brian: “Ibu adalah ibuku yang luar biasa. Aku sepenuhnya setuju dengan keputusan ibu.”
ibuku: “Ini hanya untuk sebulan, sayang. Mari kita berharap agar ayahmu bisa cepat-cepat mendapatkan tempat tinggalnya…”
brian: “Ya. Karena, ibu tahu… Itu akan mempengaruhi 'hubungan' kita. Aku bahkan tidak yakin aku bisa bertahan selama itu, tanpa sentuhan dari ibu.”
ibuku: “Oh, sayang. Ibu tahu! Ini akan menjadi sulit bagi ibu juga! Tapi kamu tahu apa? Jika kita bisa berhati-hati... Mungkin kita masih bisa melakukannya di jam tengah malam.”
brian: “Ya… Itu akan menjadi jalan terakhir untuk kita.”
brian: “Apa kunci pintu ruangan ini masih rusak, bu?”
ibuku: “Ya. Ibu perlu menghubungi seseorang untuk segera memperbaikinya. Kenapa kamu bertanya seperti itu?”
brian: “Baiklah, karena mereka berdua sedang berada di ruang tamu, mungkin kita bisa... um…”
ibuku: “Sayang, serius? Kita baru saja membicarakan kunci pintu yang rusak.”
brian: “Aku tahu itu sedikit berisiko dengan kunci pintunya yang masih rusak, tapi… apakah ibu pikir itu akan menghentikanku?”
ibuku: “Cepat, sayang! Kita tidak ingin mereka melihat apa yang sedang kita lakukan sekarang, kan!”
brian: “Mmh, ibu! Ini terasa berbeda… rasanya lebih… lebih enak!”
ibuku: “Ah! (Ah, anakku! Dia lebih buruk dariku! dia sangat terangsang untuk ngentot memekku dengan ayahnya dan adik tirinya yang sedang berada di kamar sebelah!)”
brian: “Ngh, ibu! aku akan berhenti sebentar dan membiarkan kontolku tetap berada didalam memek ibu!”
ibuku: “Huh? Jangan berhenti, sayang! (Aku harus terus membiarkan kontolnya bergerak didalam memekku. Aku ingin dia cepat-cepat menyemprotkan spermanya)”
brian: “Ahhh!”
ibuku: "(Apa yang harus aku katakan? Jika aku mengatakan yang sebenarnya, dia akan berusaha mendorong kontolnya lebih keras kedalam memekku. Dan bertahan untuk tidak cepat-cepat keluar) Mmh, ya sayang! Ibu sudah dekat!"
brian: "Mari kita keluar.. bersama-sama! Ahhh!"