Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Terima kasih atas atensinya, Suhu Besar semua. Mohon maaf tidak bisa cepat karena prioritas yang berbayar di lapak plat KK. Mohon maklum adanya, karena menulis jadi salah satu sumber pemasukan. Jadi mungkin bab selanjutnya tidak full saya posting.

Tapi saya janji, akan buat serial khusus di lapak ini, meski mungkin belum segera. Singel parent satu anak kerja serabutan tidak pernah mudah dapat uang, Hu.

Terima kasih.
 


Bab 2. Rise of the Bitch

Hari itu Listiana terselamatkan oleh jam mengajarnya yang hanya satu. Dengan tubuh limbung dia menitipkan pesan untuk kepala sekolah lewat Pak Tarno untuk pulang lebih awal. Tentu saja karena sekujur tubuh dan pakaiannya seperti pengkhianat yang mengatakan bahwa majikan mereka telah melakukan sebuah kegiatan terkutuk bagi lingkungan sekolah itu. Aroma peju menguar kuat setiap kali Listiana berbicara. Sisa-sisa benih Tarno yang tidak tertelan seperti betah berlama-lama menempel dan menjajah lidah serta seluruh sudut rongga mulut guru cantik itu. Belum lagi aroma pesing dari pakaian dan jilbabnya yang kusut dan awut-awutan. Untung saja setelah bel itu belum ada satu pun pengajar lain yang masuk ke ruang guru.


"Ustazah! Maafkan saya sekali lagi," kata Tarno menghentikan kaki Listiana yang baru saja bergerak satu langkah. Pria itu perlahan mendekati Listiana. Tangannya mendarat di pantat guru cantik itu dan meremasnya kasar. Pria itu benar-benar tidak rela melepaskan rekan kerjanya.


"Mmmmh ... iya, Pak Tarno. Gak apa-apa, kok." Bahkan Listiana sendiri kaget dengan kelancangan mulutnya yang mengatakan itu. Bagaimana mungkin perkosaan yang dialaminya dia katakan sendiri tidak apa-apa? Bahkan sambil dilecehkan Tarno seperti tidak ada habisnya.


"Ustazah! Maafkan saya. Sekali lagi ... ya?" Ucapan Tarno terdengar tulus bagi Listiana. Wanita alim yang baru saja mengenal mabuk kepuasan itu tidak tahu harus menjawab apa selain menganggukkan kepala sambil mengerling dan tersenyum manis kepada Tarno. Tidak dapat ditampik, diam-diam wanita itu amat menikmati perlakuan tangan Tarno kepada pantat sekalnya. Padahal ada sisa-sisa kesadaran yang mengatakan untuk menepis. Tidak ditangkapnya perbedaan ucapan maaf pertama dan berikutnya dari Tarno.


"Iya, Pak Tarno. Mmmmh ... iya," jawab Listiana. Detik berikutnya Listiana terkaget-kaget merasakan roknya diangkat bersamaan dengan legging-nya dipelorotkan. Tarno yang merasa telah diizinkan untuk memulai ronde dua, menyibak kancut rekan kerjanya itu sebelum kontolnya dengan gagah perkasa sekali lagi menjajah memek Listiana dari belakang.


Listiana ingin marah. Belum pernah dia dilecehkan separah ini. Bahkan lirikan kagum saja sudah membuatnya kesal karena merasa ditelanjangi. Namun, sekali ini bahkan Listiana mengerang, melenguh, dan merintih dengan nada manja setiap kali kontol Tarno menyapa syaraf-syaraf yang ada di relung memeknya hingga di tempat terjauh yang belum pernah dijamah oleh suaminya sekali pun. Tidak lagi diingatnya di mana mereka sedang ngentot. Yang ada di pikiran Listiana hanyalah tuntutan kepuasan yang dia yakini akan Tarno berikan seperti sesi ngentot pertama mereka.


Listiana langsung terkencing-kencing begitu kontol Tarno berkali-kali mencapai wilayah memeknya yang tadi belum terjajah. Kali itu Tarno tidak peduli. Pria itu tetap menggenjot kontolnya meski harus turut basah. Sebelum ada yang masuk ke ruang guru, Tarno bertekat untuk menitipkan benih di rahim Listiana.


"Ja-ja-jang-jangan! Oooh! Aaah! Di-dil-di lu-a-a-ar, P-P-Pak!" desis Listiana keenakan menolak keinginan Tarno yang disampaikan pria itu lewat bisikan mesra seolah rekan kerjanya itu adalah istrinya sendiri. Tentu saja Tarno tidak berniat menuruti penolakan itu. Kesempatan ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Bahkan Tarno pun bertekat menikahi Listiana andai rekan kerjanya itu hamil dan diceraikan.


"Oooh! Mmmmh! Aaah!" desis keduanya berbarengan ketika Tarno membenamkan kontolnya dalam-dalam untuk sedetik kemudian menitipkan pejunya di dalam memek Listiana. Persetubuhan yang singkat, tidak sampai lima menit. Tarno melepaskan tangannya dari tetek Listiana yang sejak tadi dia gerayangi melalui bagian bawah kemeja rekan kerjanya itu sebelum menarik lepas kontolnya yang seperti tidak rela keluar dari memek Listiana.


"Semoga hamil, Ustazah," bisik Tarno sambil menampar pantat Listiana kemudian berlalu mengambil pel untuk mengeringkan bekas cairan kepuasa Listiana. Sedang Listiana yang semakin limbung bersusah payah merapikan dirinya. Wanita itu merasa sangat seksi ketika dia dirasakan peju Tarno merambat keluar dari memeknya. Tidak tampak wanita itu beberapa detik yang lalu menolak pembuahan Tarno.


Di dalam mobil dengan pendingin yang menyala kencang dan jendela tertutup, Listiana begitu tercekoki dengan aroma peju Tarno yang memicu perbuatan haramnya dengan Tarno tadi. Air matanya menetes mengingat hal itu. Berkali-kali ia meminta maaf kepada suaminya di sambil terisak. Namun, berkali-kali pula denyutan di memeknya seperti membantah penyesalan itu. Setiap sinyal gelinya seperti menyerukan kerinduan kepada kontol Tarno ... atau kontol siapa pun yang sebesar itu.


"Mas Seno, sih!" umpat Listiana pada akhirnya. Dia menyerah kepada sinyal geli dari memeknya dan menyalahkan sang suami atas alasan apa pun yang dia ingat dan inginkan. Sambil menjalankan mobilnya, dia bertekat untuk tidak akan melakukan hal itu lagi. Hanya saja wanita itu tidak tahu caranya bagaimana menyelesaikan peristiwa itu dengan Tarno. Bahkan, bila diingat-ingat sepertinya dia tidak punya muka lagi untuk bertemu Tarno. Lagipula, dia tidak yakin dapat memikirkan apa pun bila bertemu Tarno lagi selain ngentot. Kontol guru olahraga itu sudah menjadi penyewa kontrakan gratis di pikiran dan hati Listiana.


Sesampainya di rumah, segera saja dia membersihkan diri sebersih-bersihnya. Semua pakaian yang tadi dikekanannya dia rendam dengan detergen dengan takaran yang berlebihan banyaknya. Setelah itu, Listiana berbaring di kasur tanpa mengenakan pakaian sama sekali. Denyutan dari memeknya yang belum mereda-bahkan tidak berkurang sama sekali-memancing tangannya untuk mengusap belahan memek dan itilnya sendiri. Namun, alih-alih berkurang, sinyal itu makin kuat melandanya. Keasyikannya berhenti ketika azan Zuhur berkumandang. Dengan malas, dia bangkit dan menunaikan kewajibannya.


Selesai salat, Listiana membereskan tasnya. Dia keluarkan laptop dan dompetnya dari tas. Sebuah buku asing menyergap perhatian Listiana. Buku milik muridnya yang dia sita tadi. Dia keluarka dan letakkan di meja begitu saja. Wanita itu tenggelam ke dalam pekerjaannya menyiapkan bahan ajar untuk besok. Layaknya wanita karir, pekerjaan memang adalah kegiatan paling ampuh untuk melupakan apa pun.


Tiga jam kemudia Listiana meregangkan tubuh. Belum selesai pekerjaannya, tetapi sepertinya dia merasa bosan. Dia raih buku bersampul coklat milik muridnya, lalu mulai membuka dan membacanya. Bagai disambar gledek, Listiana tertegun melihat apa yang ada di halaman pertama buku itu. Foto wajah dirinya yang dilaminating dan dilekatkan. Andai hanya itu, tentu bukan masalah besar, tetapi yang membuat Listiana kaget adalah apa yang tertulis di buku itu.


Pemilik buku itu bernama Fajar Sidiq. Muridnya di kelas XII-A, kelas unggulan yang diisi oleh anak-anak berbakat dalam hampir semua pelajaran. Listiana sendiri mengenal Fajar sebagai anak pendiam yang tidak pernah aneh-aneh. Namun, dia tidak pernah menyangka betapa liarnya imajinasi seseorang yang pendiam.


"Abi pulang sebentar bisa, kan?" Listiana meninggalkan pesan suara Whatsapp kepada suaminya. Syahwatnya tidak terbendung meski tadi telah dinodai Tarno hingga dinodai sudah tidak lagi tepat sebagai penanda peristiwa itu. Namun, pesannya hanya membuahkan dua tanda centang hitam.


"Ummi sange, Bi! Ngentot yuk, Bi!" ucap Listiana yang dikirimnya lagi sebagai pesan suara.


Ya! Kata-kata kotor bukanlah hal tabu bagi lidah alim Listiana. Setidaknya hampir sepanjang usia pernikahannya dengan Seno. Kosa katanya soal sex benar-benar standar pelajaran biologi, dan itu pun jangan harap akan dia ucapkan bila konteksnya tidak tepat.


Seno Brata bukanlah seorang alim seperti Listiana. Dia cukup tahu soal agama, tetapi hanya sebatas itu. Seperti seorang pria biasa dari keluarga luar biasa umumnya, masa lajang Seno dipenuhi dengan kegiatan yang sering bersinggungan dengan kesenangan dunia. Clubbing dari masa SMA, misalnya. Tentu saja dengan uang sakunya dia bisa menarik wanita-wanita mana pun yang ada di club itu. Toh, masuk dengan usia yang belum cukup pun terbukti bukan masalah untuknya. Dari sekadar bergoyang di lantai club sampai bergoyang di dalam mobilnya yang dia parkir bersama pasangan goyangnya.


Seno matang pada usia muda dengan cara karbitan. Kelebihannya hanyalah pada uangnya. Bukan wajahnya, bukan fisiknya-termasuk ukuran kontol yang di bawah rata-rata-apalagi kecerdasannya. Dan dari situlah awal Listiana mengenal dan terbiasa mengatakan kata-kata kotor. Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar enam bulan dari awal pernikahan mereka hingga Listiana fasih, meskipun hanya pada saat mereka ngentot saja. Itu pun awalnya menunggu perintah dari Seno.


----


Mohon maaf, teaser separuh ya, Suhu Besar semua. Lengkapnya tau kan di mana? Terima kasih atas pengertiannya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd