akuganteng007
Suka Semprot
- Daftar
- 4 Nov 2023
- Post
- 7
- Like diterima
- 31
Cerita perjalanan hubungan dengan Ibu tiri, teman ibu tiri serta pembantunya, tetangga, dan mertua.
Aku masih ingat benar, dua tahun setelah ibuku meninggal, ayah menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Ayah punya anak dua orang, aku dan adikku.
Waktu ayah menikah usianya baru 42th. Sementara ibu tiriku berusia 38th.
Belakangan aku tahu bahwa Papa menikah dengan almarhumah ibuku waktu usianya sudah 32 tahun. Kemudian aku lahir pada saat usia Papa sudah 33 tahun. Setahun kemudian adikku lahir.
Suasana di rumah kami jadi hangat setelah aku punya ibu tiri yang ternyata sangat baik itu. Beliau memperlakukan aku dan adikku seperti anak kandungnya sendiri. Begitu pun Papa sebaliknya. Sehingga orang yang belum tahu seluk beluk keluarga kami, pastilah menganggap aku dan adik itu anak kandung Mama.
Hari demi hari... bulan demi bulan dan tahun berganti tahun berjalan terus dengan cepatnya.... kami semua hidup dalam suasana damai. Tak pernah ada keributan yang berarti. Tanpa terasa waktu berlalu, kami sudah kuliah semua.
Senin pagi Mama dan adikku pulang dari kota XX. Tapi ayah ngga ikut pulang. Kata Mama, ayah masih akan berada di kota XX karena ada urusan kerja.
Sorenya, aku pulang kuliah, Mama minta diantarkan ke mall. Banyak yang mau dibeli, katanya.
Memang Mama sering mengandalkanku nyetirin mobilnya, meski dia bisa nyetir sendiri.
“Kalau gitu aku mau mandi dulu, ya Ma “ kataku minta izin kepada ibu tiriku.
“Iya mandi dulu deh. Makan malam sih nanti aja disana, sambil temenin mama makan. “
“ok ma, “ sahutku, lalu bnergegas masuk ke dalam kamarku. Dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah mandi, Lalu mengambil kunci mobil Mama, kupanaskan beberapa menit, kemudian kukeluarkan dari garasi. Mama pun meluncur ke mobil.
Sesaat kemudian kami pun pergi.
Lalu Mama berkata, “Nak... di mall itu kan ada hotel. Pintu liftnya juga ada di dekat tempat parkir kan?”
“Iya. Emangnya kenapa Ma?” aku balik bertanya.
“Nanti pada waktu mama belanja, kamu cek in aja di hotel itu. Ada suatu hal penting yang ingin mama sampaikan. Tapi mama ingin menyampaikannya dalam keadaan tenang, jangan sampai ada orang ikut dengar. “
Meski heran kuiyakan saja perintah ibu tiriku itu.
Setibanya di parkiran mall, kami berpisah. Mama masuk ke mall,
sementara aku memesan kamar hotel.
Setelah mendapatkan kamar yang diinginkan, aku pun menghubungi Mama lewat hapeku. Untuk melaporkan nomor kamar yang sudah dibooking atas namaku.
“Iya. Dalam seperempat jam juga mama udah selesai belanjanya dan langsung ke situ, “ kata Mama.
Aku pun rebahan dikasur sambil menunggu Mama datang.
Sebenarnya aku penasaran juga. Masalah apa sebenarnya yang ingin Mama sampaikan nanti ? Sedemikian penting dan rahasiakah sehingga harus menyewa kamar hotel segala ?
Tak lama kemudian Mama masuk, sambil menjinjing kantong plastik besar.
“Kok cepat sekali belanjanya Ma?” tanyaku sambil memperhatikan Mama yang saat itu mengenakan celana corduroy biru tua dan blouse putih ditutup sweater biru tua juga.
“Kan sudah dipesan sejak seminggu yang lalu. Keburu berangkat ke kota XX pesanannya baru bisa diambil sekarang. Nih ada t-shirt buat kamu juga, “ kata Mama sambil menyerahkan t-shirt import yang merknya paling kusukai.
“Hehehee... terima kasih Ma“ kataku sambil merentangkan t-shirt itu, Mama sendiri beli apa aja tuh ?”
“Pakaian dalam semua, “ sahut Mama sambil mengeluarkan isi kantong plastik besar itu. Isinya memang beberapa buah BH dan beberapa celana dalam wanita.
Dan... di depan mataku, Mama melepaskan celana corduroy, sweater dan blouse putihnya. Degdegan aku melihatnya.
Terlebih setelah Mama melepaskan bh, mungkin karena mau mencoba beha barunya. Tapi tidak... Mama malah berbalik di depanku, dalam keadaan cuma bercelana dalam. Memamerkan sepasang payudaranya yang tampak masih bagus, mungkin karena pandai merawatnya.
“Tetek mama masih bagus kan ?" Kata Mama sambil mengangkat kedua payudaranya.
“Ma... masih.. ba.. bagus sekali Ma,” kataku tergagap. Karena sungguh sepasang payudara ibu tiriku itu... merangsang sekali.
Mama tersenyum ceria. Lalu menarik tangan kananku dan menempelkan telapakku di payudaranya, “Peganglah... remas juga boleh... biar kamu tau kalau tetek mama masih kencang... “
“Iii... iya Ma... “ kataku tersendat lagi. Sambil memegang payudara yang montok itu.
“Remaslah... jangan takut-takut, “ kata Mama sambil menatapku dengan bola mata bergoyang perlahan.
Aku masih ingat benar, dua tahun setelah ibuku meninggal, ayah menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Ayah punya anak dua orang, aku dan adikku.
Waktu ayah menikah usianya baru 42th. Sementara ibu tiriku berusia 38th.
Belakangan aku tahu bahwa Papa menikah dengan almarhumah ibuku waktu usianya sudah 32 tahun. Kemudian aku lahir pada saat usia Papa sudah 33 tahun. Setahun kemudian adikku lahir.
Suasana di rumah kami jadi hangat setelah aku punya ibu tiri yang ternyata sangat baik itu. Beliau memperlakukan aku dan adikku seperti anak kandungnya sendiri. Begitu pun Papa sebaliknya. Sehingga orang yang belum tahu seluk beluk keluarga kami, pastilah menganggap aku dan adik itu anak kandung Mama.
Hari demi hari... bulan demi bulan dan tahun berganti tahun berjalan terus dengan cepatnya.... kami semua hidup dalam suasana damai. Tak pernah ada keributan yang berarti. Tanpa terasa waktu berlalu, kami sudah kuliah semua.
Senin pagi Mama dan adikku pulang dari kota XX. Tapi ayah ngga ikut pulang. Kata Mama, ayah masih akan berada di kota XX karena ada urusan kerja.
Sorenya, aku pulang kuliah, Mama minta diantarkan ke mall. Banyak yang mau dibeli, katanya.
Memang Mama sering mengandalkanku nyetirin mobilnya, meski dia bisa nyetir sendiri.
“Kalau gitu aku mau mandi dulu, ya Ma “ kataku minta izin kepada ibu tiriku.
“Iya mandi dulu deh. Makan malam sih nanti aja disana, sambil temenin mama makan. “
“ok ma, “ sahutku, lalu bnergegas masuk ke dalam kamarku. Dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah mandi, Lalu mengambil kunci mobil Mama, kupanaskan beberapa menit, kemudian kukeluarkan dari garasi. Mama pun meluncur ke mobil.
Sesaat kemudian kami pun pergi.
Lalu Mama berkata, “Nak... di mall itu kan ada hotel. Pintu liftnya juga ada di dekat tempat parkir kan?”
“Iya. Emangnya kenapa Ma?” aku balik bertanya.
“Nanti pada waktu mama belanja, kamu cek in aja di hotel itu. Ada suatu hal penting yang ingin mama sampaikan. Tapi mama ingin menyampaikannya dalam keadaan tenang, jangan sampai ada orang ikut dengar. “
Meski heran kuiyakan saja perintah ibu tiriku itu.
Setibanya di parkiran mall, kami berpisah. Mama masuk ke mall,
sementara aku memesan kamar hotel.
Setelah mendapatkan kamar yang diinginkan, aku pun menghubungi Mama lewat hapeku. Untuk melaporkan nomor kamar yang sudah dibooking atas namaku.
“Iya. Dalam seperempat jam juga mama udah selesai belanjanya dan langsung ke situ, “ kata Mama.
Aku pun rebahan dikasur sambil menunggu Mama datang.
Sebenarnya aku penasaran juga. Masalah apa sebenarnya yang ingin Mama sampaikan nanti ? Sedemikian penting dan rahasiakah sehingga harus menyewa kamar hotel segala ?
Tak lama kemudian Mama masuk, sambil menjinjing kantong plastik besar.
“Kok cepat sekali belanjanya Ma?” tanyaku sambil memperhatikan Mama yang saat itu mengenakan celana corduroy biru tua dan blouse putih ditutup sweater biru tua juga.
“Kan sudah dipesan sejak seminggu yang lalu. Keburu berangkat ke kota XX pesanannya baru bisa diambil sekarang. Nih ada t-shirt buat kamu juga, “ kata Mama sambil menyerahkan t-shirt import yang merknya paling kusukai.
“Hehehee... terima kasih Ma“ kataku sambil merentangkan t-shirt itu, Mama sendiri beli apa aja tuh ?”
“Pakaian dalam semua, “ sahut Mama sambil mengeluarkan isi kantong plastik besar itu. Isinya memang beberapa buah BH dan beberapa celana dalam wanita.
Dan... di depan mataku, Mama melepaskan celana corduroy, sweater dan blouse putihnya. Degdegan aku melihatnya.
Terlebih setelah Mama melepaskan bh, mungkin karena mau mencoba beha barunya. Tapi tidak... Mama malah berbalik di depanku, dalam keadaan cuma bercelana dalam. Memamerkan sepasang payudaranya yang tampak masih bagus, mungkin karena pandai merawatnya.
“Tetek mama masih bagus kan ?" Kata Mama sambil mengangkat kedua payudaranya.
“Ma... masih.. ba.. bagus sekali Ma,” kataku tergagap. Karena sungguh sepasang payudara ibu tiriku itu... merangsang sekali.
Mama tersenyum ceria. Lalu menarik tangan kananku dan menempelkan telapakku di payudaranya, “Peganglah... remas juga boleh... biar kamu tau kalau tetek mama masih kencang... “
“Iii... iya Ma... “ kataku tersendat lagi. Sambil memegang payudara yang montok itu.
“Remaslah... jangan takut-takut, “ kata Mama sambil menatapku dengan bola mata bergoyang perlahan.