Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lika Liku Lilis

Status
Please reply by conversation.
Sebagian besar untuk prolog ini emg ane ambil dr apa yg ane alami hu dgn tkp di sekitar RL ane..tp moga2 jgn sampe pisah beneran 😓sisanya sebatas fantasi. Begitu pula dengan lanjutannya nanti, lebih ke POV Lilis dimana ane menuangkan fantasi liar ane ke bini dalam wujud diri Lilis hihi..

Dan kalo suhu mengikuti trit ane yg satu lagi, ada bagian cerita tsb yang ane sedikit kaitkan di cerita ini..hehe

Lanjutkann suhu...
 
POV Ferdi

Kuakui, aku memang salah dengan apa yang telah kuperbuat kepada Lilis selama ini, mengkhianatinya secara diam diam. Mungkin aku sedang mengalami fase puber kedua, ditambah materi yang terbilang lebih dari cukup ,menjadi modal buatku untuk sekedar mencari sensasi berkencan dengan wanita lain. Entah yang berbayar atau sekedar bernostalgia merasakan GFE dengan wanita lain, seperti halnya hubunganku dengan Arin.

Namun, sedikitpun aku tidak pernah berpikiran untuk meninggalkan Lilis. Aku tetap selalu mencintainya, biar bagaimana dia telah memberikanku dua orang putra dan apa yang kuraih kini tentunya berkat doa serta dukungan darinya.

Aku masih tidak percaya dengan semua ini, kini negara telah memutuskan secara resmi status pernikahan kami serta mewajibkanku untuk tetap memberikan nafkah kepada kedua anak anakku . Hak asuh anak pun jatuh kepada Lilis, walau aku tidak bisa menerima sepenuhnya putusan tersebut, terasa sedikit janggal buatku. Aku sungguh terpuruk saat itu, sehingga beberapa sidang mediasi sengaja kulewatkan.

Saat sidang putusan itulah akhirnya aku bertemu untuk berpisah dengan Lilis setelah beberapa bulan kami tidak bertemu. Aku sungguh tidak sanggup menatap wajahnya saat itu, rasa penyesalan, malu serta marah menyelimutiku saat itu. Sekedar menyapa pun, lidahku terasa kelu entah harus berkata apa kepadanya. Aku hanya sekedar menemui kedua anakku dan memeluk mereka. Tak terasa air mataku jatuh terurai, suatu hal yang jarang terjadi padaku. Anak anak hanya bisa terdiam menatap ayahnya menangis di pelukan mereka.

Beberapa hari kemudian, aku mulai bekerja kembali setelah sebelumnya mengajukan cuti untuk menenangkan diri. Saat istirahat siang kuajak teman karibku, untuk menemani makan siang sekalian kongkow bareng. Namanya Franz. Dia selalu menjadi tempatku bercerita selama ini, termasuk segala kenakalanku dengan beberapa wanita. Hanya dia yang bisa mengerti dengan kelakuanku selama ini, walau beberapa kali sudah berusaha menasehatiku. Dia salah seorang rekan kerja di kantorku. Usia kami sepantaran, walau aku lebih tua setahun darinya.

"Gimana kondisi loe sekarang bro?" tanya Franz
"Ya ginilah nyet, masih agak shock" jawabku

"Kan gw dah ingetin dari dulu, udah deh jangan macem macem, nyesel kan sekarang" kata Franz
"Iye tau..klo di awal namanya pendaftaran" sahutku sedikit jengkel

"Nah tu dah bisa becanda dia" ledeknya
"Lagian, loe bukannya menghibur gw malah nyalah nyalahin" jawabku ketus

"Hahaha..iya sori..lagian dah punya bini cakep sama semok masih juga ga puas, gw aja sering ngebacolin bini loe..ups" jawabnya keceplosan
"Ah bangke loe, bini temen sendiri dijadiin bacol" jawabku sambil menampol mukanya

"Mantan kali..bukan bini lagi" ujarnya mengingatkan
"Iya tau..dah diem loe"

Beberapa saat kemudian...
"Eh nyet, tapi gw heran deh..perasaan ada yang janggal deh dengan putusan sidang kemaren. Kok gampang banget dikabulkan Hakim ya, padahal kan cuma sebatas bukti percakapan gw sama Arin, itu juga ga vulgar vulgar banget kok. Kecuali kalo buktinya gw melakukan perzinahan dengan wanita lain baru deh fatal banget, setau gw si gitu" kataku mencoba menganalisa.
"Ya udah loe coba banding aja mumpung baru beberapa hari" katanya sambil mengunyah potongan daging steak.
"Eh..emang masih bisa banding ya?" tanyaku sedikit bersemangat melihat sebuah peluang

"Ya coba aja, kalo ga salah si bisa selama belum lewat masa pengajuannya. Sekalian coba loe tanya soal kejanggalan yang loe bilang tadi" jawabnya.
"Oke deh besok gw coba kesana menanyakan persyaratan banding sama nanya terkait putusan kemaren. Thanx ya bro dah ngingetin" jawabku dengan sedikit tersenyum.

Saat itu aku seperti menemukan sebuah harapan, walau kecil peluangnya akan tetap kucoba. Setelahnya tinggal meyakinkan Lilis supaya mau rujuk dan kembali kepadaku.

Keesokan harinya, setelah melakukan absen pagi di kantor, aku meminta izin kepada atasanku untuk mengurus permasalahan ini. Syukurnya aku memiliki atasan wanita yang baik, dia sangat mengerti dan mensupport niatku ini. Aku pun segera meluncur menuju pengadilan agama di kotaku. Disana aku segera menuju ruang informasi menanyakan perihal banding putusan dan segala persyaratan pengajuannya. Petugas tersebut menjelaskan beberapa dokumen yang harus kusiapkan dan batas waktu pengajuannya. Namun dia pun mengingatkan, bahwa proses banding ini bisa memakan waktu berbulan bulan bahkan tahunan hingga mendapat putusan tetap. Selanjutnya aku pun mencoba menemui staff pengadilan yang menangani berkas gugatan terkait perkaraku. Aku diarahkan untuk menemui bapak Margiono oleh pegawai informasi tersebut.

"Tok..tok..tok.." aku mengetuk pintu sebuah ruaangan

"Maaf mas, bisa bertemu dengan Pak Margiono" tanyaku kepada salah seorang pegawai di ruangan tersebut.
"Oh ya Pak, bapak masuk aja mejanya yang di pojok kanan itu" jawab petugas tersebut
"Makasi mas" akupun segera menuju ke meja Pak Margiono

"Permisi Pak, dengan Pak Margiono ya?" tanyaku sopan
"Iya benar Pak, ada keperluan apa ya?" tanyanya

"Begini pak, saya minggu lalu habis menjalani sidang disini sebagai tergugat, dan telah diputus hasilnya. Cuma kok rasanya agak janggal ya dengan bukti serta alasan Hakim tersebut memutuskan perkara, menurut saya kalo sekedar bukti chat percakapan saja apa cukup untuk memutuskan bahwa saya memang melakukan perselingkuhan atau perzinahan misalnya" jelasku panjang lebar

"Owh yang penggugatnya Ibu Lilis itu ya?" tanyanya memastikan
"Iya pak, betul" jawabku

"Bapak tidak pernah hadir ya selama proses mediasi?" tanyanya memastikan
"Iya pak, saya masih shock saat itu" jelasku

"Nah, itu juga mungkin yang menjadi pertimbangan Hakim, Pak. Bagaimana kami bisa tau dengan pembelaan Bapak kalo Bapak merasa tidak bersalah, atau bukti bukti yang disampaikan penggugat tidak cukup kuat. Tapi kalo dari catatan kami, sebenarnya penggugat ada alasan lain lagi Pak yang disampaikan saat awal pendaftaran, namun dengan pertimbangan karena 1 atau 2 hal, maka hal tersebut tidak bisa kami sampaikan saat ini pak. Lebih baik Bapak bertanya langsung dengan Ibu Lilisnya" jelasnya lagi
"Ada alasan lain?" tanyaku heran

"Iya Pak, apa Bapak tidak pernah diberitahu sebelumnya oleh Bu Lilis?" tanyanya memastikan
"Enggak Pak" jawabku

"Hmmm..pantas ada yang aneh ini. Alasan apa gerangan yang dirahasiakan Lilis dariku, sehingga membuatnya keukeuh untuk berpisah" gumamku dalam hati. Aku harus mencari tahu terkait hal ini

"Baik pak kalo begitu, terimakasih atas penjelasannya. Kebetulan tadi saya sekalian hendak menanyakan persyaratan banding ke bagian informasi, jadi sekalian mampir kemari untuk meminta keterangan dari Bapak" kataku mengakhiri pembicaraan.
"Sama sama Pak, semoga berhasil dan lancar proses bandingnya" tutup Pak Margiono.

Sekembalinya di kantor, aku masih mengira ngira alasan apa yang mendasari semua hal ini.

"Woi, bengong aja" tegur Franz menepuk pundakku
"Anjirrr..ngagetin aja si loe" umpatku kesal

"Gimana hasilnya tadi? Dapet info apa aja?" tanyanya
"Ya itu, bisa si banding..terus dikasi tau segala persyaratan serta batas waktu pendaftarannya..kalo ga salah 14 hari kerja apa ya?" jawabku

"Yah berarti ada kesempatan donk buat si playboy kurap ini buat balikan. Ga jadi deh gw gebet Lilis jadi bini kedua..hahaha" candanya
"Eh..ajg..temen lagi susah malah mau nyari kesempatan. Segitu terobesinya loe sama bini gw si?" jawab gw sambil ngelempar stabilo ke kepalanya yang mulai menipis rambutnya.

"Mantan woi..mantan..nah kan loe cemburu kan kalo Lilis dilirik cowok lain. Lagian dah punya bini cakep, teteknya gede gitu loe sia siain. Pasti loe sering kenyot ya tiap hari" jawabnya menggodaku
"Hahahha tau aja loe..iya dia seneng banget klo teteknya diisep sama dimainin putingnya" ujarku sedikit mengenang

"Njiiiirrr..ngaceng gw dengernya. Mana coba liat donk penampakan teteknya, pasti loe masih simpen kan" ujar Franz penasaran
"Enak aja..private donk..loe kira aset milik negara bwt konsumsi publik?" tolakku

"Yaelah pelit amat..lagian dah mantan juga..dah ga bisa loe nikmatin..mending amal berbagi kesenangan sama temen, hahahaha" ujarnya lagi sambil tertawa terbahak bahak
"Taeeekkk..kagak pokoknya..lagian kan gw masih usaha buat balik. Dah sono kerja" usirku

Aku memang masih menyimpan foto fotonya yang bersifat private. Setiap kali dia pulang kampung, aku memang selalu meminta dia mengirimkan foto teteknya yang montok dan ngondoy sebagai pelepas rasa kangenku. Selain itu terdapat beberapa dokumentasi video percintaan kami yang sempat kurekam, mulai dari video hanya mengenyot puting susunya, mengocok pepeknya dengan jariku, hingga adegan persetubuhan kami dengan beberapa gaya. Namun tentunya tidak akan kupublikasikan kepada siapapun saat ini, kecuali situasi memaksaku.

"Ga bisa lagi nikmatin tubuhnya?" gumamku dalam hati mengingat perkataan Bowok tadi.

"Hmmm..aku punya rencana" pikirku sambil membayangkan sebuah rencana.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

POV Lilis

Setelah sepuluh tahun berumahtangga dengan Mas Ferdi, kini aku harus menerima kenyataan mesti membesarkan kedua anak kami seorang diri. Bukan suatu hal yang mudah buatku, mengingat usiaku yang tidak lagi muda untuk mencari pekerjaan, entah bagaimana aku harus menghidupi diri maupun kedua anakku. Memang Pengadilan mengabulkan permohonanku agar Mas Ferdi tetap memberikan nafkah bulanan teruntuk kedua anak kami, karena hak asuh anak jatuh kepadaku. Namun, tentu nilainya tidak lagi sama dengan jumlah yang kuterima saat berumahtangga dulu. Sedangkan untuk memulai usaha aku tidak memiliki bakat sama sekali. Untungnya masih ada harta gono gini yang kuterima, yaitu berupa sebuah rumah dan sebidang tanah di sebelah rumah orangtuaku. Entahlah, aku belum bisa berpikir kearah situ bakal kuapakan aset aset tersebut nantinya.

Hatiku masih hancur dengan semua ini, tak kusangka dia berani bermain serong dengan wanita lain di belakangku. Sebenarnya aku sudah mengendus hal ini, sejak setengah tahun lalu. Kuperhatikan terdapat beberapa perubahan pada dirinya. Penampilannya berubah mengikuti mode kekinian mulai dari rambut hingga ujung kaki, seperti ingin terlihat lebih gaya dan muda di lingkungan kerjanya. Selain itu dia kini lebih sering pulang malam di hari tertentu, mungkin memang pekerjaannya sedang banyak, entahlah. Dan juga dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain hp kala di rumah. Pernah saat tengah malam, kebetulan aku hendak pipis ke kamar mandi, kuintip dia di kamar masih sibuk dengan hpnya, saat kutanya, asyik bermain game alasannya. Bahkan suatu ketika seorang temanku melihatnya tengah hendak memasuki sebuah hotel bersama seorang wanita, namun temanku tidak bisa memastikan 100% bahwa itu memang benar Mas Ferdi.


Segala kecurigaanku tersebut tentunya sangat lemah untuk kubuktikan, hingga aku hanya bisa menunggu sampai benar benar bisa kupastikan. Dan segala kecurigaanku tersebut akhirnya terjawab saat kupergoki bukti chatnya kepada wanita yang bernama Arin. Aku yang saat itu sudah menanggalkan seluruh pakaian, bersiap menawarkan tubuhku untuk disetubuhinya, mendadak moodku berubah seketika menjadi rasa geram yang tak terhingga. Kami bertengkar hebat saat itu, dan dia sempat sempatnya menyetubuhiku dengan paksa. Mas Ferdi seperti kesetanan saat menggenjot vaginaku, staminanya sangat luar biasa dibanding biasanya. Aku sempat mendapat orgasme beberapa kali saat itu, namun berusaha tak kutunjukkan walau beberapa kali aku kedapatan mendesah olehnya.

Akhirnya dapat kusimpulkan dengan rentetan kecurigaanku selama ini, kalau dia memang telah berselingkuh bahkan mungkin telah meniduri wanita itu.

Mungkin semua itu tidak sepenuhnya merupakan kesalahan darinya, terkadang aku memang suka menolak melayaninya disaat dia menginginkan tubuhku. Terkadang aku merasa lelah setelah mengurus anak dan rumah seharian, hingga aku abai menyambut serta melayaninya sebagaimana seharusnya kewajiban seorang istri.

Namun bukan itu saja sebenarnya alasanku untuk berpisah dengannya. Aku merasa sudah tidak layak lagi menjadi istrinya. Terdapat suatu aib diriku yang hingga saat ini tidak pernah berani kusampaikan langsung kepadanya maupun orang lain. Entah bagaimana reaksinya bila sampai mengetahui hal ini, aku yakin dia akan sangat marah besar tentunya mendapati istrinya tidak dapat menjaga kehormatannya. Mungkin ini jalan terbaik, sehingga bisa kusimpan rahasia ini entah sampai kapan.

Bersambung..
 
Terakhir diubah:
Yah gagal pertamax di trit sendiri..sedikit penjelasan, mengenai administrasi di pengadilan agama ane cuma sebatas paham dr hasil gugling sama cerita teman ya hu..jd klo salah, mohon dimaapken..anggap aja bener hihi
 
Wew, jadi ada aib nya juga nih si lilis ya. Tapi kan semuanya terjadi karena kurang komunikasi, kesibukan rutinitas sehari hari sering membuat pasangan terlena.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd