Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Magic, Please ! The Series

Status
Please reply by conversation.
Tuh cewek pasti makhluk halus
Iya,makhluk dengan kulit halus :D
 
Wih keren updatenya hu selalu di bagian akhir cerita di ksh penasaran, jd ga sabar liat update selanjutnya lanjutkan suhu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Masih penasaran magic apa yang akan dika dapetin, apa seperti sihir yang membuat orang takluk dan patuh pada nya?

Lanjut suhu... Jangan bikin kami penasaran.
 
W A R N I N G !!! :
-Original Story
-Dilarang copas/edit, posting di tempat lain tanpa seizin TS
-Typo
-Newbie
-Gak nyambung

*Semua adegan dan nama tokoh merupakan karangan semata, tidak ada kaitannya dengan siapapun. Apabila ada kesamaan, itu hanya kebetulan.

Selamat Membaca !


Sebelumnya..

Dan ketika aku sedikit membuka mataku tiba-tiba kedua bola mata wanita ini sudah terbuka lebar. Segala aktifitasku terhenti. Jantungku berdegup kencang. Hanya rasa panik yang ada didalam hatiku sekarang. Aku sudah pasrah apa yang akan terjadi pada diriku ini. Aku teringat kak Fanny yang ada jauh disana. Hanya membayangkan wajah kecewanya sudah membuat hati kecilku sakit.

[ Magic, Please ! : Dream Note ]
Part 7
Oleh : Florence.
Ku tarik bibirku yang menempel dirinya, kubuat jarak antar wajahku dengan wajahnya. Tanganku berhenti dari kegiatan meremasnya seketika dan sedikit menjauh dari toketnya. Wajahku sepertinya sedang menunjukkan wajah pucatnya. Aku tidak bisa membayangkan betapa menyedihkan wajahku yang sekarang ini.

Kupejamkan mataku. Berharap yang kulihat sekarang ini hanyalah mimpi semata. Kucoba menggigit bibir bawahku dan rasa sakit yang ditimbulkan gigitanku menandakan bahwa semua ini bukanlah sebuah mimpi. Beberapa bayangan muncul di kepalaku.

'Apa yang akan dilakukan seorang wanita terhadap pria yang melecehkannya saat tidur?' Pikirku.

Tiba-tiba saja tanganku digenggam oleh sebuah tangan. Lantas kubuka mataku yang terpejam dan menemukan dia sedang tersenyum sambil memegang tanganku. Wajah polosnya menunjukkan ekspresi tersenyum. Aku tidak tau mengapa disaat seperti ini, wanita ini malah tersenyum.

Dia menarik tanganku dengan perlahan. Menuntun tanganku yang ternyata menuju toketnya. Dia menaruh tanganku di toketnya. Menekan tanganku di toketnya yang empuk sekali, membuat sebuah isyarat yang sepertinya menyuruhku untuk meremasnya. Wajahku masih menunjukkan wajah bingung, panik, dan rasa ingin tahu. Semuanya tercampur menjadi satu.

Kuremas-remas pelan toketnya. Gerakanku lebih kaku dari sebelumnya. Perasaan grogi menyelimutiku sehingga membuatku kaku. Ku usap perlahan toketnya. Kusapu dengan telapak tanganku dari toket yang bagian bawah hingga keatas menyentuh putingnya yang mungil.

Kurasakan setiap inci dari bentuk toketnya. Ukurannya yang ideal membuat tanganku nyaman berada di toketnya. Gerakan yang baru saja kulakukan tiba-tiba membuat dia mengemut bibir bawahnya. Matanya terpejam. Sepertinya dia sedang menikmati sentuhanku.

"Ehm..hh."

Kudengar sedikit lenguhan dari dia. Gerakan tanganku terasa lebih luwes sekarang. Rasa grogiku berkurang karna kutahu dia sedang menikmati sentuhanku. Ku pikir unruk menambah gerakan yang lebih bervariasi di toketnya. Ku hentikan gerakan remasanku di toketnya. Kemudian ku keluarkan jari telunjukku dan memulai gerakan memutari lingkaran putingnya menggunakan telunjukku.

Sengaja kusenggolkan sekali dua kali telunjukku ke putingnya. Puting wanita itu yang tadinya lemas perlahan mencuat keluar dari lubangnya, mengacung dan mengeras. Aku tersenyum melihat putingnya yang sudah tegang. Gerakan telunjukku berpindah ke putingnya sekarang. Saat kusentuh puting toketnya perlahan, badan dia menegang, nafasnya terlihat ngos-ngosan. Sepertinya dia kewalahan dengan segala rangsangan yang kuberikan.

Tangannya yang dari tadi diam sekarang berpindah ke celanaku, dia menggenggam keras celanaku sambil memejamkan matanya. Toketnya membusung ke arahku seolah-olah siap menerima sentuhan selanjutnya. Wajah sangenya membuatku sange juga, penisku dibawah sana bertambah mengeras. Kugerakan pahaku agar lebih erat dengan pahanya. Penisku bergesekkan lagi dengan celana dalamnya.

Genggaman tangannya yang keras di celanaku tiba-tiba berhenti. Tangan halusnya merambat naik dengan perlahan, dan berhenti tepat di penisku. Tangannya menyelip diantara penis dan celana dalamnya. Lalu dia menggerakan tangannya perlahan di penisku. Jemari nya yang lihai sedang bermain-main diantara penisku dan cd nya.

"Eghh.." Rangsangan yang diberikan dia membuatku melenguh keenakan. Baru pertama kali tangan seorang wanita sedang bermain-main di penisku dengan lihai. Rasanya sangat nikmat. Tangannya mengelus-ngelus pelan penisku dari luar celana. Mengelusnya dari ujung hingga pangkal penisku.

"Ehmm.. Enak ?" Ucap dia tiba-tiba. Kata pertama yang keluar dari mulutnya, malah menanyakan keadaan ku yang sekarang. Padahal dia sudah tau dari raut wajah yang terbentuk oleh ku.

"Ehehe.. Enak.. Kak(?)" Jawabku yang sedikit bingung bagaimana cara memanggilnya. Karena dia terlihat lebih tua dariku ya sudah kuputuskan untuk memanggilnya kakak tanpa mengurangi rasa hormatku kepadanya.

Dia tersenyum lagi. Wajah polosnya tersenyum lagi. Tangannya mulai menggenggam penisku dari luar celana. Seketika membuat badanku tersentak dan menegang. Jari-jariku juga tak berhenti bermain di putingnya. Ku pencet dan ku tarik-tarik pentil toketnya.

"Egsshh... Kamu pinter banget, puting kakak senhh..sitifhh." Desahan demi desahan keluar dari mulutnya.

Tak mau kalah. Tangan yang tadi menggenggam penisku sekarang malah berusaha menelusup masuk ke celanaku. Hanya jari-jarinya yang dapat masuk ke celan celanaku. Menyentuh bulu halus yang terdapat di atas penisku. Dan memainkan tangannya disana.

"Uhm.. Buka dong." Ucap dia sambil mendekatkan bibirnya ke bibirku. Namun dia tidak menempelkan bibirnya.

Aku hanya diam dan mengangguk. Sejujurnya aku masih setengah niat, lantaran aku tidak tau siapa yang ada di depanku saat ini. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah mengikuti permainannya. Namun sange tak mau kalah dengan otakku. Aku menuruti kemauannya. Ku ambil posisi telentang, ku angkat pantatku dan ku pelorotkan celana yang kupakai, begitupun celana dalamku.

Kini yang tersisa di tubuhku hanyalah sebuah kaos putih saja. Setelah melepas celanaku, ku mengambil posisi awal tadi menghadap dia. Tangan kiriku kuputuskan menjadikannya bantal di kepala dia. Penisku sudah tegang dan memanjang dengan keras. Dia terlihat kaget melihat ukuran penisku. Entah dia menganggapnya besar atau tidak.

Aku yang sudah terlalu sange langsung memegang tangannya dengan tangan kananku. Menuntunnya menggenggam penisku. Lalu ku contohkan gerakan mengocok dengam menggenggam tangannya di penisku.

"Kocok kakkhh hh." Ucapku singkat sambil keenakan. Mataku hanya terpejam, berharap dia segera mengocok penisku yang sudah tegang ini.

"Hmm. Lumayan yah." Jawab dia.

Tangannya mulai bergerak pelan. Mengocok pelan penisku. Permukaan tangannya yang halus menyentuh secara langsung penisku. Tanganku pun berhenti menuntunnya. Membiarkannya agar mengocok penisku sesuai yang dia suka.

"Ghh.. Lagghi kak. Yang cepethh."

Tangannya mulai mempercepat kecepatan mengocoknya. Aku yang tidak tahan langsung merapatkan tubuhku dan tubuhnya. Ku dorong sedikit badannya. Dan sekarang posisi tubuhnya terlentang. Kakiku memeluk kakinya. Tanganku memeluk badannya dan berada di atas toketnya yang bulat. Tangan dia yang lihai masih mengocok penisku. Sekarang tubuh kami sudah menempel seperti di lumuri oleh lem.

Aku melanjutkan seranganku ke wajah dan toketnya. Kuciumi pipinya yang mulus. Kumainkan lidahku diatas pipinya. Tangan nakalku sekarang meremas toket kirinya, memencet toketnya agar putingnya mengacung. Kemudian putingnya yang mengacung langsung kumainkan dengan telunjukku, karena ku tahu putingnya sangat sensitif jika dimainkan.

Tiba-tiba tubuhnya tersentak. Kepalanya langsung menghadap ke kepalaku. Tangan satunya yang menganggur merapatkan kepalaku dan kepalanya. Lalu dengan binalnya dia melahap mulut. Mengemut bibirku dengan mulutnya.

"Huppnnmnh.. Hppnn mmh... Uhmnn.."

Tak hanya itu. Kocokkan di penisku mendadak bertambah cepat. Sepertinya dia sedang keenakan karna putingnya dimainkan olehku. Serangan bertubi-tubi mendarat di tubuhku. Aku menggelinjang keenakan. Kalau begini terus lama-lama aku bisa keluar.

"Kak.. Kakakhh.. Enakhhupnnmhh... Ehpnmmnhh.. Eghppnhh.."

Dia tidak memberi kesempatanku untuk bicara. Mulutnya hanya fokus melumuri mulutku dengan ludahnya. Kocokkan tangannya semakin brutal. Semakin cepat dan cepat. Peniski mulai terasa panas. Aku merasakan sebentar lagi penisku akan mengeluarkan isinya. Pelukan kakiku di kakinya tambah kencang. Remasanku di toketnya sekarang tidak beraturan. Dan..

"KAKHH.. AGHH....!!"

CROT..CROTT.CROOOTTTT...

Kuremas kuat toket bulatnya. Kurapatkan kakiku dengan kakinya. Sperma hangat keluar dengan kencang dari penisku. Memental keluar membasahi sekitar paha dan celana dalam hitamnya. Tubuhku lemas seketika. Tenagaku habis. Baru kali ini aku mendapat orgasme dari seorang wanita.

Kuciumi lagi bibirnya. Lidah kami kembali berpagutan dan saling bertukar saliva. Nafasku yang ngos ngosan berhembus tepat di depan wajahnya. Tanganku berhenti meremas toketnya. Aku hanya sedang merasakan bibir dan mulutnya sekarang. Tubuhku terlalu lemas untuk bergerak lagi. Sedang asik berciuman tiba-tiba..

"Tok tok.."

"Tok.. Tok. Tok"

Gagang pintu bergerak dengan sendiri yang artinya ada orang yang berada di luar pintu. Aku yang panik segera berdiri dan berusaha memakai celanaku. Satu per satu celana kupakai dengan cepat. Belum sempat ku memakai celana panjangku tiba-tiba tanganku ditarik wanita itu.

"Sssttt.. Jangan berisik hihihihi" Dia tertawa kecil sambil memaksaku untuk kembali ke posisi semula.

"Tapi kan kak-.."

"Eh suttt diem kamu hihihihi. Sini tiduran." Dia tertawa lagi. Aku yang sudah panik langsung merebahkan tubuhku disampingnya. Tiba-tiba dia memeluk tubuhku lagi dengan erat. Lalu dia menarik selimut yang ada di kakiku. Dia memposisikan tubuhnya agar lebih rendah dariku. Dia menyelimuti tubuhku dan tubuhnya dengan selimut. Alhasil hanya nampak kepalaku yang menongol dari dalam selimut. Aku memejamkan mataku dan pura-pura tertidur. Dan tak lama pintu pun mulai terbuka perlahan.

Suara pintu kayu yg khas berbunyi dengan pelan. Sepertinya orang yang hendak masuk tidak ingin menganggu orang yang ada di dalam kamar tersebut. Ku intip dari celah mataku sedikit ada seorang bapak-bapak tua yang masuk dan wajahnya pun terasa seperti aku pernah melihatnya.

"Nak.. Nak.. Bangun Nak." Ucap bapak itu pelan sambil menggoyangkan badanku yang ada di balik selimut.

Aku bingung untuk membuka mataku atau tidak. Sementara wanita yang ada dibawah sini? Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Yang jelas tubuhku terkunci oleh pelukannya.

"Nakk.. Bangun." Dia menggoyangkan pundakku lebih kencang. Berharap aku membuka mataku. Aku yang pasrah sekarang perlahan membuka mataku. Pura-pura seakan-akan habis bangun dari tidur nyenyakku.

"Akhirnya kamu bangun juga nak."

"Ini dimana ya pak ? Kenapa aku tiba-tiba disini ? Bukannya aku tadi lagi bersama teman-temanku ?" Tanyaku seperti orang bingung.

"Tahan tahan tahan.. Simpan dulu pertanyaanmu. Sebelum itu, apa kau melihat anakku ? Dia tadi ada disini menemanimu tidur." Tanya dia.

'Haduh, jangan jangan wanita yang ada di bawah selimut ini sekarang itu adalah anaknya ? Baru saja aku datang ke daerah orang lain dan aku sudah melecehkan anak dari seorang kepala desa? Apakah tidak ada yang lebih buruh dari hal ini ?' Pikirku panik. Deg degan rasanya. Keringat dingin badan sekarang.

"Ehmm.. Anak bapak ? Siapa ya ? Maaf aku ngga liat pak. Mungkin aja tadi udah keluar." Ucapku berusaha berbohong.

Kedua mata bapak itu sepertinya curiga dengan gundukkan yang ada di balik selimutku. Matanya bolak balik melihatku dan selimut itu. Kemudian dia tiba-tiba tersenyum. Dan menarik selimut yang menutupi tubuhku.

Alhasil dia menemukanku dan wanita yang dia sebut sebagai anaknya sedang berpelukan. Tidak. Lebih tepatnya wanita itu sedang memelukku. Bukannya marah dia malah tertawa kecil.

"Dasar anak nakal. Lagi-lagi dia melakukannya." Ucap dia yang kemudian menjewer wanita tersebut.

"Heh Via, udah jangan pura-pura tidur, cepet bangun." Dia menarik kupingnya sampai kepalanya ketarik.

"Aa-aaww iya pah.. Aduh aduh sakit" Jawab dia sambil tertawa. Kemudian wanita yang disebut Via itu bangun dari posisi tidurnya dan duduk. Aku juga lantas ikut duduk dan membenarkan posisi celanaku yang berantakan.

"Ihh sakit tauu papah mahhh.." Ucap dia sambil mengembungkan pipinya. Bertingkah seperti anak kecil di depanku.

"Tuh coba papah tanya, celana kamu mana, baju kamu berantakan gitu, udah sana ganti pakaianmu." Ucap dia sambil tersenyum kecil. Aku hanya bisa melihat mereka berdua, aku berpikir keras sebenarnya ada apa ini.

"Papah jelek wleee." Ucap dia sambil menjulurkan lidahnya dan mengejek ayahnya sendiri. Kemudian dia menyelonong kabur dan masuk ke kamar mandi yang berada di pojok ruangan ini.

"Itu.. Anaknya bapak ?" Tanyaku penasaran.

Kemudian bapak itu menoleh dan duduk di tepi tempat tidur.

"Iya, namanya Via. Tahun ini umurnya menginjak 22 Tahun." Jawab dia

"Ooouuu..." Ucapku merespon jawabannya dengan o semata. Mataku masih mengarah ke kamar mandi tempat Kak Via masuk.

"Ehmm.. Knapa ? Ada yg salah ? Aneh ya ?" Tanyak bapak itu.

"Ehh. Engga pak bukan aneh sii.. Tapi sifatnya kekanak kanakan banget ya pak hahaha." Jawabku sambil tertawa kecil.

Kemudian bapak itu tertunduk dan tersenyum kecil.

"Bukannya ke kanak-kanakan. Yah memang bisa dibilang seperti anak-anak sih. Tapi itu semua terjadi semenjak beberapa tahun yang lalu. Setelah adiknya meninggal dunia. Via mengalami gangguan mental. Dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa adiknya sudah meninggal. Sehingga setiap ada sekolah yang berkunjung kesini. Dia menganggap bahwa adiknya ada diantara siswa-siswa sekolah tersebut dan itu membuatnya sangat senang sekali. Oh iya maaf, nama saya Otto, panggil saja Pak Otto, yah walaupun sudah terlalu tua sih, dan saya adalah kepala desa disini.

"Oh iya pak Otto, nama saya Dika. Ehm maaf pak, kalau boleh tahu memang adiknya meninggal kenapa ?" Tanyaku penasaran.

"Hm baiklah. Nama anakku yang sudah meninggal adalah Aldo. Dia meninggal waktu berumur 16 tahun. Waktu itu dia hilang secara misterius di hutan di kaki gunung. Orang-orang sudah mencari semaksimal mungkin dan tidak menemukannya. Sampai suatu hari ada seseorang yang menyebut bahwa dia adalah saksi mata terakhir yang melihat Aldo sebelum dia menghilang. Dia berkata bahwa Aldo telah jatuh di tepi jurang di ujung hutan."

"Lalu ? Apakah bapak sudah coba mencari di jurang ?"

"Pasti sudah bapak coba nak. Namun nihil, kita tidak menemukan apa apa. Dan Via anakku yang tadi menjadi sedih dan menangis berlarut larut karna adik satu satunya meninggal secara misterius."

Kemudian Kak Via keluar dari kamar mandi sambil mengelap rambutnya menggunakan handuk. Dia menggunakan kaos putih tipis dan jaket levisnya. Sementara celana yang dia pakai adalah hotpants yang sangat pendek dan membuat pahanya kemana mana. Aku dan pak Otto lantas menghentikan pembicaraan kita. Karena kita tahu bahwa tidak baik membicarakan adiknya didepan kakaknya seperti ini. Kemudian dia menghampiri kami ke kasur dengan wajahnya yang tersenyum.

"Dodoooo..." Teriaknya tiba-tiba sambil berlari lalu kemudian lompat ke kasur yang aku tempati. Kak Via kemudian memelukku dari belakang dan menaruh dagunya di pundakku. Tangannya memeluk erat dadaku.

"Eh.. Ekh... Apaansi. Pak aduh maaf nih anak bapak.. Aduh ih gimana sih.." Ucapku grogi.

"Ahahaha.. Syukurlah dia menyukaimu. Tidak apa apa nak. Biarkan seperti itu. Dan aku sebagai ayahnya hanya bisa tersenyum ketika melihatnya tersenyum." Jawab dia sambil tersenyum.

Ya sudah akhirnya ku biarkan dia memelukku seperti ini. Kenyal toketnya menyentuh punggungku. Dan sialnya sepertinya ia masih tidak menggunakan bra, sangat jelas kedua putingnya terasa mengganjal di punggungku.

"Nak Dika, cucu dari Bram, keturunan terakhir dari Sang Penjaga. Yah.. Semoga saja yang terakhir. Aku mengenal kakekmu, Bram. Aku tau kau siapa semenjak kau datang ke gunung ini. Dan aku tau tujuanmu. Aku memastikan dengan melihat ini di tas kecilmu." Jawab dia sambil melempar- lempar buku milik kakek Bram.

"Hah ? Maksud bapak, bapak kenal dengan kakekku ? Bapak siapanya Kakek Bram ? Tolong jelaskan semuanya pak." Ucapku penasaran.

"Tentu saja aku kenal, bodoh. Dia itu temanku. Dan ini.. Adalah buku catatan miliknya ya kan ? Dan aku kagum kau bisa menemukannya. Dimana kau menemukannya?"

"Entahlah.. Ehm aku hanya menemukannya di gudang rumah. Seperti ada suara yang menuntunku untuk menemukan buku itu." Jawabku.

"Hmm.. Kurasa yang menuntunmu itu adalah suara kakek Bram." Ucap pak Otto sambil berpikir.

"Su..suara kakek Bram ? Jadi selama ini.. Bisikkan yang selama ini kudengar itu.. Suara kakek Bram ?" Aku jadi semakin bingung. Dan pertanyaanku dibalas dengan anggukan kepala.

"Begini nak.. Simpel aja. Kakekmu dulu berpesan padaku. Suatu saat nanti salah satu keturunannya akan datang kesini dan di takdirkan untuk menemukan para penjaga yang dulu dia ceritakan. Semuanya sudah dijelaskan disini bukan ?."

Iya pak aku sudah melihat sedikit demi sedikit isi buku tersebut. Namun lembaran selanjutnya kosong dan begitu aku sudah paham lembaran yang terakhir kubaca, baru lah lembaran selanjutnya terlihat."

"Yah.. Tidak salah lagi buku ini memang diwariskan untuk kamu Dika. Dan kamu ditakdirkan untuk mencari warisan dari kakek Bram."

"Kalau memang saya harus mencari, kemana saya harus mencari ? Dan bagaimana dengan study tour saya pak ?" Tanyaku yang kebingungan.

"Tenang.. Untuk study tour kamu, sekarang mereka sedang di perjalan trip berkeliling ke Gunung Bromo dan sekitarnya. Mereka melanjutkan perjalanannya tanpa dirimu. Kucegah kamu untuk ikut dengan mengatakan bahwa ada penunggu gunung ini yang tidak suka denganmu. Dan ya, memang ini yang aku khawatirkan."

"Lalu apa mereka akan kembali lagi kesini?"

"Hanya beberapa guru saja yang akan menjemputmu nanti disini." Jawab pak Otto.

"Oh iya untuk pencarianmu di gunung Bromo, kau tidak perlu khawatir, anakku Via akan menemanimu di perjalanan untuk membantumu mencari penjaga. Biar begini pun dia anak yang hafal daerah sini." Ucap pak Otto lagi.

"Tapi kan pak, apa bapak tidak khawatir dengan anak bapak ?" Tanyaku kepadanya.

"Hahahaha perlu kau tahu, aku lebih mengkhawatirkan dirimu jika pergi sendirian daripada pergi ditemani anakku. Sudahlah nak, aku tahu apa yang aku lakukan." Jawab pak Otto sambil diiringi tertawanya.

"Huh baiklah pak, kalau memang ini yang terbaik."

"Baiklah sekarang bersiaplah, sebentar lagi tengah hari. Aku akan mengantar kalian hanya sampai ke gerbang sana."

"Sekarang banget pak berangkatnya ?!?!" Tanyaku kaget.

"Ya memang kau pikir kapan kau akan mulai mencarinya dasar bocah bodoh." Ucap pak Otto.

Kemudian aku pun bersiap-siap. Kurapihkan pakaianku yang tadi sempat berantakan. Pak Otto menyuruhku untuk tidak terlalu banyak membawa barang. Bahkan dia sudah menyiapkan beberapa makanan yang akan aku bawa. Alhasil aku hanya membawa tas berisi tenda kecil dan kak Via membawa ransel berisi makanan ringan.

Setelah persiapanku selesai semua. Aku langsung ke depan rumah dan siap untuk memulai perjalanan ini.



-Continue-
Terima kasih kepada pembaca yang telah setia menunggu update cerita kali ini. Akhirnya selesai juga chapter 7 hehehe. Saya agak kesulitan membuat alur cerita ini, dan masih memikirkan konflik apa yang akan terjadi pada si tokoh utama. Jangan lupa like and comment. Respon positif kalian menjadi semangat untuk saya dalam menulis. Terima kasih semuanya
 
anggap aja via jd kakak angkat...kakak tp mrsum...wkek...dan via jd sembuh dpt pengganti adiknya...
 
Bimabet
Kakakakaka nice bgt updatenya semoga dika bisa sampe ke gerbang ke 3 .... Kayak naruto aja....
Mksh on updatenya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd