Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

Uodate malam jumat.
Semoga berkah.


You want commitment, and take a look into these eyes.
They burn with fire, Yeah, until the end of time.
And I would do anything, I'd beg, I'd steal,
I'd die to have you in theses arms tonight.
Baby I want you like the roses want the rain,
You know I need you like a poet needs the pain.
And I would give anything. My blood, my love, my life.
If you were in these arms tonight.
I'd hold you, I'd need you,
I'd get down on my knees for you.
And make everything alright,
If you were in these arms.
I'd love you, I'd please you,
I'd tell you that I'd never leave you.
And love you till the end of time,
if you were in these arms tonight.
Oh, yeah.
We stare at the sun, and we made a promise.
A promise this world would never blind us.
And these were our words.
Our words were our songs.
Our songs are our prayers.
These prayers keep me strong, and I still believe.
If you were in these arms.
I'd hold you, I'd need you,
I'd get down on my knees for you.
And make everything alright,
If you were in these arms.
I'd love you, I'd please you,
I'd tell you that I'd never leave you.
And love you till the end of time,
if you were in these arms tonight.
Your clothes are still scattered all over our room.
This whole place still smells like your cheap perfume.
Everything here reminds me of you.
There's nothing I wouldn't do.
And these were our words, they keep me strong, baby.
I'd hold you, I'd need you,
I'd get down on my knees for you.
And make everything alright,
If you were in these arms.
I'd love you, I'd please you,
I'd tell you that I'd never leave you.
And love you till the end of time,
if you were in these arms tonight.
If you were in these arms
Baby, like the roses need the rain.
Like the seasons need to change.
Like the seasons need to change


Hentakan lagu Bon Jovi In these arm mengiringi pijatan lembut seorang pria muda duduk bersimpuh di atas kepala seorang ibu muda. Tangan kurus tapi kuat itu mengusap lembut area area dada putih mulus yang mempunyai dua bukit menonjol yang tertutup tank top hijau tosca. Tak ada untaian tali bra menampilkan 2 tonjolan kecil di puncak bukit indah yang masih tertutup kain tipis.

"Eeeeeeggghhhh.." lenguhan kecil terdengar dari bibir tipis yang menggoda.

Pria muda itu bertelanjang dada, hanya mengenakan boxer abu-abu. Ritme lagu yang ngebeat seakan kontras dengan gerakan jemari remaja yang perlahan. Batang kerasnya terlihat menonjol dan ditempelkannya tepat di atas dahi perempuan seksi yang sedang dipijatnya. Kedua jemarinya menyelinap dibelahan dada yang membusung lalu mengusap kedua sisi dalam payudara itu. Jemari itu bergerak senyap menaiki dua bukit kenyal yang masih terbungkus tank top dan menggapai dua puting dengan kedua telapak tangan yang terbuka, mengusap kedua puting itu lalu jemari itu menelungkup, meremas payudara yang lebih besar dari jangkauan telapak tangannya. Gerakan meremas yang diikuti dengan gerakan maju mundur pinggulnya membuat gesekan batang kerasnya yang masih terbungkus boxer dengan dahi wanita itu menimbulkan sensasi yang menggairahkan keduanya.

"Tete mu nyaman untuk diremas sayang." Puji si remaja sambil menundukkan kepala memandang wajah betinanya.

"Dilepas aja boxer mu sayang, pengen ngerasain kontol mu langsung." Pinta wanita itu.

Remaja itu terpaksa melepaskan kedua tangannya dari kekenyalan payudara si wanita lalu berdiri dan melepaskan boxer yang dikenakannya. Ia pun kembali bersimpuh dan kali ini penis kekar itu menempel erat di dahi si betina dan kedua tangannya pun kembali beraksi di payudara yang sudah polos tanpa tertutup kain.

"Adrian..kontol mu..eeeeehhhh.."

Pujiannya belum selesai saat kegelian di kedua puting karena kegesitan jemari Adrian mempermainkannya mengakibatkan rasa geli menyeruak ke sekujur tubuhnya. Gesekan batang berurat di dahinya menambah sensasi syahwat. Foreplay seperti ini adalah sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan selama menikah. Keponakannya yang terlihat alim dan santun lah yang justru mempermainkan nafsunya dengan awalan yang membuatnya hanya bisa pasrah dan takluk.

"Sssssh..eeegghhhh.."

Desisan dan erangan halus dari mulut wanita itu keluar secara konstan karena rangsangan di titik-titik gairahnya. Tangan itu menelisik naik turun area dada hingga ke selangkangannya disertain kecupan lembut dan jilatan kecil di seluruh area dada hingga ke perut. Penis kekar itu menggesek bibirnya tatkala bibir pria muda itu menelusuri setiap centi meter dari perut hingga ke selangkangannya. Adrian berjongkok mengangkat pinggulnya hingga ujung penisnya terposisikan pas di bibir buliknya. Bulik Dasuki pun membuka mulut dan menjulurkan lidah menjilat kepala penis Adrian.

"Uuuugghhh..sayaaaangg.." Adrian melenguh nikmat.

Tubuh Adrian pun terturun saat wajahnya mendekati lubang kenikmatan Bulik Dasuki. Bibirnya mencium vagina merekah itu dengan liar. Lidahnya menyeruak masuk dan mengobok-obok labia minora hingga klitoris buliknya.

"Mmmmhhhh..mmmhhhh.."

Keduanya tidak mampu mengeluarkan desahan karena mulut mereka sibuk dengan kelamin pasangannya. Posisi yang dikenal dengan enam sembilan ini merupakan posisi foreplay terfavorit bagi para penyuka seks. Foreplay ini bisa dijadikan alternatif sebuah kenikmatan seksual tanpa bersetubuh. Walaupun banyak wanita yang ingin di atas pria saat melakukan ini, tapi sebaliknya pun tidak menjadi masalah serius karena untuk berani melakukan posisi ini keduanya harus sudah merasa nyaman.

Adrian dan Bulik Dasuki sama-sama dalam keadaan bergairah dan ingin memberikan pelayanan seksual yang terbaik. Hanya saja, ada perasaan berbeda di antara keduanya, Adrian melakukan hubungan seks karena pengaruh kuat sisi pemangsanya yang haus akan pemuasan nafsu, Bulik Dasuki merasakan perasaan sayang seperti kekasih karena perlakuan Adrian kepada dirinya saat bercinta sama sekali berbeda daripada suaminya dan ia menganggap itu sebagai perlakuan seorang kekasih, padahal ia tau bahwa Adrian tidak hanya melakukan ini kepada dirinya seorang. Mungkin memang begitulah sifat wanita paruh baya, sentuhan yang lembut dan perlakuan yang berbeda yang mungkin sesuai fantasi dan ekspektasinya dianggap sebagai sebuah PERCINTAAN.

"Masukin kontol mu sayang, ini udah ngaceng banget." Ujar Bulik Dasuki setelah mengeluarkan penis Adrian dari mulutnya.

Tanpa menunggu persetujuan Adrian, ia beringsut menarik bagian bawah tubuhnya,melepaskan dari permainan lidah dan bibir Adrian, lalu mendekatkan gua kenikmatannya pas di ujung kepala penis yang berkilap karena permainan lidah dan ludah Bulik Dasuki.

"Aaaaahhh...sssssshhhh..keras dan kenyal banget kontol mu sayang..eeennggghhhh.."

Penis itu amblas bersarang ke dalam gua yang selalu memberi kehangatan saat Bulik Dasuki menurukan pinggulnya. Sambil berpegangan pada sofa panjang, ia seperti menduduki selakangan Adrian. Adrian telentang searah sofa, Bulik Dasuki memutar tubunya berhadapan dengan kursi. Sambil memejamkan mata, pinggulnya pun mulai bergerak memutar dengan pelahan.

"Ooouughhhh.." Adrian melenguh.

"Sssshhhh..eeengghh..." Bulik Dasuki mendesah.

Keduanya memejamkan mata, jemari Adrian mencengkeram karpet, jemari Bulik Dasuki mencengkeram pinggiran sofa. Keduanya mengeram saat pinggul Bulik Dasuki yang memutar dan maju mundur dibarengi dengan hentakan pelan pinggul Adrian. Keduanya menjaga ritme permainan dengan perlahan karena kenikmatan yang mereka rasakan saat ini tidak ingin hilang begitu saja. Setelah beberapa saat,

"Angkat pinggul mu sayang, aku ingin memutar badan ku." Ujar Adrian.

Bulik Dasuki menganguk lalu mengangkat sedikit pinggulnya, ia tidak ingin melepaskan penis Adrian dari vaginanya. Tubuh Adrian bergerak memutar searah dengan tubuh Bulik Dasuki menghadap sofa. Ia tekuk kedua kakinya lalu bergerak perlahan berusaha untuk duduk.

"Sssshhhh..gilaaaa...ini enak banget sayang..aaaaghhh.." Bulik Dasuki hanya bisa memejamkan mata dan menggigit bibirnya karena gerakan tubuh Adrian menyebabkan penisnya mengobok-obok vagina yang basah itu menimbulkan kenikmatan luar biasa.

"Kita bareng-bareng berdiri pelan-pelan sayang." Bisik Adrian sambil menjilat dan menciumi punggung mulus yang basah oleh keringat.

"Eeeegghhh..iyaaa sayang..uuugghhh.." Jawab Bulik Dasuki melenguh.

Keduanya bergerak perlahan dan berusaha untuk bersama-sama berdiri tanpa melepaskan kelamin mereka. Tangan Bulik Dasuki bertumpu pada kepala sofa saat mereka berhasil berdiri, dan Adrian pun menekuk kaki kanan Bulik Dasuki untuk bertumpu pada dudukan sofa, tangan kanan Bulik Dasuki pun otomatis bergerak kebelakang memeluk leher Adrian, diikuti oleh kepalanya. Mata yang sayu dan bibir yang tergigit menjadi sebuah pemandangan sensual dan erotis bagi Sang Predator. Dengan senyum penuh gairah, bibir Adrian melumat bibir eksotis itu. Pinggulnya pun bergerak menghentak perlahan-lahan.

"Mmmmppphhh..mmmpppphhh..mmmppphhh.."

Hanya desahan tertahan dari keduanya yang bisa terdengar karena mulut mereka saling menyumpal. Dan setelah kedua bibir itu terlepas,

"Oooouuhhh..terus sayang, teruuuusss...eeeenngghhh.." Bulik Dasuki melenguh keenakan.

"Memekmu semakin rapet kalau gini yang." Bisik Adrian pada telinga buliknya. Lidahnya pun ikutan menjilati daun telinga hingga ke leher.

"Sayaaaanggg..entotan mu luar biasa..aku sukaaaa...ooouuuhh...ooouuuhhh.."

Lolongan kenikmatan yang tidak terlalu keras terdengar terus menerus dari mulut keduanya sahut menyahut.

"Adriaaaannn...akuuu...eeeengghhh..aaaaahhhh.." jerit Bu Dasuki pelan.

"Terus sayang, jangan berhenti, aku mau gaya ini sampai kamu keluar..ssshhh...aaaahhh.."

Adrian yang juga menyukai keerotisan gaya bercinta ini mulai menghentak-hentakkan pinggulnya dengan kuat dan dalam. Penisnya terasa seperti dijepit oleh benda lunak, kenyal, dan hangat yang memberikan kegelian luar biasa pada pusat gairahnya. Segala nafsu yang ditahannya saat bersama Tiara dari pagi tadi seolah ingin dia tumpahkan bersama buliknya.

"Eeeegggghh...eeeggghhh..aku juga suka ini sayang..uuugghhh.."

"Semakin becek, memek mu semakin nikmat sayang..aaaahhhh.."

Pinggul Adrian semakin intens bergerak maju mundur. Penisnya seakan membombardir lubang itu dengan rangsangan kenikmatan. Kedua jemarinya pun tak tinggal diam, meremas payudara besar yang terombang-ambing dan menjepit kedua puting yang semakin mengencang. Mereka berdua berpacu mengejar garis akhir kenikmatan hubungan kelamin yang semakin dekat.

"Adriaaaaannn....eeeenngghhhh..."

"Aaarrrggghhhh...aaaaahhhh.."

Tubuh keduanya bergetar, kedua kaki mereka gemetaran, pinggul mereka menghentak saat cairan kenikmatan Bulik Dasuki bercampur dengan sperma Adrian. Inilah kenapa bercinta menyehatkan menurut para ahli dan dokter. Detak jantung yang cepat mampu meningkatkan aliran darah sehingga membuat jantung lebih sehat bagi pria, dan membuat menstruasi terasa lebih ringan dan tidak begitu sakit serta meningkatkan jumlah cairan pelumas vagina bagi wanita.

Keduanya lunglai di sofa, Adrian duduk terengah-engah sambil memejamkan mata, Bulik Dasuki bersimpuh di atas sofa.

"Tadi aku ketemu sama Bu Laksmi" kata Bulik Dasuki masih terengah.

"Bulik cerita soal ini?" Tanya Adrian memalingkan muka ke arah Buliknya.

"Tadinya cuma mau belanja di tokonya, tapi aku ditarik masuk ke rumahnya dan diinterogasi soal kamu." Jawab Bulik Dasuki sambil membalikkan badan.

"Dia ngajakin main bertiga, gila nggak tuh?" Katanya lagi.

"Bulik, aku, sama Bu Laksmi?" Tanya Adrian.

"Iya." Jawab Buliknya.

"Kalian berdua berat-berat, mana kuat aku?" Ujar Adrian meringis.

"Kurang ajar, yang berat Bu Laksmi tuh." Balas Buliknya.

"Jadi gimana cara mainnya bulik?" Tanya Adrian penasaran.

"Ya mana ku tau?" Jawab Bulik Dasuki sambil menekuk lehernya.

"Emang Bu Laksmi gak menjelaskan apa-apa?" Tanya Adrian semakin penasaran.

"Dia tadi ngasih lihat VCD bokep." Jawab Bulik Dasuki singkat.

"Bulik sendiri gimana? Mau main bertiga?" Tanya Adrian memancing.

"Belum tau dan belum pernah kepikiran begituan." Jawab Bulik Dasuki sambil mengambil pakaiannya.

"Aku mau, tapi belum pernah berfantasi main bertiga juga sih." Ujar Adrian yang juga mengambili pakaiannya.

"Apa Bu Laksmi bisek ya?" Tanya Bulik Dasuki entah kepada siapa.

"Bisa jadi, kalau begitu seharusnya Bulik dan Bu Laksmi duluan yang main nanti setelah itu baru ngajak aku." Jawab Adrian sambil memakai kembali pakaiannya.

"Kamu jadi ikut-ikutan gila." Balas Bulik Dasuki ketus setelah selesai memakai tank top dan celananya.

"Adrian, kamu pernah anal?" Tanya Bulik Dasuki mengagetkan Adrian.

"Hah??!!!" Adrian terkejut.

"Itu tadi di VCD bokepnya Bu Laksmi ada adegan ngentotin anus." Kata Bulik Dasuki dengan mimik muka yang jijik-jijik penasaran.

"Bulik ini jadi aneh-aneh aja gara-gara nonton bokep." Ujar Adrian setelah membenarkan kancing bajunya yang paling atas.

"Itu kan tempat tai, tapi kenapa si cewek kayak keenakan lebih dari waktu dientot di memeknya ya?" Kata Bulik Dasuki dengan terheran.

"Mungkin memang enak Bulik, kan kita sama-sama nggak tau." Jawab Adrian seenaknya.

"Gila..ini terlintas terus dipikiran ku sekarang." Gumam Bulik Dasuki.

"Kalau penasaran mau dicoba sekarang Bulik?" Tanya Adrian menggoda.

"Emang kamu masih kuat?" Tanya Bu Dasuki balik seakan mengejek.

Adrian melumat bibir buliknya dengan buas karena terprovokasi oleh ejekan tadi. Sang Predator merasa terhina karena dilecehkan kekuatannya. Lidahnya mengulum dan bibirnya menyedot semua bagian mulut Bulik Dasuki tanpa ampun.

"Mmmmppphhh..ssluurrppp..mmmmhhhh.."

Tangan Adrian pun tak tinggal diam, keduanya bergerak cepat melucuti tali tanktop buliknya dan langsung mempermainkan kedua puting yang perlahan menegang. Bulik Dasuki girang dengan kebuasan keponakannya, tangannya pun bergerak menurunkan resleting jeans Adrian dan mengelus penis yang masih terbalut boxer. Mulut Adrian hinggap di puting buliknya, tangan Bulik Dasuki melucuti kancing jeans dan mengeluarkan paksa penis yang mulai mengembang dari dalam boxer.

"Mmmmmhhhhh...sluuurrppp."

Desahan Adrian tertahan oleh puting yang masih di dalam mulutnya karena kocokan lembut Bulik Dasuki pada penisnya. Karena tak tahan, Adrian pun melepaskan mulutnya dari puting yang mengacung lalu berdiri dan menurunkan celana beserta boxernya. Bulik Dasuki pun dengan wajah bergairah memposisikan wajahnya tepat di depan penis yang mulai merangkak tegang.

"Tok..tok..tok!!"

Keduanya dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Mereka mematung saling memandang sejenak, lalu dengan terburu-buru merapikan pakaian. Bulik Dasuki berjalan cepat ke kamarnya dan Adrian menuju ke kamar mandi. Bulik Dasuki berganti daster sambil mengatur nafas untuk menenangkan diri. Setelah ketokan ke tiga kalinya, ia pun melangkah menuju ke pintu.

"Selamat siang Tante, saya Dini, temannya Mas Adrian. Mau tanya Tante, apa mas Adriannya ada di sini?" Tanya Dini saat pintu terbuka dan Bulik Dasuki ada dihadapannya.

"Ada, lagi ke kamar mandi tuh, ngomong-ngomong, kok bisa langsung ke sini?" Tanya Bulik Dasuki penasaran.

"Tadi saya ke rumahnya Mas Adrian, kata ibunya tadi pamitan ke sini dan dikasih alamat rumah tante." Jawab Dini.

"Ooo..eeehhh..masuk dulu, saya panggilkan anaknya." Bulik Dasuki membuka pintu dan mempersilahkan Dini masuk.

"Di luar saja tante, saya cuma ada perlu sebentar kok." Tolak Dini halus.

"Tunggu sebentar ya." Pinta Bulik Dasuki.

Ada kelegaan luar biasa dari wanita paruh baya itu setelah mengetahui siapa yang bertandang ke rumahnya. Kepanikan dan ketakutan kalau-kalau ternyata suaminya, tetangganya atau saudaranya yang datang punah setelah ia membuka pintu rumahnya.

"Sayang, dicariin teman mu, namanya Dini." Ujar Bulik Dasuki sambil membuka kamar mandi.

"Eehh..hahahaha, ngapain kamu?" Tanya Bulik Dasuki geli melihat Adrian masih mengocok penisnya sendiri.

"Sssttt..malah diketawain." Gerutu Adrian sambil memasukkan kembali penisnya.

"Eits..jangan dimasukin dulu, sebentar."

Bulik Dasuki keluar kamar mandi, tak lama kemudian wanita manis itu kembali dan langsung berjongkok lalu mengoral penis yang sudah tegang itu.

"Mmmhhhh...mmmhhhh..mmmhhhh.."

Mulutnya bergerak aktif menyedot, dan lidahnya menjilat sambil tangannya mengocok.

"Sssshhhhh...eeeeennngghhhhh.." Adrian melenguh keenakan.

Tiba-tiba bulik Dasuki melepaskan kocokan dan emutan mulutnya pada penis Adrian.

"Nanti temen mu curiga kalau kamu gak keluar-keluar." Kata Bulik Dasuki dengan senyum binal lalu berdiri dan melangkah keluar dari kamar mandi.

"Eeehhhh.." Adrian melongo.

"Siaaallll.."

Adrian menggerutu sambil memasukkan penisnya ke dalam celana dan merapikan pakaiannya. Dengan wajah jengkel ia pun menyusul Bulik Dasuki.

"Temen mu di luar, tadi nggak mau kusuruh masuk. Bulik masuk kamar dulu." Kata Bulik Dasuki saat Adrian lewat di depan kamarnya.

"Bulik ini..heeehh.." Adrian menghela nafas untuk meredakan kejengkelannya.

"Jangan lupa..ANAL." bisik Bulik Dasuki dengan tatapan manja.

"GILA!" Jawab Adrian sedikit jengkel.

Bulik Dasuki hanya bergelak lalu masuk ke kamar. Adrian pun berlalu menemui Dini.

"Eh..Dini..kenapa gak masuk?" Sapa Adrian saat menemui Dini di teras.

"Nggak usah mas, cuma ada perlu sebentar aja kok." Jawab Dini tersipu.

"Ada apa Din?" Tanya Adrian mencoba tersenyum di tengah gejolak birahinya yang belum pudar.

"Sudah lama Mas Adrian nggak main ke rumah, ada yang kangen." Jawab Dini dengan berbisik dan malu-malu.

"Eeehhh..kamu tau kan aku sekarang kerja Din. Jadi maaf ya kalau nggak pernah main ke rumah mu, nggak enak juga kalau Tiara tau aku main ke rumah mu tidak bersamanya." Adrian menjawab sekenanya.

"Oooo..jadi sekarang lebih sibuk sama Tiara ya mas." Dini berkata agak ketus.

"Eehhh..bukan begitu maksud ku Din. Tapi..gimana ya ngomongnya..duh.." Adrian kebingungan dengan sikap Dini yang agak berubah setelah mendengar jawabannya.

"Mas tau kan yang kangen apa?" Tanya Dini memancing.

"Kok apa?? Bukan siapa??" Adrian bingung dengan pertanyaan Dini.

"Mas Adrian lupa kalau aku adalah kekasih mu juga?" Ketus Dini.

"Bukan lupa Din, tapi aku bingung bagaimana memperlakukan mu sebagai kekasih kedua ku." Jawab Adrian kebingungan.

"Heeeehhh..nggak enak kalau harus berbicara banyak di sini mas. Mama pun juga kangen, bukan cuma aku." Ujar Dini.

"Mama mu juga ikut?" Tanya Adrian sambil celingukan melihat ke arah jalanan.

"Mama di mobil Mas, kan nggak mungkin aku sendirian ke sini." Jawab Dini semakin ketus.

"Baiklah, nanti aku ke rumahmu Din." Ujar Adrian dengan terpaksa karena ia ingin menyelesaikan gairahnya dengan Bulik Dasuki dulu di sini.

"Kita berangkat sekarang aja Mas, aku bonceng Mas Adrian." Balas Dini setengah memaksa.

Adrian kebingungan, antara menganal buliknya atau main ke rumah Dini. Ia hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal lalu setelah beberapa lama ia pun menganguk.

"Iya lah, bilang mama kalau kamu boncengan dengan ku." Kata Adrian.

Dini tersenyum ceria dan berjalan cepat menemui Bu Laila, mamanya yang sedari tadi menunggu di dalam mobil. Setelah berbicara sejenak, ia pun kembali ke teras.

"Pamitan sama bulik ku dulu." Kata Adrian sambil melangkah masuk menuju kamar buliknya diikuti Dini.

"Bulik, mau pamitan." Seru Adrian dari luar kamar buliknya.

"Saya pamit pulang dulu Tante." Pamit Dini saat Bulik Dasuki keluar dari kamarnya.

"Iya nduk..hati-hati ya." Jawab Bulik Dasuki agak kecewa karena sepertinya fantasi analnya tidak akan terlaksana sore ini. Dini membonceng Adrian, mengendarai motor meninggalkan rumah itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd