Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life of JB

Terimakasih atas update ceritanya suhu @loveandorder666 ..
Waduh Jebe berat jg klo sendiri ngadepin TYW, untung ada Dharma dan duo biji,
Sepertinya Dharma ini sosok kunci..
Sebenarnya agak kebalik sih, harusnya Emily yg anak Mapala, yg deket dengan kegiatan fisik, harusnya jago berkelahi jg, tapi ini malah Gaby..
Tp gpp klo Emily jago, nanti Jebe ga ada kerjaan buat ngelindungi Emily dari Ryan, hehe..
Btw klo Gaby ada ikut klub apa Hu? Gym dan Muangthay aja?
Klo Yoce? Ga ngubungin Jebe lg? Ga ketagihan service Jebe? Hehe..
Ini tambah lg Tasya, sepertinya cewek smart yg Jago debat..
Pesona Jebe mang tiada tara..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Part 13B - Ajakan.



Darma saat ini sedang berada di unit apartmentnya. Setelah berpisah dengan jebe dan kawan-kawannya di kampus tadi. Ia tidak berencana untuk melakukan apapun awalnya. Hanya bersantai saja di kediamannya ini. Mungkin mencari makan ketika sudah malam. Darma memutuskan untuk tidur siang—sudah lama ia tidak melakukannya.

Bel kamarnya berbunyi. Siapa yang berkunjung siang-siang begini. Para keset welcome itu? tidak mungkin rasanya. Darma pun menyaut pelan untuk meminta tamu itu menunggu selagi ia berjalan kearah pintu dan melihat melalui lubang kecil, siapakah yang bertamu kepadanya siang ini. Ternyata Sasha orangnya. Oh iya baru ingat, kalau sasha mau datang. Darma pun membuka pintu dan mempersilahkan ia masuk.

“Haai daar” ucap sasha sambil mengecup pipi darma. Darma sedikit terkejut. Tapi sesudahnya ekspresinya sudah normal lagi.

“hai sha. What brings you here jam segini? Emang lagi nggak ada kelas?” tanya darma.

nopee. Kelas udah nggak ada. Lagian aku juga minggu depan bakal pindah ke US. So whats the point ikut kelas ketika udah mau keluar juga?”

“bener juga yaa haha.” Masuk akal menurut darma. Untuk apa kelas lagi? Udah mau pergi ini. “okeee jadi kenapaa sha? Ada sesuatu yang perlu dibahas?” Lanjutnya.

“Ah, you know what it is.” Jawab sasha singkat. Tapi darma mengerti arah pembicaraan ini.

“sini, bicara di kamar aja. For our own safety.” Ajak darma. Sasha pun mengangguk dan mengikuti darma menuju kamarnya yang cukup luas, dan kedap suara.

“tunggu ya, aku ambilin minum dulu. Mau minum apa?” tanya darma.

“ini minum, atau ‘minum’?” tanya sasha balik sambil tangannya membuat gerakan tanda kutip.

“haha, tergantung? Kamu maunya minum, atau “minum”? Tanya darma balik lagi.

“minum biasa aja lah.”

“ah okay. Bagaimana jika kopi? Kebetulan kemarin aku beli starbucks yang botolan. Masih ada di kulkas. Wait a sec.”Ucap darma sambil berjalan menuju kearah kulkas dan mengambil dua botol kopi caramel macchiato. Setelah mengambil, ia berjalan kearah pintu apartmentnya, untuk memastikan pintu terkunci.

Alexa, turn off lights.” Ucap darma kepada... alexa. (alexa adalah seperti alat yang pintar, jadi ia bisa menangkap perkataan penggunanya dan melaksanakan apa yang diminta, seperti menyalakan lampu atau mematikan. Menanyakan cuaca, dan sebagainya. Seperti “ok google”.

Lights off.” Jawab alat tersebut, dan lampu ruang utama pun mati, juga lampu daerah dapur.

semoga ini aman.’

.

Darma dan Sasha pun sudah berada di kamar, dengan posisi Sasha diranjang, dan Darma berada di kursi disampingnya. Keduanya sudah memegang minumannya masing-masing.

“jadi? Gimana sha? Apa yang mau dibahas?” Tanya darma lagi.

“kalian ini cowo kenapa demen banget basa-basi ya. Ga kamu, ga yang lain juga.”

“yaaa, namanya juga cowo, dihadapan cewe cantik, bawaannya pingin ngobrol mulu.” Goda darma.

“gombalanmu gamempan. Sudah nggak mempan.” Jawab sasha.

Hening sejenak. Hawa tidak nyaman sempat terasa. Sebelum sasha akhirnya melanjutkan pembicaraan mereka.

“huh. Baiklah. Akan kumulai. Sebelumnya gimana kamu dikampus?”

“sekarang kamu yang basa-basi, sha.” Darma hanya tersenyum saja padahal baru saja sasha tidak suka basa-basi, tapi sekarang dia yang basa-basi.

“ayolah dar. Kita tahu bukan itu yang kumaksud.” Sasha mendengus kesal.

“ahaha baiklah, baiklah. Sejauh ini, semua bagus. Masih sesuai perkiraan kita.” Jawab darma.

good. Berapa orang yang sudah tahu?” tanya sasha lagi.

“seharusnya yang tahu ada 3. Para ketang-ketangku. Tapi saat aku berusaha memberitahu mereka itu cukup berbahaya. Karena aku cukup yakin kalau aku diawasi oleh orang-orang TYW. Sepertinya aku mulai sadar, kalau TYW mulai menaruh curiga tentang siapa aku ini.”

“ah, i see. Lalu bagaimana dengan rencanamu di FE? Apakah para petinggi TYW tahu?”

“ya, mereka tahu. Dan mereka cukup senang dengan siasatku. Semoga mereka tidak sadar kalau aku juga mengambil dua peran disini.”

“yaa semoga saja. TYW memang diisi oleh para bajingan yang berasa paling oke. Membayangkan masa-masa diriku saat masih disana saja sudah membuat kesal sendiri.” Ucap sasha yang masih kesal.

“yaa, memang saat itu cukup gila. Kita masih kelas 1 SMA baru mau naik kelas, sudah diajak main kesana kemari, minum ini itu, melihat pertarungan yang tidak perlu. Lagian kenapa sih kita bisa diajak?!” Giliran darma yang ikutan kesal.

“Kamu tahu kan, dulu siapa yang ngajak kita. Dia sudah banyak membantu kita. Rasanya ini lah hal yang bisa kita lakukan.”

“iya aku tahu. Tapi saat itu dia bukan seperti orang yang kita kenal sekarang ini.”

well, people changes.” Jawab sasha yang entah dari kapan sudah membakar rokoknya.

Fiuuhh.

“power ranger kali ah, berubah.” Ucap darma bercanda.

“tai, gue sundut lo mau?” jawab sasha asal. Tapi darma senang, upaya untuk mencairkan suasana berhasil.

“Tapi ya, sebenernya kalau bisa aku juga mau keluar. Tapi ternyata yang dapet kesempatan itu kamu. Dengan alasan mau lanjut studi keluar negeri.” Darma pun mengutarakan keinginannya juga.

“haha, makanya keluar negeri aja biar bisa keluar.”

“nggak ah, disini masih pewe. Lagipula kalau aku keluar, mau jadi apa semua rencana kita ini?”

“bener juga ya. Tapi tau gasih dar?”

“nggak tahu, kan belum dikasih tau.” Jawab darma asal, kembali.

“beneran loh, disundut itu gaenak. Mau nyobain ga?!” ancaman sasha makin jelas. Ia mendekat kearah darma sambil mengarahkan rokoknya kepada darma.

Darma menghindar, sambil mengambil belakang tubuh sasha dan mendekatkannya ketubuhnya. Jarak mereka terpotong sangat dekat. Hampir menempel kedua bibir mereka jika sasha tidak reflek untuk menahan badannya.

“ihh apaansih. Ku sundut beneran yaa!” ujarnya yang masih kaget dengan perlakuan darma.

“hahah iyaa iyaa sorry.” Darma hanya menggaruk-garuk kepalanya. Ia juga agak kaget mengingat apa yang baru saja ia lakukan.

“oh iya tadi mau cerita apa sha? Ayo lanjutinn.”

“Ah iya kan, ini karena kamu tadi begitu! Jadi lupa kan! Bentar...... OH IYA.” Sasha sudah ingat apa yang akan ia ceritakan

“Ini mungkin akan mengorek luka lama, dar.”

“kalau kamu gamau, gapapa. Aku gaakan maksa.”

“noo. Mungkin kamu butuh ini, sebagai tambahan motivasi untuk memastikan jalannya rencana kita.”

Sasha bersiap untuk bercerita.

“jadi, mungkin kamu taunya kalau aku keluar dari TYW karena mau lanjut kuliah di luar negeri. Tapi sebenarnya lebih dari itu. Ada satu kejadian yang nggak akan aku lupakan saat itu. Kamu ingat, ketika kita baru selesai Ujian Nasional. Anak-anak ingin merayakan selesainya sekolah kita dengan minum-minum kan?” Sasha mengambil jeda sebentar, sementara darma mengangguk tanda tahu momen yang dimaksud sasha.

“disitu....aku...hampir....hiks..hiks...” Sasha perlahan mulai menangis, mungkin kejadian yang tidak ingin ia ingat itu, harus ia ceritakan saat ini, dihadapan salah satu manusia yang paling ia percaya.

Darma refleks mendekat, dan menyeka air mata sasha. Lalu memeluknya untuk memberi rasa aman.

its okay. Its okay. Gaperlu dipaksa, aku akan tetap melakukan sesuai yang kita rencanakan, tenang saja.” Ucap darma sambil mengelus rambut panjangnya itu.

Sasha pun membalas pelukannya. Ia merasakan kedamaian dan rasa aman ketika bersama darma. Sorry untuk semuanya, dar.

Sasha pun sudah berhenti menangis. Air mata sudah berhenti turun. Badai yang berkecamuk dalam dirinya sudah reda.

“dar.” Panggil sasha pelan

“yaa sha?” ucap darma sambil menatap dirinya.

“Gapapa kan kalau aku mau tidur disini?” tanya sasha dengan tatapan sayu.

Darma mulai salah tingkah.

“T-tidur disini?! Beneran? Maksudnya emang gapapa?”

Sasha pun tertawa melihat tingkah darma.

“kamu pasti udah mikirin yang ngga-ngga ya? Dasar mesum ih. Takuut.” Goda sasha.

“haah nggak kok nggak. Kalau mau tidur disini gapapa, aku bisa tidur di sofa luar. Kamu kunci dari dalem juga gapapa.”

“sshhhh” sasha mendekat...dan mengecup bibir sang pemuda itu pelan, dan singkat.

a-apa yang terjadi, batin darma.

“udah ah, aku mau balik yaa. Mau ngurus berkas-berkas lagi. Udah mau selesai sih. Tapi mau mastiin takut ada yang belum. Pamit ya dar.”

“A-ah.. oke...” Jawab darma pelan karena masih memproses apa yang baru terjadi.

Sasha pun keluar kamar dan melihat bahwa semua lampu mati. Darma memang selalu waspada. Tapi nggak kalau aku godain hihi.

Alexa, lights on.” Ucap sasha, dan seketika lampu pun menyala.

Darma kaget. “kok..bisa...”

“Bisa dong... apa sih yang aku ngga bisa? Hihi. Anyway, jangan lupa plan kita ya. Kenali teman-temanmu. Kenali musuhmu. Kenali lingkunganmu. Jadilah Ketua Angkatan FE ya! Goodluck. Dadahh!” Sasha pun keluar dari apartment darma, menyisakan berbagai pertanyaan bagi darma.

Sha. Kamu tahu kalau ada yang kamu ngga bisa. Kamu sangat sadar kan, dengan diriku?

Dar. Maafin aku. aku juga sebenarnya nggak mau begini.


...
...

“makan kemana emangnya?” tanya gaby.

“yaa ngga tau juga sih. Kamu ada rekomendasi gitu?” tanyaku yang masih berusaha meraba suasana yang terjadi saat ini.

“ngga ada.”

Aduh. Haaah pusing pusing. Kenapa gini lagi deh?ajak kemana ini ya......

“ah yaudah ayo naik. I know a place.” Jawabku sambil mengajaknya untuk naik.

Tujuanku saat ini sudah bulat. Karena juga belum tau banyak, jadi ku ajak saja ke AFF. Ampera Food Festival

Gaby masih diam aja. Tapi dia mengikuti kata-kataku dan naik.

“pegangan, biar ngga jatuh.” Ucapku. Sengaja kukatakan untuk memancing reaksinya.

Tapi ia masih saja diam. Tapi tangannya juga bergerak untuk melingkar dipinggangku. Setidaknya ini tidak apa.

Perjalanan kurang lebih 30 menit, karena lokasinya yang agak jauh dari Gym. Sore ini juga agak terhambat karena jam-jam orang pulang kerja. kami pun sampai di AFF. Masih belum terlalu ramai karena belum masuk jam makan malam. Kami turun dan aku mengajaknya untuk segera kedalam.

Kami memilih tempat dahulu, takutnya tiba-tiba ramai. Aku pun meletakkan jaketku diatas meja. “mau makan apa? Banyak pilihan sih disini.”

“nanti aku pilih sendiri.” Jawabnya yang masih cuek.

“okay, aku mesen dulu ya.” Akupun beranjak dari kursiku dan mulai mengelilingi AFF. Banyak makanan, minuman, jajanan disini. Aku memutuskan untuk memesan makanan andalanku. Nasi goreng. Dengan minuman andalan juga, es teh manis. Setelah memesan, aku pun sempat melihat ada penjual dimsum. Beli kali ya, mungkin gaby suka dimsum kayak emily.

“nih gab, ada dimsum tadi, terus aku beli aja.” Kataku sambil memberinya.

Gaby melihat bungkus dimsum itu sejenak. Sekilas ada senyum sedikit tergambar dibibirnya. Lalu ia kembali ke mode juteknya, setelah melihatku. Apakah aku bikin orang kesel ya bawaannya?

“yaudah, aku mau mesen dulu.” Gaby pun beranjak dari kursinya, dan mulai berkeliling.

Nanti aku perlu ajak ngomong dia.

Gaby pun kembali selang lima menit, sambil membawa semangkok mie ayam bakso dengan beberapa pangsit goreng. Tak lama, nasi goreng pesananku juga datang.

“Gab.” Panggilku pelan. Tidak ia hiraukan.

“Gaby.” Panggilku lagi. Ia juga belum merespon.

Tahan be, jangan emosi, apalagi didepan perempuan.

“gab, aku gatau kamu kenapa. Tapi kalau kamu nggak bilang apa-apa, bagaimana aku bisa tahu kalau aku ada salah atau gimana. Jadi tolong bicara.” Ucapku dengan serius, tapi pelan-pelan.

Dia tidak bereaksi. Tapi satu yang pasti. Ada air yang perlahan turun dari kedua bola mata itu.

‘maafin aku. Maafin aku.’ Gaby berbicara seperti itu, tapi tanpa suara. Jadi hanya menggerakkan mulutnya, dan aku menangkap dari gerakan bibirnya.

Shit be, gasabaran banget jadi orang. Huuu tenangin diri, tenangin diri.

“yaudah, kita makan dulu aja, setelah itu kita akan bicara ya.” Ucapku sambil mengusap air mata dari wajah manisnya itu.

Ia pun melihatku, aku melihatnya. Ada seperti semburat merah dipipinya. Tapi setelahnya ia menunduk dan mulai menyantap makanannya. Aku pun juga mulai makan.

.

.

Sekarang aku sudah berada didepan kosan empat mawar. Setelah aku dan gaby sempat makan selama kurang lebih dua puluh menit, aku memutuskan untuk mengajaknya pulang dan mencari tempat untuk berbicara. Tapi ia hanya mau langsung ke kosannya. Dan disinilah kami berada sekarang.

“Kita bicara ditempat umum nih?” tanyaku. Jujur tidak nyaman kalau harus berbicara didepan gerbang kosan seperti ini.

“nggak. Sini ikut.” Ia menarik lenganku untuk masuk kedalam.

Dan aku pun mengikutinya. Jadi inilah kosan empat mawar. Interiornya cukup bagus, dan tertata rapih. Mungkin karena kosan perempuan, jadi lebih rapih. Tapi, berbicara tentang perempuan, emang laki-laki boleh masuk?!

“ga masalah, selama ada tuan rumahnya.” Jawab gaby. Ia seperti bisa meramal dari pemikiranku ini.

Kamarnya berada di lantai dua, paling pojok dengan view menghadap jalan.

“ayo masuk.” Ajaknya padaku setelah membuka pintu kosannya.

Sebuah pemandangan... yang rapih. Semua barang tertata, tidak ada kaos terlempar asal, atau tas berserakan. Sangat berbeda dengan kamarku. Walaupun aku nggak sebegitu joroknya sih.

Kamarnya yang dingin karena AC yang terus menyala, membuat barang-barang disini mudah untuk dingin, termasuk air, minuman kemasan, ataupun barang lain. Gaby memberikan teh kotak kepadaku.

Setelah dirasa, inilah saatnya. Saat untuk menyelesaikan apapun kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara aku dengan dia.

“Jadi—” belum sempat aku melanjutkan kata-kataku, ia sudah mulai dengan bertanya.

“jebe, kamu punya pacar?”

Hah? Haaaah?

“pacar? Ngga ada gab. Aku ngga punya pacar.” Jawabku bingung.

“beneran?” tanya gaby kembali memastikan.

“iyaaaa gab. Aku gapunya pacar.” Jawabku memastikan.

“jadi... kalau kita begini nggak papa kan?” Tanyanya lagi.

“nggak... nggak papa, apa? Aku ngga paham.” Jawabku.

“masa gatauuu sihh. Ga peka banget.”

“kan tadi aku udah bilang, kalau kamu ngga bilang, aku ngga tau, gab.” Ucapku sambil mengelus rambut yang kecoklatan itu. begitu indah.

Gaby tampak malu-malu. Sepertinya sudah nggak marah.

“jadi, sebenernya kenapa kamu sempet cuek banget tadi? Mode komdisnya lagi nyala?” Tanyaku sambil menggodanya.

“NGGAAK! Sebenernya..... aku kira... kamu udah...”

“udah apa? Udah makan? Udah kok, kan tadi makan sama kamu..”

“kamu beneran aku pukul ya!”

“hahah ampuun, ampuuun.” Aku mengangkat tanganku membuat gerakan memohon ampun.

“kamu lucu banget sih be. Walaupun nakal pas ospek.”

“hehe, biar ada cerita dikit kala dikampus.”

“cerita dengan berbagai perempuan juga yaa haha.”

“nggak doong. Nggak tau deh. Hehe.”

“tuh kaaan, dasar playboy.” Gaby pun merajuk. Astaga dia lucu banget. Malah keadaan lagi kayak begini. Berduaan dikamarnya, apakah aku bisa tahan? Tidak tahu deh.

“beee.”

“yaaa gaby kenapaa?”

“tahu nggak, aku belum pernah pacaran loh haha.”

Waw. Kaget juga. Jika tipe seperti gaby belum pernah pacaran. Agak kaget sih.

“sebenernya mah, aku juga belum pernah gab.” Jawabku jujur.

“pendustaa!” responnya dengan nada bercanda.

“serius, aku belum pernah pacaran. Suer.”

“tapi kalau ciuman pernah?” Gaby kok tiba-tiba bertanya seperti ini?

Haruskah ku jawab pernah? Haruskah kujawab belum pernah? Aku tau ini keadaan yang berbahaya, sehingga pemilihan jawaban merupakan hal yang penting.

“pernah.... di pipi.” Jawabku. Semoga ia percaya..

“berarti belum pernah kayak gini ya..”

Begitu cepat. Bibir hangat gaby sudah menempel dibibirku. Bibirnya yang menggemaskan itu, sedang mengecup bibirku.

“sekarang berarti udah pernah yaa hihi.” Gaby melepas ciumannya dan langsung mengatakan hal tersebut.

Sekarang aku yang bingung. Apa yang harus kulakukan. Kemungkinan besar akan menjadi awkward jika dibiarkan. Ayo berpikir bee, berpikir.

Tapi terkadang dalam hidup ini. Otak dan organ lain tidak seiya sekata. Otak mungkin bilang “ajak bicaraa lagi aja”. Tapi organ lain, mungkin akan bertindak sesuai naluri saja. Ya, naluri untuk mencari kepuasan.

Aku mencium gaby. Bukan hanya sekedar menempelkan bibir, tapi berciuman, berpagutan, saling menarik kepunyaan masing-masing. Yang awalnya pelan-pelan, menjadi ciuman yang sangat bergairah. Aku dan gaby berlomba untuk mencari bibir masing-masing. Menarik, menggigit, berusaha menerobos lebih dalam pertahanan masing-masing. Pagutan panas itu berlangsung selama sepuluh menit sebelum kami cukup kewalahan karena kurangnya pasokan oksigen.

Fuuuh.

“kamu bohong be kalau gapernah ciuman dibibir. Jago gituu hihi” puji gaby. Pujian itu membuatku sedikit... senang.

Aku Cuma bisa cengengesan saja.

“Terus sekarang apa?” tanya gaby kembali.

“yaaa nggak tau. Harusnya ngapain dong?”

“kamu mau tidurin aku yaa be?! Aku mau teriak ah ada pemuda tampan mau meniduri perempuan yang baru dikenalnya—toloong, toloong” Goda gaby kembali kepadaku. Apakah gaby beneran mau begitu?

Nggak be, nggak. Jangan kalah dengan nafsumu. Tekan nafsumu. Ingat tujuanmu.

“nggaak lah gab. Emangnya aku PK apa yang asal celap celup lalu ninggalin gitu aja.”

“emang nggak gitu kamu be? Setelah mencuri hati dan tubuhnya, lalu pergi tanpa kabar.”

“nooo. Kan dibilang aku belum pernah punya pacar.”

“tapi kayanya udah banyak hati yang kamu curi ya? Hihihi.”

“udaah ah udaah.” Ucapku dan kita terdiam sejenak.

“beeee.” Panggil gaby lagi.

“iyaaa gab.” Sautku.

“mau peluk.”pintanya. singkat.

Aku pun memeluknya dari belakang. Dia didepanku.

“Jangan pergi dulu ya? Disini aja.”

“udah kayak ini tal*show dong, disini aja.” Jawabku asal

“ih kamu mah beee!.” Ia pun mencubit tanganku yang berada diperutnya yang rata itu.

“aduhduh sakiit.” Aku hanya mengaduh pelan saja.

Kami hanya berpelukan, atau bisa dikatakan cuddling selama beberapa lama. Hanya merasakan sentuhan kulit masing-masing. Sepertinya gaby termasuk tipe yang suka skinship. Tapi dia juga terlihat bisa mengendalikan dirinya. Baguslah.

.

Perlahan aku merasakan cahaya silau kearah kedua mataku. Ah, sudah pagi ya. Akupun segera bangun untuk bersiap mandi, sarapan, dan berkuliah. Hingga aku sadar, kok cat kamarnya beda ya? Terus kok rapih banget. Seperti bukan kamarku saja. Terus ini gulingnya kok agak berat ya? Aku mengedarkan pandanganku ke langit-langit kamar.....

Aku. Tidur. Dengan. Gaby.

Aku yang masih kaget langsung bangun dengan tergesa-gesa. Lalu aku melihat dikasur.... ada gaby.. yang menggunakan kaos crop top dan celana super pendek itu.

Tunggu tunggu tunggu. Chotto mate kudasai?! Ini kemarin aku dan gaby nggak kan....

Gaby pun sepertinya sadar dengan gerakan-gerakanku, dan ia terbangun.

“ah, good morning bee. Tidurnya enak? Enak lah gulingnyaa kakak tingkatnya sendiri dan panitia ospek. Nakal bangeet sih mahasiswa baruku ini hihihi.” Ucapnya mendekat dan mengecup bibirku pelan.

What in the actual fuck?! Just what happened last night?!

...

...


Hari ini hari kamis. Entah, aku masih bingung, banyak hal terjadi dalam satu hari. Dan yang paling gila adalah, aku tidur dikosan Gaby?! Gimana ini kalau mau keluar?! Gimana kalau ketemu Ibu Kos atau penjaganya?! Pikiranku kacau. Dan gaby tampak menyadari hal itu.

“kenapaa be? Kok kayak orang bingung gitu?” tanya gaby seperti tidak tau situasi, atau sengaja?

“Aku gabakal diarak keliling daerah sini kan, karena nginep di kosan cewek?” tanyaku panik.

Gaby hanya tertawa saja.

“aduh aduh yaampun, nggak akan sampai gitu kok. kemarin pas kamu udah tidur, aku bangun dan bilang ke penjaga kos kalau adekku dateng dan ijin menginap semalam. Aku bahkan mindahin motor kamu ke parkiran yang dalem, biar ga menaruh curiga. Karena nggak ada di kosan ini yang bawa Vespa Primavera hitam.”

Perkataan gaby tadi benar-benar membuatku lebih tenang. Aku sangat berterimakasih padanya.

“makasiih bangeet gab. Kamu penyelamat. Top banget.” Ucapku sambil memberikan dua jempol.

Tapi yang terjadi selanjutnya sangat diluar dugaan. Gaby menghisap jempol kanan ku, lalu menjilatnya. Sekujur tubuhku bergetar. Nani?! Getaran apa ini?

Gaby melihat perubahan ekspresiku.

“Hayoo, mikirnya yang mesum-mesum ya? Tolooong toloong hihi” dia kembali mengulangi apa yang dia lakukan semalam.

“hihih seru banget sih godain maba. Udah ah, aku mau mandi. Kamar mandinya nggak aku kunci kok. kalau mau nyusul, ketok aja ya, hihi.” Ucap gaby asal dan melenggang masuk menuju kamar mandinya. Dan benar, tidak ada bunyi krek tanda dikunci sebuah pintu.

Gilaaa. Ini cewe gilaaa. Aku ga tanggung jawab ya, kalau aku jadi ikut menggila.

Apakah aku mulai gelagapan? Iya.

Apakah aku mulai memikirkan kearah hal tersebut? Iya.

Apakah aku melakukannya? Tidak. Tidak sekarang. Tidak tau. Tidak ada hal yang benar-benar mutlak.

Jadi, aku hanya lanjut merebahkan diri saja. Mau apa lagi memangnya? Aku bukan orang benar, tapi setidaknya aku tidak akan gelap mata dan langsung melakukan hal tersebut untuk orang yang baru kukenal.

Aku hanya melihat-lihat sekeliling kamar ini kembali. Melihat ada album foto terpampang diatas meja belajarnya. Mungkin dia dan teman-temannya. Entahlah.

Tak lama, gaby pun keluar dari kamar mandi, dengan posisi sudah memakai hoodie—tunggu tunggu. Itukan hoodieku! Kok bisa dia yang pakai? Lah iya aku baru sadar kalau aku cuman kaosan ini. Mungkin semalam aku lepas ya? Gatau juga.

Tapi bukan itu fokus utamaku. Wangi tubuhnya, aroma dari sabun yang ia gunakan, sangat, sangat, sangat, sangat, menggoda. Ditambah rambutnya yang masih setengah kering. Belum lagi, hoodie yang ia gunakan sama menggemaskan, karena tentu hoodieku dipakai gaby, menjadi oversized hoodie hingga menutup sedikit bagian pahanya yang mulus itu.

Aku hanya menelan ludah. Cantik paripurna dari segala sisi.

“masih mau berapa lama liatinnya?” Suara gaby membuyarkan lamunanku, sehingga tidak menyadari kalau dia sudah memperhatikanku dari tadi.

“ah hehe. Maaf maaf. Lagian kamu cantik banget. Wangi juga. Pusing akutu.” Pujiku.

Gaby sedikit terkejut, dan kembali pipinya memerah. Astagaa lucu bangeet.

“hmm masih pagi udah gombal lagi ya. Sana masuk kamar mandi dulu, minimal cuci muka lah. Kamu ada kelas kan pagi ini?” Tanyanya padaku.

Aku mengangguk. Lalu meraih ponselku dan melihat, sudah pukul tujuh lewat dua puluh. Untuk cuci muka saja, ini lebih dari cukup. Tapi aku perlu balik ke kosan, untuk mengambil tas dan peralatan lainnya.

“Gausah ke kosan. Langsung ajaa ke kampus. Cuma butuh kertas sama pulpen kan? Masih maba mah santai aja haha.” Kembali, gaby seperti tahu apa yang ada dalam pikiranku. Lalu dia mengambil beberapa lembar kertas dalam plastik, dan satu pulpen. “nih pakai dulu aja.”

Aku pun menerima kertas dan pulpen dari gaby itu. Lalu bergegas kekamar mandi untuk cuci muka untuk menyegarkan diri.

Selang sepuluh menit, aku dan gaby pun bersiap untuk berangkat ke kampus. Kami berjalan di lorong kosan. Suasana masih agak sepi, mungkin penghuninya sudah mulai berangkat. Kami pun sudah diluar dan aku mengambil motor yang terparkir agak kedalam.

“ayoo gab naik.”

“iyaa ayoo” jawabnya dengan riang.

Moodnya sudah benar-benar berubah ya. Kemarin cueknya minta ampun. Sekarang jadi gemesin banget.

Dan kami pun berangkat dari kosan yang sudah mulai terlihat sepi. Namun, sepi tak berarti tidak ada orang.

...

...​

Kelas sudah selesai, untung saja tadi aku mendapat pemberian kertas dan pulpen, karena kebetulan tadi ada tugas untuk meringkas materi hari ini. Sekarang sudah pukul 11 pagi. Aku sedang menuju kantin untuk makan, seperti biasa, bersama para teman-teman gilaku. Darma, Aldi, dan Fadhel. Kami makan selama beberapa lama, lalu bersantai sebentar di smokar atau smoking area. Untungnya rokokku ada dikantong dan tidak kutinggal di tas. Sehingga ada teman makan yang pas.

“eh, denger-denger hari ini ada forum gitu ya? Milih ketang.” Ujar Aldi.

“iya, di. Hari ini katanya ada pengumuman calonnya.” Jawab darma.

“Lah, emang kapan sosialisasinya dah? Perasaan gaada apa-apa.” Pungkas aldi kembali. Ia merasa tidak mendapat informasi apapun.

“emang lo nya aja yang bego. Kaga tau info apa-apa. Kan pas masih ospek dikasih tau, kalau kita semua bakal dinilai. Nanti yang nilainya paling bagus, bakal direkomendasikan untuk jadi calon ketua angkata.” Jelas fadhel.

“lah iya ya?”

Fadhel meninju pelan lengan aldi. “makanya kuping dipake nyet.”

“bangsatt”

“Tapi menurut lu pada, kira-kira siapa nih salah satu calonnya?” tanya fadhel kepada kami.

“kalo menurut gua sih, jebe bakal jadi calonnya. Secara pas penutupan, dia segala nyanyi dan bikin pada kebawa suasana.” Jawab aldi lagi.

“bangsat. Kaga ah gua jadi ketua. Skip skip.” Balasku. Aku ngga mau jadi ketua angkatan. Mageeer.

“tapi kayanya lo cocok be.” Darma akhirnya bersuara.

“cocok dari mana anjir?”

“ya menurut gua aja sih. Tapi kan gatau juga ya. Kan sistemnya, selain dari penilaian oleh panitia, bakal juga ada yang mau nyalonin. Kita lihat nanti aja siapa calon-calonnya.” Kata darma sambil menghembuskan asap rokoknya.

“haha, sumpah kalau jebe ngga jadi calon, gua traktir lu semua.” Tantang aldi.

deal” ucap fadhel dan darma bersamaan.

Bangsat. Semoga gajadi calon. Semoga.

.


Bang arik tiba-tiba mengirimkan pesan kepadaku, dengan mengatakan dimana aku sekarang.

‘Dimana kamu be?’

‘di KaFE bang. Baru makan. Lagi nyebat.’

‘sini smokar bawah pinggir danau. Ajak darma juga ya’

‘sama darma aja bang? Ada temanku yang lain sih..’

‘kamu berdua dulu aja ya. Temanmu nanti aja.’

‘okelah bang, aku otw sama darma.’

‘sip sip ditunggu.’


Akupun menatap langit yang cerah siang ini. Kira kira ada apa lagi ya..

“darma.” Panggilku.

“ya be kenapa?” jawabnya.

“diajak Bang Arik ke smokar bawah.”

“hah? Ada apaan?” tanya darma. Fadhel dan aldi pun menanyakan hal yang sama.

“nggak tau juga sih, tapi mungkin penting.”

“hm, baiklah. Ayo.” Aku dan darma pun berdiri untuk pindah dari smokar atas, menuju lokasi bang arik.

“yah, kita kemana dong dhel?” tanya aldi.

“ke kosan lu aja nyantai bentar sebelum forum mulai.”

“yaudah deh ayok gas.” Aldi dan fadhel pun pamitan kepadaku dan darma dan pergi.

.

“nah ini dia orangnya udah datang.” Ucap bang arik ketika melihatku dan darma mendekat kepada bang arik, yang ternyata bersama satya dan abi, juga rifka, michelle, dan cia.

“oh, jadi ini orangnya?” tanya ka Michelle.

“iyaaa yang ini chel.” Jawab Satya.

“boleh juga nih kayanya.” Giliran kak Rifka yang merespon.

Aku dan darma yang masih nggak paham dengan pembicaraan ini, hanya memutuskan untuk duduk disamping mereka, dan menyalakan rokok kami masing-masing. Fiuuuh.

“oke, langsung aja kali ya, bi?” tanya Arik kepada abi.

Abi yang masih asik memandangi danau pun hanya mengangguk saja.

“sip lah. Jadi Aku mengundang kalian karena ada yang perlu kita bicarakan.” Arik langsung berubah menjadi serius.

“tapi sebelum aku dan yang lain lanjutkan, Darma.” Panggil arik kepada darma. “siapa lagi yang perlu tahu?”

Perlu tahu? Perlu tahu apa?

Darma diam sejenak, lalu melihat sekeliling.

“santai dar, area ini udah netral. Gaada siapa-siapa lagi. Temen-temen yang lain juga berjaga-jaga diatas.” Ucap satya yang mengerti kondisi darma. Sedangkan aku, masih nggak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.

“Aah, baiklah. Kurasa jebe tidak masalah kalau tahu.” Jawab darma.

“tahu apa, dar? Ini ada apa deh sebenarnya?” tanyaku yang masih kebingungan.

“haha, gini gini. Dar jelasin.” Pinta arik kepadanya. Darma pun mengangguk.

“jadi be, sebenernya gua orang TYW.” Jelas darma singkat.

W-what?! TYW?!” Jelas aku kaget dengan fakta yang baru kuketahui ini. TYW yang kutahu berisi bajingan-bajingan yang ingin mencari kesempatan dalam kesempitan, seperti Dio yang waktu itu hampir saja melecehkan Kak Juli. Juga Ryan yang membuat Emily menangis. Bajingan. Jadi darma selama ini bagian dari orang-orang brengsek itu?

Darma sepertinya menyadari perubahan raut wajahku yang seperti menahan emosi.

“be, tenang dulu. gua belum selesai. Tunggu gua selesain penjelasan ini.”

Aku hanya diam, tapi darma ada benarnya, aku harus mendengar seluruh ceritanya, dan tidak asal menyimpulkan bagaimana darma itu orangnya.

Darma pun melanjutkan penjelasannya. “Gua gabisa cerita fullnya sekarang. Tapi intinya gua bukan orang TYW yang ada dalam bayangan lo. Gua.. bisa dikatakan... sedang undercover. Ya. Gua mungkin orang TYW, tapi gua juga mau ngancurin TYW. Perkumpulan itu sudah sangat melenceng dari awal pembentukannya. Makanya gua pengen berbuat sesuatu. Tapi keluar dari sana bukanlah solusi, merupakan cari mati.”

“terus juga gua berbuat hal ini karena motivasi...dan bantuan dari seseorang. Dia yang meyakinkan gua untuk tetep teguh pada pilihan gua.” Jelas Darma

Aku Cuma bisa mengangguk sambil memproses informasi yang baru kuterima ini.

“jadi? Sekarang mau gimana dar?” tanyaku.

“gua udah ada rencana. Tapi ini juga gamble. Ada kemungkinan petinggi TYW juga tau rencana ini, tapi dia Cuma ngikutin alur yang gua buat dan nunggu momen yang tepat untuk serangan balik. Tapi itu hanya spekulasi liar gua. Bisa aja salah, tapi ga nutup kemungkinan itu bakal terjadi.” Jawab darma lagi.

“intinya....” Abi tiba-tiba bersuara.

“lo jangan coba-coba untuk join TYW.” Lanjutnya. Kata-katanya pelan tapi sangat tegas.

“Tenang aja, gua juga gaakan mau join sama bajingan-bajingan itu, kecuali lo dar. Gua juga punya masalah sendiri sama anak-anak itu.” jawabku.

“haha dasar jebe orang gila. Tau gasih dar? Temen lo ini udah ngebantai Dio, dan Ryan. Pasti lo kenal kan mereka berdua?” Tanya Abi.

Darma mengangguk. “tau bang. Mereka itu troublemakernya TYW, tapi punya bekingan kuat juga.”

“oke-oke. Sepertinya gua udah cukup sadar dengan situasinya. Tapi apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari TYW?” tanyaku kepada darma.

“Ada suatu cara. Rencana yang sempat gua singgung tadi. Rencana liar yang bisa menjadi petaka, tapi bisa jadi hadiah juga.” Jawabnya

“dan apa rencana itu?”

“entar juga lo tau. Bentar lagi bakal diumumin.” Jawab Satya.

.
.

Selasar kali ini sangat ramai, karena hampir semua mahasiswa angkatanku berkumpul, untuk melakukan forum pencalonan ketua angkatan, yang dipandu oleh bang Arik, bang satya, dan bang Abi. Serta para wakil-wakil ketuanya yaitu ka rifka, ka michelle, dan ka Cia.

Bang abi pun memulai forum siang ini.

“oke, jadi selamat siang semua. Terima kasih buat temen-temen yang sudah menyempatkan waktunya untuk mengikuti forum pencalonan ketua angkatan. Disini saya dan teman-teman ketua dan wakil ketua angkatan mengapresiasi antusias kalian dalam memilih kepala bagi angkatan kalian sendiri.” Setelah pembuka dari bang Abi, kita semua memberi tepuk tangan selama beberapa saat sebelum dilanjut oleh Bang arik.

“Terima kasih buat Abi untuk sambutannya, jadi sekarang kita langsung mulai aja. Hari ini ga akan lama, karena ini hanya pengumuman calon ketua angkatan. Oke, jadi seperti yang udah dikasih tahu dari awal temen-temen ospek, kalau pencalonan ketua angkatan itu bisa melalui dua jalur, yaitu penilaian objektif dari para panitia ospek, dan pencalonan diri sendiri. Dan sampai saat ini, sudah ada beberapa orang yang dinilai pantas menjadi calon ketua angkatan, dan juga ada diantara kalian yang ingin mengajukan dirinya untuk menjadi ketua angkatan.” Ucap Arik panjang.

“Jadi, untuk calonnya, ada empat orang sejauh ini. Dimana tiga orang merupakan hasil penilaian kami, dan sudah ada satu orang yang mencalonkan secara independen.”

“dan inilah keempat orangnya!” Seru Arik yang diiringi oleh tepuk tangan para mahasiswa yang berkumpul.

“pertama, naufal. Dipersilahkan untuk maju kedepan.” Panggil arik.

Pemuda yang bernama naufal pun maju. Ia memperkenalkan diri sedikit dan mengucapkan terima kasih. Ia ternyata sudah menyiapkan gambaran besar dan visi misinya. Menakjubkan.

“Setelah perkenalan dan sedikit pemaparan dari Naufal, selanjutnya ada calon nomor dua. Kepada Novita, dipersilahkan.” Panggil arik kepada calon kedua, yang ternyata adalah novita alias vivi?!

Si cantik itu pun beranjak dari tempat ia duduk, dan melangkah maju kedepan. Lalu memperkenalkan diri sambil mengeluarkan senyum gingsulnya yang membuat orang auto fokus dan gaakan melepas pandangan dari vivi. Aku juga kok.

Sama seperti naufal, ia seperti sudah mempersiapkan diri. Mungkin para calon calon tersebut sudah diberi pengumuman duluan yah oleh para panitia ospek, jadi ada waktu untuk menyiapkan diri. Saat vivi selesai berkenalan, para lelaki otomatis berteriak-teriak—biasalah, kalau melihat cewe cantik.

“terima kasih vivi atas perkenalannya, nah sekarang mari kita menuju calon ketiga. Kepada Julio, dipersilahkan.”

Pemuda yang bernama julio pun langsung maju dengan tegap dan menyapa kami semua. Julio juga tampak sudah membuat rancangan yang lebih matang dibanding Vivi dan Naufal. Mungkin dia cukup berambisi menjadi ketua angkatan.

“perkenalan dan pemaparan yang menarik dari julio. Terima kasih untuk ketiga calon tadi yang sudah melakukan performa dengan baik selama ospek, dan pantas mendapat penilaian terbaik. Sekarang... untuk calon yang mengajukan diri, kepada... Irsyandi Darmawan. Dipersilahkan.” Panggil arik kepada calon keempat.

Fadhel kaget. Aldi kaget. Aku juga sama kagetnya. Darma yang duduk disampingku Cuma senyum dan mengangguk kepada kami semua.

Darma sedikit berbisik kepadaku. “semoga rencananya bisa berjalan dengan sukses, ya. Wish me luck.”

Damn. Jadi ini rencana dari Darma?!


B e r s a m b u n g . . .
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd