mobil Zee yang tak dilihatnya.

"Aku memang sedang menunggu jemputan" jawab Zee.

Dengan sigap Ronald menanggapi, "Bagaimana kalau aku saja yang mengantarmu pulang, tapi…"

"Boleh!" jawab Zee.

"Tapi aku tidak akan membayarmu serupiah pun!" lanjut Zee lagi.

"Uh…." Ronald menggaruk rambutnya yang tak gatal, seakan Zee telah mengetahui isi dalam pikirannya.

"Tenang saja, aku tidak akan meminta bayaran padamu!" ujar Ronald tersenyum kecut.

Saat dalam perjalanan pulang, Zee mengangkat panggilan Belut dan langsung berkata, "Kau pulang saja, aku sudah diantar yang lain!".

Zee menyunggingkan senyum setelah menutup telponnya, seolah dirinya merasa puas telah memberinya sedikit pelajaran pada Belut.

"Lah disuruh balik lagi? Buang-buang bensin saja!" Keluh Belut dari balik kemudi. Padahal posisinya sudah sudah hampir tiba di lokasi yang Zee berikan.

Ronald bertanya, "Dimana kau tinggal, Zee?"

"Perumahan Pondok Labu, Blok S" jawab Zee.

"Bukankah komplek perumahan itu milik Tuan Soedrajat Wiguna?"

"Kau mengenalnya?" tanya Zee yang ia sendiri tahu bahwa beliau adalah suami dari Ambar Wiguna.

"Tentu saja, siapa yang tidak mengenal pengusaha besar seperti beliau, ayahku berteman baik dengannya".

"Usaha ayahmu bergerak di bidang apa?" tanya Zee kembali.

"Perdagangan. Dan aku sendiri sebagai manager pemasaran" Ronald menjelaskan.

"Produsen juga?"

"Tidak, hanya menjual saja. Istilah kata sebagai agen resminya lah" ucap Ronald.

Zee meminta Ronald untuk menghentikan mobilnya karena sudah sampai.

"Yang mana rumahmu, Zee? Yang kanan atau yang kiri?" Ronald menunjuk dengan jarinya.

"Rumah dengan warna cat putih itu" tunjuk Zee.

"Oh…. yang kanan, besar juga rumahmu Zee. Apakah aku boleh mampir?".

"Tidak, lain kali saja. Terima kasih atas tumpanganmu" ucap Zee sambil melangkah keluar dari mobilnya.

Zee punya alasan kenapa ia tak mengijinkan Ronald mampir kerumahnya. Tidak mungkin Ronald bisa masuk kedalam rumahnya yang terpasang formasi. Dia pasti akan banyak bertanya, Zee terlalu malas untuk menjelaskannya.

Beberapa hari yang lalu juga terjadi. Saat Kodok, Belut dan Sambo yang terkejut karena rumahnya telah terpasang formasi oleh Zee. Khususnya Kodok dan Sambo yang baru mengetahui jika masternya juga seorang ahli formasi. Salah satunya mengabari masternya, menanyakan cara untuk bisa masuk. Tapi solusi yang Zee berikan pada mereka bertiga adalah mencari hotel saja untuk mereka tinggali sementara.

"Dingin sekali sikapnya! dan orang ini terlalu blak-blakan!" tutur Ronald dalam hati.

"Baiklah, sampai jumpa" pamit Ronald seraya memberi kode klakson pada Zee.

Saat arah pulang menuju rumahnya, tiba-tiba Ronald mendapat panggilan dari Kanaya.

"Nay!! Aku benar-benar minta maaf. Hari ini aku sibuk sekali, jadi tidak bisa menghadiri perjamuan ulang tahun kakekmu!" Begitu telepon terhubung.

Ronald langsung mengungkapkan permintaan maafnya dan bahkan ingin memberi ucapan selamat ulang tahun untuk Tuan Putin melalui telepon.

Namun Kanaya malah bertanya lain, dari suaranya saja terdengar cemas.

"Ronald, apa kamu tahu di mana Zee? Tadi dia datang kesini tapi kini hanya mobilnya saja yang ada".

"Hah?" Ronald akhirnya paham kenapa Zee berada di tepi jalan sendirian, rupanya Zee baru saja hadir dari tempat itu.

"Apa yang terjadi? Kenapa Zee meninggalkan mobilnya? Kalau mobilnya mogok, kenapa Kanaya tidak mengantarnya pulang?" pikir Ronald dalam benaknya.

Lalu Ronald berkata, "Aku baru saja mengantar Zee kerumahnya, tidak sengaja aku bertemu dengannya di jalan tadi".

"Kenapa kamu mencarinya di tengah malam begini, Nay? Memangnya ada urusan mendesak apa?"

"Tadi Zee mengeluarkan kata-kata yang menyinggung kakek perihal kondisi kesehatannya. Tidak ada satupun dari kami yang mempercayai ucapannya. Kami melanjutkan perjamuan, tapi tiba-tiba di ujung perjamuan, entah kenapa kakek tiba-tiba pingsan dan banyak darah yang keluar dari mulutnya" Kanaya menjelaskan dengan sedih hingga dia pun menangis tersedu-sedu.

"Ronald, Katakan tadi kamu mengantar Zee pulang kemana? Cepat berikan alamatnya padaku?".


*Flasback

Saat ini, suasana perjamuan ulang tahunnya sudah berantakan. Awalnya Tuan Putin baik-baik saja, tapi entah kenapa beliau tiba-tiba pingsan dan banyak darah yang kelaur dari mulutnya.

Tidak ada tanda-tanda sama sekali awalnya, bahka beliau tidak minum terlalu banyak.

Sampai seseorang mengingat sosok yang telah berbicara omong kosong. Mereka berpikir itu adalah ulah Zee yang telah membuat sakit hati Tuan Putin.

"Hari ini adalah hari yang membahagiakan, tapi bajingan itu malah menyumpahi Tuan Putin, benar-benar kurang ajar!".

"Kalau terjadi sesuatu pada Tuan Putin, keluarga Simbolo pasti tidak akan membiarkannya begitu saja!"

"Oh, ayolah… jangan mengeluh dulu! Cepat panggil Ambulans!"

Tak lama kemudian, para petugas medis tiba dan membawa Tuan Putin ke rumah sakit.

Kanaya mengingat-ngingat perkataan yang diucapkan Zee.

"Maaf Tuan Putin, aku tidak terbiasa makan bersama orang yang akan meninggal." Kanaya mengulang kata-kata Zee dalam perjamuan tadi.

"Zee sudah tahu penyakit kakekku? Aku tidak pernah bercerita dengannya, bahkan aku saja tidak tahu penyakitnya apa. Akan meninggal? Astaga kenapa aku bodoh sekali, bukankah itu artinya Zee mengatakan bahwa kakekku telah sekarat? Luar biasa! Sebenarnya Zee sudah tahu cara menyelamatkan kakekku kan?" Pikir Sonya dalam renungannya.

Kanaya menyesal karena saat itu ia tidak menanyakannya dengan jelas. Ia bergegas turun kebawah untuk mencari keberadaan Zee, tapi hanya menemukan mobilnya saja. Maka dari itu, Kanaya meminta bantuan Ronald untuk membantu mencari informasi tentang Zee.

*Flashback End.

Tak disangka, kebetulan sekali Ronald baru saja mengantar Zee pulang.

"Perumahan Pondok Labu?" Kanaya ingin segera pergi untuk menemui Zee setelah Ronald memberitahukan alamatnya.

"Nay!! Menurutku lebih baik kamu jangan kesana dulu!"

Pada saat ini, Ronald yang berada di ujung telepon menasehatinya, setelah memahami penjelasan singkat dari permasalahan ini.

"Walaupun menemui Zee sekarang pun tak ada gunanya, Nay! Dia kuat dalam bertarung saja, tapi tidak mengerti apapun dengan keterampilan medis. Jadi sebaiknya kamu ke rumah sakit dulu untuk memastikan kondisi kakekmu."

Ronald khawatir akan terjadi sesuatu pada Tuan Putin malam ini, dan jika Kanaya bolak-balik seperti ini, takutnya dia tidak akan melihat kakeknya untuk terakhir kali.

"Hari ini sudah terlalu larut, walaupun kamu kesana pun, belum tentu Zee akan menemuimu. Apalagi kamu juga tidak tahu di blok apa dan rumahnya yang mana."

"Kalau tidak begini saja, tunggu sampai besok kondisi kakekmu stabil. Aku akan menemanimu untuk menemui Zee dan meminta penjelasannya."

Begitu mendengar ucapan temannya, Kanaya merasa apa yang dikatakan Ronald masuk akal. Kanaya harus memprioritaskan hal yang penting terlebih dahulu.

"Ngomong-ngomong, besok kamu akan membawakan apa? Kamu tahukan bantuan Zee itu tidaklah gratis!".

Kanaya tiba-tiba teringat bahwa dirinya tidak boleh pergi dengan tangan kosong untuk meminta bantuan Zee.

"Lalu, apa yang harus aku persiapkan? Apa aku harus memberikan uang lagi? Bukankah dia itu orangnya mata duitan?".

Ronald tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Bagaimana Zee tadi menolak dimintai bayaran, saat dirinya menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang.

"Kau benar sekali, Nay!! Bahkan dia tidak ingin aku meminta uangnya, padahal aku yang menawarkan diri mengantarnya pulang. Bukankah itu kejam sekali? Hahaha…."

Kanaya tersenyum kecut mendengarnya.

"Ya sudah! Aku akan memberikan uang saja lagi" Kanaya setelah itu menutup telponnya.

Ke esokan harinya.

Begitu Tuan Putin pingsan semalam, beliau segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, pihak medis telah bekerja keras semalaman dan berhasil membuat Tuan Putin siuman di pagi harinya, tetapi kembali pingsan. Kondisinya jauh dari kata stabil.

Bahkan pihak rumah sakit telah mengeluarkan peringatan pada keluarga Simbolo untuk menguatkan hati, bahwa penyakit Tuan Putin sangatlah kritis, tubuhnya telah mengalami kelumpuhan total, kapan saja bisa merenggut nyawanya.

Kanaya bergegas ke rumah Ronald untuk mengajaknya bertemu dengan Zee, ia tidak ingin kondisi kakeknya semakin parah.

Zee sendiri sudah berada di depan rumahnya saat ini. Seakan sudah tahu jika Kanaya pasti akan datang menemuinya. Zee sudah melihat kondisi Tuan Putin semalam yang nyawanya tinggal dua hari lagi, dan ini adalah batas akhir Tuan Putin bertahan hidup. Lewat hari ini, Zee tidak akan sanggup mengobati, meski ia mengerahkan seluruh kemampuan hebat medisnya.

Setelah menunggu, Zee melihat dari jauh Kanaya dan Ronald mengendarai mobil mewah bergerak ke arah dirinya.

Kanaya dan Ronald yang melihat Zee sudah berdiri di depan gerbang langsung turun dan mendekat.

"Sepertinya kamu sudah tahu jika kami akan datang!" Kanaya langsung menyapa Zee.

Zee menjawab, "Rupanya kamu baru sadar dengan yang ku katakan semalam. Masih ada hari ini dan cukup untuk bisa menyelamatkan kakekmu!"

Mendengar itu hati Kanaya terasa hangat, ia tanpa sadar menghamburkan diri dalam pangkuan Zee, tangannya melingkar dan sepasang kakinya mengapit di pinggang Zee.

"Uh…." Tangan Zee reflek nemplok di pantat Kanaya.

"Astaga kenapa bukan aku yang mendapat berkah itu!" Ronald bergumam dalam hatinya.

Sambil menggantung, Kanaya berkata dengan wajah yang begitu dekat dengan wajah Zee, "Apakah benar kau bisa menyelamatkan kakek, ku?"

UHUK UHHUK UHUK!! Melihat pemandangan itu, Ronald sengaja terbatuk untuk menyadarkan mereka berdua.

Kanaya melirik ke arah Ronald yang berbatuk aneh, sepersekian detik Kanaya langsung menyadari kelakuannya. Segera ia turun dari pangkuan Zee dengan wajah yang merona. Ingin sekali Kanaya berlari kabur untuk bersembunyi, karena ulahnya yang terlalu intim.

"Tadi itu… tadi… Ee…" Kanaya bingung harus berkata apa, pada akhirnya kata 'Maaf' juga yang keluar dari mulutnya dengan wajah yang tertunduk malu.

"Sudah lupakan saja! Mau bagaimana lagi? Kau memang agresif sekali! Tapi aku suka gayamu, Hahaha…" kelakar Zee yang langsung mendapat cubitan dari Kanaya.

Zee meringis sambil mengusap pinggangnya yang terasa nyut-nyutan.

"Rasakan itu, dasar mesum!!" Kanaya seraya memalingkan wajahnya.

Untuk menghancurkan kecanggungan, Ronald bertanya, "Apakah kita bisa pergi kerumah sakit sekarang, Zee?"

"Tunggu dulu, bantuanku tidaklah gratis!".

Kanaya menyilangkan tangannya di depan dada, dan ia berkata "Kau tenang saja! Aku sudah menyiapkan uangnya, dasar mata duitan!!" Seru Kanaya.

Zee protes dikatakan mata duitan, "Apa maksudmu?".

"Huh…!" Kanaya mencebik bibirnya.

"Terserah kamu berkata apa, yang pasti aku tidak menginginkan uangmu kali ini!" ucap Zee.

Kanaya memutar bolamatanya, pikiranya seketika menerawang.

"Ap… ap… apa kamu me… me… meminta-"

Zee langsung menghentikan apa yang akan dikatakan Kanaya.

"Dasar gadis gila!" Zee menoyor Kanaya dengan telunjuknya, Zee tahu apa yang dipikirkan Kanaya barusan.

Kanaya kesal dibilang gila oleh Zee, ia menghentakan kakinya berulang kali ke tanah.

"Aku ingin kita bertiga bekerja sama. Itulah persyaratanku!" ucap Zee membuat Kanaya dan Ronald saling bertatapan.

"Aku akan membuat pil! Tugasmu adalah menyediakan bahan baku untuk ku. Bukankah itu hal yang mudah bagi seorang Manager PT Bintang Herbalis, Nona Kanaya?"

"Setelah pil-pil ku jadi, aku akan meminta bantuanmu Ronald, untuk memasarkan produk-produk ku dalam kendali perusahaan mu sebagai agen resmi penjualan yang aku tunjuk."

"Aku akan menjamin kualitas dari pil yang kubuat. Pil buatanku akan mampu bersaing dengan pil yang sudah terkenal dipasaran lebih dulu. Karena pil buatanku bukanlah pil biasa, pil itu akan mengubah peta persaingan dagang dan mengguncang banyak orang karena khasiatnya."

"Empat puluh persen dari keuntungannya adalah milikku, dan sisa enam puluh persen lainnya, kalian bagi dua. Jika tertarik, kalian berdua berarti setuju dengan persyaratan ku, dan aku bersedia mengobati Tuan Putin sekarang!".

"Setuju!!" Kanaya dan Ronald serempak menjawab tanpa berpikir panjang lagi.

Mereka berdua sudah terbiasa dengan pekerjaan itu, jadi bukan masalah besar bagi mereka berdua. Toh walaupun rugi, ya sudahlah rugi saja. Bukankah hal yang biasa, untung dan rugi dalam berbisnis?

"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Kita kerumah sakit sekarang!" ucap Zee.

Setibanya di rumah sakit, mereka bertiga menuju ruang rawat eksklusif Tuan Putin dirawat.

"Kakek, kesehatanmu bagaimana? Aku membawa temanku untuk mengobatimu!" Begitu masuk Kanaya langsung memberi tahu kabar baik ini pada kakeknya.

Saat ini, Tuan Putin telah dikelilingi oleh keluarga Simbolo.

Tatapan keluarga Simbolo berubah bengis saat melihat Zee masuk bersama Kanaya dan Ronald. Mereka menatap Zee bagai melihat musuh.

"Bukankah, dia adalah orang yang menyumpahi kakek semalam?!"

"Dia masih berani datang ke sini?"

"Itu semua karena mulut busuknya, makanya kakek jatuh sakit!!"

Semua anggota keluarga Simbolo memakinya.

Jaya yang sebagai paman Kanaya, adik dari ayah Kanaya (Simbolo) bahkan menyingsingkan lengan bajunya dan bergegas ingin memukul Zee.

"Paman, jangan!!" Kanaya menghadang di antara mereka berdua dan berusaha menjelaskan.

"Paman tidak boleh menyalahkan Zee! Terkait hal ini paman sebaiknya dengarkan penjelasanku dulu!"

"Penjelasan apa?" Jaya berkata dengan marah.

"Tadi malam, di perjamuan ulang tahun, anak sialan ini berbicara omong kosong dan membuat marah kakekmu hingga begini! Jadi, apa lagi yang harus dijelaskan?"

"Bocah tengik, kalau terjadi sesuatu pada ayahku (Putin) aku tidak akan melepaskanmu! Lihat saja nanti!"

"Paman!" Kanaya mendorong paksa mundur pamannya.

Kanaya berkata di depan wajah pamanya, "Kemarin malam, Zee berkata begitu karena melihat bahwa Kakek hampir meninggal, tetapi kita tidak menganggapnya serius. Makanya Kakek tiba-tiba jatuh sakit dan tidak ada persiapan."

"Aku sengaja mengundangnya lagi, karena Zee temanku ini punya cara untuk menyelamatkan Kakek."

"Percaya padaku kali ini dan biarkan Zee mencobanya."

Begitu Kanaya berkata begitu, semua keluarga Simbolo terkejut, kemudian mereka tertawa akan kepolosan Kanaya.

Bahkan petugas medis rumah sakit saja angkat tangan dengan penyakit Tuan Putin. Mereka berpikir, bahwa Zee hanya mempercepat kematiannya saja.

"Menurutku, bocah tengik ini hanya akan membunuh ayahku saja!" Jaya tetap tidak menyukai Zee.

"Kanaya!!" Simbolo mengambil sikap tegas.

Sebagai ayahnya, beliau mengingatkan Kanaya untuk tidak lagi membuat keributan.

Ayah sudah mengundang Tabib Darjam untuk menyembuhkan kakekmu!".

Selang Simbolo berkata, pintu kamar rawat inap terbuka lebar. Terlihat seorang pria tua berusia tujuh puluh tahun masuk.

Beliau adalah Tabib Darjam yang terkenal kemahiran teknik Akupunkturnya dari kota Sedayu.

"Tabib Darjam!"

Begitu semua anggota keluarga Simbolo melihat kehadirannya, mereka semua langsung menyambutnya dan tidak berani mengabaikannya.

Kanaya yang melihat Tabib Darjam pun seketika seperti melihat adanya harapan. Tapi hatinya merasakan dilema, merasa tidak enak hati pada Zee.

Tabib Darjam merupakan satu-satunya Dokter Tradisional dan sangat terkenal di kota Sedayu, bahkan ketenarannya sampai terdengar di kota Berastagi dan kota-kota lainnya. Tabib Darjam tak kalah hebatnya dari gempuran para dokter modern.

"Ternyata bisa mengundang Tabib Darjam yang super sibuk?" gumam Ronald bersukacita, seakan optimis jika kakek temannya itu pasti akan sembuh.

"Maafkan aku!" Saat ini Kanaya berkata agak canggung kepada Zee.

Aku tidak menyangka bahwa keluargaku benar-benar bisa mengundang Tabib Darjam, jadi membuatmu datang dengan sia-sia dan terpaksa kerjasama dibatalkan.

"Tidak usah dipikirkan!" Zee berkata dengan tenang.

"Kalau begitu, biarkan Tabib Darjam yang mengobati kakekmu lebih dulu. Kalau dia tidak mampu menyembuhkannya, aku yang akan menggantikannya selagi waktunya tidak melewati hari ini.

Meskipun suara Zee tidak keras, tetap saja ucapannya itu masih bisa terdengar jelas di ruangan tersebut.

Perkataan Zee barusan seperti menusuk sarang lebah, sehingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu tersinggung.

"Menurutku bocah ini gila! Berani sekali dia berbicara omong kosong seperti itu di depan Tabib Darjam!"

"Kamu merasa lebih unggul dari Tabib Darjam? Memangnya kamu siapa?"

Keluarga Simbolo menaruh harapan pada Tabib Darjam, mereka berharap Tabib Darjam tidak memakan ucapan Zee. Jika itu terjadi, sudah dipastikan keluarga Simbolo akan menanggung akibatnya.

"Tabib Darjam, tolong jangan dengarkan bocah gila itu! Dia hanya berbicara omong kosong" Jaya berkata.

Beda halnya dengan Tabib Darjam yang sama sekali tidak kesal, beliau malah berkata sambil tersenyum pada Zee, "Apa kamu juga mempelajari pengobatan tradisional dan Siapa gurumu?"

Pengobatan tradisional sangat berpengaruh dari didikan seorang guru.

Tabib Darjam menilai Zee sangat berani berbicara liar di depan umum. Beliau merasa curiga bahwa Zee mungkin mengandalkan gurunya untuk bersikap angkuh seperti itu. Itu sebabnya dirinya bertanya siapa gurunya.

Mendapati pertanyaan itu, Zee menjawab dengan dingin, "Aku tidak memiliki guru!".

Semua orang langsung terdiam, ekspresi mereka bermacam-macam. Begitu juga dengan Tabib Darjam yang tampak mengepalkan jari-jarinya, ia merasa sedang dikerjai oleh bocah yang masih bau kencur.

Simbolo berkata, "Tabib Darjam, tolong segera obati penyakit ayahku".

"Aku akan melakukan yang terbaik!" Tabib Darjam mendekat ke sisi ranjang Tuan Putin.

Zee bertanya pada Ronald yang berada disampingnya, kali ini dengan berbisik, "Apa Tabib Darjam ini sangat hebat?"

Zee merasa agak khawatir jika Darjam mampu mengobati Tuan Putin, maka dipastikan akan sulit mendapatkan kerja sama langsung dengan keluarga Simbolo sebagai pemasok bahan baku pembuatan pil. Terlebih dirinya sangat begitu dibenci oleh keluarga Simbolo saat ini.

"Aku tidak berani menilai orang lain. Tapi ini adalah kesaksianku sendiri. Lutut kaki ayahku selalu sakit setiap berjalan, dia hampir harus menggunakan kruk di sisa hidupnya. Bahkan sudah pergi ke banyak dokter modern pun tidak ada gunanya."

"Kemudian, keluargaku berhasil mengundang beliau. Coba tebak apa yang terjadi? Sekali akupuntur, kaki ayahku langsung membaik!"

"Sampai sekarang ayahku bisa berjalan kembali dengan normal".

Mendengar itu Zee tersenyum dan berkata, "Benar-benar sangat hebat. Lalu, kenapa kamu tidak akupunktur juga?"

Ronald tersenyum pahit, "Aku tidak sakit! Buat apa akupunktur!".

"Apa kamu tidak merasa, jika dua bulan terakhir ini lenganmu sering kesemutan? Tiap kali kamu akan menyalurkan energi?" ungkap Zee.

DEG!!

Ronald sangat terkejut. Tak ada yang tahu selain dirinya sendiri, kesemutan yang dirasakan dua bulan terakhir itu memang mulai dirasakan setelah dirinya bentrok dengan jagoan ahli. Dirinya dengan paksa beradu pukulan dengan jagoan ahli di tingkat letnan satu. Satu tingkat di atas dirinya yang hanya di tingkat Letnan Dua.

"Bagaimana kamu tahu?"

"Nanti aku akan mengobatimu, tapi itu tidaklah gratis!" jawab Zee. Mereka terus berbicara dengan berbisik.

"Baiklah!" Ronald tampak sumringah.

Kini pikirannya berkecamuk, Ronald bergumam dalam hati, "Apa orang ini benar-benar menguasai keterampilan medis? Aku pikir dia akan mencari alasan saja, begitu selesai mengobati Tuan Putin, demi menghindari konflik dengan Keluarga Simbolo".

Di ujung perbincangan mereka berdua yang sibuk berbisik. Tabib Darjam sudah selesai mendiagnosis denyut nadi Tuan Putin dan mengatakan bahwa.

"Ini adalah penyakit Flu!" Tabib Darjam berkata.

"Ayah menderita, Flu? Ayahku telah lama sakit parah. Bagaimana itu bisa disebabkan oleh flu biasa?" Ungkap Simbolo.

Tabib Darjam tersenyum dan menjelaskannya dengan sabar, "Meskipun flu adalah penyakit ringan, itu bisa membunuh orang ketika orang tersebut sedang sakit."

"Dalam pengobatan tradisional, flu merupakan jenis penyakit yang tahan lama. Di musim yang berbeda, setiap kali dikombinasikan dengan cuaca musiman, itu bisa memperparah penyakit utamanya sehingga reaksi yang yang ditimbulkan akan berbeda-beda pada di tiap penderitanya" Tabib Darjam menjelaskan.

"Lantas apa penyakit utamanya?" tanya Simbolo.

Tabib Darjam menjawab, "Penyakit tua, penyakit yang sudah kodratnya diderita oleh orang yang sudah lanjut usia".

Tabib Darjam melanjutkan, "Orang yang sudah tua, kesehatannya terlalu ringkih, akan mudah sakit kepala, batuk dll. Parahnya akan lebih mudah terkena infeksi, infeksi flu itulah yang menggerogoti ayahmu".

Mendengar penjelasan Tabib Darjam, Zee menahan tawanya, "Konyol sekali!" gumam Zee dalam hati.

Semua keluarga Simbolo agak aneh mendengarkan penjelasan Tabib Darjam, tapi mengingat nama besarnya selama ini, akhirnya mereka mengabaikannya.

"Lalu apa Tabib Darjam mempunyai cara untuk menyembuhkan ayahku?" tanya Jaya adik dari Simbolo.

"Hahaha!" Tabib Darjam tertawa.

"Aku adalah Raja Akupunktur. Sebagian penyakit bisa disembuhkan dengan teknik yang ku gunakan"

Kedengarannya memang Sombong, itulah Tabib Darjam.

"Meskipun ayahmu sakit parah, aku yakin, bahwa aku bisa membuat ayahmu kembali sehat hanya dengan tiga jarum akupunktur!"

Begitu ucapan ini dilontarkan, anggota keluarga Simbolo sangat girang dan berterima kasih padanya, nyaris saja mereka berlutut pada Tabib Darjam.

"Hahaha...." Tabib Darjam tampak jumawa.

Saat semuanya sedang bersukacita merayakannya, tiba-tiba terdengar suara gelak tawa yang tidak bersahabat dan terdengar sarkasme.

Zee sudah tidak bisa menahan tawanya lagi, melihat kekonyolan orang yang menyebutnya dirinya sebagai Raja Akupunktur itu.

"Apa yang kamu tertawakan?" Jaya yang melihat Zee tertawa terbahak-bahak makin naik pitam.

"Kenapa kamu masih di sini? Apa kamu masih ingin membuat keributan?" Jaya akan menyuruh seseorang untuk mengusirnya.

Tapi Tabib Darjam menyelanya dan bertanya, "Aku ingin tahu apa kamu mempunyai pendapat yang berbeda? Di awal kamu merasa lebih unggul dariku bukan?"

Zee berkata dengan lantang, "Tentu saja aku menertawakan karena kebodohanmu itu!".

"Kau membahas penyakit tua dari orang yang sudah tua, adalah sebuah kodrat? Itu sama saja dengan mengatakan, mengapa orang hidup butuh bernafas. Jangan bilang kau akan menjawabnya dengan kodrat juga!".

"Kau membodohi orang dengan kata-katamu! Bahkan menyebut dirimu sebagai Raja Akupunktur?"

"Hahaha… Ku akui kau adalah Raja, tapi Raja Nipu yang sebenarnya!".

Ronald yang ketakutan di sampingnya, segera menarik pakaian Zee. Mengisyaratkannya untuk berhenti berbicara lagi.

Tabib Darjam yang sejak awal bisa mengendalikan emosinya dengan baik pun tidak bisa menahan amarahnya kali ini, saat dirinya dikatakan sebagai Raja Nipu.

"Lalu menurutmu, penyakit Tuan Putin disebabkan oleh apa?!!" Tabib Darjam murka.

"Energi Hitam!" Zee menjawab.

"Energi hitam itu berasal dari patung giok, dan telah masuk kedalam tubuhnya. Tuan Putin bisa bertahan dari penyakitnya sejauh ini karena esensi jiwanya yang kuat sebagai seorang kultivator."

"Tepi begitu energi hitam itu masuk kedalam tubuhnya, esensi jiwanya langsung tersedot tanpa terkendali. Energi hitam itu bagai menemukan makanan yang lezat dalam tubuh Tuan Putin."

"Begitu esensi jiwanya di tingkat Letnan Kolonel habis, maka Tuan Putin sudah tidak akan bisa diselamatkan lagi".

JEDER!!!

Anggota keluarga Simbolo terkejut saat Zee membahas soal esensi jiwa, karena mereka semua adalah keluarga kultivator. Jadi sangat paham arti dari esensi jiwa. Tuan Putin adalah Kultivator terkuat dalam keluarganya.

Ditambah Zee mampu mengungkap tingkatan kultivasinya, itu sudah menunjukan bahwa tingkatan kultivasi Zee lebih tinggi dari seluruh anggota keluarga Simbolo.

Penilaian Keluarga Simbolo terhadap Zee berubah seketika, mereka kini segan dan tidak berani gegabah memaki Zee lagi.

Kanaya yang di samping tampak memikirkan sesuatu. Kemudian ia mendekati kakeknya yang pingsan. Lalu membuka kancing baju kakeknya dan melepaskan tali yang mengikat pada patung giok yang menggantung di leher kakeknya. Patung giok itu hanya berukuran dua jari orang dewasa.

"Zee, apa ini?" Kanaya bergegas memberikan patung giok itu pada Zee untuk ditangani.

"Apa mungkin kakekku akan membaik setelah patung giok itu dibuang?" Kanaya bertanya.

Zee menggelengkan kepalanya dan meremas patung giok ditangannya hingga hancur.

TES!!

"Percuma saja, Energi hitam dalam patung giok tadi sudah menginvasi tubuh kakekmu, jadi itu sudah terlambat." Zee menggelengkan kepalanya.

"Omong kosong!" Tabib Darjam berkata dengan murka.

"Energi Hitam apanya?!"

"Aku adalah tabib, bukan penipu! Jangan gunakan tipu muslihat non-medis mu ini untuk membodohi orang! Nama baik pengobatan tradisional bisa rusak oleh penipu sepertimu!!"

"Kamu telah meragukan keterampilan medisku, maka hari ini aku akan menunjukan padamu teknik akupunktur milikku tidaklah bohong!"

"Kalau dalam tiga tusukan akupunktur ku tidak bisa menyembuhkan Tuan Putin, aku bersedia memanggilmu guru.

Zee menggelengkan kepalanya, "Tidak! Kamu bahkan tidak memenuhi syarat untuk menjadi muridku!!".

"Sombong sekali kau anak muda!" Tabib Darjam merasa terhina.

"Kau yang sudah bau tanah saja bisa sesombong tadi! Kenapa aku tidak?!" Zee mengejeknya.

Keluarga Simbolo kini dilema, disisi lain mereka sangat mengagumi keahlian Tabib Darjam. Namun disisi lain mereka segan dengan tingkatan Zee, menyinggungnya sama dengan mencari kematian. Mengingat perlakuan mereka selama ini terhadap Zee, membuat kepala mereka menjadi pusing.

Tabib Darjam memegang tiga jarum akupuntur, menekannya sangat kuat hingga jarum perak itu memunculkan gumpalan asap putih.

"Menggunakan jarum untuk mengendalikan energi? Tidak buruk!" Zee mengangguk memperhatikan yang Tabib Darjam lakukan.

Setelah itu, Tabib Darjam dengan mantap menusukkan jarum pertama.

Mata Tuan Putin terbuka, jari-jarinya terlihat bergerak-gerak. Dari mulutnya mengeluarkan hawa keruh, serta wajahnya yang pucat pun perlahan kembali normal.

Melihat adanya reaksi Tuan Putin. Simbolo bertanya pada ayahnya.

"Ayah, Bagaimana kondisimu?".

Tuan Putin mengangguk pelan dan berkata, "Ugh… ini jauh lebih baik."

Tabib Darjam merasa bangga dan sombong begitu satu tusukan akupunkturnya manjur.

Dirinya menoleh ke arah Zee dan berkata, "Lihatlah itu! Tuan Putin sudah sadar kan? Bagaimana? Apa kamu sudah yakin?".

Keluarga Simbolo ikut menoleh ke arah Zee, namun mereka tak mengatakan apapun. Tak ada nyali untuk memaki Zee.

Zee hanya mengulas senyum, "Tabib Darjam yang terhormat!" Zee mengejeknya lalu melanjutkan kalimatnya lagi, "Kau bilang akan menyembuhkannya? Tapi bukankah Tuan Putin hanya sadar saja? Sadar dan Menyembuhkan itu adalah dua kata yang berbeda maknanya."

"Aku tidak yakin, Kau berani menusukan jarum yang ke dua!".

"Tidak berani kenapa? Sok tahu!!" Dengus Tabib Darjam.

"Lihat ini bocah! Aku akan menyembuhkan Tuan Putin!!" Tabib Darjam mulai menusukan jarum yang ke dua.

Saat Tabib Darjam telah menusukan jarum yang kedua di ubun-ubun, Tuan Putin merasakan aliran energi yang padat mengalir ke seluruh anggota tubuhnya hingga ke tulang-tulang.

"Nyaman...." Tuan Putin merasa merinding dan mengerang lembut.

Tuan Putin memejamkan matanya dan menikmatinya dengan tenang, seolah sedang berendam di pemandian air panas.

Wajah Tuan Putin yang memerah perlahan kembali normal seperti di perjamuan ulang tahun tadi malam. Kesehatannya pun berangsur-angsur pulih.

Sesaat kemudian, Tuan Putin bergerak duduk dan meregangkan tubuh, berusaha bangun dari tempat tidurnya.

"Tuan Putin, Jangan dulu bangun dari tempat tidur!" Tabib Darjam dengan cepat menghentikannya.

"Tunggu, sampai aku menghilangkan penyakit di tubuhmu, baru ku izinkan kamu bangun dari tempat tidur."

"Oh! Ternyata Tabib Darjam!" Begitu Tuan Putin sadar dan melihat orang yang mengobati dirinya.

"Maaf atas ketidaksopanan ku!" ucap Tuan Putin.

Sepuluh tahun yang lalu, saat pembuluh darah Tuan Putin tersumbat, Tabib Darjam pula yang menyembuhkannya.

"Kamu menyelamatkanku sekali lagi" Tuan Putin memegang tangan Tabib Darjam dengan penuh rasa haru.

"Sudah menjadi tugas seorang tabib untuk menyembuhkan pasien!" ucap Tabib Darjam seraya tersenyum.

"Berbaringlah lagi, aku akan memberimu tusukan terakhir dan setelah itu kamu tidak akan sakit-sakitan lagi."

Kanaya dengan sigap membantu kakeknya membaringkan.

Pada saat Tabib Darjam akan menusuk jarum yang ketiga, Zee dengan segera menghentikannya.

"Aku memperingatkanmu! Tusukanmu yang terakhir nanti, tidak akan menyembuhkan Tuan Putin sama sekali, justru akan menjadi serangan fatal untuknya."

Perkataan Zee barusan membuat Keluarga Simbolo merasakan kengerian, mereka tahu bahwa perkataan seorang kultivator tingkat tinggi seperti Zee tidak bisa dianggap remeh, ada jurang pembatas yang membuat mereka tidak mampu mendeteksi hal yang berbahaya.

"Diam!" Bentak Tuan Putin setelah tahu siapa yang berbicara barusan, beliau baru sadar ketika melihat bocah yang sama semalam mengatai hal buruk padanya.

"Tapi Ayah!" Simbolo memaklumi kemarahan ayahnya, karena ayahnya baru sadar dari pingsannya dan tidak mengetahui Zee yang sebenarnya.

Jaya adiknya memberikan tepukan lembut di bahu kakaknya (Simbolo) dan mengatakan kalimat, "Serahkan semuanya pada takdir. Biarkan takdir yang menentukan jalannya sendiri."

Setelah itu seluruh anggota Simbolo saling bergandengan tangan. Bahkan Kanaya memeluk pamannya (Jaya) sambil menahan tangisnya.

Melihat itu semua, membuat Tuan Putin menjadi bingung. Ada apa ini? Pikirannya langsung tertuju pada Zee.

"Hei bocah gila!!" Tuan Putin langsung merubah posisinya menjadi setengah duduk dengan menyender ranjang.

"Kamu orang yang semalam, yang telah menyumpahiku meninggal. Sebenarnya apa motif mu?"

"Tidak ada seorangpun dari keluarga Simbolo yang telah menyinggungmu, bukan?"

"Keluar kamu dari ruangan ini!!" Bentak Tuan Putin.

Ronald berkata, "Ayo Zee, kita tunggu saja diluar".

"Hei bocah! Tutup pintunya!!"

Ronald menutup pintunya, sementara Zee sudah melenggang lebih dulu.

"Tabib Darjam, tolong lanjutkan pengobatannya" pinta Tuan Putin.

Baru sepuluh langkah mereka berdua keluar dari pintu, langsung terdengar tangisan yang menjerit.

"Sudah kuduga!!" gumam Zee menghentikan langkah kakinya.

Ronald yang mendengar itu adalah suara jeritan Kanaya langsung pucat, pikirannya menebak-nebak, apakah yang dikatakan oleh Zee menjadi kenyataan?

BRAK!!! Pintu terbuka dengan kasar.

Kanaya bergegas mencari keberadaan Zee, untungnya Zee belum jauh, dan Kanaya berlari dengan histeris ke arah Zee.

"Zee, Kumohon cepat tolong kakekku, kondisinya makin buruk" Isak Kanaya dengan memeluk Zee.

Zee segera menggandeng Kanaya dan kembali masuk ke ruang Tuan Putin dirawat, disusul oleh Ronald dibelakangnya.

"Minggir!!" Zee mendorong Tabib Darjam hingga nyaris tersungkur di lantai.

Kondisi Tuan Putin sudah sangat memprihatinkan, noda darah menggenang di pakaiannya bahkan sampai meluber ke bantal dan sprei.

Energi Hitam yang sedang memakan esensi jiwa Tuan Putin semakin beringas, itu disebabkan rangsangan dari tusukan terakhir dari Tabib Darjam telah membuat Energi Hitam meningkatkan kecepatan makannya hingga lima puluh kali lipat.

Kini esensi jiwa Tuan Putin hanya tersisa satu persen saja. Sebentar lagi Energi Hitam itu akan meledakan inangnya, saat Energi Hitam itu beresonansi dengan udara, maka wujudnya akan berevolusi menjadi wujud yang lebih mengerikan lagi dengan membawa kekuatan yang jauh lebih mengerikan.

Dengan sigap, Zee langsung mengurung Tuan Putin dengan Formasi Kubah Bintang tingkat lima untuk mencegah Energi Hitam agar tidak bisa meledakan inangnya (Tuan Putin).

Kemudian Zee mencabut jarum milik Tabib Darjam yang menancap di jantung Tuan Putin dan segera menghancurkannya. Karena jika tidak, jarum yang sudah terkontaminasi dengan Energi Hitam tadi, akan menjadi bibit baru di kemudian hari.

Setelah menghancurkannya, Zee menggunakan jarum special miliknya yang terbuat dari energi petir. Tampak jarum milik Zee terlihat berkilau dan ada jilatan-jilatan api di permukaannya.

Zee menusuk di titik yang sama dengan Tabib Darjam lakukan. Jarum milik Zee langsung melepaskan energi petir dan membungkus jantung Tuan Putin dari serangan Energi Hitam.

Energi Hitam yang bersemayam dalam tubuh Tuan Putin memiliki kesadarannya sendiri. Energi Hitam itu mengamuk, menyerang dengan membabi buta demi bisa melahap esensi jiwa yang tinggal satu persen di jantung Tuan Putin.

Energi petir yang terlepas dari jarum milik Zee, kini sedang bertarung sengit dengan Energi Hitam. Jarum yang menancap itu terlihat bergetar, demi keselamatan Tuan Putin, Zee mempersingkat waktu.

Zee menyentuh jarum spesialnya dan menyalurkan energi petirnya semakin kuat, membuat energi hitam tak bisa lagi melakukan perlawanan karena telah di lahap habis oleh energi petir. Lalu memurnikannya.

Energi Hitam yang sudah dimurnikan oleh Energi Petir, kini telah berubah menjadi Energi Sejati. Lalu Zee mengalirkan Energi Sejati itu kedalam esensi jiwa milik Tuan Putin.

Kesehatan Tuan Putin, langsung di regenerasi ulang oleh Energi Sejati. Dibantu oleh Zee, kecepatan regenerasinya semakin cepat dan hanya butuh sepuluh menit, akhirnya Tuan Putin berada di puncak primanya.

Riak-riak gelombang energi dirasakan oleh Tuan Putin. Beliau loncat dari ranjangnya dan segera berlari ke ruang terbuka yang langsung diikuti oleh seluruh anggota Keluarga Simbolo.

DUAR!!!! Gelombang energi dari dalam tubuh Tuan Putin menyebar ke segala arah, menyebabkan guncangan sesaat, membuat kaca-kaca rumah sakit menjadi pecah.

Tadi di saat Zee melakukan pengobatan kritis pada Tuan Putin, Zee mengembalikan setengah kesadaran Tuan Putin dalam pingsannya, sehingga Tuan Putin tahu apa yang telah dilakukan oleh Zee.

Tuan Putin melangkah mendekati Zee dan hendak berlutut, tapi Zee menahan dengan kekuatannya. Tuan Putin mengerti dari kode mata Zee. Sehingga beliau memutuskan untuk memeluk Zee saja.

"Maafkan aku yang sudah tua ini, Nak" ucapnya sambil terisak.

Kanaya turut mendekati kakeknya dan bertanya, "Apakah kakek tadi menembus lagi?"

Tuan Putin mengusap lembut kepala cucu kesayangannya itu, lalu beliau berkata, "Kultivasi kakek saat ini berada di tingkat Brigadir Jenderal".

"Apa?!!" Seluruh keluarga Simbolo terkejut mendengar Tuan Putin telah naik dua tingkat sekaligus dari sebelumnya Letnan Kolonel.


Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd