Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MATA LANGIT

Part 11
Everything it's Ok



"Makasih ya Zee.. baru kali ini mang Odang liat tumpukan uang sebanyak gini" ucapnya seraya meraih tumpukan uang di hadapannya, sementara Zee keluar sebentar untuk mengangkat panggilan telpon.


"Kapan pulang? Saya kangen.. jangan lama-lama disana!" seru seorang wanita dari seberang telpon.


"Besok saya akan temuin ibu di apartemen" Zee menjawab dengan berbisik, seolah tak ingin ada satupun yang mendengar perbincangannya.


"Ok, sampai ketemu besok. Emmuaaaah" sambar wanita di ujung telpon dan seketika perbincangan mereka pun terputus. Zee tampak berdiri mematung mengingat kejadian itu dalam benaknya.


*Flashback


Gempa lokal yang terjadi di sebuah kamar di apartemen tiba-tiba berhenti, ketika lenguhan panjang keluar dari pemuda yang baru saja memenangkan perjudian batu.


Zee tersenyum ragu, ketika melihat raut wajah bu Ambar tampak kecewa. Bagaimana tidak, baru saja melakukan serangan beberapa kali, lelehan sperma sudah menyembur dari batangnya.


"Ma-maaf, bu.. Harap dimaklumi dulu ya bu, saya masih pemula" ucap Zee sedikit gugup.


"lya, tidak apa-apa, saya tahu kalau kamu tadi masih perjaka, justru saya senang, sudah perjaka.. super jumbo lagi, memek saya jadi terasa penn...nuh" sahut bu Ambar sambil mencolek dagunya Zee.


"Nanti saya akan melakukan yang terbaik." kata Zee tersenyum malu-malu dan berjanji pada dirinya sendiri agar bisa memuaskan bos sexynya itu.


"Capek, ya?" tanya bu Ambar ketika melihat Zee duduk di tepi ranjang.


Zee yang baru saja melepaskan keperjakaannya secara resmi tersebut, hanya bisa mengangguk dan tersenyum kecut. Dia merasa sedikit malu, sebagai seorang lelaki ternyata ketahanannya tidak begitu baik.


"Maaf bu.. saya memang belum berpengalaman" ucap Zee sambil menunduk malu.


"Nggak apa-apa sayang.. saya tahu kok. Kamu tenang
aja, nanti saya yang akan ajarin kamu jadi seorang lelaki dewasa. Lagian.. sebenarnya kamu juga udah punya modal kok," tutur bu Ambar sambil mengerling manja.


"Modal?" tanya Zee heran.


"lya, modal kontol sayang" bisik bu Ambar sambil memeluk Zee dari belakang dan membelai lembut batang penis Zee.


Zee merasakan dan belajar menikmati belaian tangan nakal bu Ambar. Sepertinya bu Ambar menginginkan ronde tambahan. Ada rasa yang menggelitik di dalam dada Zee.


Zee merespon belaian dari bu Ambar, dirinya merasa tak tahan merasakan geli yang luar biasa pada batang penisnya.


"Bu… aaaahh…." Zee mendesis.


"Gimana sayang? Nikmat? Main lagi, yuk? Kita
mulai pemanasannya sekarang," kata bu Ambar dengan senyuman menggoda.


Bu Ambar mengerti, bahwa pemuda yang kini berada dalam pelukannya adalah pemuda yang benar-benar polos dan belum berpengalaman. Maka dirinya berinisiatif mengajarkan berbagai macam gerakan. Tak lupa bu Ambar mengajak Zee untuk pemanasan terlebih dahulu.


"Kalau mau lama dan nikmat, kita pemanasan dulu" lanjut bu Ambar.


"Pemanasan?" tanya Zee.


"lya" bu Ambar mengangguk.


"Caranya, bu.."


Bu Ambar berhenti sejenak, dia kemudian tersenyum dan menatap lembut ke arah Zee. Tak lama wanita yang masih terlihat cantik dan sexy di usianya yang tak lagi muda itu langsung mengulum bibir Zee dengan ganas.


Zee yang memang belum berpengalaman dan masih polos, sedikit kesulitan bernapas. Dirinya benar-benar tak menyangka bahwa inilah yang dinamakan pemanasan. Tadi mereka memang sudah bermain satu ronde, tetapi Zee langsung saja menghujamkan batang penisnya kedalam vagina bu Ambar.


Bu Ambar sendiri membimbing tangan Zee untuk menjelajahi tubuhnya. Wanita setengah baya itu tahu
bahwa Zee memang nol dalam pengalaman. Untungnya Zee cepat tanggap, dan Zee kali ini menggunakan insting kelelakiannya.


"Terus Zee!" pekik bu Ambar ketika dirasa pemuda yang sedang berada dalam dekapannya ini sudah lebih mahir.


Zee yang memang memiliki keinginan menaklukkan bu Ambar menjadi lebih bersemangat. Peluh yang menetes di tubuhnya menjadi bukti betapa Zee sudah berusaha keras melakukan yang terbaik.


Tubuh bu Ambar mengejang, mulutnya terbuka lebar selepas dia mendapatkan gelombang sengatan maha dahsyat hanya dari permainan jari tangan Zee di vaginanya. Ada kepuasan yang terpancar dari wajahnya.


"Puas, bu..?" tanya Zee sambil rebahan di samping bu Ambar.


"Kamu benar-benar cepat belajar sayang.. Saya suka sekali tadi," jawab bu Ambar manja dengan nafas yang tersengal-sengal.


"Makasih, bu.. Sekarang kita main ronde kedua?" Zee bertanya lagi.


"Boleh sayang. Tapi, kasih waktu buat saya untuk
istirahat sebentar, ya"


"Siap, bu..."


"Nanti kita coba main beberapa gaya."


"Wow" Zee terkejut mendengarnya.


"Kamu harus jadi lelaki mahir dan perkasa"


"Pasti, bu.. untuk bu Ambar, saya akan berusaha melakukan yang terbaik" sahut Zee sambil tersenyum dan mengambil inisiatif mengecup lembut kening bu Ambar.


Setelah beristirahat sebentar, kedua insan berlainan jenis kelamin itu kembali bertukar ludah. Saling menjamah dan melenguh. Zee benar-benar sangat hebat, dia sudah berhasil belajar banyak.
Bahkan dia kini sudah menguasai permainan. Bu Ambar benar-benar dibuat untuk menyerah dan meminta ampun. Sudah tak terhitung berapa kali
gelombang orgasme hebat yang bu Ambar dapatkan.


"Kamu benar-benar luar biasa, Zee. Saya benar-benar beruntung mendapatkan kamu" ucap bu Ambar.

*Flashback of End


Tersungging senyum disudut bibir Zee kala mengingat kejadian itu. Lantas dirinya kembali masuk kedalam rumah mang Odang.


Saat itu juga, ke empatnya langsung menuju kota, hanya mang Odang yang tak ikut, dirinya diminta oleh Zee untuk mengurus biang keladi atas rumah ibunya yang terampas.
Saat matahari mulai terbit di ufuk timur, mobil sport Zee telah terparkir di halaman kos-kosan.


Setelah memperkenalkan keluarganya pada ibu kos, ibu kosnya menyarankan untuk mengontrak rumah saja, kebetulan rumah depan kosannya memang belum berpenghuni. Dibantu kepala RT perumahan, Zee mengurus segala dokumen izin tinggalnya. Siangnya.. dirinya bergegas menuju sebuah apartemen, karena sejak tadi pagi handphonenya penuh dengan panggilan tak terjawab dan notifikasi dari seseorang.


Setelah memarkirkan mobil mewahnya di basement, Zee segera naik ke dalam gedung apartemennya, melangkah mantap menuju kamar 505 menemui bu Ambar yang sudah menunggunya.


Sekali dua kali tak ada respon saat Zee menekan bel di pintu kamarnya. Saat yang ketiga barulah terdengar suara pintu yang terbuka.


CEKLEK


"Kenapa gak langsung masuk aja, saya lagi mandi tadi, makanya gak denger pas ada suara bel." kata bu Ambar dengan kepala yang menjulur keluar, karena tubuhnya terlilit handuk, khawatir jika ada orang lain yang melihat tubuhnya yang sexy.


"Kuncinya ketinggalan di mobil, males balik laginya" sahut Zee dengan melangkah masuk dan mengunci pintu dari dalam. Kemudian membanting tubuhnya sendiri ke atas kasur yang terlihat sangat rapih dan empuk.


"Sepertinya kamu capek ya?" ucap bu Ambar yang duduk di samping Zee yang rebahan.


Zee bangkit dan ikutan duduk setelah melepas sepatunya.


"Langsung hilang capeknya kok, begitu melihat kesemokan anda bu.." ucap Zee dengan meniup lembut di area rangsang yaitu kuping dan leher, yang seketika tubuh bu Ambar langsung meremang, payudaranya yang bangkok bergoyang akibat tubuhnya yang menggeliat.


"Udah pinter ngegombal ya sekarang…" kata bu Ambar menyapu bibir sensualnya sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Zee.


Melihat respon bu Ambar, Zee menekan ludahnya yang terasa kering di kerongkongan, lalu menarik dalam nafasnya dan membuang secara perlahan. Pada saat ini, Zee ingin membeberkan alasan dirinya balik ke kampung, pikir Zee tak ada ruginya juga, bila menceritakan pada bosnya itu.


"Sekarang ibu dan bibimu tinggal dimana, apakah mereka berdua tinggal di kosanmu? tanya bu Ambar membuyarkan lamunan Zee, karena dirinya merasa kalau sebenarnya Zee ingin mengatakan sesuatu.


"Kami tinggal bertiga di rumah kontrakan" jawab Zee.


"Ngontrak..?" ucap bu Ambar balik, dirinya seakan tak terima jika Zee harus mengontrak, bagi dirinya Zee telah menjadi mata air bagi kemarau birahinya yang kering selama ini.


Zee menganggukan kepalanya.


"Tidak! Tidak!! Masa ngontrak sih.." sentak bu Ambar lalu bertanya lagi karena penasaran, "Ngontrak dimana memangnya?"


"Diperumahan Pondok Labu blok S no. 7, lebih tepatnya berhadapan dengan tempat kosan saya sebelumnya."


Mendengar penuturan Zee, bu Ambar terkejut hingga berdiri dari duduknya.


"Eih.. mau kemana bu?" tanya Zee hendak meraih tangan bu Ambar, tapi naas.. justru yang diraih Zee melainkan handuk yang tengah membelit tubuh bu Ambar hingga terlepas.


"Aw…!!" pekik bu Ambar menyadari ketelanjangannya.


Mata Zee terlihat nanar, melihat pemandangan yang begitu menggoda imannya. "Gak usah dipake lagi handuknya, saya lebih suka dengan ketelanjangan anda itu bu!"


"Dasar mesum!!" sentak bu Ambar membuang handuknya ke arah muka Zee, yang sebelumnya tergeletak dilantai. Lalu dirinya menyambar handphone dan meninggalkan Zee begitu saja. dirinya berjalan menuju pantry untuk membuat teh.


Zee tertawa terbahak setelah menyingkirkan handuk yang menutupi kepalanya. Matanya tertuju pada belakang body bu Ambar yang polos menggoda, pinggulnya terlihat lebar dengan pantat yang bulat dan kencang, membuat bulatan pantatnya menggeol kekiri dan ke kanan hingga hilang dari pandangan indah mata Zee.


Sesampai di pantry, bu Ambar membuat dua gelas teh hangat, sedangkan sebelah tangannya sibuk menggeser layar handphone mencari nomor kontak.


"Hallo pak Broto, segera ambil alih kepemilikan rumah yang berada di Pondok Labu blok S no. 7 berapapun itu harganya" perintah bu Ambar.


"Baik, segera akan saya selesaikan" jawab manager perumahan Pondok Labu. Perumahan itu merupakan salah satu bisnis gurita bu Ambar di bidang properti.


Setelah menutup telpon, bu Ambar menuangkan gula kedalam teh yang sudah diseduh olehnya. Tak berselang lama, dirinya menjerit karena terkejut merasakan bongkahan pantatnya diremas tiba-tiba.


"Aaww !!! Ssss…. aaaahh" pekik bu Ambar beganti desahan panjang karena merasakan bibir vaginanya tersapu oleh lidah Zee.


"Dasar mesum!! Sedot yang kuat memek ku Zee! Oh… yeeees.." pinta bu Ambar yang menoleh ke arah Zee yang tengah berjongkok menjilati vaginanya.


Merasakan hisapan nikmat di area sensitifnya, membuat bu Ambar menepiskan dua gelas teh hangat yang tadi dibuatnya hingga pecah berserakan, tubuhnya ditunggingkan sendiri dan kedua tanganya menyangga pinggiran kabinet pantry yang menghimpitnya.


Clak Clak Clak


Muka Zee terbenam di bongkahan pantat bu Ambar, lidah Zee tak hanya menyapu saja, melainkan menghisap dan mengorek apa saja yang ada ada di dalam vaginanya.


Cret Cret Cret


"Yeaaaaahh.. Ooooohh..." lenguhan panjang bu Ambar mengapit selangkangannya saat meresapi gelombang orgasme yang membuncah.


"Linu Zee…… oh noooooo jangan dihisap lagi itilnya!!" pekik bu Ambar sesaat setelah lahar kentalnya menyemprot.


Setelah Zee menghisap habis cairan kental bu Ambar, dirinya berdiri mengecup leher jenjang bos cantiknya itu, lalu membalikan tubuhnya. Mereka berdua saling tatap dan tersenyum, lalu keduanya saling melumat mencari kenikmatan di setiap sudut bibir dan rongga mulut masing-masing.


"Gimana rasanya cairan sendiri, gurih ya?" tanya Zee.


Kesal dengan pertanyaan yang dilemparkan Zee, bu Ambar meremas biji peler, membuat Zee melenguh mules.


"Aaaakkh!! Penjahat seperti kamu meski dihukum" ucap Zee sengit, lalu memangku tubuh bu Ambar di pundaknya.


"Hahaha… rasakan itu bocah mesum!!" gelagak tawa bu Ambar saat tubuhnya dibopong oleh Zee kedalam kamar, kedua kakinya menendang-nendang angin karena Zee sesekali menampar bulatan pantatnya.


BUGH


Dikamar, Zee segera menghempaskan tubuh polos bos cantiknya itu di kasur springbed, memaksa tubuh bu Ambar memantul-mantul.


"Ayo Zee.. perkosa saya, berikan saya kepuasan lebih seperti waktu itu" titah bu Ambar yang membuat Zee yang berdiri di dekat kasur hanya mengangkat sebelah alisnya.


"Kenapa diperkosa? Bukannya kelembutan dalam hubungan sex adalah hal yang terpenting?" tanya Zee.


"Saya penasaran.. gimana ya rasanya dikasari saat berhubungan" sahut bu Ambar dengan terkekeh geli.


Zee berpikir sejenak mencoba mencerna apa yang barusan bu Ambar pinta.


"Hmm.. baiklah! Kalau itu yang anda inginkan, tak masalah" ucap Zee lantas melepaskan gesper miliknya untuk mengikat kedua kaki bu Ambar lalu melepaskan sarung guling untuk mengikat bagian tangan bu Ambar.


"Ap- ap- apa yang kamu lakukan Zee? Sa- saya cuman bercanda tadi, hahaha… lepaskan saya!, lepaskan!! hahaha…" gelak tawa bu Ambar saat Zee menggelitik tubuh polos bu Ambar tanpa ampun.


Zee melepaskan pakaian dan celana yang melekat di tubuhnya, kini keduanya telah sama-sama bertelanjang. Lalu Zee menyodokan penisnya.


"Mmmm…" mulut bu Ambar terasa penuh terjejal penis Zee yang merangsek keluar masuk di mulutnya. Sesekali Zee menanamkanya lebih dalam membuat bu Ambar tersedak lalu terbatuk.


"Jahat kamu Zee, uhuk… uhuk… saya kehabisan nap-"


Tak sempat menyelesaikan kalimatnya, Zee sudah membalikan tubuh bu Ambar dengan posisi menungging, belahan vagina tampak mengintip diantara bongkahan pantatnya. Melihat itu Zee tampak gemas untuk tidak menamparnya.


PLAK PLAK PLAK


“AWW!! Sudah masukin cepat! tapi pelan-pelan saja” pekik bu Ambar.


Ditekannya penis Zee membelah vagina yang tampak seperti apem tersebut, agak seret.. tapi tanpa hambatan.


"Enak sekali memek anda ini bu.." lenguh Zee saat masuk itulah, rasa nikmat menjalar hingga ke ubun-ubun. Ayunan pinggul Zee mengikuti nalurinya, kadang cepat kadang lambat, sambil meremas-remas kedua payudara montok bu Ambar yang bergerak bebas.


Ekspresi wajah bu Ambar tampak meringis, mulutnya sedikit terbuka, merasakan kenikmatannya saat ini. Perasaannya campur aduk antara harus senang atau sedih, ada penyesalan sekilas karena ucapannya sendiri.


“Ah… ah… ah… lepaskan ikatannya Zee, aaahh… uuuh.. ooohh.. nikmatnya…"


Saat Zee menekan pinggul, bu Ambar menyambut dengan menekan pula, agar sodokan penisnya dapat menekan sampai ke dasar vaginanya. Kedua gelombang birahi saling bertarung meraih kenikmatan.


“Aw!! Kamu jangan terlalu kejam, saya merasa seperti pelacur yang tak berdaya." kaget bu Ambar saat enak-enaknya merasakan genjotan pada vaginanya namun timbul rasa perih, tiba-tiba saja merasakan anusnya tertusuk sesuatu.


“Maaf bu tidak bisa, anda sendiri yang minta dikasari” kilah Zee menolak dan tetap menggenjot diiringi kobelan jarinya pada lubang anus bu Ambar.


"Huhuhu… ini sakit sekali Zee.. aahh.. aaah…"


Rengekan bu Ambar tak dihiraukannya, penis Zee terus-terusan menggempur vagina itu dengan tempo yang semakin cepat.


"Aaahh… kenapa cengkraman memek anda semakin kuat bu?"


"Saya mau dapat.. saya mau dapat! lebih cepat lagi Zee!!! Oooohh.. yeeeess"


SER SER SER


Tubuh bu Ambar mengejang kaku, penis Zee dibiarkan mentok dan terdiam, membiarkan bu Ambar menikmati orgasmenya.


Setelah orgasmenya mereda, bu Ambar berkata" jangan di genjot dulu, memek saya masih linu"


Zee mendengar itu, rasa penasarannya timbul untuk mencoba lubang yang lain, lubang anus bu Ambar yang sudah sedikit mekar kemerahan kembali Zee korek.


"Aw! Aw! Aw! Jangan bermain di lubang itu lagi lah Zee.. saya tidak suka!!"


"Justru saya menginginkan yang ini bu" balas Zee yang sudah menekan kepala penisnya yang telah masuk kedalam lubang anus bu Ambar, membuat bu Ambar tak habis pikir, Zee yang awalnya dianggap polos soal sex beberapa waktu lalu, justru menyimpan fantasi sex yang kejam.


"Saya tidak mau disodomi Zee!! Tidak mau!! Saya mohon.." rengek bu Ambar sedih.


Sudah terlambat baginya untuk menghindar, tubuh bu Ambar yang terikat kaki dan tangannya hanya bergetar menahan perih di lubang anusnya yang semakin tertusuk dalam oleh batang penis Zee.


"Apakah anus anda ini masih perawan? Penis saya terasa sakit"


"Bajingan kamu Zee!! Oh tidaaak!!"


Setelah terbenam sempurna, Zee mulai sedikit demi sedikit mengayunkan penisnya kembali, menggenjot lubang anus bu Ambar yang masih terasa sempit baginya, ringisan Zee pun tampak jelas.


Genjotan penisnya makin lama makin cepat, rintihan sakit bu Ambar berubah jadi lenguhan dan desahan yang menggoda birahi, terdengar syahdu bagi


"Enak ya bu? Tadi bilangnya gak mau" sindir Zee.


Tak dipungkiri bagi bu Ambar, sensasi ini adalah pengalaman pertamanya, batinnya berkata "Oh tidak.. kenapa ini terasa nikmat juga?"


"Ya nikmat! Tapi pelan-pelan sakit tau!!" ketus bu Ambar disambut cekikikan Zee.


"Yah.. yah.. seperti itu, ooh.. ooohh… yes.. ahh…" lanjutnya menahan perih-perih nikmat di lubang anusnya.


Sepasang mata bu Ambar melirik ke arah cermin, melihat dirinya tengah menungging dengan kaki dan tangan terikat, tubuh dan payudaranya berayun-ayun mengikuti sodokan penis Zee. Mukanya menengadah karena Zee menarik rambutnya ke belakang sambil terus menggenjotnya tanpa henti. Hingga akhirnya mulai merasakan kedutan-kedutan batang penis Zee di lubang anusnya menandakan sebentar lagi Zee melepas orgasmenya.


"Dasar bajingan!! Aku seperti pelacur sungguhan saat ini" rutuk bu Ambar dalam batin sambil menggesek-gesek itil dengan jarinya semakin cepat.


"Aaaah… saya mau keluar bu.." raung Zee dengan menyodok penisnya lebih cepat lagi hingga menyemprotkan pejunya berulang kali dalam lubang anus bu Ambar.


"Aaahh… saya juga dapat lagi sssshh aaaahh…" balas bu Ambar.


“Ahh… egh… egh… uhh”, suara mereka berdua memburu saling bersahut-sahutan hingga kembali normal deru nafas mereka berdua.


"Sudah puas??" tanya bu Ambar.


Zee tersenyum hingga memperlihatkan giginya yang putih berseri "Terimakasih… memek dan anus anda memang luar biasa".


"Gak mau! Lain kali mending bermain dengan knalpot mobilmu saja sana!!" timpal bu Ambar sengit.


"Gak mau kok nikmatin juga, hehe…" kekeh Zee sambil membuka ikatan tali pada kaki dan tangan bu Ambar hingga meninggalkan bekas merah.


"Ingat!! Jangan pernah ceritakan hubungan kita selama ini" seru bu Ambar.


"Ok boss!" jawab Zee.


"Apa tadi kamu bilang?" sewotnya


"Iya.. iya ok sayang…"


"Hanya pada saat kita berdua, kamu boleh panggil saya dengan sebutan itu, lainnya NO!!"


"Saya tidak ingin reputasi dan keluarga saya hancur akibat skandal ini" lanjutnya.


"Everything it's Ok.. Aduh sensi amat sih, sini.. sini.. tak peluk cium.. emuah.. emuah..emuah" ucap Zee menarik bu Ambar dalam pelukannya.


"Tadi kamu jahat sekali sih sayang… huhuhu" lirih bu Ambar terdengar manja bercampur sedih.




-------------------------------



Dikontrakan Pondok Labu, bu Sulis yang menanti kedatangan anaknya hingga sore hari belum menunjukan batang hidung. Dirinya merasa cemas semenjak pindah ke kota, padahal sebelumnya nampak biasa saja sewaktu masih tinggal di desa.


"Kamu ini Lis.. lagi apa toh dari tadi mondar-mandir terus, pusing saya lihatnya" seru bi Eroh.


"Kenapa jam segini belum pulang ya, Roh..? Saya khawatir" gumamnya.


"Anakmu kan sudah kaya, wajar dong kalau banyak sekali kerjaannya" timpal bi Eroh.


"Sudah tenang saja.. entar juga balik" lanjut bi Eroh lagi.


TING TONG


Tak lama terdengar suara bel rumah berbunyi membuat keduanya terhenyak.


"Nah.. itu pasti Zee" terka bi Eroh membuat bu Sulis tampak terlihat senang.


Saat bu Sulis sudah berada dekat di ujung pintu, dirinya terhenyak saat mendengar sapaan.


TING TONG


"Samlekom…" pekik suara dari balik pintu.


CEKLEK


"Waalaikumsalam" jawab bu Sulis setelah dibukanya pintu.


Dani terkejut, dipikirnya yang membuka pintu adalah Zee, dirinya lupa bahwa bukan hanya Zee saja yang tinggal di rumah ini.


"Maaf bude, saya pikir…" ucap Dani menggarukan rambutnya.


"Zee adakah bude? Saya ada perlu dengannya" tanya Dani basa-basi.


"Loh.. bude kira kalian satu kerjaan, bude saja lagi nunggu dari tadi, kenapa ya jam segini Zee belum pulang juga, apakah pulangnya selalu malam nak Dani" tutur bu Sulis.


"Kadang malem kadang juga sore, gak tentu juga sih bude…" jawab Dani yang sudah tahu kebiasaan pulang Zee, lantas Dani berinisiatif menelfon Zee saja menanyakannya langsung.


"Dia bilang bentar lagi juga nyampe bude, bilangnya sih gitu"


"Ya sudah masuk dulu nak Dani, nunggunya biar di dalem aja" pinta bu Sulis menyilahkan Dani masuk.


Tak selang berapa lama, Zee sudah memarkirkan mobil miliknya ke dalam garasi rumah, lalu Zee menemukan keberadaan mereka bertiga yang tengah berbincang di ruang keluarga, Zee menepuk pundak Dani saat tengah asik memakan buah nangka.


PLAK


"Ngapain lu kemari, nyari makan gratis kan elu?" Sapa Zee yang membuat Dani tersedak biji nangka.


"Setan ni bocah, ngagetin aja!" rutuk Dani dalam hati dengan terbatuk-batu.


"Bisa di jaga gak sih tuh bacot, malu gue ama emak lu!!" bisik Dani tak terima karena baginya Zee telah menodai kewibawannya.


"Minum dulu nak Dani" bi Eroh menyodorkan segelas air putih karena merasa kasihan.


"Gak usah di baikin bi Eroh.. bentar lagi juga dia mah bakal nglunjak" sela Zee.


"Makasih bi Eroh airnya, udah mana sexy.. baik pula bibi ini" sambar Dani tak menggubris ucapan Zee.


Bi Eroh yang sudah lama tak mendapat sanjungan terlihat tersipu malu layaknya anak abg.


"Sexy yah..? benarkah itu nak Dani?" bi Eroh tampak memutar-mutar tubuhnya layaknya model. Penampilannya yang sekarang jauh lebih baik, berdandan.. juga memakai pakaian yang bagus dan nyaman.


"Benerkan bi Eroh, kata Zee juga apa" ucapnya lantas menyesap teh hangat yang terhidang di meja.


"Matamu di jaga cuk!! Awas aja lu kalau macem-macem!!" bisik Zee terdengar mengancam.


"Udah gak usah ribut, lebih baik makan dulu sini.. kalian pasti sudah pada lapar kan?" tegur bu Sulis sambil menata lauk pauk di meja makan.


"Kamu juga Roh.. gak usah keganjenan deh.. kalau mang Odang tahu bisa digantung kamu nanti!" saran bu Sulis membuat bi Eroh mencetutkan bibirnya.


Setelah makan bersama, Zee dan Dani masuk kedalam kamar, sedangkan bi Eroh dan bu Lilis merapikan meja dan mencuci piring.


"Kamu tuh kenapa toh Lis.. wong anakmu nawarin pembantu kok ditolak" tanya bi Eroh yang sedang mencuci piring.


"Buat apa? Nanti kamu tambah males kalau ada pembantu" sergah bu Sulis tampak menyindir.


"Huh dasar.. eh ngomong-ngomong Lis.. kamu nyium aroma sesuatu gak sih, saat berada dekat anakmu?"


"Gak sih… gak nyium aroma apa-apa" jawabnya yang memang tidak tahu menahu.


"Ah.. aku hafal betul dengan aroma itu.. gak mungkin hidungku ini konslet, pasti si Sulis kena efek kemarau jadi lupa begitu, kasihan kamu Lis.." pikir bi Eroh dalam batin mengomentari jawaban teman seperjuangannya di panti.


"Eh Lis.. apa kamu gak ada niatan buat nikah lagi?"


"Ngaco kamu Roh!!" sambar bu Sulis dengan mencubit pinggang bi Eroh hingga mengaduh kesakitan.


"Udah cepetan nyucinya, balik ke kamar yuk.. serem ah.. kelamaan di dapur malah kerasukan gitu sih.. ntar piring-piring di makan juga lagi kamu mah." seru bu Sulis meninggalkan bi Eroh sendirian.


"Sembarangan kamu Lis.. kamu pikir saya kuda lumping apa?!"


Di dalam kamar, Zee tengah membahas sesuatu.


"Jadi mata-mata kita sudah menemuksn keberadaan mereka?" tanya Zee memastikan.


"Yap! Saya dapat informasi langsung dari mang Odang" sahut Dani penuh kepercayaan diri.


"Tangkap dan sekap mereka, kalau melawan.. beri mereka pelajaran, dan ingat ! biar gue sendiri yang menghabisi nyawanya!!"


Dani terkejut sesaat mendengar permintaan Zee, bagi dirinya tak pernah sedikitpun melihat sorot mata Zee yang mengandung aura membunuh. Dirinya lebih mengenal Zee yang kalem dan tak aneh-aneh.


"Sejak berkantong tebal, elu berubah menjadi misterius dan menakutkan, Zee.." gumam Dani dalam hati.


"Siap boss, saya kabari mang Odang secepatnya" sergah Dani.


Mata-mata yang menjadi suruhan Zee dibawah pengawasan mang Odang, mang Odang sendiri selalu mengabari Dani.


"Pastikan tak ada pihak lain yang ikut campur!! Jika kepolisian dan wartawan mencoba mengambil alih kasus ini, sogok saja mereka dengan uang!!" seru Zee.


"OK" jawab Dani mengacungkan jempolnya.


Hingga pertengahan malam, bu Sulis tampak tak bisa tidur, dirinya merasa gelisah.


"Apa ada benarnya juga ya.. yang dikatakan Eroh barusan. Masa sih nikah lagi, apa masih ada yang tertarik denganku?" Lirih bu Sulis yang terbaring menatap langit-langit kamar tidurnya.


Mendengar lirihan temannya itu, tampak semyum menyeringai dari sudut bibir bi Eroh lantas menarik selimut untuk melanjutkan kembali tidurnya yang terganggu.



Bersambung…
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd