Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MATA LANGIT

Part 15
Master



Pagi minggu ini adalah hari yang cerah, tapi tidak dengan suasana hatiku. Dari semalam.. aku memikirkan bagaimana caraku menguak kebinalan ibu dan bibiku atas apa yang aku lihat kemarin.


"Tumben gak masuk kerja, Zee?" sapa ibuku dengan membawa kopi dan pisang goreng di nampannya. Lalu ikut duduk di sebelahku di ruang keluarga.


"Liburlah bu.. masa iya kerja terus" jawabku sembari mengambil pisang goreng hangat dan memakannya.


"Nah kalau yang ini pasti buatan ibu, yang kemarin Zee makan kurang begitu enak."


DEG


Jantung bu Sulis berdetak keras dan berkata dalam hatinya, "Kemarin..? Eroh bilang kalau anakku pulang kemaleman"


"Kok kamu tahu kalau bi Eroh buat pisang goreng kemarin, memangnya kamu pulang kapan, Zee.. jam berapa? kok ibu gak tahu ya" selidik bu Sulis menutupi kegugupannya.


"Siang kemarin Zee balik kerumah untuk mengambil dokumen yang tertinggal, saat Zee balik.. keadaan rumah sepi banget, pada pergi kemana sih bu kemarin?" tanya balik Zee pura-pura tak tahu.


"Ee… itu, bibi dan ibu pergi ke pasar, itu loh Zee.. pasar yang ada lantai berjalannya" jawab bu Sulis yang nampak tertekan.


"Lantai berjalan? Ooh.. itu namanya eskalator, jadi ibu dan bibi pergi ke mall? kataku dengan sedikit kecewa karena ibu telah berbohong.


"Ya kemarin habis dari mall" sahut bu Sulis.


Ternyata ibu berbohong, apa ibu tak tahu jika anakmu ini telah memergokinya? Zee tahu apa yang ibu dan bibi lakukan kemarin, segala bilang pergi ke mall. Hadeuh… Saat memikirkannya itu, bi Eroh tiba-tiba ikutan nimbrung.


"Ya ampun bi.. duduk di sebelah sana napa, segala nyempil di tengah, ah!" protesku.


"Kamu kenapa sih, Roh..? Kayak ketakutan gitu, habis ngeliat setan ya?" tanya bu Sulis.


"Nemu kecoa di kamar mandi, ih geli banget.. terus aku bejek-bejek deh" kata bi Eroh yang masih saja nyempil berdesak-desakan di tengah diantara aku dan ibu yang sedang duduk.


Kejahilan melintas saat melihat pisang goreng yang kumakan tersisa setengah ditanganku, langsung saja aku masukan kedalam baju bi Eroh.


"Tuh kecoanya masuk ke baju bi!" pekikanku mengagetkannya.


Teriakan dan reaksi bi Eroh membuatku tak berhenti tertawa. Namun kejadian tak terduga justru membuatku terbelalak saat bi Eroh yang tanpa sadar melucuti pakaiannya sendiri. Celakanya pakaian yang dikenakan bi Eroh adalah pakaian terusan mirip daster, ketika pakaiannya terlepas hanya menyisakan bh dan cd.


"Wuah sexy sekali, Bi.." ucapku reflek yang langsung disambut jeweran telingaku oleh ibu.


Menyadari kelakuannya, bi Eroh langsung saja jongkok menutupi setengah kebugilannya.


"Pakai bajumu Roh.. anakku sudah dewasa, apa kamu sudah gila!" pinta bu Sulis yang masih menjewer kupingku hingga memerah.


"Anakmu yang berulah, kenapa aku yang disalahkan!" protes bi Eroh yang kemudian ngacir entah kemana.


"Lihat apa tadi? Anak nakal!!" ketus Ibu yang kini beralih mencubit pinggangku berkali-kali.


Pasrah sudah apa yang dilakukan ibu padaku, sepertinya ibu sangat marah. Seakan tak rela jika anaknya tadi melihat hal yang tak senonoh. Padahal apa yang aku lihat bukanlah sebuah kesengajaan. Apa ibu sedang menjaga imagenya agar terlihat baik di mataku?


TING TONG

TING TONG


"Bu.. hentikan, ampun! Ada tamu loh bu" kataku membuat ibu menghentikan serangannya.


"Tamu siapa?" tanya ibu dengan mengerjapkan matanya.


"Mana Zee tau lah.. kalau Zee masih disini" jawabku.


"Ya sudah, coba kamu lihat barangkali tamu penting" ujarnya kemudian pergi meninggalkanku.


TING TONG

TING TONG


"Ya bentar.. gak tau apa gue habis kena ulti emak-emak" gumamku melangkah ke arah pintu.


CEKLEK


Saat pintu telah kubuka, berdiri dihadapanku tiga orang, yang mana salah satu dari ketiganya aku sendiri mengenali, "Dinar?"


"Selamat pagi manager Zee.. maaf mengganggu waktu weekend anda" sapa Dinar yang diapit dua orang di sisi kiri dan kanannya.


"Siapa mereka berdua Din?" tanyaku.


Dengan tersenyum ramah, Dinar memperkenalkan kedua orang tuanya. Menjelaskan padaku akan maksud kedatangannya. Kemudian aku mempersilahkan mereka bertiga untuk masuk.


"Silahkan duduk, mau minum apa?" kataku berbasa-basi.


"Gak usah repot-repot manajer Zee.. tadi aku habis menjemput ibu dan bapak di pasar, ibu ingin sekali bertemu dengan anda, ya sudah sekalian saja saya antarkan" kata Dinar yang langsung dilanjutkan dengan perkataan ibunya.


"Benar yang dikatakan Dinar, nak Zee.. ibu ingin berterimakasih atas delivery makanan yang dikirimkan tiap hari. Keluarga kami sangat terbantu oleh kebaikan nak Zee".


"Oh soal itu.. itu sudah pantas Dinar dapatkan kok bu, anak ibu sudah bekerja dengan keras di gerai kami. Jadi saya memberikannya reward. Anak ibu pantas mendapatkannya kok" kataku dengan tersenyum ramah.


Dinar yang ikut mendengarkan penjelasanku jadi tersipu malu. Ekspresi kedua orang tuanya seketika menoleh ke arah Dinar, seakan mereka bangga atas perjuangan anaknya selama ini.


"Terimakasih manajer Zee atas rewardnya dan aku akan menjadikan ini sebagai motivasi kerjaku kedepannya" tutur Dinar sembari dibelai lembut oleh ibunya.


Terkadang apa yang kita beri yang menurut kita anggap itu kecil, tapi jika memberinya pada orang yang tepat, maka nilai yang kita anggap kecil itu sejatinya adalah nilai yang besar bagi orang yang membutuhkan. Syukurlah.. aku membantu pada orang yang tepat.


"Eh ngomong-ngomong.. saya ambilkan minum dulu, jangan menolak rezeki tak baik" kataku sebelum mereka menolaknya untuk kedua kali. Mereka bertiga mengangguk tanda setuju.


Saat berjalan dua langkah, tiba-tiba Dinar berkata, "Maaf manager Zee, apakah saya boleh membantu anda membuatkan minuman?"


Aku menoleh ke arah ibunya seolah meminta pendapat, seakan mengerti dengan tatapanku itu, ibunya mengizinkan.


"Mm.. baiklah, ikut saya ke dapur, Din.." kataku.


Saat Dinar tengah membuat minuman bersamaku, dirinya tampak begitu antusias, saat diajak berbincang pun tak lepas dari senyumannya yang tulus dan ramah.


"Din.. aku tak suka jika kamu memanggilku seperti yang kamu lakukan di gerai, kupingku gatal jika mendengarnya".


"Mm.. bagaimana kalau mas?" sahut Dinar.


"Gak suka dengan panggilan itu!" kataku protes.


Dengan mengusap dagunya seolah sedang berpikir, lalu Dinar berkata "Bagaimana kalau Kak Zee?"


"Itu lebih baik, dipanggil sayang juga boleh" kataku dengan mengerlingkan sebelah mata membuat wajah Dinar bersemu merah.


Sedang asik menggoda Dinar, tahu-tahu ibu sudah berdiri di dekat kami. Aku tak melihat kedatangannya, mungkin karena terlalu fokus pada Dinar tadi.


"Siapa ini Zee? Cantik sekali.." sapa ibuku dengan tersenyum ramah.


"Makasih tante.. saya Dinar, teman kerjanya di gerai" kata Dinar menarik tangan ibuku untuk menyalaminya.


"Kok nak Dinar yang buat minumannya sih, Zee.. masa tuan rumah nyuruh tamunya" protes ibu ke arahku.


Karena tahu apa yang akan ibu lakukan, jadi aku sudah mengantisipasinya, bergerak agak menjauh dan berkata, "Kalau itu.. tanyakan pada Dinar saja ya, bu.."


"Kemana? Mau menghindar kamu ya, Zee.." seru ibuku melihatku pergi.


"Maafin kelakuan Zee, ya nak Dinar.. Anaknya emang nakal" lanjut ibuku.


Selamet.. selamet.. kalau kena cubit ibu lagi bakalan panjang penderitaanku. Aku melihat bekas merah di pinggangku yang sedikit terlihat kebiruan. Saat kusentuh terasa nyeri. Ah.. keterlaluan, dendam apa ibu padaku?


Kucari salep untuk mengobati lukaku, sekian menit kucari di kamarku tapi tak kunjung juga menemukan, atau mungkin aku memang tak memilikinya.


Aku masuk kedalam kamar mandi yang ada di kamarku, lalu menyalakan water heater untuk memanaskan air.
Sambil menunggu airnya panas, ku siapkan beberapa bahan untuk mengompres.


Dengan duduk di pinggiran bathtub, kulepaskan baju dan kulihat lagi luka yang terlihat merah agak kebiruan di bagian pinggang kananku ini.


Kenapa mata langitku memberikan informasi pada lukaku? Info apa yang akan diberikan? Jangan bilang kalau lukaku memiliki nilai jual, gak lucu ah!.


Karena penasaran.. aku membaca informasi yang terlihat dari mata langit dengan bermalas-malasan. Karena aku pikir informasi yang tak penting yang bakal aku dapatkan.


Luka : Memar dengan istilah ecchymosis, terjadi ketika pembuluh darah berukuran kecil yang ada dibawah kulit rusak. Hal ini menyebabkan pendarahan di dalam jaringan kulit, dan ditandai dengan warna keunguan atau kebiruan.

Pengobatan Medis : Pengompresan air hangat.
Pengobatan Alternatif : Energi Petir teknik penotokan.
'Menyalurkan energi listrik yang tersimpan didalam tubuh dengan menggunakan totok jari sebagai saklarnya dan pikiran sebagai pengendalinya.


Kondisi tubuh anda saat ini mengandung unsur petir, sebuah busur listrik dengan kekuatan cahaya telah tersimpan di dalam kundalini. Bisa digunakan sebagai pengobatan alternatif.


Selesai membaca informasi, membuatku seperti patung yang tak bergerak, tubuhku kaku dengan pikiran yang entah kemana. Kukerjapkan beberapa kali mataku untuk mencerna apa maksud dari informasi yang kubaca barusan hingga akhirnya aku menyadari beberapa hal.


"Oke.. mari kita coba" kataku dengan semangat.


Kutempelkan jari telenjuk pada permukaan lukaku, aku meringis menahan sakit.


"Mana? apanya yang bisa mengobati? perih iya malah kurasa, ah gimana sih..!" rutuk ku dengan kesal.


"Mungkin harus ditekan kali ya?" pikirku dan mencoba kembali apa yang kulakukan.


"Aaaaaaaah, periiiihh!!" pekikku mengerang kesakitan.


Tapi tak kunjung juga hasil yang kudapat, karena frustasi aku menyalakan sebatang rokok untuk merelaksasikan diri sembari mengingat kembali apa yang aku baca siapa tahu ada yang terlewat olehku.


Setelah hampir menghabiskan dua batang rokok dengan asap yang memenuhi kamar mandi, membuatku terbatuk dan segera menyalakan exhaust fan. Seketika asap rokok langsung terhisap dengan perlahan.


"Dari pada pusing, sok-sok an pinter, mending.. baca ulang lagi lah" gumamku sembari menatap kembali pada lukaku.


Kali ini aku membaca ulang informasi yang diberikan oleh mata langit dengan hati-hati, setiap kalimatnya kubaca dengan cermat. Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah kunci kalimat yang aku cari.
Disitu tertulis bahwa 'Menyalurkan energi listrik yang tersimpan didalam tubuh dengan menggunakan totok jari sebagai saklarnya dan pikiran sebagai pengendalinya.


"Oke Zee, lu harus fokus" kataku menyemangati sendiri.


Kurapatkan jari tengah dan telunjuk menjadi satu, lalu mengambil jarak lima senti dari luka memar di pinggangku, "Ini sebagai saklar bukan?"


Kemudian aku fokuskan pikiran untuk memanggil energi listrik yang tersimpan di area kundalini, kurasakan pusat energi pada kundalini mulai merambat ke seluruh tubuh hingga ke ujung jari, bahkan aliran listriknya terasa halus dan hangat di setiap pembuluh darah.


"Oke saatnya mencoba" kataku dengan percaya diri.


Dua jari yang sebagai saklar telah kutempelkan pada lukaku, seketika energi listriknya langsung keluar.. aku lihat dengan seksama bahwa energi listrik itu dengan perlahan meregenerasi kebentuk semula.


"Berhasil!! Aku berhasil" pekikku girang sambil berloncatan.


Tanpa kusadari aksi tengilku ini dikejutkan oleh sapaan ibu yang menjulurkan kepalanya ke dalam kamar mandi, "Dicariin loh.. malah asik joget di kamar mandi, itu tamunya gimana?"


"Hehe.. maaf Zee lupa, bu.." kataku menghentikan aksi girang tadi.



"Udah cepet temuin lagi, kasihan nungguin dari tadi!" pinta ibu.


"Ya bu.. ini juga Zee mau nemuin" seloroh ku melewati ibu lalu mencabut handphone yang sedang ku charge.


Aku dan ibu keluar bersamaan dari dalam kamarku lalu kembali menemui Dinar dan kedua orang tuanya.


"Maaf sudah menunggu lama, ada kerjaan gerai yang mesti aku selesaikan tadi" kataku berbohong dan membuat ibu mengerutkan dahinya.


"Tak apa-apa nak Zee, wajar saja di waktu libur pun masih kerja namanya juga manajer, ya kan pak?" kata bu Dinar.


"Benar nak Zee, sewaktu bapak jadi security di perusahaan, manajer bapak dulu ya seperti itu" timpal ayahnya Dinar.


"Jadi bapak pernah jadi security?" tanyaku.


"Iya pernah nak Zee.. tapi sekarang sudah enggak lagi. Bapak dipecat gara-gara teman sendiri, mungkin dia iri atau bagaimana.. bapak juga gak ngerti. Jadi sekarang bantuin ibu jualan dipasar" jawabnya.


Melihat dari perawakannya yang kekar dan wajahnya terlihat tegas, tentunya pantas untuk menjadi seorang security.


"Ya sudah.. bapak bisa jadi security di gerai Ambar Future mulai besok, saya akan menggaji anda 10 juta/ bulan" kataku membuatnya terkejut bercampur senang, begitupun dengan istri dan anaknya yang terlihat bahagia.


"Terimakasih nak Zee.. saya Sambo jagoan ahli tingkat Letnan Satu dengan ini menyatakan siap menjaga keamanan, meski nyawa jadi taruhannya" ujarnya dengan tegas lalu membungkuk kan tubuhnya tanda memberi penghormatan.


"Semangat kerjanya, pak.. ibu selalu mendukungmu" sahut istrinya yang kemudian ketiganya berpelukan.


"Itu baru anak ibu.." bisik ibu di sebelahku melihat reaksi kebahagiaan mereka. Syukurlah jika ibu bangga padaku.


Kurogoh handphone yang berada dalam saku celanaku, melihat notifikasi apa yang telah masuk. Wajar saja semenjak menjadi manajer, handphone ku tak pernah bisu.. selalu saja ada yang mengirim pesan teks ataupun telpon baik dari karyawanku, teman bisnis maupun bu Ambar, lah.. jadi kangen dengan desahannya, gimana kabarnya ya sekarang ya?


Satu persatu kubaca pesan yang masuk, hingga kudapati sebuah pesan dari Dani yang membuatku terkejut. Langsung saja aku menelpon balik menunggu jawaban dari Dani.


"Halo Zee, kami berempat berada di rumah mang Odang sekarang" kata Dani dari seberang telpon lalu lanjut menceritakan perihal kejadiannya.


"Oke, Aku otw sekarang!" kataku lalu menutup panggilan.


Kemudian aku pamit pada ibu untuk balik ke desa... dengan alasan urusan rumah, tapi tidak menceritakan perihal kejadian yang sebenarnya.


"Ya sudah hati-hati, tapi.. dengan apa kamu pergi kesana nak? Mobilnya kan di bawa Dani, sedangkan kamu tidak punya motor" sergah ibuku.


"Maaf nak Zee, kalau tidak keberatan.. pakai saja motor bapak, biar kami pulang naik angkot" ujar pak Sambo kemudian menyodorkan kunci motor.


"Terimakasih atas bantuannya, kalau gitu saya pinjam motornya, saya pamit" kataku menerima kunci.


"Tunggu nak Zee" sergah istri Sambo.


"Pak.. temani nak Zee toh! Bapak kan securitynya, sudah jadi tanggung jawab bapak sekarang" lanjutnya.


Apa yang dikatakan istri Sambo memang benar, meski hanya security di gerai sudah selayaknya menjagaku. Ternyata dia bijaksana juga yah..


"Kalau gitu.. mari kita pergi bersama nak Zee, biar saya yang bawa motornya" ajak Sambo.


Lalu pak Sambo menggeber motornya bak kesetanan, aku yang duduk di belakangnya tampak khawatir.


"Saya belum nikah toh pak" pekikku agar pak Sambo mendengarnya.


"Santai saja nak Zee, saya sudah biasa ngebut, kurang lebih satu setengah jam kita akan sampai" sahutnya.


Aku menggumam dalam hati, "Santai bagaimana? kalau bawa mobil sih aku bisa tiduran, lah ini pake motor.. Ngantuk dikit.. kejengkang gue!".


Benar saja apa yang dikatakan pak Sambo, setelah kurang lebih satu setengah jam.. kami tiba di depan rumah mang Odang, terlihat juga mobil sportku yang terparkir di situ. Lalu aku bergegas masuk kedalam rumah mang Odang bersama pak Sambo.


Kutemui Dani yang sedang tertidur di samping Belut dan Kodok yang terbaring di tempat tidur, tampaknya Dani kelelahan menjaga keduanya.


"Dan.. bangun! Ini gue" sapaku dengan menepuk pelan bahunya, sehingga membuatnya terbangun.


"Bagaimana kondisinya?" tanyaku lanjut.


"Kodok masih tak sadarkan diri, sedangkan Belut sedikit lebih baik kondisinya" jawab Dani.


Lalu Dani menceritakan hasil pengobatan yang dilakukan oleh dukun. Dukun itu berkata bahwa tenaga dalam yang berpusat di kundalini Kodok dan Belut telah hancur, membuatnya menjadi lemah secara fisik.


Pak Sambo yang seorang jagoan ahli menyalak dengan tiba-tiba, "Siapa yang melakukan ini? kejam sekali orang itu sampai tega menghancurkan kundalininya".


Jujur saja.. aku tidak paham tentang basis tenaga dalam dan aku juga belum begitu mengerti tentang kundalini. Aku pun baru tahu kundalini itu dari penjelasan mata langit, perihal energi petir yang tersimpan ditubuhku.


"Apa anda mengerti pak Sambo?" tanyaku karena perkataannya barusan membuatku berpikir jika pak Sambo memang mengerti pada dasarnya.


"Seorang jagoan ahli akan sangat menderita apabila kundalininya hancur, karena kundalini adalah pusatnya tenaga dalam. Bagi seorang jagoan ahli, lebih baik mati daripada hidup tanpa adanya kundalini" tutur pak Sambo menjelaskan.


"Sampai saat ini.. tak ada satu dukun pun yang bisa memperbaiki kundalini yang rusak" lanjutnya dengan menghela nafas berat.


Begitu ya.. jadi kundalini adalah harta berharga bagi seorang jagoan ahli? Sebegitu pentingkah?


"Kalau begitu, biarkan saya mencoba mengobatinya" kataku yang sebenarnya aku sendiri pun tak yakin.


"Apa?! nak Zee bisa mengobati? Ini mustahil!" gumaman pak Sambo yang terdengar lirih di telingaku.


Aku menatap dalam tubuh Kodok dan Belut, mata langitku menyajikan informasi berikut:


Nama : Kodok
Jagoan : Ahli tingkat Sersan Mayor (Serma)
Skill : Spionase dan Jagoan Ahli
Kerusakan : Kundalini dan Kaki sebelah kanan patah
Akibat : Tinju dan tendangan dari seorang ahli tingkat pembantu letnan satu (Peltu)
Kerusakan : 85%
Kesehatan : Bisa disembuhkan dengan energi petir

Nama : Belut
Jagoan : Ahli tingkat Sersan Mayor (Serma)
Skill : Spionase dan Jagoan Ahli
Kerusakan : Kundalini
Akibat : Tinju dari seorang ahli tingkat pembantu letnan satu (Peltu)
Kerusakan : 60%
Kesehatan : Bisa disembuhkan dengan energi petir


Saat membaca keterangan akhir, aku sedikit bisa bernafas lega. Setidaknya ada kemungkinan untuk sembuh, meski aku belum pernah mengobati seorang jagoan ahli.. jadi ini akan banyak menyulitkan, mengingat aku saja baru beberapa jam yang lalu menguasai totok petir ini.


"Pak Sambo tolong bukakan pakaian Kodok dan kamu Dani.. juga bukakan pakaian Belut, aku akan memperbaiki kundalininya" pintaku dengan kepercayaan diri, karena kunci dari pengendalian energi petir tak hanya dari pengendalian pikiran.. namun kepercayaan diri juga sangat dibutuhkan.


"Nak Zee? Apa anda yakin?" tanya pak Sambo.


"Zee.. gue udah kenal elu udah lama, sejak kapan bisa mengobati? kepala elu aja yang ngobati dokter! Udah deh.. biarkan dukun ahli saja yang mengobati" kata Dani bersikap ragu.


"Kalian berdua lakukan saja apa yang aku suruh barusan! Apa kalian ingin aku pecat!!" kataku dengan nada meninggi.


"Yaaaah.. gak asik mainnya ah, pake ngancem-ngancem segala. Iya deh.. gue nurut" sahut Dani.


Begitupun dengan pak Sambo dirinya berkata dalam hati, "Belum juga seharian kerja.. masa udah dipecat aja".

"Iy- iya nak, saya juga nu- nurut aja" ujar pak Sambo dengan terbata.


Aku memejamkan kedua mataku agar pikiranku bisa lebih fokus untuk memanggil energi petir di dalam kundaliniku, saat energinya telah merambat keseluruh tubuhku dan siap untuk disalurkan. Lalu kutempelkan kedua telapak tanganku masing-masing di perut Kodok dan Belut.


Saat terkena sentuhan telapak tanganku pada bagian perutnya, keduanya tiba-tiba terlonjak seperti dokter yang sedang menempelkan alat kejut di bagian jantung pasien, kurang lebih seperti itulah gambarannya.


Dani dan pak Sambo terkejut, melihat perubahan warna kulit tanganku yang menjadi merah menyala, aku juga terkejut tapi hanya sesaat karena aku harus tetap fokus pada pengobatanku.


Aku tak tahu sampai kapan aku harus berhenti, katena pada saat aku coba angkat.. terasa lengket seolah telapak tanganku terkena lem, jadi kuputuskan untuk tetap menempelkannya. Kutunggu lagi beberapa menit.. hingga perubahan kulit tanganku yang tadinya merah menyala menjadi normal kembali.


Dan saat aku angkat.. ternyata mudah saja tak lengket seperti sebelumnya, diiringi dengan perubahan pada aura wajah Kodok dan Belut yang kembali cerah seperti sedia kala.


Keduanya lantas tersadar dari pingsannya, matanya terbuka.. mengerjap beberapa kali, lalu memperhatikan wajah kita satu persatu. Dirasa perutnya tak lagi terasa nyeri, lalu menampar pipinya sendiri beberapa kali untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.


"Gak mimpi kok, dan sakitnya juga sudah tak berasa" ujar Belut memastikan.


"Sama.. perutku juga tak sakit lagi, sepertinya tubuhku merasa lebih baik dari sebelumnya" timpal Kodok.


"Aku sembuh!!" pekik mereka berdua serentak.


Disaat keduanya merasakan kebahagiaan, Dani dan pak Sambo diam seribu bahasa, mereka berdua seakan tak percaya bahwa Zee yang menyembuhkannya. Terutama pak Sambo yang notabene seorang jagoan ahli, dimana daratan dan lautan yang dia pernah jelajahi, tak pernah sekalipun mendengar ada orang yang mampu menyembuhkan kundalini yang rusak, apalagi bisa melihatnya langsung.


Air matanya meleleh seketika, seolah dirinya begitu beruntung di masa hidupnya bisa menyaksikan sebuah keajaiban.


"Sembah hormat Master!" ucap pak Sambo yang tiba-tiba berlutut.


"Ck! Master apaan? Master Limbad!" seru Dani yang tak mengerti apa-apa.


"Kalian berdua berlututlah! Karena master Zee yang telah menyembuhkan kundalini kalian yang rusak" pinta pak Sambo pada Kodok dan Belut.


"Apa???" pekik Kodok dan Belut bersamaan, keduanya benar-benar terkejut akan kebenarannya.


"Aku Belut, jagoan ahli tingkat sersan mayor.. memberi hormat pada master, maaf juga atas kebodohanku yang tak menyadari anda sebelumnya" tuturnya setelah lompat ke lantai dan berlutut.


Lain halnya dengan Kodok, setelah dia lompat justru teriakan kesakitan yang kudengar.


"Aduuuh.. kakikuuu.. aku lupa kalau kakiku patah sebelah" jeritnya terdengar menyakitkan.


Mau ketawa takut dosa.. jadi kutahan saja, konyol juga sih yang barusan dia lakukan itu.


"Bedebah!! Semprul!! Bukannya membantu malah menertawakanku" sewot Kodok pada Belut, Dani dan pak Sambo.


"Sudah diam saja di lantai, biar aku sembuhkan sekalian kakimu yang patah" kataku sambil berjongkok menghadap Kodok. Beberapa menit kemudian.. aku telah berhasil menyembuhkan tulangnya yang patah.


"Terimakasih master!, saya berhutang nyawa dua kali pada anda" ucap Kodok setelah melompat-lompat untuk memastikan bahwa kakinya kini sudah kuat kembali.


"Hei kalian dengar ya.. aku saja tak suka dipanggil manajer, apalagi master. Master apaan!!"


Mendengar itu.. ketiga jagoan ahli tampak ingin menjatuhkan rahangnya. Sebegitu dihormatinya kah seorang master? Bodo amat ah..


"Sebenarnya siapa pemuda yang bernama Zee ini? aku pikir dia sebatas manajer yang berkutat di gerainya saja, tapi tak disangka.. dia adalah seorang master!" gumam pak Sambo dalam hatinya.


Seorang master sangat disegani oleh para jagoan ahli, meski seorang master tak memiliki kemampuan bela diri, ketika para jagoan ahli terluka.. maka mereka akan mendatangi seorang master untuk minta disembuhkan. Itu sebabnya.. kedudukan master lebih tinggi dari para jagoan ahli.


"Sudah ku share loc rumahku, sebaiknya kita ke kota Berastagi sekarang, Kodok dan Belut kalian lebih dulu saja.. gunakan motor milik pak Sambo."


"Siap Master!" jawab mereka serentak


"Sementara aku.. Dani dan pak Sambo menggunakan mobilku. Ayo kita berangkat" lanjutku.


"Tunggu! apa kamu akan meninggalkan mang Odang? Dia kusuruh pergi ke desa sebelah, tadinya untuk membawa dukun untuk pengobatan Kodok dan Belut. Tapi sekarang sudah kusuruh secepatnya pulang, jadi kita tunggu saja" kata Dani.


"Selagi nunggu, sebat dulu napa.. pait nih lidah!" lanjutnya.


"Pantas saja aku tak melihatnya sedari tadi " kataku menghela nafas.


Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd