Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mari^^Betegur Sapa Sambil Bercerita Ngalor Ngidul di sini^^[IX]

Breaking:
Suhu Zhalyoh kena ban sara. Hilang sepertinya satu per satu cerita yang bagus dan niat di forum tercinta ini. Padahal ane udah ngikutin dari sekitar 5 tahun lalu. Ternyata imajinasi harus disembunyikan di forum ini.👍🏽
Lah, suhu Zhalyoh sumpah kena ban SARA? Ban permanen atau ban sementara? Kebangetan sih. Saatnya pertimbangin pindah nulisnya kalo udah gini.
 
Apakah ini "the great purge"? Terpaksa ngungsi kalo gini..
Mungkin lagi ada perubahan aturan tentang penetapan unsur SARA yang baru kali ya?
Makanya cerita yang dulu dirasa aman-aman aja, sekarang di tindak.

Tapi gak adil sih buat penulis kalau misalnya para momod menerapkan aturan baru, tapi gak ada pemberitahuan update di rulesnya.

Dan langsung di dor gitu aja.

Kalau dibilang dari dulu aturannya udah sama dan ga berubah, justru malah jadi ambigu karena cerita yang dulu terkesan aman-aman aja, ikut kena tindak sekarang, seperti suhu zhalyoh ini.

Baiknya sih emang ngikutin saran salah satu suhu disini. Dimana kalau misalnya ada yang di banned perihal cerita yang dia buat, momod bersedia mencantumkan alasan dan bagian mananya yang melanggar aturan. Biar gak ada spekulasi-spekulasi liar.

Kalau terus dibiarkan kayak gini sih, ga menutup kemungkinan jadi banyak yang tidak nyaman dan akhirnya ngungsi.
 
Jadi, ada yang bisa memberi tahu saya dimana batasan SARA untuk saat ini?

Soalnya saya sendiri pernah ke banned SARA yang sebenarnya saya sendiri gak nyadar, dimana SARA yang membuat saya kebanned. Padahal di cerita itu ga ada unsur apapun yang mengejek suku, ras atau agama apapun.

Apakah cerita bertema pesantren saat ini dilarang?
Nah iya bener suhu.

Selama ini saya kira belum ada batasan atau parameter yang cukup jelas dan objektif buat nentuin batasan SARA ini.

Penilaiannya justru terkesan subjektif, berdasarkan asumsi momodnya aja.

Batasan SARA yang saya tau selama ini, hanyalah pada bagian "Jangan mendiskreditkan" atau "Mengejek" salah satu golongan aja.

Tapi apakah berarti selama kita tidak mendiskreditkan golongan tertentu dalam cerita, cerita itu bisa terbebas dari unsur SARA? Jawabannya enggak juga.

Masih ada ranah penggunaan simbol-simbol agama seperti pemakaian hijab dll. Ada juga jabatan atau sebutan seseorang misal Ustad dan Ustadzah. Ada pula berupa tempat-tempat seperti pesantren.

Nah pertanyaan kita semua balik lagi, sejauh mana parameter SARA itu?

Katakan saya menulis cerita tentang seorang Ustad, orang yang berlabel guru secara agama, tapi doyan ngentot sama cewe lain yang sudah pasti bukan sahnya. Latar belakang cerita itu pun di pesantren, dengan kejadian peranan tidak jauh antara Santriwati, Ustad maupun Ustadzah.

Saya yakin banyak dari para pembaca disini juga sudah ketemu sama cerita-cerita dengan premis seperti ini.

Pertanyaannya lagi, apakah semua cerita seperti itu sudah termasuk SARA dan bisa ditindak?

Jawaban yang saya lihat masih ambigu.

Ada yang sudah ditindak, ada yang belum ditindak. Ada yang dulu tidak ditindak, tapi sekarang malah ditindak. Ada juga yang dulu sudah ditindak, tapi sekarang cerita premis yang sama dibiarkan berkeliaran.

Jadi?
 
Nah iya bener suhu.

Selama ini saya kira belum ada batasan atau parameter yang cukup jelas dan objektif buat nentuin batasan SARA ini.

Penilaiannya justru terkesan subjektif, berdasarkan asumsi momodnya aja.

Batasan SARA yang saya tau selama ini, hanyalah pada bagian "Jangan mendiskreditkan" atau "Mengejek" salah satu golongan aja.

Tapi apakah berarti selama kita tidak mendiskreditkan golongan tertentu dalam cerita, cerita itu bisa terbebas dari unsur SARA? Jawabannya enggak juga.

Masih ada ranah penggunaan simbol-simbol agama seperti pemakaian hijab dll. Ada juga jabatan atau sebutan seseorang misal Ustad dan Ustadzah. Ada pula berupa tempat-tempat seperti pesantren.

Nah pertanyaan kita semua balik lagi, sejauh mana parameter SARA itu?

Katakan saya menulis cerita tentang seorang Ustad, orang yang berlabel guru secara agama, tapi doyan ngentot sama cewe lain yang sudah pasti bukan sahnya. Latar belakang cerita itu pun di pesantren, dengan kejadian peranan tidak jauh antara Santriwati, Ustad maupun Ustadzah.

Saya yakin banyak dari para pembaca disini juga sudah ketemu sama cerita-cerita dengan premis seperti ini.

Pertanyaannya lagi, apakah semua cerita seperti itu sudah termasuk SARA dan bisa ditindak?

Jawaban yang saya lihat masih ambigu.

Ada yang sudah ditindak, ada yang belum ditindak. Ada yang dulu tidak ditindak, tapi sekarang malah ditindak. Ada juga yang dulu sudah ditindak, tapi sekarang cerita premis yang sama dibiarkan berkeliaran.

Jadi?
Menurut saya selama gak ada batasan yang jelas malah berpotensi jadi "pasal karet" sih dan selama alasan SARA nya gak dispesifikkan kenapa bener kata suhu akan memunculkan asumsi2 liar.

Btw saya liat cerita yg temanya cici-cici aman aja padahal bisa masuk kategori SARA.

Dan sebenernya kenapa bisa dibilang mengandung unsur SARA ya, padahal yg diceritakan di situs dewasa ini kan gak merepresentasikan semua kaum pesantren2 atau cici2/mas2. Sama kayak cerita genre incest, kan gak semua orang yang memiliki ibu sudah pasti kenthu ama ibunya sendiri..

Yg jelas ane shock banget liat suhu Zhalyoh dibanned padahal udah sejak 2017 mantengin ceritanya nggak kenapa2, aman2 aja. Kenapa baru dibanned 2023 ini.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
pembahasan tentang SARA sudah berkali-kali dibahas ya dari dulu, saya udh kasih kelonggaran tapi makin kesini makin kelewatan yg bikin cerita terlalu mengekploitasi orang atau tempat yg berkaitan erat dengan SARA terutama agama. sekarang sudah bukan waktunya lagi bahas membahas tentang SARA, tapi udh masuk ke tindakan. kalo ada yg gak terima silahkan berasumsi apapun, tapi jika sampai promo situs lain dalam bentuk apapun, mau itu disamarkan nama situsnya atau membuat kegaduhan, akan saya tindak juga.

silahkan pahami aturan ini

  • DILARANG KERAS posting thread / cerita / komentar yang isinya mengandung unsur penyinggungan terhadap simbol, ritual, ciri khas dan hal2 lainnya yg melekat atau menjadi identitas pada suatu Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan tertentu ! Pelanggaran terhadap hal tersebut akan langsung dibanned tanpa peringatan.

kalo ada yg merasa cerita ini ditindak dan cerita itu tidak ditindak padahal temanya sama, itu cuma karna saya belum tau.
 
Terakhir diubah:
Ada suhu di atas dibanned alasan promo situs lain itu maksudnya kenapa tuh. Kalo lama2 di sini, bikin karya tapi didor juga akhirnya kayak suhu Zhalyoh buat apa?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Walah... Rame lagi rupanya.

Ketika penulis tidak paham batasan aturan yg dilanggar yg terjadi banned.

Jadi daripada pada nge judge aturan, cobalah minta kelonggaran batasan aturan, apa yg coba penulis ajukan.

Kami rasa pasti ada win win solusi donk. Dibuat asik aja.

Misalnya, untuk menguatkan alur cerita tokoh cerita dideskripsikan sebagai pemuka agama harusnya ok saja, tetapi ketika terjadi pelecehan terhadap objek atau simbol agama tertentu ya tidak dibenarkan.

Perihal promosi, emank masih ada penulis yg berpromosi dengan situs lain sih... Dan ketika diingatkan malah kena buli bocil bocil lucu😝

Yah begitulah jalan ninja mu
 
Berati menulis cerita bertema pesantren aman kan hu @willdick ? Karena pesantren kan ibarat sekolah bukan tempat peribadatan yang mengarah pada suatu agama tertentu?
"Bukan tempat peribadatan yang mengarah pada suatu agama tertentu"? Srsly? Pesantren emang sekolah, tapi fokusnya ke sekolah agama. Kalo sekolah umum tuh macam SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri. Pesantren itu muatan pendidikan agamanya aja diatas 50%. Yang diajarin agama apa? You better know the answer.

Di dalam lingkungan pesantren itu diajarkan dan dilangsungkan praktik-praktik beragama, in other word, berfungsi juga sebagai tempat beribadah. Dalam konteks agama Islam, untuk beribadah itu harus dalam keadaan bersuci dan tempatnya disucikan. Yang beribadah harus bersih dari najis, dan tempat ibadahnya pun juga sama. Dan yang dimaksud najis ini bukan cuma sesuatu yang materialize kayak peju dan women's natural lubricant, tapi juga steril dari praktik-praktik yang menghasilkan najis, contohnya: berzina. Kalo tempat beribadahnya dipake buat berzina, ya udah ga suci lagi, dong?

Bayangin, di salah satu ruangan gedung pesantren yang beberapa menit lalu dipake buat sholat berjamaah, malah terjadi zina. Apalagi, para pelakunya juga tau kalo ruangan itu abis dipake buat beribadah. Kalo itu bukan termasuk blasphemy, entah pembenaran macam apa yang sedang coba dipaksakan. Wkwkwk.

I know that blasphemy is an intriguing theme. But alas, wherever you are in, you have to abide by the rules. Di momen bingung karena tidak bisa memahami aturan dengan baik, bisa juga pake logika. Ya... logikanya yang umum-umum aja. Kecuali emang logikanya udah kena, udah dapet pengaruh tertentu. Ya susah.

But that's just my 2 cent. Peace out.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kebetulan ane bekerja di lingkungan pesantren. Pesantren tuh ada macem-macem. Ada salafi ada juga yang modern. Pesantren modern tuh proses pembelajarannya kayak sekolah umum loh hu.

Pagi sekolah sampe dhuhur. Dan materinya juga gak full agama. Ada juga umum kayak mtk, ipa, georgrafi dll.

Ustadzah disana pun ya bukan cuma ngajar ngaji aja. Ya ngajar kelas pagi itu, statusnya jadi mirip bu guru kan?

Nah, klo ente pernah baca cerita "Ada Cerita Di Pesantren (ACDP). Tempat yang dipake buat "ekse" tuh kebanyakan di kelas, di teras sekitar kelas, di belakang pesantren deket sawah, di rumah ustadzahnya. Ga ada yang eksenya di masjid atau di tempat yang dipake setelah ibadah.

Ane juga pasti mikir 2x lah kalau mau buat cerita yg ngarah ke agama gitu.

Mengenai status tokoh agama, okelah kalau kiyai nya ikut ngekse bisa kena banned. Karena statusnya tokoh utama pesantren. Tapi untuk ustadzah kan masih tergolong aman kan ya?

Nah maksud ane nanya gini tuh bukan mau protes atau apalah. Tapi untuk memastikan aja karena ane gak mau ke banned untuk kedua kalinya dong.

Sekaligus menjelaskan bahwa konsep pesantren yang ane buat tuh "gini" loh. Berkonsep modern yang bentuknya gak jauh beda dengan sekolahan lain pada umumnya. 😁
Baik. Kita bedah satu-satu, ya.

Pertama, perihal pesantren terbagi ke beberapa golongan; seperti salafi dan modern. Untuk pesantren salafiyah, sepengetahuan saya yang tinggal di Serang dan punya tetangga kiri-kanan yang hampir semua anak mereka dimasukin ke pesantren, adalah pesantren yang kurikulumnya masih terfokus pada pembelajaran berbasis kitab kuning. As traditional as it is, pesantren salafiyah cenderung punya stigma sebagai pesantren dengan metode pembelajaran yang kiai-sentris, minim fasilitas penunjang pendidikan yang terstandar, dan kegiatan belajar fokus pada hafalan sampe ngelotok di kepala. Masyarakat umum, lebih familiar dengan pesantren jenis ini tiap kali mereka mendengar/melihat/membaca kata "pesantren".

Sedangkan pesantren modern, lebih berkonsep seperti boarding school + nginep. Berbanding terbalik dengan pesantren salafiyah, pesantren modern punya fasilitas pendidikan yang terstandar, kurikulumnya juga ga terlalu "beragama", dan lingkungannya terasa agak lebih sekuler daripada pesantren salafiyah. Nah, itu perbedaannya. Persamaannya apa? Sama-sama sekolah berbasis agama. Makanya namanya pesantren. Karena berbasis agama, otomatis punya lingkungan yang mendukung kegiatan beragama, dong? Jadi, di dunia nyata, gimana kalo ada yang ketahuan mesum di area pesantren--baik itu di kelas, di teras, di rumah ustadzah? You beruntung kalo cuma dikeluarin dari sekolah, dan bukan dicambuk. Dari ketatnya peraturan syariat Islam di area pesantren, maka bisa banget disimpulkan bahwa penegakan syariat dimaksudkan untuk menjaga lingkungan pesantren agar tetap suci dari najis dan perbuatan maksiat. Maka, praktik maksiat di dalam lingkungan pesantren bisa diartikan sebagai...? Yak, betul. Penistaan agama.

Kedua. Menurut pendapat saya, baik Kiai maupun Ustadzah merupakan simbol agama. Kenapa simbol agama? Ya karena tempatnya mengusung pendidikan berbasis agama. Men, kalo you sekolah di sekolah umum negeri, you manggil pengajar you bukan pake "ustadzah" kan? You either call them with "Pak/Bu Guru" or "Mr./Ms." if they teach you foreign language. Di sekolah swasta berstandar internasional malah langsung pake "Mr./Ms." cuy. Jadi kalo ditelaah lagi, penistaan terhadap Ustadzah sama buruknya dengan penistaan terhadap Kiai. Kenapa you bisa mikir yang satu bisa aman dan satunya engga? You lagi preaching about patriarki apa gimana ini?

Ketiga. Kalo emang takut kena ban lagi, berarti you harus paham sama aturan yang berlaku. Itu minimal. Kalo ga paham, bisa tanya. Bertanya, bukan memaksakan pendapat, ya. Itu dua hal yang berbeda. Setelah paham sama aturan, you bisa mulai mikirin konsep cerita you. Jadi yang pertama paham aturan dulu, baru bikin cerita. Jangan kebalik. Kalo kebalik, nanti ga bisa banding kalo kena ban.

Segitu dulu aja. Mungkin lain-lain bisa saya tambahkan kalo laptop saya sudah bener. Salam.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd