Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MATA LANGIT

Mantul, alur cerita nya progresif.. kemampuan mata langit belum tampak batas nya, juga belum ada kelemahannya.. terimakasih suhu @LAZZADA semangat terus berkarya 👍👍
 
BAB 23
Jangan Bertindak Bodoh


"Ada apa, kenapa suaramu begitu sengau?".


"Kakek, keluarga kita habis dibantai" jawab Airin yang tak lain adalah adik perempuan Arwana yang lolos dari maut.


Ia begitu shock setelah mendengar kabar dari Airin. Sampai-sampai handphone yang digenggamnya pun terlepas.


Aura yang menindas tiba-tiba menguap dari tubuhnya, meja jati di depannya tak luput dari amukannya hingga hancur. Kedua tangannya terkepal kuat dan raut wajahnya terlihat merah padam hingga menonjolkan urat-uratnya.


Drako berteriak dengan emosional, "Aaaaaaahhh!!".


Orang yang berjaga di belakangnya mendekat dan bertanya, "Apa yang terjadi, tuan?".


Nafas Drako memburu, "Jambrong!! Bawa seluruh orang-orang mu ke markas anakku. Temukan keberadaan cucuku Airin, juga kabari Sonya untuk segera menemuiku. Kerjakan!!".


Mendapati perintah, Jambrong langsung bergegas pergi tanpa berani bertanya lebih.


Setelah Jambrong pergi, Drako memanggil kedua adiknya untuk berkumpul. Membahas suatu hal yang penting untuk didiskusikan.



*POV Sonya.


"Apa? Aku disuruh menemui kakek sekarang juga?" Sonya saat menerima telepon dari Jambrong.


"Baik, aku akan pergi sekarang!" Jawabnya dan menutup telepon.


Jambang tidak memberiku alasan apapun, dan Kakek tak biasanya melakukan hal ini. Sepertinya sesuatu hal yang buruk telah terjadi.


Setelah itu, aku langsung bergegas pergi. Di sepanjang menuju parkiran, banyak rekan kerjaku berbincang dengan berbisik-bisik. Sepengetahuanku biasanya hal ini terjadi karena mereka mendapati berita yang heboh.

Tapi yang membuat aku heran, mengapa mereka pada memandangku?


Awalnya aku merasa tertarik dan ingin membaur, mencari tahu berita heboh apa yang terjadi hari ini. Tapi mengingat kakek, membuatku mengurungkan niat dan lebih memilih lanjut menuju parkiran saja.


Tiba di kediaman kakek, aku melihat banyak wajah wajah orang yang aku kenali tampak begitu tegang, ada pula yang wajahnya begitu sedih. Disini aku mulai merasakan firasat buruk.


Karena tujuanku menemui kakek, maka aku mendatangi ruang pribadinya. Namun ternyata kakek tidak berada ditempat.


Tak jauh dari ruang pribadi kakek, aku mendengar perdebatan dari arah ruang aula. Tempat itu biasanya digunakan untuk perjamuan besar dan rapat.


*Sonya Pov End.



"Kurang ajar!! Siapa orang yang sudah berani mengusik Naga Hitam!! Kakak, sebaiknya langsung serang balik mereka!!" ucap adik kedua Drako bernama Subala.


Namun tanggapan Subali sebagai adik ketiga berbeda, "Aku tidak setuju Kak Subala, itu sangat berbahaya. Kita sama sekali tidak tahu kekuatan musuh. Bagaimana jika kenyataannya musuh lebih kuat, bukankah itu sama dengan menjemput kematian?".


"Pengecut kau Subali!! Apakah nuranimu sudah mati? Bagaimana mana bisa kau menunda diri, sementara seluruh keluarga ponakan kita (Arwana) baru saja tewas terbantai."


Sebagai kakak tertua, Drako menengahi mereka berdua.


"Justru aku setuju dengan Subali, sebaiknya kita kirim dulu spionase/ mata-mata untuk mencari tahu kekuatan musuh."


Saat ketiganya berdebat sengit, mereka merasakan aura kuat mendekat ke arah mereka.


"Siapa itu?!!" Ketiganya mulai waspada.


"Katakan padaku, siapa yang telah membunuh keluarga ayahku, Kek??" darah Sonya mendidih sehingga mengeluarkan aura kultivasinya ditingkat Kapten. Diam-diam Sonya mendengar pembicaraan mereka.


Keterangan:

Sonya adalah anak angkat Arwana

Arwana adalah anak Drako.

Yang disiksa oleh bu Ambar adalah Arwana junior, yang tak lain adalah anak Arwana.

Sebutan Naga Hitam adalah Drako, Subala dan Subali.



Setelah tahu aura itu milik Sonya, ketiganya menarik kewaspadaannya.


Awalnya, Drako ingin memberitahu Sonya hal yang terjadi, tapi setelah perdebatan barusan, ia mengurungkan niatnya demi keselamatan Sonya sendiri.


"Siapa pelakunya kek? Aku akan membunuh bajingan itu!!".


"Jagal!! Jagal adalah pelakunya!" sahut Subala setelah diberitahu Drako sebelumnya, dan Drako sendiri mendapati kabar dari Jambrong, yang berasal dari kesaksian Airin.


"Lancang kau Subala!! Apakah kau tidak menghargaiku sebagai kakakmu!!" Drako marah karena ia berusaha tidak mengatakan demi keamanan cucu angkatnya.


Hal yang mengejutkan terjadi saat Sonya menanggapi.


"Jagal? Bukankah dia adalah teman Kak Haikal?"


Ketiga kakek itu saling berpandangan.


"Kau mengenalnya Sonya?" tanya Drako.


"Dia adalah Kepala preman di kota Berastagi, dan tingkat kultivasinya kalau tidak salah hanyalah ditingkat letnan satu sama dengan Kak Haikal."


"Sedangkan kak Arwana (junior) berada selevel denganku di tingkat Kapten. Belum lagi ada ayah (arwana senior) di level Mayor. Bagaimana bisa mereka berdua kalah?" tutur Sonya.


"Demi menyelamatkanku, ayah rela menjadi umpan dan akhirnya terkepung!" Airin tiba-tiba datang bersama Jambrong yang memapahnya.


Melihat kedatangan Airin, semuanya bergegas menghampirinya karena melihat kondisi Airin yang memprihatinkan.


"Kakek… kakek harus menuntut balas!!" pinta Airin dengan terisak.


Drako mengangguk lalu dia bertanya, "Lantas dimana kakakmu (Arwana junior) ?".


Airin menjawab, "Sebelum kejadian pembantaian, aku melihat Kak Arwana dan Kak Haikal beserta puluhan orang lainnya pergi entah kemana."


Sonya memotong.


"Aku yakin Kak Arwana telah mengusik orang kuat, sehingga membuat orang itu marah, Kek!" Sonya menduga dengan intuisinya sebagai seorang polisi.


Subali berkata, "Semua orang tahu, Keluarga Arwana dilindungi oleh Naga Hitam. Siapa orang kuat yang berani meremehkan kita bertiga?".


"Jagal hanya dijadikan sebuah pion, Kek!!. Pasti ada orang kuat di belakangnya" jawab Sonya dengan menduga.


Lantas Drako memberi perintah pada Sonya, "Kalau begitu tangkap Jagal dan korek informasi darinya. Beritahu kakek hasilnya dan jangan bertindak gegabah tanpa seizinku, meskipun itu perintah dari atasanmu. Kamu paham?".


Sonya mengangguk dan lantas pergi. Ia akan menggunakan jabatannya sebagai perwira tinggi di kepolisian untuk melacak posisi Jagal.


------------------------------



Di Gerai Ambar Future.


Nyawa Arwana hampir di ujung tanduk, lelaki itu telah disiksa hidup-hidup. Bahkan para wanita mengharapkan Arwana tetap hidup, semakin lama ia hidup semakin puas mereka menyiksanya.


"Singkirkan bajingan itu, Sambo!" perintah Zee.


"TIDAK!!" teriak para wanita serempak mengajukan protes.


Zee dan Sambo menelan ludah, ditatap garang oleh para wanita yang sudah seperti serigala lapar.


BRUM BRUM BRUM, Tiba-tiba raungan mobil terdengar makin jelas ke arah gerai. Rupanya Kodok dan Belut datang dengan membawa mobil barunya.


Mereka berdua mendatangi gerai karena pada saat kembali ke rumah, Sulis mengatakan jika Zee berada di gerai untuk menyelesaikan masalah.


"Master, lihatlah keren bukan mobilnya. Hahaha…" ujar Belut menunjuk ke arah Bugatti Chiron dan Pagani Zonda Tricole.


Zee ternganga melihat dua mobil mewah terparkir di halaman. Batinnya serasa ingin menangis.


"Aissshh..... Kau sudah merampok tabunganku, Belut!!" gerutu Zee tampak pasrah.


Belut berpikir, dalam hatinya berkata, "Aku membeli untuk diriku, Kodok dan Sambo. Apa aku salah mengartikan perintahnya, ya?"


"Tapi master… dirumah masih ada satu lag, kalau tidak salah mereknya Porsche Taycan."


Makin terkejutlah Zee mendengarnya, "Habis sudah tabunganku" keluhnya dalam hati.


Disaat kepalanya pusing memikirkan tabungannya yang ludes, Jagal menghubungi Zee.


"Hallo master, perintah anda sudah saya kerjakan. Markas itu sudah hangus terbakar beserta seluruh keluarga dan antek-anteknya. Tidak ada satupun dari mereka yang selamat."


DEG!!


Jantung Zee berdegup dengan keras mendengar laporan tersebut, ia berharap dugaannya salah.


"Apa kau membunuh para ibu dan anak-anak?".


"Benar master, aku membasmi hingga ke akarnya, agar tak ada dendam di kemudian hari" Jagal menjawab dengan percaya diri.


Ingin rasanya Zee mengamuk tapi nasi sudah menjadi bubur.


"Kini keluargaku dalam bahaya, keluarga besar lainnya pasti akan menuntut balas. Ini tidak sederhana yang dipikirkan" ucap Zee dalam hati.


Zee mengumpat dengan kasar, "Bodoh kamu, Jagal!!" setelah itu membanting hancur handphone nya.


Zee langsung merangsek ke arah salah satu mobil yang dibeli Belut barusan. Ia memacu mobilnya menuju rumahnya dengan cepat. Dengan perasaan yang was-was, ia memikirkan nasib keluarganya dan tidak mengharapkan sesuatu yang buruk telah terjadi.


Selang berapa lama, akhirnya Zee tiba di depan halaman rumah. Ia langsung keluar dari mobilnya dan mengaktifkan Mata Langit untuk memindai keadaan isi di dalam rumahnya.


"Syukurlah semuanya baik-baik saja" Zee bisa bernafas dengan lega.


"Sementara hanya ini dulu yang akan aku lakukan."


Tak tanggung-tanggung, Zee langsung memasang Formasi Kubah Bintang tingkat sepuluh, untuk menjamin seratus persen keselamatan keluarganya. Formasi yang sedang dibuat Zee semakin membesar hingga menutup semua area rumahnya.


Awalnya Zee hendak menghubungi ibunya untuk mengabari, tapi mengingat handphonenya telah rusak, ia terpaksa masuk kedalam. Tentu hanya Zee seorang yang mampu melakukannya. Kultivator kelas tinggi pun belum tentu sanggup menembusnya.


Setelah Zee berpesan pada ibunya, ia minta izin untuk pergi lagi. Di jalan, ia berpapasan dengan iring-iringan mobil polisi yang membunyikan sirine.


Zee tidak tahu, jika iring-iringin itu adalah rombongan Sonya, yang akan menuju rumahnya. Ia membawa pasukan tanpa seizin pucuk pimpinan polisi dan juga mengabaikan nasehat dari perintah kakeknya (Drako).


*Flashback


Jagal dengan terpaksa memberi informasi tentang masternya. Setelah ia tertangkap dan dibuat babak belur oleh Sonya dan hampir membunuhnya.


Informasi itu tersebar hingga terdengar oleh pucuk tertinggi kepolisian.


Drajat Wirabrata sangat terkejut saat mengetahui dalang dibalik pembantaian keluarga arwana adalah Zee. Orang yang pernah menyembuhkan cedera dan meningkatkan kultivasinya.


Hatinya merasa dilema terhadap janjinya pada Zee dan sumpahnya terhadap kesatuan. Hal yang paling dikhawatirkan olehnya akhirnya terjadi juga.


Setelah Sonya menghadap Drajat Wirabrata, ia sangat murka karena pucuk pimpinannya itu tak memberikan instruksi apapun seolah menutup mata.


"Aku bergabung dengan kepolisian untuk menjadi pelindung di kota Berastagi. Aku ingin membunuh orang yang telah menyuruh membantai keluargaku!!"


"Lihat saja nanti! Aku tidak sabar menangkap dan mencingcangmu!!" umpat Sonya ditujukan pada Zee.


*Flashback End.



Karena begitu banyaknya iring-iringan polisi, membuat lalu lintas menjadi berisik dan macet. Karena sebagian lajurnya dipakai kepolisian untuk lewat.


Dari sekian banyak iring-iringan polisi yang lewat, ada satu mobil polisi yang tertinggal jauh dibelakang. Mobil polisi itu menjadi cemoohan warga karena kearoganan polisi lah yang membuat lalu lintas menjadi macet.


Seorang polisi akhirnya keluar dari dalam mobilnya, setelah akses laju mobilnya ditutup dan dikempesi bannya.


Polisi itu menggunakan pentungannya untuk mengusir para warga dan bahkan terpaksa menembakan senjata ke udara untuk menakut-nakuti.


Karena macet, Zee keluar dari mobilnya untuk merokok dan menikmati tontonan konyol tersebut.

Samar-samar ia mulai merasakan aura yang ia kenali, sehingga membuatnya penasaran.


Zee memindai dengan mata langitnya, ia terkejut di dalam mobil polisi itu terdapat Jagal yang babak belur dan sebuah borgol di lengannya, bahkan kepalanya sampai ditutupi oleh kain.


Zee mulai menggabungkan potongan puzle-puzle yang terjadi hari ini, dan menyimpulkan bahwa iring-iringan mobil polisi itu pasti memiliki tujuan.


Zee membanting puntung rokoknya, "Sial, sepertinya polisi sudah mengetahui kasus ini. Secara Jagal telah ditangkap, kemungkinan Jagal sudah membocorkannya."


Meskipun tebakannya bahwa iring-iringan polisi itu akan menuju alamat rumahnya, Zee tidak khawatir sama sekali. Karena ia sudah memasang Formasi yang sangat kuat.


"Sepertinya rumah pemberian tuan wiguna akan cocok sebagai tempat tinggal para harem-haremku nanti. Kebetulan rumah itu berada di pegunungan yang jauh dari keramaian. Keluargaku akan menjadi penghuni pertama tentunya." ucap Zee merencanakan kedepannya.


Yang menjadi pikiran utama Zee saat ini adalah, bagaimana membebaskan Jagal yang ditawan? kemudian ia mengingat seseorang dan segera mencari kartu nama yang tersimpan di dompetnya.


Zee menghubungi Drajat Wirabrata, yang tak lain seorang pucuk tertinggi di kepolisian untuk membebaskan Jagal. Dan Zee juga mengingatkan beliau atas ucapan janjinya waktu itu.


Setelah menelpon, ada seorang pria yang tidak dikenal oleh Zee berseru padanya, "Ssst… Bung!! Izinkan aku menumpang mobilmu, oke!".


Belum juga dijawab oleh Zee, pria itu sudah masuk duluan tanpa seizin Zee. Membuat Zee memicingkan alisnya.


"Kurang ajar sekali nih orang!!" Zee mengumpat lantas ia masuk kedalam mobilnya dan melihat pria tadi sudah duduk di sebelah kemudinya.


"Ayo jalan!!" seru seseorang yang duduk di belakang.


Zee menoleh dan ternyata itu suara wanita yang duduk dibelakang. Zee melihat tak ada wanita tadi, makanya ia bingung, kapan wanita ini masuk?


"Antar aku ke Villa Gunung Ciremai!" pinta wanita cantik itu.


"Apa kalian berdua cari mati?" kata Zee menatap sinis kedua orang yang tidak tahu diri ini.


Pria di sebelahnya berkata, "Bung! Kami akan membayarnya berapapun juga, tolong antarkan kami berdua".


"Yah berapapun yang kamu minta nanti, kami sanggup membayarnya!" wanita cantik itu ikut menimpali.


"Baiklah aku pegang kata-kata kalian!!" ucap Zee tersenyum licik lalu menurunkan kaca jendela dan menyalakan sebatang rokok.


Wanita yang duduk di belakang sangat kesal, melihat tingkah Zee yang bukannya langsung jalan malah santai-santai merokok.


"Hei bung! Ayo jalan!!" pekik wanita itu dengan kesal.


Zee menghembuskan asap rokok dengan kasar, "Hei nona, kita ini sedang terjebak macet! Apa matamu itu buta!!" Bentak Zee.


"Kalau begitu biar aku saja yang membawa mobilnya, bung!" ucap si pria.


Zee mengangguk setuju, ia penasaran bagaimana pria ini akan keluar dari kemacetan?


Setelah berganti posisi, pria itu berusaha menepikan mobilnya untuk keluar dari jalur utama dan menyelinap ke dalam gang sempit. Zee tertegun dan baru tahu keberadaan gang sempit tersebut.


Pria itu berusaha semampunya menembus gang sempit hingga ke ujung gang, yang ternyata ujung gang itu menembus jalur utama lagi tapi dari sisi sebelah timur. Setelah terbebas, pra tersebut menggeber laju mobilnya.


Namun, tidak lama setelah melaju keluar, beberapa kendaraan off-road hitam tiba-tiba mengejar dari arah belakang. Kepungan dari sisi kiri dan kanan memaksa mobil mereka untuk berhenti.


"Itu adalah orang-orang dari Macan Kumbang!" ucap si pria.


"Apa mereka berubah pikiran?" Raut wajah dari wanita cantik yang duduk dibelakang berubah pucat.


Keduanya keluar dari mobil.


"Macan Kumbang? Siapa mereka?" ucap Zee dari dalam mobil yang tidak ikutan keluar.


Keduanya lantas dikepung oleh sekelompok pria berpakaian hitam.


"Nona Kanaya, kita bertemu lagi!" pria botak yang memimpin itu menyapa.


"Ternyata kalian orang yang diam-diam telah mengikuti kami, ya!" Kanaya terkejut dan marah. Dia sudah merasa curiga ada orang yang membuntutinya. Saat terjebak macet, kesempatan itu digunakan keduanya untuk kabur dengan meninggalkan mobilnya dalam kemacetan.


"Apa maksud kalian!" si Pria itu bertanya dengan marah, "Berani sekali kalian membuntuti kami? Apa kalian tahu siapa aku? Apa kamu tahu siapa ayahku?"


Pria botak itu mencibir, "Ronald Sanjaya dan Kanaya Simbolo. Putra dari Keluarga Sanjaya dan Putri dari Keluarga Simbolo. Tentu saja kami tahu identitas orang tua kalian yang terhormat!".


"Lalu kalian masih berani melakukan ini pada kami? Siapa yang menyuruh kalian?!" si pria yang bernama Ronald itu semakin marah.


"Kami membuat kesepakatan dengan Macan Kumbang barusan. Uang dan barangnya sudah beres. Apa kalian masih berani melanggar kesepakatan itu?"


"Ya, ketua kami berubah pikiran" Pria botak itu berkata dengan nada dingin, "Uangnya kami terima dan kami menginginkan barang itu kembali. Kalian serahkan barangnya!!".


Ronald dan Kanaya terkejut ketika mendengar hal ini. Mereka tidak menyangka transaksi dengan Macan Kumbang begitu tidak bermoral.


Ronald berkata dengan marah, "Bagaimana kalau kami menolak?"


"Hehehe…. kalau begitu kami terpaksa merebutnya dari kalian!" Pria botak itu menyeringai.


Zee mengamati pertengkaran dan terlalu malas untuk terlibat. Namun pada saat ini, seorang pria berbaju hitam mengetuk jendela mobil dan membentaknya, "Kamu turun juga!"


"Rupanya kamu yang memberikan tumpangan pada mereka berdua bukan?"


Zee terpaksa keluar dan berkata dengan dingin, "Memangnya masalah, jika aku memberikannya tumpangan?"


Saat Zee berbicara, pria botak mendekat dan bahkan mengancam dengan pisau, "Sombong sekali nada bicaramu, nak!!"


BUGH!!


Zee meninju secepat kilat. Sebelum sempat bereaksi, pria botak yang memegang pisau itu telah terpukul dan terlempar.


Tiba-tiba, suasana menjadi hening!


Meskipun dari sudut pandang orang lain, Zee bisa dicurigai sebagai pelaku utama yang telah melakukan serangan barusan.


Tinjuan Zee tadi benar-benar membuat pria botak itu terlempar lebih dari sepuluh meter jauhnya. Ini bukanlah kekuatan yang bisa dilakukan manusia biasa.


"Dia… ternyata dia seorang jagoan ahli?" ucap Ronald dengan tercengang.


Asal tahu saja, Ronald telah bertemu dengan banyak jagoan ahli, tetapi bahkan orang terkuat di sekitar ayahnya saja tidak akan mampu melempar seseorang sejauh lebih dari sepuluh meter, terlebih dengan sekali pukulan. Ditambah bobot pria botak yang besar dan gemuk itu sekitar seratus sepuluh kilogram.


Di bawah tatapan semua orang yang terkejut, Zee berjalan menuju pria botak itu selangkah demi selangkah.


"Kamu... kamu…" Pria botak itu memaksakan dirinya untuk duduk. Mulutnya penuh darah. Dia menyeka dengan tangannya dan sebagian giginya telah rontok. Dia gemetar menahan rasa takutnya.


"Masih berani mengancamku?" Zee berkata sambil menginjak dada pria botak itu sehingga mengeluarkan darah.


Ronald yang melihat itu, berlari mendekati Zee dan membisikan sesuatu.


"Aku tidak peduli dengan Macan Kumbang mu itu, jangan pernah melukai saudaraku ini lagi! Kamu camkan itu!!" Zee menggertak.


Ronald merasa terharu, orang yang memberikan tumpangannya, baru saja menyebutnya sebagai saudara. Ronald menyeka bulir yang keluar dari matanya.


"Baik, aku tidak akan mengganggunya lagi. Mohon ampuni aku, tuan" ucapnya memelas tidak terdengar searogan tadi.


Setelah melihat ketiga orang itu pergi dengan mobil. Kelompok yang lain mulai sadar dari keterkejutan dan menghampiri ketuanya.


"Ketua, apa kita akan membiarkan mereka pergi begitu saja?" Para anak buah membantu pria botak itu berdiri dan ragu-ragu apakah mereka harus mengejarnya atau tidak.


"Omong kosong! Apa kamu bisa mengalahkan orang itu kalau kamu mengejarnya?" Pria botak itu memegang dada dan perutnya yang terasa sakit.


Ini adalah pertama kalinya dia dikalahkan dengan sekali pukulan, yang langsung membuatnya tidak berdaya.


Yang lebih parah lagi, Zee mengatakan ketidak peduliannya terhadap organisasi Macan Kumbang.


"Ayo pergi! Kita harus bergegas kembali!" Pria botak itu menyadari betapa seriusnya masalah ini.


Dia harus melaporkan pada ketua Macan Kumbang.


"Anda benar-benar luar biasa, bung!" ujar Ronald memegang setir dengan satu tangan dan mengacungkan jempol ke arah Zee dengan tangan lainnya.


Ronald sangat mengagumi kekuatan Zee, bahkan terbesit dalam pikirannya untuk berguru.


"Bung, terima kasih telah membantu kami" ucap Kanaya yang ikut bersuara.


Mereka berdua bersyukur bertemu Zee, jika tidak sudah dipastikan mereka akan mendapati kerugian besar, kehilangan uang sekaligus barang dalam perjalanannya kali ini.


Mendengar ucapan terima kasih kedua orang itu, Zee tidak memikirkan apa pun. Namun, ada satu hal yang membuat Zee lebih penasaran.


"Apa yang sebenarnya mereka inginkan dari kalian?" tanya Zee.


Kanaya mengeluarkan sebuah patung giok dari dalam ranselnya, "Yang mereka inginkan adalah ini".


"Seminggu yang lalu, aku melihat patung giok ini di acara pelelangan dan ingin memberikannya kepada kakekku sebagai hadiah ulang tahun, tapi aku tidak mendapati kesepakatan harga dengan Ketua Macan Kumbang."


"Lalu beberapa hari kemudian, Macan Kumbang tiba-tiba menghubungiku lagi dan bilang kalau dia bersedia menjualnya kepadaku asalkan menaikan harganya sedikit lagi. Dan juga, transaksinya harus dilakukan di tempat Macan Kumbang.


"Aku merasa tidak nyaman datang sendirian. Jadi aku mengajak temanku Ronald. Tapi, aku tidak pernah menyangka Macan Kumbang akan berniat menipuku.


Ronald tanpa sadar memukul setir dengan marah dan

berkata dengan kesal, "Macan Kumbang telah benar-benar menipu. Jika saja aku tahu masalahnya jadi begini, aku akan membawa orang-orang kuat dari ayahku.


Zee menatap patung giok yang berada di tangan Kanaya dan mendapati bahwa meskipun giok itu adalah sepotong giok yang bagus. Rupanya ada orang yang telah sengaja membuat mantera dari sebuah gulungan kecil dan memasukkannya ke dalam patung tersebut. Tentu saja Zee tahu berkat kemampuan mata langitnya.


"Patung giok ini adalah sudah menjadi benda yang berenergi hitam. Aku sarankan lebih baik dibuang saja, agar tidak membahayakan orang lain dan dirimu sendiri" ungkap Zee dengan ramah mengingatkan.


"Apa? Energi Hitam?" Keduanya serempak berkata.


Sama-sama keduanya tidak percaya saat mendengar penjelasan dari Zee barusan.


"Tapi… Berdasarkan penjelasan dari pihak pelelangan,

patung giok ini sudah dibersihkan oleh orang terkemuka!" Kanaya menambahkan sambil tersenyum.


Mendapati reaksi keduanya seolah tidak mempercayai kata-katanya, Zee pun masa bodoh dan tidak berkata apa-apa lagi.


Saat keduanya melihat Zee yang terdiam, mereka berpikir bahwa Zee hanya melemparkan candaan saja.

Mereka berpikir ulang, meskipun Zee seorang jagoan ahli, belum tentu paham soal seni giok.


"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Intinya aku sangat senang bertemu denganmu. Kita sampai lupa sejauh ini belum berkenalan, Aku Kanaya dan siapa namamu?" ucapnya dengan mengulurkan tangannya yang putih mulus, samar agak berbulu halus.


Ronal turut mengulurkan tangannya juga sambil sebelah tangannya yang lain memegang setir.


"Namaku Zee. Nama yang Singkat jelas dan padat bukan? Hahaha…." Kelakarnya sambil menyambut uluran tangan mereka bergantian.


"Terimakasih Zee, sudah membantu kami. Aku tidak tahu bagaimana membalas terimakasih kepadamu" ucap Ronald.


"Kalian tidak perlu berterima kasih padaku."


Awalnya memang Zee tidak berniat membantunya, justru sekelompok orang itu yang bersikeras memaksanya keluar dari mobil.


"Tapi, bantuanku itu tidaklah cuma-cuma" Zee berkata

dengan tenang,


"Aku sudah membantu kalian sebanyak dua kali. Kalian harus membayar lebih!"


"Uh ..." Seketika suasana di dalam mobil menjadi hening.


Ronald dan Kanaya saling memandang. Mereka tidak menyangka Zee begitu blak-blakan.


"Hahahaha..... Rupanya anda, tipe orang yang blak-blakan ya, Zee!" Ronald tersenyum kecut.


"Kalau begitu, berapa bayaran yang kamu inginkan, Zee?" tanya Kanaya.


Uang bukanlah hal yang sulit bagi kedua keluarga mereka.


Zee memikirkannya. Ia baru saja dirampok oleh Belut untuk membeli tiga mobil mewah dan itu membuat tabungannya terkuras habis.


Zee mengatakan jumlah uang yang diminta, "Kalau begitu, berikan aku sepuluh miliar rupiah!".


"Apa?? Bukankah itu sama saja dengan merampok kami, Zee!" Ronald terkejut.


Tanpa sepatah kata pun, Kanaya langsung meminta nomer rekeningnya dan mentransfernya.


"Aku telah mentransfer dua miliar, sisanya yang tiga miliar saat nanti kita bertemu lagi" Kata Kanaya.


"Sisanya yang Lima miliar?" tanya Zee pada Kanaya.


"Kamu mintalah pada Ronald" Kanaya menjulurkan lidahnya menatap temannya itu. Awalnya gara-gara dia yang sok-sok'an, jadi Kanaya memutuskan untuk membagi dua tagihannya.


Ronald menepuk jidatnya, "Lah… sisanya kok aku sih, Nay!!".


Kanaya melihat kemampuan beladiri Zee yang luar biasa dan juga menilai bahwa Zee ini sangat misterius orangnya. Membuat ia menjadi sangat penasaran dan ingin mengambil kesempatan ini untuk mengenalnya.


Dua miliar rupiah dalam rekening miliknya sebagai dana cadangan awalnya, disiapkan karena khawatir Ketua Macan Kumbang akan menaikkan harganya lebih tinggi lagi.


Kanaya tidak menyangka akan terjadi kejadian seperti ini. Cukup masuk akal juga jika Zee meminta bayaran tinggi. Tentu saja, ia tidak membayar lunas semuanya sekaligus, tetapi juga demi kesempatan baginya untuk bertemu di lain waktu.


Ronald lekas mengemudikan mobilnya ke Villa Gunung Ciremai di kota Berastagi.


Setibanya di villa, Kanaya lebih dulu turun dari mobil setelah itu disusul oleh Ronald dengan wajah yang terlihat kusut. Bagaimana tidak, Zee memalaknya lima miliar dan itu langsung menghabiskan tabungan pribadinya.


"Dari kemudi mobil Zee berkata, "Jangan lupa dengan tiga miliarmu" ucap Zee mengingatkan Kanaya.


Kanaya cemberut Zee mengungkitnya lagi, padahal Zee sudah tahu alamat rumahnya. Jika butuh, tinggal datang ke rumahnya. Pikir Kanaya.


"Terima kasih atas kerjasama kalian!" Zee melambaikan tangan sambil tersenyum.


--------------------------



"Seorang pelayan mengabari Drako, "Maaf tuan… Nona Sonya meminta ingin bertemu dengan anda".


"Bagus, cucuku sudah kembali. Pertanda anak sudah berhasil menjalankan tugasnya!" ucap Drako dalam hati..


Sonya pantang kembali, sebelum tugasnya selesai. Dan itu selalu dia kerjakan tiap mendapat perintah dari kakeknya.


Lalu Drako mengiyakan pelayan itu.


Subala dan Subali yang keluar dari kamar Airin, melihat seorang pelayan keluar dari ruang pribadi kakaknya. Karena penasaran mereka berdua langsung bertanya pada pelayan tersebut. Karena aturan yang ketat, seorang pelayan hanya diizinkan masuk jika membawa sesuatu atau berita yang sangat penting saja.


"Kau membawa berita apa?" tanya Subala menghentikan langkah pelayan.


Pelayan itu menjawab dengan menundukan wajahnya, "Saya menyampaikan pesan dari Nona Sonya, bahwa beliau ingin bertemu dengan Tuan Drako saat ini juga".


Setelah mengatakan, pelayan itu pergi.


"Bagus! Bagus sekali!! Anak itu bisa diandalkan!" kata Subala yang di anggukan oleh Subali juga.


KRIEEEET!! Pintu terbuka, membuat Drako menoleh ke arah sumber suara.


"Cih!! Kenapa kalian yang nongol?!" Drako mendengus dengan kesal.


Tak berselang lama, orang yang dinantikan kedatangan Drako pun datang.


"Kakek, aku ingin mengatakan sesuatu!" pekik Sonya dari luar ruang pribadi kakeknya yang terbuka.


Subala langsung menanggapi, "Masuklah! Cepat beritahu kami!".


"Aku sudah meringkus Jagal, dia sudah mengatakan siapa dalang dibaliknya?"


BRAK!! Subala menggebrak meja dengan emosi, "Katakan siapa pelakunya!!"


"Seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun, dan Jagal memanggilnya sebagai Master Zee."


Ketiga kakek tersebut saling berpandangan, seolah-olah memiliki pertanyaan yang sama di benak mereka masing-masing.


"Apa kamu tidak salah Sonya? Seorang pemuda pemuda berusia dua puluh lima tahun dipanggil dengan sebutan Master?" Kata Subali.


"Benar kakek Subali. Aku mendapat informasi langsung dari Jagal. Aku bahkan hampir membunuh kepala preman itu!".


"Itu sangat mustahil! Atas dasar kualifikasi apa dipanggilnya seorang Master? Memang apa prestasinya? Dan di tingkatan apa kultivasi pemuda itu?" Subala merasa heran.


"Aku juga merasa aneh Kakek Subala. Saat aku melaporkan pada pucuk pimpinan. Tidak ada sama sekali reaksi dari beliau, seolah menganggap remeh kasus pembantaian keluarga kita, kek!".


"Apa?!! Drajat Wirabrata berani menantang Naga Hitam!!" Subala emosi merasa dirinya diremehkan.


Namun Drako berkata lain, "Sudah tak usah pedulikan tua bangka itu, sebentar lagi juga dia akan mati. Aku pernah bertarung dengannya."


Lalu Sonya lanjut menceritakan.


"Karena kesal, aku membawa sebagian pasukanku menuju alamat yang diberikan oleh Jagal, tanpa seizin pucuk pimpinan."


Mendengar itu, Drako menautkan alisnya. Bukankah dia pernah menasehati Sonya untuk bergerak seizinya dirinya?


Drako tak jadi menyela, karena Sonya sudah melanjutkan ceritanya lagi.


"Ada hal yang lebih aneh lagi, kek!. Rumah itu tidak bisa ditembus oleh senjata api. Bahkan aku sudah mencoba menyerangnya dengan kekuatanku sendiri. Hasilnya diluar dugaan, aku beserta seluruh pasukanku terluka, karena seranganku justru berbalik ke arah kami semua, Kek."


Saking terkejutnya, ketiga kakek itu tidak mengucapkan apa-apa. Hanya rahangnya saja yang terbuka lebar.


"Sebenarnya itu apa, Kek? Mengapa aku tak bisa menembusnya? Jika dilihat rumah itu tampak biasa saja dari luar, kenyataannya rumah itu seperti terlapisi oleh sesuatu yang sangat kuat.


"Itu adalah Formasi!" Drako berkata.


"Apakah pemuda itu juga seorang jagoan ahli? atau seorang ahli Formasi saja?"


"Aku masih bisa mengimbangi jika pemuda itu hanyalah seorang Ahli Formasi, tapi akan beda cerita jika dia juga seorang Jagoan Ahli" Ungkap Drako yang tidak yakin bisa mengalahkannya.


"Aku belum bertemu dengannya, wajahnya saja aku tidak tahu, kek!" ucap Sonya.


"Tapi menurut dugaanku, orang yang bernama Zee itu pastilah jagoan ahli, karena sekelas Jagal saja bisa tunduk. Aku sangat kewalahan saat melumpuhkan Jagal, karena tingkat kultivasinya sudah berada ditingkat Kapten yang sama denganku. Padahal terakhir kali bertemu, dia masih berada di tingkat letnan satu" Papar Sonya.


Drako mulai menjelaskan, jika seorang jagoan ahli menguasai pengetahuan formasi, sudah dipastikan kekuatannya akan menjadi dua tingkat di atas kultivasinya.


Sebut saja jika pemuda itu berada di tingkat Mayor (satu tingkat diatas Kapten) maka kekuatannya akan setara dengan tingkat Kolonel.


Namun apa jadinya, jika ternyata kultivasi pemuda itu berada di tingkat Brigadir Jenderal? yang sama dengan dirinya (Drako). Maka kekuatannya akan setara dengan Letnan Jenderal.


Itu sangat mengerikan, dirinya tidak akan sanggup bertahan lama dalam menghadapi musuh kuat seperti itu. Bisa dipastikan dirinya akan terbunuh dengan sangat mudah.


Setelah mendengar penjelasan Drako, semua merasa ngeri. Niatan membunuh yang berapi-api di awal, seketika lenyap begitu saja.


"Sonya, kabari Jambrong untuk membubarkan semua pasukan. Untuk sementara waktu, kita tidak akan mengusik pemuda itu!" kata Drako.


"Tapi kek!!" Sonya protes.


"Tidak ada tapi-tapian!!" Bentak Drako.


Sonya merasa kesal, kakinya menghentak lantai dan pergi begitu saja tanpa pamit.


"Jangan bertindak bodoh! Untuk kali ini saja, turuti perintah kakekmu ini!!" teriak Drako yang melihat Sonya semakin menjauh.


Dalam hati Drako berkata, "Sejak kapan ada orang kuat di kota Berastagi?".



Bersambung…


 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd