Haloo suhu-suhu, di sini aku mau berbagi cerita yang uda aku buat cukup lama dan cuma tersimpan di folder laptop. Semoga para suhu berkenan baca cerita aku. Dan maaf klo kata-katanya agak berantakan karena aku ga jago jago amat buat nulis hehe...
Cerita ini hanya fiksi, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanya kebetulan.
Hope you enjoy the story hu!!
PROLOG: HUJAN MALAM HARI
Malam itu, di sebuah indekos yang terasnya berlampu redup, pada saat hujan bertambah deras dan airnya sampai membasahi teras, saat semua lampu kamar sudah padam dan penghuninya sudah terlelap, ada satu kamar di bagian utara indekos itu yang lampunya masih menyala.
Dari luar kamar itu nampak tenang dan lengang, namun begitu kita telusuri lebih dalam lagi, melewati pintu kayu berpelitur yang terkunci dari dalam, terlihatlah dua sejoli tengah asik bergumul ditengah dinginnya udara malam. Tidak ada yang bisa menghentikan mereka, bahkan jika ada yang menggerebek mereka sekalipun.
Tubuh mereka panas dan basah oleh keringat, seolah dinginnya malam tidak mampu memadamkan api birahi mereka. Si perempuan tampak memejamkan matanya menikmati sodokan demi sodokan yang ia terima di vaginanya. Sesekali ia membuka matanya menatap ekspresi pasangannya yang juga tengah menatapnya itu.
"Ah... ahh... oohhh..." desahan lembut keluar dari mulut perempuan berparas manis itu, beriringan dengan suara jatuhnya air hujan ke atap yang menaungi kamar tempat mereka menuntaskan birahi.
"Ga sia-sia kamu minta ini," gumam laki-laki yang tengah sibuk menggenjot vagina perempuan itu dengan senyum miring.
"Akuhhh.. ngghhak tauu ah.. seenakkh innihh.." ucap perempuan itu tanpa bisa menahan kenikmatannya.
Laki-laki itu tersenyum sinis. Ia melambatkan goyangannya hingga berhenti sama sekali, hingga membuat perempuan yang berbaring di bawahnya itu membuka matanya kecewa.
"Kenapa berhenti, Kak?"
"Kamu mau coba yang lebih enak lagi nggak?" tawarnya.
Perempuan itu ragu sejenak, tapi kemudian ia menganggukkan kepalanya.
Laki-laki itu tersenyum, kemudian merendahkan tubuhnya hingga wajah mereka sejajar. Perlahan ia cium bibir perempuan itu dan memagutnya lembut. Perempuan itu segera membalasnya dan melingkarkan tangannya ke leher laki-laki itu.
Saat itulah, laki-laki itu mengangkat tubuh si perempuan tanpa melepaskan tautan kelamin mereka. Ia kemudian membaringkan tubuhnya dan kini gantian perempuan itu yang berada di atasnya. Saat melakukan hal itu gesekan antara penis dan vagina kembali terjadi, membuat kedua anak manusia itu melenguh tertahan.
Laki-laki itu melepas pagutan bibir mereka, "Sekarang kamu yang goyang," katanya.
"E, Kak, tapi aku kan nggak bisa," perempuan itu berkata malu.
"Ga apa-apa, aku bantuin kok. Kan kamu juga pernah liat yang kaya gini, kan?"
Perempuan itu menundukkan wajahnya karena malu, membuat lelaki itu menjadi gemas dengan dirinya.
"Gini deh, kamu tahan badan kamu," laki-laki itu sedikit mengangkat badan perempuan di atasnya hingga dalam posisi setengah berdiri dengan bertumpu pada kakinya. Kemudian dari bawah ia mulai kembali menggenjot vagina yang sudah basah itu secara perlahan, membuat si perempuan kembali mendesah.
"Ahh.. Kakkh, ennakkhh.. oohh.." perempuan itu memejamkan matanya seraya meremas payudaranya sendiri, membuat pandangan laki-laki itu terpaku di sana.
"Sekarang.. kamuhh jugha ahhyoo.."
Perlahan tapi pasti, perempuan itu juga mulai menggerakkan pinggulnya beriringan dengan laki-laki itu hingga pada akhirnya ia sendirilah yang mendominasi permainan itu. Awalnya gerakan pinggulnya terasa kaku dan cangung, tapi dengan segera goyangan perempuan itu mulus dan teratur.
"Ehh... Kakhh.. ahh.."
Tangan laki-laki itu bergerak meraba pinggul perempuan di atasnya dan terus naik ke atas sampai pada tonjolan di dada yang sedari tadi mencuri perhatiannya itu. Payudara yang menggantung bebas itu tidak terlalu besar namun terasa pas di genggamannya. Ia remas-remas buah dada yang ranum itu. Ia bangkit dan menyesap puting kecoklatan yang sudah mengacung tegak itu.
Terasa olehnya semakin lama goyangan perempuan itu makin kencang dan tidak beraturan. Cairan pelumas yang keluar dari vagina perempuan itu turun membasahi selangkanyannya, menciptakan suara peraduan saat pinggul perempuan itu bergotang naik turun.
PLOK..
PLOK..
PLOK..
PLOK..
Desahannya juga semakin keras membuatnya was-was apabila ada seseorang yang mendengar aktivitas yang ia lakukan.
"Kakhh.. ahh.. akhuu.. mau kehhluarhh.."
Perempuan itu menengadahkan kepalanya dan menggigit bibirnya untuk menahan kenikmatan yang sebentar lagi akan meledak dalam dirinya.
"Mhh.. ouhh.. shh... mmhhh .."
"Keeluarinn ajahh... sayangg..." kata lelaki itu, juga tidak tahan penisnya dimainkan sedemikian rupa oleh perempuan itu. Ia turut juga dalam posisi setengah duduk itu ikut menggoyangkan pinggulnya, membuat penetrasi semakin dalam dan perempuan itu langsung berhambur memeluk erat tubuh lelaki itu.
"Aahhh.. Kak... akuhhh udah nga... tahannn..." desis tidak sabar perempuan itu ditelinga si lelaki, membuatnya juga makin tidak tahan.
"Mmhh.. aouhh.. ahh.. khakk.. ahh... AHH.. OUGHHHH...." tubuh perempuan itu bergetar, ia memeluk si lelaki sangat erat dan bahkan mencakar punggung terbuka itu. Sedangkan cairan panas keluar sangat banyak dari kemaluannya.
Kepalanya terasa berputar, tubuhnya ringan. Ia merasa melayang...
...
...
Saat euforia itu hilang, tubuh perempuan itu lunglai. Pelukannya terlepas dan ia merasa sangat lelah. Nafasnya memburu tak keruan.
Perlahan laki-laki itu membaringkan tubuh perempuannya dan berbaring disampingnya. Nampak olehnya penis yang masih tegak berdiri itu mengkilap oleh cairan kenikmatan yang perempuan itu keluarkan.
Diperhatikannya perempuannya, wajahnya tampak merah dan dadanya naik turun karena nafasnya. Di luar, hujan sudah reda, malam itu tampak lengang dan begitu sepi. Sepertinya seluruh penghuni kos sudah terlelap saat dilihatnya jam menunjukkan pukul sebelas malam.
Beberapa saat kemudian saat lelahnya sudah berkurang dan hawa dingin mulai membebat tubuhnya, perempuan itu membuka matanya dan tersenyum pada lelaki di sampingnya, "Makasih ya, Kak," ucapnya seraya memeluk laki-laki itu.
"Inget, tugas kamu belum selesai loh," peringatnya, yang membuat perempuannya menatapnya heran, "Kan aku belum keluar, jadi ini belum selesai," jelasnya.
Sesaat, wajah lelah itu berganti menjadi seringai nakal. Diliriknya penis yang masih tegak berdiri itu. Ia ambil tisu di nakas dan membersihkan penis itu dari cairan cintanya. Setelah itu perlahan tangannya bergerak meremas lembut batangan itu.
"Iya.. pinter kamu Pai," laki-laki itu meremas rambut perempuannya dan kembali menciumnya. Dihisapnya lembut bibir tipis itu saat batangan di bawah sana mulai dikocok dan dipijat lembut. Sebagai balasannya, laki-laki itu mencium perempuannya makin dalam dan meremas bongkahan daging menonjol yang menggantung di dadanya.
Kenikmatan yang terus mereka bagi membuat nafas keduanya makin memberat. Dirasakannya oleh laki-laki itu tangan kecil nan lembut yang tengah menginvasi penisnya. Begitu lembut dan melenakan pikirannya.
Semakin lama, kocokan pemilik tangan mungil itu semakin cepat, dan genggamannya pada batangannya makin erat, membuat sang empunya merasa ada yang hendak keluar dari sana.
Nafas lelaki itu memburu. Sebelum semuanya terjadi, dilepasnya ciumannya, "Udah Pai, hh... cukuphh.. aku udah.. nghak tahann" tegurnya.
"Loh, ini belum selesai, Kak," perempuan itu menghentikan kocokannya dan hanya meremas batangan gemuk itu.
"Berhenti sebentar aja, aku nggak tahan tadi," ujarnya seraya menormalkan nafasnya.
"Mau langsung masukin aja?" Tawar perempuan itu.
Mendengar hal itu, laki-laki itu menatap perempuannya tidak percaya dan tersenyum nakal, "Udah mulai berani ya nawarin duluan,"
Pipi perempuan itu seketika merona, "Bukan itu maksud aku, Kak, aku cuma--"
"Iya, gapapa kok, kamu cuma pengen lagi?" Potong laki-laki itu, yang langsung saja dadanya dipukul oleh perempuannya.
"Ngaco deh," cibir perempuan itu sebal.
Laki-laki itu tertawa renyah, "Hahaha... pake ngambek lagi. Ya udah, oral mau kan?"
Perempuan itu mengangguk. Sekilas dikecupnya bibir laki-laki itu dan ia kemudian memposisikan dirinya diantara paha lelaki itu. Dikocoknya penis itu perlahan sebelum kemudian ia jilati batangannya.
"Hhh... nah gitu..." desisnya.
Tidak lama kemudian, perempuan itu mulai memasukkan batangan gemuk itu ke dalam mulutnya. Tidak semua, hanya satu pertiganya saja, tapi saat kepala penis itu menyentuh langit-langit mulutnya, laki-laki itu meremas rambut perempuan itu.
Matanya terpejam menikmati batangannya yang tengah dimainkan mulut mungil itu.
Saat lidah perempuan itu menggesek kepala penisnya, itu adalah hal yang paling dinikmatinya.
Hisapannya yang lembut namun dalam membuat laki-laki itu berada di puncak kenikmatannya dengan segera. Ia membuka matanya untuk mengalihkan perhatian agar tidak berejakulasi dengan cepat. Namun perasaan yang sudah ia tunda kini mendorongnya kuat. Nafas laki-laki itu memberat.
"Pai.. akhuu.. mau keluarh.."
Perempuan itu menatap mata sayu itu tanpa menghentikan hisapannya. Bukannya berhenti dan melakukan penetrasi, ia malah semakin intensif menghisap penis itu.
Laki-laki itu gelisah dibuatnya. Apalagi kemudian perempuannya memasukkan penisnya hingga kedalam, melakukan deepthroat yang membuatnya dapat merasakan kehangatan tenggorokan perempuan itu dan penisnya berkedut.
Laki-laki itu menggigit bibirnya tidak tahan.
Cukup lama perempuan itu membiarkan penisnya dalam posisi seperti itu. Kemudian ia mengeluarkannya dan menghisap seperti biasa. Lembut dan dalam.
Lelaki itu sudah tidak tahan. Kakinya bergerak gelisah, "Cepetin Pai, akuhh.. hampir keluar.. ergh.."
Paham dengan kondisi laki-laki itu, ia menghisap makin dalam dan cepat.
"Ah.. argh.."
Laki-laki itu mengangkat pinggulnya hingga penisnya masuk makin dalam di mulut perempuannya. Semburan hangat dan kental akhirnya keluar dari penis gemuk itu. Sangat banyak hingga beberapa menetes keluar mengenai paha dan sprei.
Beberapa saat laki-laki itu menahan posisinya, sedangkan perempuannya menahan berusaha menelan air mani sebanyak yang ia bisa walau tetap saja ada yang meluber keluar.
Saat semprotan penghabisannya dirasa sudah berakhir, laki-laki itu menurunkan pinggulnya dan penis itu terlepas dari cengkeraman mulut perempuan itu.
Perempuan itu bangkit dan berbaring berbantalkan lengan laki-laki itu. Diperhatikannya penis itu perlahan lunglai dan kembali ke bentuknya semula.
"Dingin, Pai," ujar laki-laki itu seraya menarik selimut dan memeluk perempuan itu. Tidak lama kemudian nafasnya teratur. Ia tertidur akibat lelah yang ia rasakan setelah permainan mereka berdua.
Sedangkan perempuan itu tetap terjaga, matanya menerawang jauh mendengarkan rintik air hujan yang jatuh dari genteng ke tanah. Hujan sudah reda sebenarnya, menyisakan basah dan dinginnya udara.
Perempuan itu merapatkan tubuhnya pada lelaki itu, merasakan kulit yang lengket akibat keringat dan bau yang khas.
Ia ingin bangkit dan mematikan lampu kamar, karena dengan begitu ia baru bisa tidur, namun lebih tidak rela terlepas dari pelukan lelakinya. Ia memutuskan untuk menenggelamkan wajahnya saja di dada laki-laki itu dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya.
Malam sudah larut. Kedua insan itu juga larut dalam mimpi indah masing-masing.
To be continued...
♥♥♥
Cerita ini hanya fiksi, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanya kebetulan.
Hope you enjoy the story hu!!
PROLOG: HUJAN MALAM HARI
Malam itu, di sebuah indekos yang terasnya berlampu redup, pada saat hujan bertambah deras dan airnya sampai membasahi teras, saat semua lampu kamar sudah padam dan penghuninya sudah terlelap, ada satu kamar di bagian utara indekos itu yang lampunya masih menyala.
Dari luar kamar itu nampak tenang dan lengang, namun begitu kita telusuri lebih dalam lagi, melewati pintu kayu berpelitur yang terkunci dari dalam, terlihatlah dua sejoli tengah asik bergumul ditengah dinginnya udara malam. Tidak ada yang bisa menghentikan mereka, bahkan jika ada yang menggerebek mereka sekalipun.
Tubuh mereka panas dan basah oleh keringat, seolah dinginnya malam tidak mampu memadamkan api birahi mereka. Si perempuan tampak memejamkan matanya menikmati sodokan demi sodokan yang ia terima di vaginanya. Sesekali ia membuka matanya menatap ekspresi pasangannya yang juga tengah menatapnya itu.
"Ah... ahh... oohhh..." desahan lembut keluar dari mulut perempuan berparas manis itu, beriringan dengan suara jatuhnya air hujan ke atap yang menaungi kamar tempat mereka menuntaskan birahi.
"Ga sia-sia kamu minta ini," gumam laki-laki yang tengah sibuk menggenjot vagina perempuan itu dengan senyum miring.
"Akuhhh.. ngghhak tauu ah.. seenakkh innihh.." ucap perempuan itu tanpa bisa menahan kenikmatannya.
Laki-laki itu tersenyum sinis. Ia melambatkan goyangannya hingga berhenti sama sekali, hingga membuat perempuan yang berbaring di bawahnya itu membuka matanya kecewa.
"Kenapa berhenti, Kak?"
"Kamu mau coba yang lebih enak lagi nggak?" tawarnya.
Perempuan itu ragu sejenak, tapi kemudian ia menganggukkan kepalanya.
Laki-laki itu tersenyum, kemudian merendahkan tubuhnya hingga wajah mereka sejajar. Perlahan ia cium bibir perempuan itu dan memagutnya lembut. Perempuan itu segera membalasnya dan melingkarkan tangannya ke leher laki-laki itu.
Saat itulah, laki-laki itu mengangkat tubuh si perempuan tanpa melepaskan tautan kelamin mereka. Ia kemudian membaringkan tubuhnya dan kini gantian perempuan itu yang berada di atasnya. Saat melakukan hal itu gesekan antara penis dan vagina kembali terjadi, membuat kedua anak manusia itu melenguh tertahan.
Laki-laki itu melepas pagutan bibir mereka, "Sekarang kamu yang goyang," katanya.
"E, Kak, tapi aku kan nggak bisa," perempuan itu berkata malu.
"Ga apa-apa, aku bantuin kok. Kan kamu juga pernah liat yang kaya gini, kan?"
Perempuan itu menundukkan wajahnya karena malu, membuat lelaki itu menjadi gemas dengan dirinya.
"Gini deh, kamu tahan badan kamu," laki-laki itu sedikit mengangkat badan perempuan di atasnya hingga dalam posisi setengah berdiri dengan bertumpu pada kakinya. Kemudian dari bawah ia mulai kembali menggenjot vagina yang sudah basah itu secara perlahan, membuat si perempuan kembali mendesah.
"Ahh.. Kakkh, ennakkhh.. oohh.." perempuan itu memejamkan matanya seraya meremas payudaranya sendiri, membuat pandangan laki-laki itu terpaku di sana.
"Sekarang.. kamuhh jugha ahhyoo.."
Perlahan tapi pasti, perempuan itu juga mulai menggerakkan pinggulnya beriringan dengan laki-laki itu hingga pada akhirnya ia sendirilah yang mendominasi permainan itu. Awalnya gerakan pinggulnya terasa kaku dan cangung, tapi dengan segera goyangan perempuan itu mulus dan teratur.
"Ehh... Kakhh.. ahh.."
Tangan laki-laki itu bergerak meraba pinggul perempuan di atasnya dan terus naik ke atas sampai pada tonjolan di dada yang sedari tadi mencuri perhatiannya itu. Payudara yang menggantung bebas itu tidak terlalu besar namun terasa pas di genggamannya. Ia remas-remas buah dada yang ranum itu. Ia bangkit dan menyesap puting kecoklatan yang sudah mengacung tegak itu.
Terasa olehnya semakin lama goyangan perempuan itu makin kencang dan tidak beraturan. Cairan pelumas yang keluar dari vagina perempuan itu turun membasahi selangkanyannya, menciptakan suara peraduan saat pinggul perempuan itu bergotang naik turun.
PLOK..
PLOK..
PLOK..
PLOK..
Desahannya juga semakin keras membuatnya was-was apabila ada seseorang yang mendengar aktivitas yang ia lakukan.
"Kakhh.. ahh.. akhuu.. mau kehhluarhh.."
Perempuan itu menengadahkan kepalanya dan menggigit bibirnya untuk menahan kenikmatan yang sebentar lagi akan meledak dalam dirinya.
"Mhh.. ouhh.. shh... mmhhh .."
"Keeluarinn ajahh... sayangg..." kata lelaki itu, juga tidak tahan penisnya dimainkan sedemikian rupa oleh perempuan itu. Ia turut juga dalam posisi setengah duduk itu ikut menggoyangkan pinggulnya, membuat penetrasi semakin dalam dan perempuan itu langsung berhambur memeluk erat tubuh lelaki itu.
"Aahhh.. Kak... akuhhh udah nga... tahannn..." desis tidak sabar perempuan itu ditelinga si lelaki, membuatnya juga makin tidak tahan.
"Mmhh.. aouhh.. ahh.. khakk.. ahh... AHH.. OUGHHHH...." tubuh perempuan itu bergetar, ia memeluk si lelaki sangat erat dan bahkan mencakar punggung terbuka itu. Sedangkan cairan panas keluar sangat banyak dari kemaluannya.
Kepalanya terasa berputar, tubuhnya ringan. Ia merasa melayang...
...
...
Saat euforia itu hilang, tubuh perempuan itu lunglai. Pelukannya terlepas dan ia merasa sangat lelah. Nafasnya memburu tak keruan.
Perlahan laki-laki itu membaringkan tubuh perempuannya dan berbaring disampingnya. Nampak olehnya penis yang masih tegak berdiri itu mengkilap oleh cairan kenikmatan yang perempuan itu keluarkan.
Diperhatikannya perempuannya, wajahnya tampak merah dan dadanya naik turun karena nafasnya. Di luar, hujan sudah reda, malam itu tampak lengang dan begitu sepi. Sepertinya seluruh penghuni kos sudah terlelap saat dilihatnya jam menunjukkan pukul sebelas malam.
Beberapa saat kemudian saat lelahnya sudah berkurang dan hawa dingin mulai membebat tubuhnya, perempuan itu membuka matanya dan tersenyum pada lelaki di sampingnya, "Makasih ya, Kak," ucapnya seraya memeluk laki-laki itu.
"Inget, tugas kamu belum selesai loh," peringatnya, yang membuat perempuannya menatapnya heran, "Kan aku belum keluar, jadi ini belum selesai," jelasnya.
Sesaat, wajah lelah itu berganti menjadi seringai nakal. Diliriknya penis yang masih tegak berdiri itu. Ia ambil tisu di nakas dan membersihkan penis itu dari cairan cintanya. Setelah itu perlahan tangannya bergerak meremas lembut batangan itu.
"Iya.. pinter kamu Pai," laki-laki itu meremas rambut perempuannya dan kembali menciumnya. Dihisapnya lembut bibir tipis itu saat batangan di bawah sana mulai dikocok dan dipijat lembut. Sebagai balasannya, laki-laki itu mencium perempuannya makin dalam dan meremas bongkahan daging menonjol yang menggantung di dadanya.
Kenikmatan yang terus mereka bagi membuat nafas keduanya makin memberat. Dirasakannya oleh laki-laki itu tangan kecil nan lembut yang tengah menginvasi penisnya. Begitu lembut dan melenakan pikirannya.
Semakin lama, kocokan pemilik tangan mungil itu semakin cepat, dan genggamannya pada batangannya makin erat, membuat sang empunya merasa ada yang hendak keluar dari sana.
Nafas lelaki itu memburu. Sebelum semuanya terjadi, dilepasnya ciumannya, "Udah Pai, hh... cukuphh.. aku udah.. nghak tahann" tegurnya.
"Loh, ini belum selesai, Kak," perempuan itu menghentikan kocokannya dan hanya meremas batangan gemuk itu.
"Berhenti sebentar aja, aku nggak tahan tadi," ujarnya seraya menormalkan nafasnya.
"Mau langsung masukin aja?" Tawar perempuan itu.
Mendengar hal itu, laki-laki itu menatap perempuannya tidak percaya dan tersenyum nakal, "Udah mulai berani ya nawarin duluan,"
Pipi perempuan itu seketika merona, "Bukan itu maksud aku, Kak, aku cuma--"
"Iya, gapapa kok, kamu cuma pengen lagi?" Potong laki-laki itu, yang langsung saja dadanya dipukul oleh perempuannya.
"Ngaco deh," cibir perempuan itu sebal.
Laki-laki itu tertawa renyah, "Hahaha... pake ngambek lagi. Ya udah, oral mau kan?"
Perempuan itu mengangguk. Sekilas dikecupnya bibir laki-laki itu dan ia kemudian memposisikan dirinya diantara paha lelaki itu. Dikocoknya penis itu perlahan sebelum kemudian ia jilati batangannya.
"Hhh... nah gitu..." desisnya.
Tidak lama kemudian, perempuan itu mulai memasukkan batangan gemuk itu ke dalam mulutnya. Tidak semua, hanya satu pertiganya saja, tapi saat kepala penis itu menyentuh langit-langit mulutnya, laki-laki itu meremas rambut perempuan itu.
Matanya terpejam menikmati batangannya yang tengah dimainkan mulut mungil itu.
Saat lidah perempuan itu menggesek kepala penisnya, itu adalah hal yang paling dinikmatinya.
Hisapannya yang lembut namun dalam membuat laki-laki itu berada di puncak kenikmatannya dengan segera. Ia membuka matanya untuk mengalihkan perhatian agar tidak berejakulasi dengan cepat. Namun perasaan yang sudah ia tunda kini mendorongnya kuat. Nafas laki-laki itu memberat.
"Pai.. akhuu.. mau keluarh.."
Perempuan itu menatap mata sayu itu tanpa menghentikan hisapannya. Bukannya berhenti dan melakukan penetrasi, ia malah semakin intensif menghisap penis itu.
Laki-laki itu gelisah dibuatnya. Apalagi kemudian perempuannya memasukkan penisnya hingga kedalam, melakukan deepthroat yang membuatnya dapat merasakan kehangatan tenggorokan perempuan itu dan penisnya berkedut.
Laki-laki itu menggigit bibirnya tidak tahan.
Cukup lama perempuan itu membiarkan penisnya dalam posisi seperti itu. Kemudian ia mengeluarkannya dan menghisap seperti biasa. Lembut dan dalam.
Lelaki itu sudah tidak tahan. Kakinya bergerak gelisah, "Cepetin Pai, akuhh.. hampir keluar.. ergh.."
Paham dengan kondisi laki-laki itu, ia menghisap makin dalam dan cepat.
"Ah.. argh.."
Laki-laki itu mengangkat pinggulnya hingga penisnya masuk makin dalam di mulut perempuannya. Semburan hangat dan kental akhirnya keluar dari penis gemuk itu. Sangat banyak hingga beberapa menetes keluar mengenai paha dan sprei.
Beberapa saat laki-laki itu menahan posisinya, sedangkan perempuannya menahan berusaha menelan air mani sebanyak yang ia bisa walau tetap saja ada yang meluber keluar.
Saat semprotan penghabisannya dirasa sudah berakhir, laki-laki itu menurunkan pinggulnya dan penis itu terlepas dari cengkeraman mulut perempuan itu.
Perempuan itu bangkit dan berbaring berbantalkan lengan laki-laki itu. Diperhatikannya penis itu perlahan lunglai dan kembali ke bentuknya semula.
"Dingin, Pai," ujar laki-laki itu seraya menarik selimut dan memeluk perempuan itu. Tidak lama kemudian nafasnya teratur. Ia tertidur akibat lelah yang ia rasakan setelah permainan mereka berdua.
Sedangkan perempuan itu tetap terjaga, matanya menerawang jauh mendengarkan rintik air hujan yang jatuh dari genteng ke tanah. Hujan sudah reda sebenarnya, menyisakan basah dan dinginnya udara.
Perempuan itu merapatkan tubuhnya pada lelaki itu, merasakan kulit yang lengket akibat keringat dan bau yang khas.
Ia ingin bangkit dan mematikan lampu kamar, karena dengan begitu ia baru bisa tidur, namun lebih tidak rela terlepas dari pelukan lelakinya. Ia memutuskan untuk menenggelamkan wajahnya saja di dada laki-laki itu dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya.
Malam sudah larut. Kedua insan itu juga larut dalam mimpi indah masing-masing.
To be continued...
♥♥♥
Terakhir diubah: