Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mahasiswi Magang Bikin Tegang

uncuperak

Semprot Lover
Daftar
1 Jan 2023
Post
202
Like diterima
1.576
Bimabet
“sruuuppp” hirupan terakhir kenikmatan kopi hitam dari gelas itu, menjadi awal persiapan menjalani aktivitas harian. Segera ku kunci kontrakan, melangkahkan kaki ke parkiran bersiap memacu gerobak tua andalanku Starlet keluaran tahun 1991, walau tua tapi tidak kalah tampilan dengan kendaraan masa kini untuk menuju kantor. Kopling ku tekan, gas ku mainkan sambil ditemani tembang sweet memory dari MP3 player menjadi penyemangat awal untuk menghadapi hari ini. Sengaja berangkat lebih pagi, untuk menghindari jam macet hari senin, sehingga jalanan pagi itu terlihat sepi dan lancar.

Oh ya, perkenalkan... namaku Pratama, bisa dipanggil Tama. Usiaku saat ini 27 tahun dan masih betah dengan status single, perawakan tubuhku seperti lelaki biasanya dengan tinggi 170 cm dengan bb ideal ditambah raut muka yang notabene kata teman-temanku saat sekolah dulu masuk kategori tampan. Saat ini aku bekerja di salah satu instansi pemerintah daerah di Provinsi SS. Dengan tampilan postur tubuh di tambah pekerjaan yang sudah mapan tentunya sangat mudah bagiku sebenarnya untuk memikat dan melamar wanita pilihanku, tapi aku masih ingin menikmati masa-masa kesendirianku, menikmati kehidupanku dahulu sebelum nanti terbebani oleh pikiran akan berkeluarga.

30 menit berlalu, tidak terasa aku sudah memasuki gerbang kantor, segera ku parkir kan gerobak tua ini dimana biasa tempat parkirnya. Sebelum turun, ku lihat dulu ke kaca spion dalam, sambil merapikan kembali rambut dan baju seragam yang ku kenakan hari itu. Sambil mengambil tas kerja yang berada bangku samping, aku membuka pintu mobil. “brakkk, auww” karena terlalu fokus mengambil tas tadi, tidak ku sadari pintu yang ku buka menyenggol seseorang wanita yang posisinya persis lagi berjalan di samping mobil. “aduhh” katanya lirih. Aku pun segera turun, dengan sigap ku coba rangkul tangannya untuk berdiri sambil mengambil beberapa dokumen dalam map nya yang ikut terjatuh.

“maaf.. maaf.. kamu gak apa-apa?” kataku. “oh iya pak, gak apa-apa ini” katanya dengan tersenyum, sambil membersihkan rok hitamnya dengan tangan. Ku perhatikan sejenak wanita itu, dengan menggunakan dress putih dipadukan rok hitam selutut dan high heels hitamnya. Wajahnya sungguh ceria layaknya remaja yang ku taksir berusia 20 tahun di dukung kulit putih dan rambut sebahu yang terurai, mirip dengan salah satu artis jebolan Idol, Brisia Jodie. Mataku kembali sedikit melongo memperhatikan gundukkan di balik dress putihnya itu yang membusung. “haloo... pak” ujarnya sambil melambaikan tangan. Membuat lamunanku tersadarkan. “Ehh iyaa... sekali lagi maaf tidak sengaja ya” ujarku.

“Perkenalkan pak, nama saya Novi... lengkapnya Alnovita Dwi Putriana” katanya sambil mengulurkan tangan. Ku sambut tangan mulus itu dengan genggaman jemariku sambil berjabat tangan “oh ya, nama saya Tama” singkat ku jawab. “bapak kerja disini?” dia pun bertanya. “iya, disini... kenapa ya?” jawabku bertanya balik. “kebetulan ini hari pertama saya, untuk magang di kantor ini, saya dari mahasiswi Universitas Dharma Mandiri” ujarnya. “ohh, begitu... ayo bareng saya masuk, nanti saya antar kebagian SDM untuk laporan masuk” ujarku. Kami pun berjalan dari parkiran tersebut menuju gedung kantor. Setelah absen fingering, segera ku arahkan langkah kaki menuju bagian SDM. “ini, kamu tunggu dulu ya disini nanti akan dipanggil untuk masuk ke dalam” ujarku. “iya, pak.. terima kasih” jawabnya. Sambil mengangguk dan tersenyum aku pun segera menaiki tangga di samping ruang SDM untuk menuju ke ruang kerjaku yang berada di lantai 2

Ku taruh tas kerja di meja, sambil membuka tirai jendela dibelakang meja ku. Langsung ku keluarkan laptop yang senantiasa menemani hari-hariku disini. Ku lihat, tidak ada berkas di meja, karena sebelumnya seluruh laporan dan rencana project untuk minggu ini sudah diselesaikan minggu lalu. Hari ini, aku akan menyusun planning rencana project pengembangan wisata dengan konsep eco-tourism di Provinsi SS. Mulai jemari ini lincah menekan huruf-huruf pada tuts keyboard tentunya sambil ku putar playlist Top 40 yang memanjakan telinga dan bikin semangat untuk kerja. “pagi, pak tama.. mau minum apa pagi ini? ujar OB yang biasa membersihkan ruang kerjaku. “pagi juga, seperti biasa cappucino panas yaa” ujarku. “siap, pak.. ditunggu” ujar OB tersebut sambil berlalu menuju pantry kantor.

Tokk.. tokk.. permisi... “ya masuk, taruh aja disana cappucino-nya” ujarku sambil fokus memandang layar laptop. “permisi pak Tama..” aku pun terkejut, ternyata suara perempuan bukan OB yang tadi menawarkan minuman kepadaku, segera ku memandang ke arah pintu, ternyata bu Tari dari bagian SDM. “ohh, ibu... maaf bu, saya kira tadi OB, silahkan duduk bu” ujarku. Bu Tari pun segera duduk dan dibelakangnya menyusul seorang perempuan yang berdiri dibelakang Bu Tari. “begini pak Tama, di kantor kita ada mahasiswi magang, tadi sudah laporan ke bagian SDM, jurusannya Bisnis Pariwisata, dan oleh pimpinan diarahkan untuk di bimbing oleh pak Tama” ujar Bu Tari sambil memperkenalkan perempuan dibelakangnya, dan ternyata itu Novi yang sudah ku kenal di parkiran tadi. “baik, Bu.. saya terima dan akan saya bimbing selama magang disini” ujarku. “Baik pak Tama, klo begitu saya permisi dulu, nanti klo ada apa-apa jangan sungkan untuk bertanya dan minta informasi sama pak Tama, yaa” ujar Bu Tari kepadaku dan Novi kemudian segera berlalu keluar dari ruanganku.

“selamat pagi kembali, pak” Novi tersenyum menyapaku kembali. “ehh ketemu lagi, tau begitu tadi langsung ke ruanganku saja” jawabku sambil senyum tertawa diikuti tawa kecil dari Novi. “Novi di ruangan ini aja” kataku, kebetulan di sudut ruanganku ini ada meja yang dan kursi biasa tempat berkas laporan yang sudah selesai di taruh. Sambil ku jelaskan bahwa di unit kerja yang ku pimpin saat ini lagi menggarap project eco-tourism, dan ini sesuai dengan jurusan kuliahnya ini. Tidak usah sungkan, jika ada yang perlu ditanyakan, silahkan di tanyakan, anggap saja kita partner, ujarku padanya. Novi pun kembali tersenyum dan segera merapikan berkas di atas meja tempat duduknya selama magang disini. “oh ya, satu lagi... jangan panggil pak, donk kan usia kita tidak terlalu jauh” ujarku. “ehh, iya baik pak... ehh.. Mas Tama” jawab Novi salah tingkah menjawab pertanyaanku tadi.

Novi pun kembali menghampiri mejaku, “Mas Tama.. apa yang harus Novi kerjakan?” katanya. “Novi bisa analisis SWOT tidak? coba cari referensi kemudian analisis rencana pengembangan eco-tourism ini” ujarku. “Baik, mas... Novi coba dulu, nanti klo ada kendala, Novi tanya lagi yaa” dengan senyum manisnya berucap padaku. Aku pun melanjutkan kembali kerjaan ini, sembari menyeruput cappuccino yang sudah dibuatkan tadi. Sesekali ku lirik ke arah Novi, sepertinya dia sedang fokus menyelesaikan tugas yang aku berikan tadi. Tanpa disadarinya atau emang terlalu fokus, ku perhatikan di bawah meja, posisi duduk Novi dengan kaki yang terbuka. Otomatis paha putih mulus bagian dalam itu terlihat, samar-samar aku juga melihat CD-nya yang hari itu berwarna hijau kontras dengan kulit mulusnya. Melihat pemandangan itu, membuat pikiran nakalku berputar diantara data dan analisis kerjaan yang lagi ku kerjakan. Batang kejantananku juga bangun dengan sendirinya, apalagi saat posisi Novi lagi mengetik, payudara besarnya itu seakan tertopang dengan meja yang sejajar letaknya.

Tidak terasa, karena asyik menyelesaikan sambil sesekali ngobrol dan membahas kerjaan bersama Novi, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 wib. Waktunya untuk istirahat sejenak melepas lelah dan makan siang. Iseng ku tanya Novi “Novi, ayo istirahat dulu.. makan siang yuk”. Novi pun menjawab “ehh, iya mas Tama... silahkan, nanti Novi makan di kantin kantor saja. “Yaa ayoo makan bareng aku, kita makan di Rumah Makan Pindang terus nanti sekalian kita mampir ke PT. ABC rekanan kerja untuk project eco-tourism ini, ada dokumen yang harus di tanda tangani dan biar sekalian Novi paham juga alur kerjanya” ujarku sedikit memaksa dan mengaitkan dengan pekerjaan, padahal dokumen itu sudah beres semua, hanya alibiku saja untuk mengajak Novi keluar. Sejurus kemudian, Novi pun meng-iyakan ajakan ku tadi.

Kami pun beranjak dari ruangan menuju ke parkiran, tempat berjumpa pertama pagi tadi. Segera ku buka pintu, dan Novi pun ikut masuk ke dalam mobil ku. Dengan perlahan ku jalankan mobil ini, menyusuri jalan protokol dan bergerak ke arah pinggiran kota, sengaja ku cari rumah makan yang sedikit jauh dan punya saung-saung terpisah antar pengunjung. Karena niatku dari awal, ingin berlama-lama dengan Novi. Sepanjang perjalanan, kami banyak mengobrol. Salah satunya ku tanya asal usul Novi, ternyata Novi berasal dari Provinsi BB dan saat ini posisinya nge-kost di Kota ini untuk melanjutkan pendidikannya. Ku pancing juga pertanyaan “Novi udah punya pacar belum?”. Novi pun menjawab dengan tersipu malu, jelas rona merah di pipinya terlihat “ahh, mas Tama.. gak ada pertanyaan lain apa” jawabnya. Dari obrolan itu juga ku ketahui, bahwa Novi punya pacar di daerahnya mereka pun LDR. Iringan lagu Bon Jovi mengiringi perjalanan dan obrolan kami siang ini.

30 menit berlalu, ku belokkan setir ini dan kami sudah tiba di rumah makan yang dituju. Ku ajak Novi turun kemudian langsung ke meja pesanan. “mau makan apa?” ujarku pada Novi. “aku ikut pesanan mas Tama ajah” ujarnya manja. Kemudian segera ku pesan 2 porsi Pindang Toman khas makanan sini dengan 2 gelas es jeruk sebagai pelepas dahaga nanti. Langsung ku ajak Novi menuju saung yang berada di pojokkan, sedikit berjauhan dengan saung lainnya dan tepat berada di tepian pematang sawah di belakang saung tersebut. Kami pun naik ke saung dengan model lesehan itu, sambil menunggu pesanan datang obrolan ringan kembali kami ceritakan seakan sudah saling mengenal lama. Novi pun sudah tidak canggung lagi dihadapanku. Terkadang tangannya sesekali mencubit lenganku ketika ku lontarkan candaan yang buat Novi tertawa. Sesaat Novi merubah posisi duduknya, seketika juga rok nya tersingkap dan pemandangan yang ku lihat dibawah meja kerja tadi terlihat kembali, dan celana ini kembali ku rasakan terasa penuh karena tegang melihat paha mulus dengan CD hijaunya itu. Aku terperangah dan sedikit melamun, sedangkan Novi asyik dengan handphone di tangannya. Lamunanku buyar ketika pelayan mengantarkan pesanan kami, selanjutnya kami menikmati makanan yang telah disajikan itu.

Setelah menikmati makan siang, kami masih di saung untuk duduk sebentar dan melanjutkan obrolan ringan tadi dengan diselingi candaan. Ada moment tertentu, Novi tertawa dan niatnya kembali ingin mencubit lenganku. Aku pun sedikit menghindar dan tangan yang di ayunkannya itu mendarat tepat di tengah selangkanganku yang dari tadi tegang. “aaww..” kataku dengan sedikit kaget. Novi pun tidak kalah kagetnya, tapi anehnya tidak sesegera mungkin Novi angkat tangannya dari pusara itu. Di diamkannya saja beberapa saat, dan aku pun membiarkan hal tersebut. “aduhh.. ehh.. anuu.. maaf mas Tama” ujarnya beberapa waktu kemudian dengan malu memalingkan muka dari hadapanku. Aku tak menjawab apa pun, hanya senyum kecil yang sampaikan ke Novi seolah-olah berkata, ayo pegang lagi.

Akhirnya, kami pun beranjak meninggalkan rumah makan tersebut. Kembali ku pacu gerobak tua ku menyisiri jalanan dengan cuaca yang sedikit mendung. Di dalam mobil kembali ku lihat Novi sedikit canggung, apa karena hal tadi ya. Aku pun membuka obrolan kembali “kenapa, kok diam aja?” kataku sambil senyum. Novi pun menjawab “ahh gak apa-apa mas Tama, biasa kebiasaan sehabis makan mata ini mengantuk apalagi cuaca seperti ini” ujarnya tersipu malu. Aku pun menangkap arah dan tujuan dari jawaban Novi tadi. Kepalang tanggung dan baru hari pertama dia magang langsung aku to the point, resikonya buruknya paling dia marah dan kemudian minta pindah ke unit lain untuk melanjutkan magangnya kataku dalam hati.

Ku arahkan mobil ini berbelok menuju kontrakanku, Novi pun mengetahui jika arahnya yang berbeda, kemudian bertanya “lho.. kok arah sini mas Tama, bukannya kita mau ke PT ABC?” aku pun menjawab, “tadi pas aku ke toilet di rumah makan, PT. ABC menelpon katanya dokumen itu sudah di antarkan ke kantor jadi kita tidak perlu kesana. Ini kita mampir ke kontrakan ku sebentar ya, ada yang mau di ambil”. Novi hanya diam dan mengangguk kecil seakan setuju dengan arahanku tadi. Tiba di kontrakan, aku segera memarkirkan mobil dan turun. Sebelum turun Novi berkata “mas Tama, aku tunggu di mobil aja yaa”. “ayo turun, ikut masuk, disini panas klo menunggu nanti takutnya Novi jadi udang rebus” ujarku sambil bercanda dan tertawa. “ihhh.. mas Tama ini, masa cantik kayak gini di bilang udang rebus” ujarnya sambil tertawa dan akhirnya ikut turun dari mobil menuju pintu kontrakanku.

Kami pun masuk ke kontrakan, ku hidupkan AC segera agar peluh karena suasana diluar yang panas dengan cuaca mendungnya itu bisa terhapuskan. Novi pun tanpa ragu masuk ke kontrakan sambil berkomentar “rapi ya tatanan ruangannya, jarang lho ada cowok yang bisa rapi seperti ini” ujarnya. Aku pun tidak menjawabnya, segera Novi menuju sofabed yang ada diruang kecil kontakanku sambil menyalakan TV. Aku pun bergegas ke belakang, membuka kulkas dan membuatkan minuman untuk Novi. Langsung terbesit di pikiranku, klo di lemari kamar masih menyimpan obat serbuk perangsang. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dalam minumannya ku tuangkan serbuk itu dan mengaduknya hingga larut dan tidak terlihat sama sekali.

“Nihh... di minum dulu, biar seger” ujarku sambil duduk di sebelah Novi yang sudah nyaman dengan bantal sofabed di samping tangannya. “aduhh, jadi repot... mas Tama baik deh, makasih yaa” jawabnya sedikit nakal dengan memonyongkan bibirnya seolah-olah kiss jauh untuk ku. Sambil menonton TV, Novi mulai meneguk minuman yang ku berikan tadi, tunggulah beberapa saat ujarku, obat itu pasti bereaksi. Obrolan dan candaan kami terus berlanjut dan ku perhatikan minuman yang tadi ku serahkan ke Novi sudah habis, tidak lama kemudian...

“Mas Tama, kok gerah yaaa” ujar Novi. Kuperhatikan raut wajahnya yang sedikit merah menandakan bahwa obat yang ku campur di minuman tadi. Aku kemudian berani membelai rambutnya, sedikit pun tidak ada penolakan darinya. Tanpa disadari kepala Novi pun sudah bersandar di dada ku, sepertinya obat itu sudah benar-benar membuatnya larut dalam kegerahan dan gairah. Aku pun hanya diam, tidak menjawab apapun, hanya saja tangan nakalku ini mulai bergerak yang tadinya di rambut sekarang mengelus-elus kecil di sekitar belakang lehernya. Novi hanya mengeluh kecil “uhh.. uhh...” titik rangsang dari perempuan salah satunya di sekitar leher. Perlahan tapi pasti ku buat Novi merasa nyaman, akhirnya ku dekap tanganku sehingga Novi semakin rapat ke badanku. Tangan yang tadinya ada di bahu pelan-pelan ku arahkan ke gundukkan yang membuat nafsuku semakin meningkat. Ku sentuh perlahan payudaranya dari luar, Novi pun hanya diam saja sambil sekali-kali mengeluh “ahhh... uhh.. “ dan tidak lama Novi berkata “lanjutkan, mas... “ ucapnya lirih.

Ku arahkan muka ku sehingga sekarang posisi kami saling berhadapan, terdiam sesaat dan kemudian bibir ini saling bersentuhan. Dari pergerakan bibir dan permainan lidahnya, aku yakini bahwa ini bukan yang pertama bagi Novi, ia cukup mahir memainkan tempo dan gerak bibirnya, french kiss terbaik yang ku rasakan saat ini. Sambil ku gigit kecil bibir bawahnya kembali Novi mengeluh “uhh... uhh...” Tangan ini pun tidak tinggal diam. Ku raba kembali payudaranya (dan ku ketahui setelah lepas kaitan BH nya tertulis kecil 38C) dengan membuka kancing dress putihnya satu persatu. Payudara yang indah dan besar, tangan ini tidak cukup untuk menggenggam penuh. Ku mainkan putingnya juga sambil tetap berciuman penuh nafsu diantara kami. Sekarang, posisi Novi sudah tidak mengenakan apapun bagian atasnya, BH Hijau yang sama dengan warna CDnya sudah ku lepaskan dengan sekali klik tarikan tangan. “Mas Tama, curang...” ujarnya nakal, aku buka juga yaa punya mas Tama. Kemudian Novi beranjak dari sofabed, mengambil posisi jongkok di hadapanku. Perlahan, dilepaskannya celana yang ku kenakan berikut celana boxer di dalamnya dan terpampanglah batang kejantananku, tidak besar sesuai ukuran normal orang Indonesia tapi urat-urat kekarnya seakan mengokohkan berdirinya. Novi sedikit terperangah dan takjub, dan terlepas dari mulutnya “punya pacarku gak sebesar ini”.

Bibir kecilnya yang ku kecup tadi, kini mengarah ke batang penisku, perlahan dari arah kepalanya di kecupnya dan masuk ke rongga mulutnya hingga batang ini terasa hangat. Tangannya pun tidak tinggal diam sambil memainkan biji zakarku. Hanya eluhan dan erangan yang ku rasakan saat ini “ahhh... ahhh... nikmatnya...” naik turun mulut Novi bermain di penisku, sambil sesekali dijilatnya kepala penis itu seolah-olah sedang menikmati permen lolipop kesukaannya. Ada sekitar 5 menit Novi asyik bermain dengan batang kejantanan kebanggaanku itu, aku tidak tidak diam. Ku minta Novi untuk naik ke sofabed dengan posisi ku berbaring. Ku biarkan Novi tetap mengulum batang itu dan dengan arah pantat sekalnya yang sekarang diwajahku. Aku pun mulai membuka roknya, CD hijau yang dari tadi membangkitkan gairahku kini terpampang jelas beberapa centimeter dari wajahku. Mulai ku jilat perlahan pangkal pahanya dan ku mainkan lidah ini di selangkangannya tanpa melepas CDnya terlebih dahulu. Kembali Novi mengejang keenakan begitu ku sapu lidah di sekitar bibir vaginanya.

“ouchhh... teruss masss... teruss...” hanya erangan itu yang terdengar sambil tetap menikmati penisku. Tak lama, ku tarik CD hijaunya ke arah kaki dan lepas begitu saja. Kini, terlihatlah apa yang selama ini tersembunyi di balik CD itu, belahan vagina kemerahan dengan bulu halus yang di cukur rapi semakin membangkitkan semangatku untuk mengecupnya. Kembali ku mainkan lidah ini, menyentuh bibir vagina hingga ke klitorisnya, “auww... ahhh... ahh...” erangan Novi semakin meracau. Sesekali ku masukkan jari ini memainkan klitorisnya dengan tempo perlahan dan berangsur cepat, Novi pun sudah tidak tahan dengan apa yang ku lakukan, tanpa berkata lagi tiba-tiba “ahhhh.....” eluhan panjangnya berbarengan dengan cairan kenikmatan menyembur dari vaginanya, “aku dapat mas...” orgasme bagi Novi, aku pun tersenyum melihatnya. Ku diamkan sesaat sambil menyapu cairan tersisa yang mengalir di paha nya. Novi hanya diam bergeming, menikmati apa yang baru saja di dapatkannya itu.

Aku pun meminta Novi untuk berdiri, dengan posisiku yang masih duduk di sofabed Novi duduk di atas pangkuanku, di rangkulnya leher ini dan kembali bibir kami saling berkecupan. “mas... sekarang yaa” ujar Novi, dan aku pun mengangguk. Blesss... batang penis itu masuk perlahan ke vagina indahnya. Setelah masuk keseluruhan, kami diamkan sesaat untuk merasakan dinding vagina itu menjepit batang kemaluanku. Kemudian Novi perlahan menaik turunkan badannya sambil tetap merangkul leherku. Tanganku pun bermain di sekitar putingnya dan sesekali memegang pantat sekalnya untuk memudahkan Novi menaik turunkan gerakan. “ahhh... ahhh... ahhh...” eluhan dan erangan kami berdua menikmati dengan penuh gairah. Novi cukup lihai, seolah-olah batang penis ini bisa di putarnya dengan uleg dan gerakan pinggul naik turunnya. Keringat dan peluh kecil sedikit membasahi tubuh kami, AC yang dingin di ruangan ini seolah tidak mampu meredupkan gairah panas yang kami ciptakan saat ini.

Sepuluh menit berlalu, ku lihat Novi sudah sedikit lelah. Langsung aku berinisiatif sekarang membiarkan Novi yang berada di sofabed. Aku berada di depannya dengan bertumpuan pada dengkul. Ku angkat kedua kakinya, vagina merekah indah itu terpampang kembali di hadapanku, mulai ku dekatkan batang penis ini, ku gesek-gesek kepalanya di bibir vaginanya dan kemudian, blesss... kembali ku tancapkan, “ahhhh...” kembali Novi mengerang. Mulai ku pompa maju mundur secara perlahan, seakan ingin menikmati setia detik sentuhan kulit ini antara aku dan Novi. Ku pompa semakin cepat, dan erangan Novi pun semakin mengeras “ahhh...ahhh...”. “Noviiii.... aku mau keluarrrr” ucapku terbata. “tahan sebentar” ujar Novi. Segera ia bangkit dari sofabed melepas batang penis dari vaginanya dan secepat mungkin kembali mengarahkan mulut kecilnya ke batang penisku. Kali ini di hisapnya dengan cepat “plokkk...plokkk” bunyi mulutnya menikmati penisku. Tidak lama, dengan sedikit tekanan ku tahan kepalanya dan croootttt...crrooottttt... ku tembakkan beberapa kali sperma yang sudah tertahan tadi ke mulut Novi. Novi pun langsung meneguknya, setetes cairan kental putih itu tidak di biarkannya keluar bahkan menetes dari mulutnya. Aku pun mengerang puas, merasakan kenikmatan ini “ahhhh.... huffttt” tenaga ku terkuras hebat. Novi pun melepaskan kulumannya seiring batang penisku yang kembali ke ukuran normal. Ku rangkul Novi untuk duduk di sofabed, dan ku kecup keningnya sambil berucap “terima kasih”. Novi pun memandangku sambil menganggukkan wajahnya dengan senyum sambil berkata “mas Tama, bimbing terus Novi yaa selama magang”. Kami pun segera membersihkan diri, bergantian ke kamar mandi dan mengenakan pakaian kembali, karena jam dinding di kontrakanku sudah menunjukkan pukul 15.30 wib, artinya setengah jam lagi aku harus absen pulang dari kantor.

Tentunya, selama tiga bulan Novi magang di kantorku tetap ku bimbing terkait penyusunan laporannya, diantara bimbingan itu tentu ada bimbingan lain yang ku berikan kepada Novi. Posisinya sebagai anak kost, dan aku tinggal di kontrakan sungguh sangatlah mudah untuk kami saling memadu kasih, membimbing Novi dengan kebinalan manjanya.

Bersambung... Page 3
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd