Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Update lagi.... Udah ganti hari... Ayo.... Update lagi.... And...sepertinya ada poligami.... Uhuy.....
 
Mulustrasi...


Teh Yeti




Winda





Neng Dea




Aiko Nakazawa






Lanjut lagi ya suhu...



*Chapter enam belas, hari ke lima



Aku dan Yeti berbincang serius di ruko nya, mengenai informasi yang telah Yeti dapat kan dan di bagikan pada ku. Aku mendapat kabar yang sangat mengejutkan mengenai peruntukan dari barang-barang dari Kurzawa corp ini. Yeti ku jekaskan kemungkinan yang dapat saja terjadi. Jelas Yeti terperangah dan takut kalau sampai memang kejadian. Tapi aku yakinkan, bahwa aparat tidak akan tinggal diam. Bahwa, apapun yang mengganggu kestabilan dan kedaulatan NKRI, akan di lawan sampai titik darah penghabisan. NKRI harga mati.

Yeti merasa lega, dan timbul pertanyaan nya..


"Mas, sebenarnya siapa?" tanya Yeti

Aku apakah harus jujur padanya saat ini? mungkin Yeti bisa di percaya, tapi kalau dia tanpa sengaja cerita ke Yudha atau keluarga Sanjoyo atau orang lain yang tidak kompeten, bisa liar jadinya.

Ah, aku cerita kan sajalah..

"Teh, Anto selain mahasiswa sudah kerja bantu ayah di perusahaan. Saat ini perusahaan nya bergerak di import barang dari Jepang. Dan, (diam sejenak) barang yang ada di rumah pak Harris itu adalah barang yang diimport oleh pesaing kami."

"Hanya satu atau dua perusahaan yang mendapat izin import barang tersebut, karena sifat nya yang sangat terbatas. Salah satunya perusaan Anto. Jadi Anto sampai saat ini pun belum paham melalui apa barang ini bisa masuk dan tiba disini. Kalau ini resmi, tidak ada masalah, tapi jika tidak resmi tentu itu melawan hukum. Teteh paham kan kenapa Anto giat cari tau."


"Iya teteh paham. Jadi Anto masih perlu informasi lagi gitu?"

"Sementara biarkan mengalir seperti ini. Karena jangan menimbulkan kecurigaan pada teteh atau pada Anto."

"Iya teteh paham, teteh gak bisa apa-apa sebab itu urusan perusahaan Anto."

"Iya teh, makasih udah bantu Anto."

"Pasti teteh info in lagi kalau ada informasi lainnya yah."

"Baik teh"

"Anto pamit dulu ya teh. Udah jam 4 euy."

"Gak mau sekedar refreshing sebentar?"
aku senyum dan menggeleng

"Iya teteh paham, kamu tipe lelaki setia. Wah, makin kenal kamu teteh bisa kecantol nih..."

"Ah teteh, bisa an wae. Bisa tambah stress aku teh.."

"Tadi kata Winda di sms, Anto berantem ama anak buah nya Yudha lagi di panti?"

"Iya teh, mereka mau ajak paksa Neng ikut. Alasannya Neng terlibat kejadian pengeroyokan yang di depan situ dua hari lalu. Tau cerita nya kan teh?"

"Iya tau, tapi gimana pastinya dan jelasnya gak tau. Akhir nya aja tau nya, Yudha ama anak buah nya babak belur kamu hajar, trus kamu ditangkap polisi. Tapi kamu udah bebas yah."

"Karena polisi tau, Anto gak salah hanya membela diri. Jadi dilepas. Tapi Yudha sama bu Haji yang datang jemput Yudha waktu itu, tau nya Anto masih di penjara sampai sekarang."

"Karena kejadian itu, Anto lagi ama Neng, ini sekarang Neng nya yang mau dipaksa ikut, padahal Anto tau persis Neng bukan mau dibawa ke kantor polisi. Mungkin mau di sekap."


"Iya pasti kaya gitu. Kaya teteh dulu. Anto musti jagain Neng. Teteh gak mau ada korban lagi kaya teteh. Apalagi Neng masih polos dan gadis, bisa hancur masa depannya. Mas Anto jagain Neng yah."

"Semua sekarang Anto jagain, sebab yang tau kondisi nya saat ini memang Anto."

"Mas, tau gak kalo Neng itu ada hati ama mas Anto? teteh bisa lihat, seperti Ridwan dan Winda. Ini Neng ke mas Anto."

"Iya teh, Anto tau. Tapi..." aku terputus cerita, aku bimbang harus bicara atau tidak.

"Bicara aja mas, jangan ditahan.. percaya kan ama teteh?"

"Anto sudah ada yang punya teh. Dan kami sudah komitmen ingin melangkah serius tahun ini."

"Neng sudah tahu?'


aku menggeleng..

"Kamu baiknya ngomong mas, biar Neng jangan nunggu-nunggu. Dia baik dan sangat cantik."

"Iya teh, Anto tau. Andai Anto belum terikat komitmen, pasti Anto perjuangkan. Pasti itu.. tapi kondisi saat ini gak bisa."


"Wah, teteh salut ama kamu. Calon kamu sekarang dimana? pasti geulis pisan. Sok diajak main lah kesini."

"Dia di Jepang teh. Orang Jepang dan masih kuliah."

"iiihhh... hebat euy... teteh makin salut ama kamu, setia pisan. Jangan-jangan kemarin cuma mau informasi aja yah pura-pura mau main rame-rame? teteh ketiduran malah ditinggal, ninggalin uang lagi. Kalo orang lain, teteh pasti udah abis deh, kalo gak teteh di garap, atau harta benda hilang. Ini aahhh.. Uang nya teteh kembalikan aja. Sebentar..."
teteh hendak berdiri.. aku tahan tangan nya..

"Ga usah teh, aku ikhlas. Teteh mau jadi teman ku saja aku sudah senang. Teteh simpan saja siapa tau ada yang lebih membutuhkan, teteh bisa bantu."

"Kamu baik banget, kaya lagi. Andai teteh masih seperti Neng, teteh perjuangkan kamu sampai titik keringat penghabisan.. hihihi..."

"Hehehe.. teteh bisa wae.. sama teh Anto juga, sayang sekarang gak bisa ya teh."

"Dasar si ujang, bisaan wae jawab nya.."

"Teh, Anto pamit yah. Besok pagi ketemu lagi yah.."

"Iya mas.. teteh antar ke bawah."



•••©©©•••

Lalu aku muncur dari ruko teteh dengan ojek, menuju koperasi. Hampir jam lima, aku tiba di koperasi. Nampak semua hampir beberes. Aku masuk, ada ibu Pratiwi..

"Oh, Anto kamu sudah kembali, tidak apa-apa kamu?"

"Iya bu, Anto minta maaf tadi membuat Ridwan, Winda, pak Darto dan pak Hasan jadi meninggal kan pekerjaan bu. Anto tidak bermaksud begitu, tapi memang tadi darurat bu."

"Sudah tidak apa-apa. Yang penting anak panti selamat dan kamu juga selamat kan."

"Iya bu, terima kasih pengertiannya."

"Ya sudah, ibu pulang dulu yah. Ada perlu lagi dengan ibu?'

"Tidak ada bu. Cukup."

"Ya semua nya yah, ibu pulang duluan... assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." jawab kami serentak.

"Gimana nyuk, dah beres masalah kerjaan lo?"

"Belum, baru mulai."

"Mulai gimana?"

"Mulai masalah.. dan ini serius..."

"Serius apa mas Anto?" timpal Winda

"Serius, kalo gue harus beliin sop buntut borobudur."

"Ngepet lo.. kirain apaan."

"Maksudnya teh naon mas?"


"Ini aa kamu, musti di dorong dulu baru berani ngomong. Dari awal udah cerita, tapi gak berani dia nembak nya."

"Si aa gitu sih... Winda sengaja minta waktu 1 minggu, karena mau pastiin dulu serius apa nggak. Aa orang Jakarta, mau jadi sarjana juga bukan orang menengah, aa anak orang ada, kok mau ama cewek kampung kaya Winda. Itu yang Winda ingin pastiin."

"Trus udah pasti nih?" tanyaku

"Hihihi.. iyahhh... Winda juga suka ama a Ridwan."

Senyum kedua pasangan ini melebar. Senang melihat kebahagiaan mereka berdua.



•••©©©•••


Aku berpisah dengan Ridwan dan Winda. Ridwan seperti biasa mengantarkan Winda pulang. Aku menuju rumah Aki Tama berjalan kaki sambil menenteng tas laptop yang tadi aku ambil di kantor.

Tak sampai 10 menit aku sudah sampai rumah aki Tama. Aku lihat ada terparkir motor vario hitam, ya Surya. Dia datang ke tempat aki Tama, seperti yang aku minta. Tapi kenapa sekarang hati ku seperti tidak rela Surya bertamu ke sini? Padahal aku yang minta. Apa yang terjadi dengan perasaan ku ini? Aaahhh...

Aku segera putar tubuh ku, dan berjalan menjauh. Aku berencana pulang dan ingin istirahat.

Aku mencegat ojek dan langsung jalan pulang ke rumah kakek Ridwan. 20 menit kemudian, aku tiba di simpang arah ke rumah kakek. Aku melewati rumah Kades. Terlihat beberapa orang asing bukan orang daerah sini seperti nya berkumpul. Ada 4 orang laki-laki berbincang di depan pintu masuk nya. Aku yakin, ada geger di rumah itu saat ini. Tapi biar lah dulu, aku terlalu lelah hari ini. Ojek melewati kumpulan itu. Tukang ojek dengan sopan menegur dan meminta izin lewat. Walau itu basa basi dan karena adat kesopanan, hal itu seperti wajib jika kita ingin melewati atau lewat di depan orang lain.

"Punten kang.. numpang lewat" sapa tukang ojek

Ke empat orang itu hanya melengos tanpa menjawab. Sungguh tidak sopan menurut ku. Ingin sekali aku mencari perkara dengan mereka, tapi aku tahan. Aku bukan Anto yang dulu, yang belum ada beban, saat ini aku punya tanggung jawab buat menyelamatkan banyak orang. Aku tarik nafas dalam-dalam, tapi dadaku sesak, ini pasti karena dampak dari pukulan si BC itu.

Setelah sampai rumah kakek, aku masuk..

"Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumsalam wr wb.."
terdengar suara Nenek

"Sore nek.. " aku salim ke nenek

"Sendiri an nak Anto? Ridwan belum pulang?"

"Belum nek, dia lagi antar Winda dulu nek."

"Siapa itu Winda? pacar nya Ridwan yah?"

"Iya nek." sorry man, gue bocorin ke nenek soalnya nenek tanya, gak mau gue bohong. Kalo nenek gak tanya gue juga gak bakal omong (dalam hati).

"Oh, anak mana itu?"

"Teman sekantor Ridwan di koperasi nek. Kalau rumah nya Anto gak tau nek."

"Wah, cucu nenek jadi kecantol gadis sini yah. Biar lah, kalo dia mau biar dia nanti yang tinggal di rumah ini."

"Ya bisa jadi itu nek. Omong-omong, kakek kemana nek."

"Rapat nak, di tempat pak RW. Katanya tadi siang ada orang yang mau nyulik di panti asuhan. Untung ada orang bertopeng yang selamatin. Wah, makin gak aman saja desa ini. Yang mau nyulik katanya ternyata tamu nya pak Kades. Nak Anto tau siapa yang mau diculik?"

"Kalau info yang nenek tau siapa nek"

"Deandra atau Neng, cucu nya aki Tama."


Aku manggut-manggut. Aku mengetahui pasti masalah yang di cerita in nenek ini.

"Yang menolong itu sudah ketahuan siapa yang betopeng yang selamatin itu nek?" aku mencoba mengecek sejauh mana berita tentang tadi siang itu beredar

"Tidak ada yang tau pasti siapa nya nak" kata nenek Ridwan.

Aku sedikit lega. Tapi Yudha dan orang nya pasti curiga pada ku. Tapi akan kandas, sebab merek taunya aku masih di penjara. Mereka pasti sedang bingung saat ini, info ini akan bocor mengenai kondisi aku jika ada dari pihak dalam polisi yang memberitahu.

"Nek, Anto izin ke kamar ya nek"

"Iya nak."

Akhirnya aku masuk kamar dan berencana mandi.

Selesai mandi, aku mau telp Aiko.

"Selamat malam sayang." sapa ku saat kami sudah online

"Hai bang.. apa kabar? baru mandi? habis dari mana saja?"

Aku lalu cerita kan semua kejadian sejak tadi malam, dimana aku mengintai, juga kasus penyerangan ke panti asuhan, sampai aku luka dalam dan belum pulih, terakhir jadiannya Ridwan dan Neng.

"Abang, Aiko jadi khawatir sungguh. Abang udah lapor sama bapak?"

"Sudah say.. semua sudah. Tapi bapak masih belum jawab. Biasanya sedang di pelajari. Tapi tiba-tiba nanti dia akan kasih kabar dan keluarkan perintah. Ini yang berat."


"Hihihi... ya namanya sama anak. Sama Aiko juga, harus siap tunggu arahan papa."

"Tapi ini heran, kenapa barang kurzawa bisa mereka masukkan. Mereka pakai izin siapa? jelas-jelas tidak ada yang mempunyai izin masukkan barang itu selain PT. Garuda Inti Nusantara, perusahaan ku, sayang. Kok bisa lolos di BC?"

"Atau mereka main pasti bang, mereka terobos. Pasti ini melibatkan pejabat tinggi bang."

"Iya dek, aku juga pikir gitu. Bapak kayanya lagi cari kebenarannya juga di Jakarta."

"Sekarang kondisi abang gimana?"

"Aku masih sesak kalo nafas panjang dek, seperti ada yang menghalangi nafas, ini harus di tembus penghalang nya. Jika tidak, energi akan tidak keluar, malah berbalik ke dalam, ini yang sakit dan berbahaya. Bisa menekan jantung dan menghancurkan nya."

"Wah, abang harus segera CT Scan bang, biar kelihatan, arus darah yang terhambat nya. Atau bisa juga, tapi di bantu dengan tenaga dari luar. Itu yang papa pernah bilang pada Aiko kalau kita luka dalam dan tidak bisa obati sendiri."

"Yang bisa menolong aku, saat ini ada 3 orang yang mempunyai energi itu. Aki Tama, cucunya Neng dan Surya. Surya jelas dibawah ku jauh, Neng aku gak tau, tapi kalo di penjelasan Neng, dia juga dibawahku, yang mungkin diatasku kemungkinan besar aki Tama."

"Bang, lebih baik abang berobat dulu. Luka dalam jauh lebih bahaya dari luka luar. Jangan di biarkan lama bang, makin susah sembuh sebab urat nya yang terhambat akibat pukulan itu akan kaku. Itu bisa membeku bang. Pliss.. adek mohon."

"Iya aku tahu. Tapi apa aku bisa tinggal kan desa jika kondisi seperti ini. Panti asuhan masih rawan, banyak anak kecil disana, Neng juga diincar, barang kurzawa juga, akan ada transaksi besar hari kamis depan. Itu pasti melibatkan orang-orang bayaran untuk mengawal transaksi itu. Belum juga ada teman sekantor yang di koperasi terjebak jadi budak sex dan pelacur nya keluarga Sanjoyo. Teh Yeti sudah bilang mau keluar dari kondisi itu, aku sudah janji mau bantu dia keluar dari status itu. Belum lagi skripsi Ridwan, yang jadi tujuan awal aku ke tempat ini. Ah, pusing aku dek.."

"Adek yakin, abangku akan bisa lalui semua. Adek salut ama kamu bang, kamu lebih memikirkan orang lain dibanding diri sendiri."

"Itu juga salah satu panggilan dan tugas aku dek. Disuruh atau tidak, aku pasti terpanggil untuk bantu mereka, sayangku.. Apalagi ini jelas ada pelanggaran hukum pada barang nya kurzawa."

"Iya bang, adek jadi ingin bantu abang. Mungkin tidak yah?"

"Adek sudah tenang saja. Aku sedang cari jalan nya dek."

"Bang, abang harus perbaiki luka dan aliran darah nya. Jangan ditunda lagi. Kalo kondisi begini, abang juga tidak bisa berbuat banyak bang.."

"Iya sayang, habis ini abang mau perbaiki. Mudah-mudahan bisa pulih. Doa kan ya sayang."

"Iya pasti abang, kalau tidak bisa, abang harus ke rumah sakit, atau minta bantu aki Tama atau Neng. Mereka orang baik kan bang?"

"Iya Aki dan Neng sangat baik dan berprinsip. Aki hidup sederhana dengan beternak ayam kampung kecil-kecilan, Neng bantu urus panti asuhan, tempat dia pernah tinggal selama 6 tahun, karena aki harus kerja ke sulawesi, makassar. Mulai SMP sampai SMA, selama itu Neng di titipkan di panti. Aki kembali dari Sulawesi, baru Neng keluar dari panti ikut aki, dan kuliah Diploma 2 di sukabumi. Dia baru selesai, dan lagi cari-cari pekerjaan sambil urus panti. Karena Anto datang ke desa ini dan terjadi kasus pengeroyokan itu, Anto jadi kenal dengan mereka."

"Neng sudah tidak ada orang tua bang?"

"Sudah tidak. Ayah nya meninggal saat dia masih bayi sekali, ibu nya meninggal kecelakaan pesawat di saat Neng umur 7 tahun. Aki keluarga Neng satu-satunya. Cucu tunggal nya."

"Ooo.. kasihan ya bang. Nanti kalau abang sudah sehat dan masalah ini selesai, kita bantu mereka ya bang. Biar gimana, abang pernah hutang budi ama mereka, pribadi abang sendiri. Kalau tadi abang bantu di panti, abang selamatkan banyak orang termasuk anak-anak. Ngerti ya bang beda nya?"

"Iya sayang. Nanti tetap aku pikirin. Aku fokus pada pengobatan aku dan permasalahan ini dulu."


Hening sejenak.

"Jadi Ridwan sudah diterima sama Winda bang?"

"Iya, ternyata dua-dua nya sama-sama senang. Hehehe.. alamat Ridwan bakalan jadi orang sini nih. Setelah dia lulus kuliah."

"Adek ikut senang. Aiko gak punya sahabat seperti abang. Awet ya bang.. Susan semenjak kejadian kemarin itu, menghindar dari Aiko. Gak jelas kenapa, sampai sekarang. Mungkin teman abang si Ajie ada omong apa ke Susan sehingga ia menghindari adek. Tapi adek gak ambil pusing bang, lagian adek juga tidak terlalu dekat juga sama Susan selama ini. Adek lebih banyak sendiri dan sibuk di kampus dan organisasi. Malah sudah 6 bulan ini, papa ajarin adek tentang kegiatan lain"

"Kegiatan apa sayang?"

"Kegiatan untuk meneruskan usaha papa. Adek kan anak papa satu-satunya, jadi adek yang harus teruskan. Adek di latih sangat keras oleh papa dan paman Hatori, tangan kanan papa."

"Iya dek, hal itu juga sudah pernah aku lewati. Saat aku lulus SMA. Satu tahun full aku ikut pendidikan, ditambah latihan dari ayah. Setelah selesai, baru tahun berikut nya daftar kuliah. Aku SMA kan hanya 2 tahun dek, ikut jalur akselerasi waktu itu."

"Yayang ku pintar ternyata. Pantas papa sangat menuji abang, selama melatih adek atau saat mengajari tentang perusahaan."

"Ah, papa bisa saja. Terlalu sering di puji juga tidak baik."

"Tapi itu untuk motivasi adek, abang sayang..."

"Iya, asal adek bisa menempatkan nya dengan baik sesuai proporsi nya ya sayang."

"Iya, adek ngerti. Sudah ya bang, abang kalo ngobrol terus kapan mau penyembuhan nya. Sudah nanti telepon lagi."

"Ya sayang ku. I miss you, I love you my sweet heart."

"I love you too, abang sayang."

Tut..tut..tut...


Sambungan video putus.

Aku masih diam termenung dalam kamar yang aku tutup dan kunci. Apa ini jadi melebar kemana-mana sekarang. Malah aku jadi luka seperti ini. Gimana kondisi pengeroyok ku yah? entah lah. Mereka mendapat bagian mereka.

Aku duduk di lantai, bersila rapat dengan tubuh tegak sempurna. Kedua tanya diletakkan diatas paha, tebalik menghadap atas. Tepak tangan terbuka, ibu jari dan jari tengah betemu. Aku atur nafas. Tarik nafas panjang di dada, aku bawa ke perut, lalu ke bawah perut, lalu aku tarik energi ku naik ke perut, lalu ke dada. Buntu... aaahhh...

Aku terus mencoba menerobos penghalang nya, berkali juga aku gagal. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh, suhu tubuh meningkat naik. Dada ku makin sesak. Terasa jantung, hati dan paru-paru terasa terbakar. Mungkin lebih satu jam aku lakukan ini. Dan, masih buntu, energi ku memantul dan berbalik menyerang liar ke semua organ dalam ku. Lalu aku sudahi, aku gagal. Dan masuk masa kritis. Aku sadari hal ini. Kalau tidak di obati, aku bisa lumpuh lama kelamaan.

Aku penenangan dan membuka mata. Aku bangkit mau menuju kamar mandi, membersihkan keringat dari tubuh ku.

Setelah keluar kamar mandi dan berganti pakaian. Aku di tegur nenek.

"Nak Anto, ayo makan malam dulu. Nak Anto terlihat sangat pucat, tadi tidak. Apa nak Anto sakit? ayo jangan di tunda lagi, mungkin masuk angin. Ayo nak makan dulu."

"Iya nek, terima kasih. Kakek bagaimana nek, sudah makan?"

"Kakek tadi sudah makan sebelum berangkat rapat. Ayo nak Anto saja, supaya bisa minum obat. Nenek ada obat flu. Sebentar nenek ambil kan."

"Tidak perlu nek, biar Anto makan saja dan istirahat ya nek."


Aku putuskan untuk makan sambil berpikir apa yang bisa aku lakukan sekarang. Sungguh, aku ingin melangkah tapi seperti kaki ku di rantai.

Aku makan dengan lahap, karena lelah akibat proses tadi. Tiba-tiba ada sms masuk, aku baca.. ayah ingin menghubungiku nanti tengah malam. Ini pasti infornasi sangat penting. Aku harus pastikan tidak ada yang tau. Dimana lokasi yang aman? oh iya, kamar belakang saja. Rumah ini ada 5 kamar, yang dipakai hanya 3. Kakek dan nenek, aku dan Ridwan, dan satunya Kang Dedi.

Aku selesaikan makan ku, membereskan meja dan mencuci piringku. Segera aku datangi nenek yang sedang menonton tv.

"Nek, lagi nonton apa?"

"Ah ini nak, tontonan biasa. Sinetron.. hampir semua tv tayangin sinetron. Banyak yang tidak mendidik juga."

"Iya nek, bisa bahaya untuk anak."

"Nak, makan nya sudah? mau minum obat?"

"Tidak perlu nek, terima kasih. Anto hanya minta izin ingin pakai kamar belakang boleh? Anto kalau nanti sungguhan sakit flu, Anto ingin tidur terpisah dari Ridwan biar tidak menulari nek. Kasihan Ridwan nanti bisa tertular. Tapi kalau tidak sakit, ya Anto tetap di kamar sekarang."

"Bisa kok nak. Kamar itu kosong dan lengkap. Kalau nak Anto mau pakai bisa sekali. Bebas kok nak. Oh, bentar.." nenek bangkit menuju buffet. Dia membuka laci dan mengambil anak kunci.

"Ini kunci kamar belakang nak. Nak Anto pegang saja."

"Oh, terima kasih ya nek, nanti Anto kembalikan ya nek."


"Iya nak."

"Anto pamit istirahat ya nek."

"Iya nak Anto, segera istirahat biar cepat pulih."

Aku kembali ke kamar, dan berencana untuk tidur, agar tengah malam aku bangun menerima telpon ayah ku, atasan ku sekaligus komandanku..





Bersambung lagi ya suhu....

Mohon kritik dan saran nya ya suhu...
 
Terakhir diubah:
:mantap::mantap:....maraton bacanya, kaya baca novel spion om..mau ga yah aiko didua in ama eneng...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd