Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MATA LANGIT

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
BAB 20
Tawaran Hadiah



Sulis dan Eroh bergegas turun dari lantai atas kamarnya, sesaat setelah mendengar kegaduhan di lantai bawah.


"Aduh… itu kenapa dengan istri mu, Sambo?" tanya Sulis yang melihat wanita yang dia kenal sedang terbaring di sofa tanpa bergerak. Wajahnya pucat dan terlihat lelehan darah keluar tanpa henti dari telinganya.


Bingung untuk menjelaskannya, Sambo menjawab dengan kata-kata yang tak jelas, "Anu… itu Nyoya, Eeee…"


Sedangkan Zee, sedari tadi sudah memindai kondisi istri Sambo dengan Mata Langitnya.


"Percayakan saja istrimu padaku, dia akan baik-baik saja" perkataan Zee itu telah meredakan sedikit ketegangan di wajah Sambo.


Saat Zee akan mulai mengobati, fokusnya teralihkan seketika saat Eroh berteriak histeris.


"ADUUUUHH… anak satu ini kenapa lagi? Kepalanya kenapa berlumuran darah??" Sulis tampak histeris melihat Dani bersimbah darah di pangkuan Belut yang tiba-tiba datang.


"Bukannya kalian pergi memancing? Kenapa pulang-pulang anak orang jadi begini?!" Sulis pun tampak emosi dibuatnya.


Belut menundukan wajahnya, tak berani menatap wajah nyonya masternya itu.


Kelakuan Eroh dan Sulis membuat Zee merasakan pening, lantas ia memberi kode pada Sambo.


Seolah mengerti kode dari Zee, Sambo memukul tengkuk keduanya hingga pingsan, namun sebelum ia melakukannya, Sambo telah lebih dulu menangkupkan telapak tangannya didada. Tanda meminta maaf pada masternya itu.


"Master, sebenarnya…." ucap Belut yang akan bercerita tapi langsung dihentikan oleh Zee.


"Simpan dulu ceritamu, biarkan aku mengobati keduanya terlebih dahulu".


-------------------------------


Sementara itu keadaan di cafe anggrek, sudah layaknya kapal pecah. Berbagai furniture hancur berantakan, makanan dan minuman tumpah berserakan. Tinggal seorang saja yang masih berdiri, sementara sepuluh lainnya telah tumbang dengan luka yang serius.


"Aku harus segera keluar dari tempat ini" Kodok menjilati bibirnya yang tampak berdarah.


"Cuih…. kroco sialan! Beraninya mengeroyok ku" umpat Kodok.


Baru juga Kodok akan beranjak pergi, ia dikejutkan oleh suara tepukan.


PROK PROK PROK PROK


"Hebat hebat hebat!! Sepuluh anak buahku dibuat tak berdaya, kau seorang jagoan ahli rupanya." Ucap pria bertato bernama Jagal berdiri menghadang Kodok. Seiring anak buahnya kembali berdatangan satu persatu.


Jagal merasa ada yang tak beres, tak biasa anak buahnya kembali begitu lama. Ia akhirnya menelpon untuk mencari bala bantuan, sebagai antisipasi.


"Huh… Sepertinya lawanku kali ini akan sangat merepotkan. Kodok mengerutkan dahinya, kali ini ia tak mampu mengukur kultivasinya lawannya itu.


Sebagai kepala utama preman di kota Berastagi, tentu banyak sekali anak buahnya yang tersebar di beberapa titik. Dengan sekali panggilan, maka tanpa penolakan anak buahnya akan datang dengan senang hati.


"Langkahi mayatku jika kau ingin pergi dari sini" tantang Jagal si kepala preman.


"Tunggu apalagi, kak Jagal. Patahkan kaki dan tangannya!!" geram anak buah di belakangnya.


Tanpa membuang waktu, Kodok berlari menyerbu ke arah Jegal dengan sisa tenaga yang dimilikinya.


TAP *Serangan pertama mampu ditangkis Jagal dengan mudahnya.


Disusul dengan serangan berantai yang juga mampu ditepisnya lagi oleh Jagal *TAP TAP TAP TAP


"Hanya itu kemampuanmu?" ejek Jagal yang lalu dibalas sebuah tendangan memutar, putaran tendangannya mampu menciptakan desingan angin karena saking kuatnya.


DUAK


Kodok yang mendapati tendangan Jagal yang mengenai bahu kanannya langsung terjungkal dan ambruk. Disusul dengan tinjuan yang masuk telak di bagian perutnya. Membuat darah seketika muncrat dari mulutnya..


Tak sampai disitu, kali ini Jagal menjambak rambut lawannya dan menghempaskannya ke tembok. Yang semakin membuat Kodok terluka parah.


GREB* Disusul Sebuah cengkraman kuat di leher Kodok. Saat Jagal berniat mematahkan batang lehernya, sebuah ponsel berdering di saku celana Kodok. Dan itu menghentikan niat Jagal seketika.


-----------------------------------


Di kediaman rumah Zee.

Setelah mengobati keduanya, Zee mendengarkan cerita dari Sambo dan Belut. Tampak semburat kekhawatiran di wajah Zee setelah mendapati kejadian ini.


"Bawa mereka berdua ke kamar dan biarkan istirahat. Kalian jangan khawatir, dalam dua atau tiga hari lukanya akan sembuh" papar Zee pada Sambo dan Belut. Lalu keduanya membawa masing-masing ke kamar.


"Kenapa Kodok tak kunjung kembali?" Zee mencari nomor kontak di ponselnya.


Setelah menekan tombol hijau di ponselnya, suara terdengar dari ujung telponnya mengatakan, "Bawa peti mati!! Jika tak datang dalam lima belas menit".


Sambungan terputus sepihak.


Mendengar ancaman itu, Zee langsung menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja dan langsung menuju Cafe Anggrek.


Kini Zee berdiri di ambang pintu ruang VIP seorang diri. Menatap ke arah dalam ruangan, matanya tertuju pada sosok Kodok yang tergeletak tak berdaya dengan sekujur luka ditubuhnya. Zee menghela nafas lega saat menyadari esensi jiwa Kodok masih menyala meski itu sangatlah redup. Setidaknya masih ada harapan untuk diselamatkan.


Salah satu anak buah Jagal melebarkan matanya karena terkejut. Ia menghampiri Jagal dan berkata, "Bos… Orang itu yang telah membuat Juki dan kawan-kawan yang lain cacat sewaktu di Restoran."


Mendengar itu, Jagal mengangkat sebelah alisnya. Tak menyangka bahwa orang yang disuruhnya datang adalah penyebab sebagian orang-orangnya ditahan pihak polisi.


"Menarik!!" ucap Jagal menatap tajam ke arah Zee.


"Pantas saja kau datang seorang diri, rupanya punya nyali. Kuberi kau satu permintaan, sebelum nyawamu ku cabut!!" kata-kata Jagal terdengar arogan dalam ruangan.


Zee menyahut dengan sebuah kata ejekan, "BACOT!!"


Mendengar itu, Jagat langsung melepaskan tekanan Aura Letnan Satu nya, membuat anak buah disekitarnya berlutut di lantai seketika. Namun hal berbeda dengan Zee, ia masih bisa berdiri dengan tenangnya.


Hanya dengan sekali kibasan lengannya, aura tekanan Letnan Satu milik Jagal, langsung hancur seketika. Bahkan tekanannya, kini justru berbalik menghantam pemiliknya.


Uhuk Uhuk *Darah muncrat dari mulut Jagal, dadanya terasa sesak.


"Aura milik ku dijadikan sejata balik olehnya?" batin Jagal tak habis pikir. Pernah ia bertemu lawan dengan kultivasi di atasnya, ketika tekanan auranya dipatahkan, hanya auranya saja yang akan musnah tanpa memberikan efek balik.


"Teknik apa yang digunakan bajingan itu?" pikir Jagal.


Saat ini Jagal paham, mengapa pemilik handphone itu menamai Master pada kontaknya.


Jagal yang setengah membungkuk menahan dadanya yang nyeri, mundur selangkah saat Zee mendekat kearahnya.


"Dimana kearoganan mu tadi?" Langkah Zee semakin mendekat.


Anak buah Jagal reflek mencoba melindungi. Namun lambaian tangan Jagal seketika menghentikan langkah anak buahnya.


Jagal menyadari kondisinya saat ini semakin tidak baik-baik saja. Sekarang ia mulai merasakan area Kundalini nya semakin kacau, energi dalam tubuhnya perlahan tak dapat dikendalikan.


"Kau.. Kau…" Jagal terkejut menyadari ini adalah tanda-tanda kehancuran kultivasi.


Jagal berlutut dengan tubuh gematar, tak mampu membayangkan jika ia nantinya menjadi orang biasa. Bagaimana ia bisa bertahan hidup? Pastinya ia akan dirundung, akan banyak orang yang balas dendam akibat perbuatannya.


"Saya mengaku kalah, Master. Mohon beri saya pengampunan" isak Jagal yang membuat anak buah di sekitarnya mundur beberapa langkah karena tak percaya apa yang telah dilihat dan didengarnya.


"Oh… Rupanya kamu sadar diri?" ucap Zee lalu berbelok ke arah Kodok yang tergeletak tak berdaya.


Sebenarnya, saat Zee mengibaskan lengannya tadi. Di saat itulah, ia tidak hanya menghancurkan aura lawannya. Tapi secara bersamaan, telah melemparkan empat bilah jarum perak ke titik kundalini lawannya. Yang mengakibatkan putaran energi dalam kundalininya kini menjadi kacau balau dan perlahan-lahan akan mengikis vitalitas kehidupannya.


Zee melakukan itu dengan sebuah pertimbangan. Semakin sedikit waktu yang ia gunakan, akan semakin cepat dapat menyelamatkan nyawa Kodok.


Sekarang saat baginya mengobati Kodok, tanpa ia peduli dengan jerit kesakitan Jagal yang menyayat hati.


Setelah dirasa cukup mengobati Kodok, Zee menghubungi Belut, memintanya segera datang. Saat ia melihat ke sekitar ruangan, ternyata anak buah Jagal sudah pada menjauh, mereka meringkuk tak berdaya di dekat tembok, seperti anak ayam yang kedinginan.


Zee mendekat ke arah Jagal yang berhenti berguling-guling. Suaranya sudah tak lagi melengking, saat ini tubuhnya dibanjiri dengan keringat, pasrah dengan nasibnya saat ini.


"Kedepannya, apa kau masih ingin berurusan denganku?" tanya Zee mencabut jarum-jarum peraknya.


Tak ada suara yang keluar dari Jagal, ia hanya menggelengkan kepalanya berulang kali. Siapa juga yang akan berani melawannya, setelah merasakan penderitaan seperti ini? Batin Jagal.


"Akan aku kembalikan kultivasi mu, dengan syarat mulai sekarang kau dan seluruh pengikutmu adalah bawahanku" ucap Zee menawarkan perdamaian.


Tanpa berpikir lama, Jagal menyetujui tawaran Zee. Meski ia pesimis dengan tawaran nya itu, meski begitu ia menjadikan ini adalah kesempatan hidup baru baginya. Meski perjuangan hidup kedepannya akan sangat sulit tanpa kultivasi.


Melihat Jagal mengangguk, Zee membantunya untuk duduk bersila. Lalu memperbaiki kundalininya dengan tusukan-tusukan jarum perak. Lambat laun, Jagal merasakan kembali denyutan energi pada kundalininya dan seiring waktu denyutannya itu semakin kuat dan teratur.


Bagaimana mungkin kultivasi bisa diatur ulang? Batin Jagal yang tak habis pikir. Ia juga merasa bahagia kultivasinya dapat kembali lagi dan tak harus menjadi orang biasa.


"Ini.. Ini…" Jagal merasa terkejut bercampur haru, karena gelombang energinya kali ini jauh lebih kuat dari yang ia miliki sebelumnya.


"Cuman naik satu tingkat" ucap Zee tanpa melihat ke arah Jagal, ia lebih memilih memapah Kodok yang sudah membaik kondisinya.


Mendengar itu, Jagal seperti layaknya patung. Pikirannya seketika buntu, semua kejadian hari ini diluar dari logikanya.


"Terimakasih, Master!!" ucap Jagal sambil berlutut berulang kali meski Zee tak menghiraukannya.


"Ingat saja dengan janjimu itu" balas Zee yang semakin menjauh meninggalkan ruangan VIP.


Saat Zee akan menjalankan mobilnya, ponselnya berdering dari balik saku celana, matanya menyipit sesaat menatap layar ponselnya.


"Pepaya Bangkok?" sebut Zee meski bukan nama itu yang tertulis di layarnya.


Saat telah mengangkatnya, suara wanita itu berkata, "Suamiku ingin bertemu denganmu, apakah kamu ada waktu?".


"Hari ini aku lelah, besok saja" sahut Zee.


"Tidak!! Apa kamu gak kangen sama aku?" protes bu Ambar terdengar agak nyaring yang membuat Zee keluar dari mobilnya seketika. Ia menghindari perbincangannya di telepon agar tidak didengar oleh Kodok.


"Besok saja, aku benar-benar lelah hari ini" ulang Zee sekali lagi.


"Aku gak mau tau, pokoknya harus datang hari ini. Aku akan kirim alamatnya sekarang" kata Bu Ambar yang langsung ditutup telponnya.


Saat membaca alamat yang diberikan bu Ambar, Kodok yang telah keluar dari mobilnya, berkata bahwa ia akan pulang menggunakan taxi. Sudah diselamatkan nyawanya dua kali saja sudah beruntung, apakah tidak sadar diri jika ngotot minta diantarkannya pulang?


"Bos macam apa aku ini, membiarkan anak buah sedang sakit pulang dengan taxi?" Batin Zee merutuk diri.


"Tunggu… apakah dia mendengar perbincanganku tadi didalam mobil?" Batin Zee bertanya.


"Baiklah, hati-hati dijalan. Sampaikan pada ibuku mungkin malam ini aku tidak akan pulang" pesan Zee pada Belut, lalu membawa mobilnya ke Perumahan Manggala Citra.


Sesampainya di perumahan yang dituju, mobilnya tak bisa melaju karena di portal. Bahkan beberapa penjaga pos pun langsung mendekati mobilnya.


"Turun kamu!!" tunjuk penjaga dengan garang di depan mobilnya.


Zee hanya menurunkan sebelah kaca mobilnya dan hanya menjulurkan kepalanya keluar. Tak disangka kepalanya malah dipentung begitu saja dari belakang.


BLETAK


"Kenapa kepalanya doang yang keluar? Rasakan itu!! Hahaha…" puas penjaga pos itu terpingkal-pingkal.


Zee mengusap kepalanya yang terasa berdenyut.


Kring Kring Kring


"Kenapa lama sekali?!!" pekikan bu Ambar membuat Zee menjauhkan pegangan handphonenya.


"Tanyakan saja pada penjaga sialanmu itu!!" ketus Zee, yang kali ini ia yang lebih duiu mematikan ponselnya lalu melangkah keluar dari mobil.


Seorang kepala pos penjaga yang tadi hanya menonton saja, tiba-tiba datang menghadap. Lalu membungkuk hormat di hadapan Zee, "Maaf kelancangan kami, tuan".


Rupanya bu Ambar buru-buru menghubungi kepala penjaga pos, agar ciri-ciri tamu terhormatnya dibiarkan masuk.


Kepala pos penjaga yang tengah membungkuk, langsung tersungkur di saat Zee menepisnya, "Minggir!! gak ada urusan denganmu".


GREB *Zee mencengkram kerah baju penjaga yang tadi memukulnya. Dengan kesal, Zee melemparkannya ke arah pohon beringin hingga penjaga itu tersangkut di antara dahan dan ranting hingga menggantung.


"Kekuatan macam apa itu? Layaknya melempar ayam begitu saja" batin salah satu dari dua pengawal pribadi telah datang menjemput di pos jaga. Tubuhnya bergidik ngeri.


"Silahkan masuk tuan, anda sudah ditunggu Tuan Wiguna dan Nyonya Ambar di dalam" ucap kedua pengawal pribadi Tuan Wiguna bersamaan, keduanya merasa segan pada tamu majikannya tersebut.


Setelah membawa masuk Zee, kedua pengawal pribadi itu kembali pada posisinya, berdiri dibelakang Tuan Wiguna.


"Maaf kelancangan kami yang tidak menyambut anda dengan hormat, Dokter" ucap Tuan Wiguna mengulurkan tangan pada Zee, ia memanggilnya sebagai dokter karena ia merasa disembuhkan penyakitnya saat itu.


Dengan ramah Zee menyambut uluran tangan Tuan Wiguna di hadapannya, "Bagaimana kesehatan anda saat ini, tuan?"


"Seperti yang anda lihat, aku sekarang segar bugar bukan? Jika bukan karena dokter, aku tidak akan bisa berdiri sekuat ini" papar Tuan Wiguna dengan wajah sumringah.


Kemudian tuan Wiguna menyuruh Zee untuk duduk. Ia sudah lama ingin sekali bertemu dengan penyelamatnya. Berterima Kasih dan memberikannya hadiah.


"Tolong terima ini, sebagai bentuk rasa terimakasih ku" Tuan Wiguna menyodorkan sebuah kotak dan sebuah dokumen.


"Apa ini, tuan?" Zee berpura-pura tidak tahu apa isinya, tidak mungkin Mata Langitnya tidak bereaksi bukan?


Melihat kepolosan Zee menatap hadiah darinya, Tuan Wiguna kemudian menjelaskan, "Saya sangat terkejut sekali, saat diberitahu bahwa anda mengontrak rumah dan bekerja sebagai manager di Gerai Ambar Future. Bagaimana mungkin, penyelamat hidup saya dibiarkan menderita. Jadi anggap saja saya memberikan ini sebagai balas jasa."


"Mengontrak? Bukankah…." batin Zee mengingat ulang percakapannya saat itu bersama bu Retno.


*Flashback

Bu Retno menjelaskan pada Zee, bahwa kemarin sore ada pak RT berkunjung ke rumahnya bersama seorang lelaki yang mengaku sebagai manajer perumahan Pondok Labu.


"Kok kamu gak bilang sama ibu sih kalau akhirnya rumah itu kamu beli?" tanya bu Retno sambil menyerahkan sertifikat rumah dengan nada yang agak kesal, kalau saja dia menjadi perantaranya kan sudah pasti dirinya akan dapat jatah komisi.


"Aku cuman ngontrak kok bu, gak beli. Beneran deh" kata Zee meyakinkan bu Retno.


"Kalau ngontrak, kenapa kepemilikannya atas nama kamu" balas bu Retno sambil menyodorkan sertifikat rumah.


"Beruntung sekali kamu, Zee.. kamu tahu tidak apa yang dikatakan manajer perumahan itu kemarin?"


Aku menggeleng karena memang tak tahu apa-apa. "Memangnya apa yang dikatakan Manager itu kemarin, bu Retno?"


"Manajer itu mengatakan, bahwa kamu adalah pembeli ke dua ratus yang mendapatkan reward. Artinya kamu berhak memiliki rumah itu tanpa harus membayar biaya angsurannya" ucap bu Retno menjelaskan.


"Gak! Gak masuk akal lah bu, bagaimana mungkin saya yang mendapatkan reward. Justru yang seharusnya mendapatkan reward adalah pembeli pertama rumah itu, wong saya tangan kedua.


"Lah.. iya ya Zee.." bu Retno tercengang menyadari sesuatu yang salah. Sebenarnya sejak awal dirinya juga menyadari kejanggalan itu tapi berhubung dirinya bersama pak RT disuguhi segepok masing-masing uang senilai 10 juta yang membuat akal warasnya menjadi konslet.


"Sudah lah Zee.. gak usah dibahas! Udah rezeki kamu itu mah, terima aja sudah" saran bu Retno membuatku tak berniat mendebatnya lagi.

Flashback End*


Mengingat itu, Zee melirik ke arah istri dari Tuan Wiguna yang duduk disampingnya. Merasa diperhatikan oleh Zee, bu Ambar menjulurkan setengah lidahnya.


Saat ini Zee baru menyadari, bahwa itu semua pasti ulah bu Ambar, ia pernah cerita bahwa dia tinggal di kontrakan pondok labu. Bukankah semua komplek perumahan pondok labu adalah bagian milik usaha propertinya? Pake istilah reward segala.


Zee berpikir ulang, untuk apa diberi rumah lagi? Yang kemarin saja masih bagus. Apa jangan-jangan pemberian rumah kali ini adalah ide gilanya dia juga?


"Maaf tuan, kedua hadiah ini terlalu berlebihan menurut saya. Bukankah anda menganggap saya sebagai seorang dokter? Sedangkan kewajiban dokter adalah menyembuhkan pasien sesuai kemampuannya. Jadi itu adalah kewajiban saya, lagian biaya pengobatannya sudah dibayar lunas oleh istri anda. Saya rasa…. Ini terlalu berlebihan."


Pemuda ini menolak? batin Tuan Wiguna. Ia tak habis pikir, masih ada orang di zaman ini yang sanggup menolak hadiah berupa harta benda. Disaat memikirkan itu, satu dari pengawal pribadinya membisikan sesuatu padanya perihal apa yang telah ia saksikan saat di pos jaga.


"Aku harus menjalin hubungan baik dengan pemuda ini, bagaimanapun caranya" batin Tuan Wiguna.


Lalu ia menghadap ke arah istrinya, alih-alih mendapat bantuan darinya. Justru sebuah senyuman ambigu yang ia terima dari istrinya. Jengkel dibuatnya, Tuan Wiguna menyikut lengan istrinya itu sambil berbisik, "Senyuman mu itu jelek, bantu aku agar anak ini mau menerima hadiahnya".


Bersambung….


 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd