Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life of JB

Apa kabar semuanya? semoga dalam kondisi yang baik-baik saja ditengah semua ini.

sebelumnya, izinkan penulis untuk meminta maaf yang sebesar-besarnya, karena sudah 4 bulan belum melanjutkan cerita dari si JB ini. TS belakangan ini sangat tersita waktunya dgn rl dan juga ada beberapa hal lainnya yang membuat cerita yang saya buat iini jadi terhambat.

Jika berkenan, cerita Life of JB akan dilanjutkan lagi dalam waktu dekat. Mungkin akhir Juli, atau awal agustus. Tapi ts akan memastikan bahwa cerita akan tetap jalan. Karena seperti para pembaca, ts juga sama penasarannya dengan kehidupan JB kedepannya.

Sekali lagi, Maaf. dan terima kasih yang masih meramaikan thread ini dengan komentar dan likenya. TS sangat mengapresiasinya.

Terima kasih. dan see you on next update.
semoga suhu sehat selalu, agar cerita tetap berlanjut
 
Part 10 B – Sisi Lain.

Kami sudah diperjalanan pulang menuju apartment yoceline. Keadaan jalanan sudah lengang mengingat ini sudah mau tengah malam. Kami berdua juga hanya diam sambil mendengarkan lagu dari radio.

“gimana tadi be? Kayanya asik banget hihih.” Ucap yoceline membuka.

Aku yang masih proses recovery setelah permainan gila tadi hanya mengangguk pelan sambil berusaha menyimpan tenaga untuk menyetir mobil sampai ke apartment yoce.

“yaa gitu lah.” Jawabku singkat setelah mengangguk tadi. Jujur aku masih butuh kekuatan untuk mengantarnya pulang sampai tempat tinggalnya. Kami pun kembali diam. Tapi aku juga tidak bisa kalau diam-diaman terus. Aku harus mengajaknya berbicara, hal hal simpel juga tak apa.

“yo, kamu FISIP bukan deh? Kalo iya jurusan mana?” tanyaku agar tidak mengantuk juga.

“aku... jurusan komunikasi” jawabnya singkat juga.

Aku pun hanya ber-oh ria. Aku kembali berpikir—tapi tidak terlalu keras—apa yang harus aku lakukan agar percakapan tetap berjalan. Saat itu radio sedang memutarkan lagu sorry dari pamungkas.

For all the things I didn’t do...

And all the love that haven’t got to you.. I’m sorry...


Terdengar jika yoce ikut menyanyikannya, walaupun pelan... sangat pelan mungkin. Tetapi mungkin ia juga tidak sadar kalau jalanan sedang sangat sepi, sehingga akupun dapat mendengarnya.

I wish I could turn back the time...

And let You know I never meant to hurt you...

I’m sorry...


Yoce pun berhenti melakukan lipsyncnya dan kembali menatap lurus kearah jalan yang kosong itu.

.

Akhirnya kami pun sudah sampai di parkiran apartment cempaka tempat yoce tinggal. Aku pun berniat untuk pamit dan langsung pulang dengan motorku tapi yoce mencegahnya.

“Anterin aku kekamar yah?” tanyanya dengan pelan. Sepertinya dia juga cukup kehabisan tenaga belum juga sehabis memutar gelas entah berapa kali. Untungnya aku masih cukup sadar dan masih mampu menyetir pulang.

“baiklah.” Akupun mengiyakan dan mengantarkan dia menuju unitnya. Aku pun memencet tombol di lift apartment dan tak lama pintu lift pun terbuka. Lantas aku langsung memencet no 7 dan tiba-tiba kedua tangan yoce sudah memegang kedua pipiku. Akupun kaget dan langsung menatapnya. Kami hanya saling bertatapan.... cukup lama... hingga akhirnya kami semakin dekat... semakin dekat....ke lantai 7 tentunya. Tidak ada suatu kejadian di lift ini. Mungkin tidak di lift ini. Mungkin tidak hari ini. Mungkin tidak akan ada kata ‘mungkin’.

.

.

“jadi ini orangnya?” tanya pria itu kepada pria lain yang sedang menghadapkan ponselnya. Pria tersebut seperti memerhatikan dengan seksama foto pria tersebut, hingga akhirnya ia pun tersenyum.

“menarik juga ya kamu.” Ucap pria itu kembali. “jadi. Kamu kalah sama orang itu?”tanya pria tersebut kepada pemilik ponsel tersebut. Dia seperti agak kesal karena rekannya bisa dikalahkan oleh pemuda dalam foto ini.

“Itu terjadi karena aku baru saja minum terlalu banyak, sehingga fokusku tidak dalam kondisi prima.” Jawabnya sebagai pembelaan atas kekalahan yang ia alami.

“bodoh, kalah ya kalah saja. Menang ya menang. Alasan apapun tidak mengubah keadaan jika kamu sudah kalah. Ingat itu.” Ucap kembali si pria misterius ini.

“lantas, apa yang harus aku lakukan, bil?” tanya kembali si pria yang kalah belum lama ini.

“tenang saja, aku mulai merancang rencana demi rencana. Siapa sangka, dunia ini begitu sempit.” Monolog si pria yang dipanggil ‘bil’ itu sambil melihat kembali foto JB yang ternyata sedari tadi ditunjukan.

“Oke, aku akan ikuti rencanamu, bil.”

“memang harus seperti itu. Pria ini menarik, kita harus bisa membawanya kepada kita. Dengan apa yang dia punya, aku yakin, kita bisa memperluas nama kita dan kekuasaan kita. Tidak akan ada lagi orang lain yang berani dengan kita. Hahaha.”

“tapi sebelum itu aku harus membalaskan dendamku dahulu karena kesombongannya. Masih pemula sudah begayaan seperti itu harus dibeli satu dua peringatan agar ia tidak macam-macam lagi.” Sepertinya pria yang kalah ini tidak puas dengan pertemuan mereka yang terakhir dan ingin rematch untuk membuktikan kalau dia bisa mengalahkannya.

“iya-iya, semerdekanya kamu aja lah. Tapi awas kalau kalah ya, aku sendiri yang akan ngasih peringatan langsung kepadamu. Apakah kamu mau itu terjadi?” Ancam si pria ini.

Tentu saja ia takberani jika harus berhadapan kepada ‘bil’ yang sepertinya sangat ia hormati.

“tidak lah, aku masih ingin hidup lama. Lagian, aku juga belum mencapai targetku untuk menikmati bidadari yang ada dikampus kita ini. Ah membayangkannya saja aku bisa deg-degan.” “bangsat, kalau mau coli jangan disini. Lagian kamu belum puas apa tiap minggu selalu ganti gandengan?”

“tidak kawan, tidak ada perempuan yang telah kutemui yang bisa menandingi bidadari tersebut.”

“kutemui dengkulmu, kutiduri iya.”

“hehe tau aja masbro. Kalau kamu lihat kamu pasti juga ingin mencobanya kan?”

“belum tentu tuh, coba liat mana orangnya.”

Sang pria pun kembali membuka aplikasi instagrm dan mengetikkan nama seseorang, lalu membuka profilnya, dan memperlihatkannya kepada rekannya tersebut.
“gimana, produk super kan? Sekali dalam 100 tahun, mungkin 1000 tahun sekali. Dari atas bawah depan belakang kiri kanan tidak ada celanya sama sekali. Pasti orangtuanya juga rupawan sehingga anaknya bisa segila ini.” Ucap pemuda itu dengan bangganya.

Yang ditujukan hanya ngangguk-ngangguk saja.

“kuakui seleramu cukup hebat. Kukira kamu hanya ingin memuaskan hasrat dengan ons saja. Ternyata tidak ya.”

“haha tentu tidak brader, aku ingin membuka segelnya. Karena dengar-dengar ia belum pernah melakukannya. Bahkan pacarnya pun tidak diberi kesempatan olehnya. Maka dari itu aku ingin mencoba peruntunganku.. atau bisa dibilang... mencoba peruntungannya. Hehehe”

“tapi kamu tau kan, kalau pacarnya ini juga bagian dari kita? Kamu yakin dengan ini? Karena ini bisa membuat konflik internal dan aku tidak mau terlibat karena perebutan perempuan ini. Karena jika aku terlibat, akan ada dua kesimpulan. Pertama, kamu dan pacarnya akan kujadikan samsak. Dan kedua, tentu aku yang akan mendapatkan perempuan yang kamu incar itu. Mau hal itu kejadian?”

“tentu saja tidak. Maka dari itu aku mempunyai rencana, dengan melibatkan pemuda yang kutunjukkan fotonya tadi.”

“hmm terserahmu saja. Yang penting aku sudah mengingatkannya. Aku lapar, ayo kita membeli makanan.”

“ayo lah, aku juga mau makan dulu sebelum melanjutkan aktivitasku menemui dan menyantukan cinta dengan perempuanku.”

“perempuanku tai lah.”

“jangan marah-marah terus lah bang, gabaik untuk kesehatan.”

“ngomong lagi dan kubuat kamu gabisa makan dari mulut lagi. Jangan tambah-tambah masalahku ini”

“haha ampun ndan.”

“yasudah, kamu nyetir ya, aku ingin beristirahat sebentar dimobil.”

“okaay siap bang nabil.” Ternyata pria tersebut bernama nabil

“okay, hati-hati menyetirnya, ryan.” Dan pria yang bersama nabil, adalah Ryan.

haha, aku tidak menyangka, bahwa dunia memang sempit ya. Entah apa yang mempertemukan kita, tapi kupastikan, dipertemuan kita selanjutnya, akulah yang akan membuatmu bertekuk lutut. Aku jadi semakin tidak sabar untuk bertemu denganmu.....

Juan bagaskara.

.

.

POV EMILY

Hai? Akhirnya kita ketemu juga ya. Aku emily, yang sudah muncul dari pertama banget, tapi ts baru kasih kesempatan aku berbicara setelah sepuluh chapter. Aku adalah kating atau kakak tingkat, sekaligus mentor dari Jebe si gondrong begajulan ini. Kalau dipikir-pikir, kok bisa banget semua kebetulan itu ya? Mulai dari pertemuan pertama kali di warung makan saat aku sedang berdebat dengan Dio pacarku. Kalau kalian lupa, ia itu punya sahabat (atau setidaknya itu yang ia katakan) dari kecil yang bernama Putri. Mereka berdua sering sekali pergi kemana-mana tanpa sepengetahuanku. Aku Cuma tau jika tidak sengaja temanku bertemu mereka dan mengabarkannya kepadaku. Tiba-tiba ia menawariku tumpangan untuk pulang. Aneh bukan? Kita benar-benar stranger dan belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi pada akhirnya aku mengiyakan setelah iya meyakinkanku kalau dia bukan penjahat atau apapun, dan ternyata ia adalah maba dikampusku dan kebetulan kita satu jurusan. Pertama kali aku melihatnya, aku tidak akan menyangkal kalau ia itu tampan, tinggi dan badannya itu bisa terlihat kalau sangat dijaga olehnya. Sangat menarik. Akhirnya kami pun makan, bertukar cerita, dan ia mengantarkan ku pulang. Tapi bodohnya aku lupa untuk mengajaknya bertukar kontak, agar dia bisa tanya kepadaku tentang kampus atau jurusannya sekaligus mengenal dia lebih dalem hihi.

Tapi ternyata gabutuh lama buat hal itu terjadi. Ajaib, dia menjadi anak-ku alias aku menjadi kakak mentornya selama ospek mahasiswa baru. Akhirnya kami dipertemukan lagi. Apakah ini tanda dari sesuatu? Jujur aku tak pernah memikirkannya...awalnya. belum lagi aku diberi amanah dari Ibu jebe untuk membantunya dan mengingatkannya jika ia sedang menghadapi sesuatu.

Tak terasa waktu berjalan, mulai dari aku curhat tentang dio hingga ryan yang ingin melecehkanku, ia mendengarkanku dengan sabar dan tidak membalasnya dengan kata-kata semangat atau apapun yang tidak ada efeknya sama sekali. Dia mensupportku dan menenangkanku dengan caranya yang bisa dibilang...sangat romantis? Perlakuannya juga sangat gentledan sopan. Namun memang ia tampak polos ketika berbicara kepada lawan jenis, dan memang dia belum pernah berpacaran. Ganteng-ganteng tapi minim pengalaman. Hihi jarang yang kayak begini nih. Aku pun dengan cepat bisa merasa nyaman dengannya. Ditambah posisiku dengan dio yang sedang tidak baik-baik saja. Toh aku juga sama jebe ngga ada apa-apa, gacuma dio dan putri si sahabatnya itu.

Hari ke hari, interaksiku dengan jebe semakin banyak, mulai dari mengerjakan tugas ospek, cerita-cerita lucu dari tiap-tiap anak-anak ku dan adit pasangan mentorku, hingga saat penutupan ospek dimana ia menyanyikan lagu yang nampaknya sangat ia hayati. Mungkin perasaan juga ikut bermain saat jebe menyanyikan lagu tersebut. Kami pun tanpa sadar saling bertatapan. Astaga... aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi jebe nampaknya mulai mencuri perhatianku. Jika Aku tidak bersama Dio, mungkin ceritanya akan berbeda. Tapi bagaimanapun juga, Dio adalah pacarku. Aku juga menikmati masa-masa seruku bersama dia, walaupun saat ini kita sedang jarang bertemu dan berinteraksi. Jadi aku tidak mau berpikir yang aneh-aneh dan biarkan semua mengalir begitu saja. Tapi harus kuakui, jebe telah mengetuk pintu hatiku yang mungkin sudah kukunci. Tapi ia terus mengetuk dan akupun bingung apakah harus membukanya?

Setelah penampilannya pun, aku chat dia dengan maksud untuk berterimakasih sekaligus memberi pujian atas penampilannya yang apik dan menjadi closing yang keren. Tapi ia terus saja menggodaku dengan bilang ‘kamu kangen ya? Padahal baru ketemu’. Aku juga kan punya batas jadi aku diami saja dia dengan maksud agar aku tidak terjerumus lebih dalam lagi. Dia pun tidak ngechat lagi. Tetapi setelahnya menelpon dan bilang sudah berada di parkiran kosanku dan membawa 2 bungkus dimsum. Aku berpikir apalagi sih yang mau ia lakukan. Apa tidak cukup ia menggodaku habis-habisan tadi? Kalau aku baper dan minta tanggung jawab, bagaimana? Karena aku juga tidak tahu perasannya bagaimana. Apakah ia bercanda? Apakah ia serius? Aarggh aku tidak tau sama sekali.

Kedatangannya ternyata untuk meminta maaf jika ia terus-terusan menggodaku dan mengatakan bahwa momennya tidak pas. Aku tidak tau harus berbuat apa karena kondisiku sudah siap untuk tidur dan telah menenangkan diri dengan sedikit meditasi sedikit. Lalu dengan munculnya si gondrong ini membuat buyar ssemuanya. Aku tidak bisa berpikir jernih. Lalu tanpa adanya aba-aba, aku langsung mengecup bibirnya itu. aku juga tidak tau kenapa aku melakukannya, mungkin bentuk terima kasih, mungkin bentuk kalau aku juga tertarik dengannya. Tunggu. Memangnya dia tertarik denganku? Tidak ada yang tau. Yang kutahu, aku menciumnya dengan tulus. Dia tidak merespon terhadap kecupanku, mungkin masih kaget, tapi perlahan ia pun membalas lumatan bibirku. Setidaknya ia adalah jomblo dengan persiapan jika momen seperti ini akan datang. Kami berciuman tidak terlalu lama, setelahnya, aku pun masih tidak percaya jika aku mengatakannya, tapi kukatakan kepadanya, apakah dia mau kekamarku? Entah apa yang terjadi dalam diriku.

Seingatku, aku juga belum pernah mengajak Dio kekamarku, kami juga belum pernah melakukan yang lebih jauh selain saling meraba dan menyentuh bagian masing-masing. Mungkin itu yang membuat Dio belakangan ini tidak sering bersamaku. Karena aku tidak bisa memberi apa yang ia minta? Apakah semua cowo hanya menginginkan ini dalam berpacaran? Aku tidak tau. Lalu apa yang membawaku kepada momen ini dimana aku mengajak orang yang baru kukenal kurang lebih beberapa minggu ini. Apakah karena kenyamanan yang kudapat? Apa karena ia tidak meninggalkanku ketika aku sedang hancur-hancurnya? Atau hanya sekedar membalas dendam tak berdasar kepada Dio?

Tapi, pemuda bernama juan ini dengan sopannya menolak ajakanku dan mengatakan bahwa jika iya mengiyakan, dia sama saja dengan cowo-cowo brengsek diluar sana yang hanya memanfaatkan situasi dan hanya mementingkan kepuasan sesaat. Oh jebe, betapa hebatnya dirimu mampu menahan diri, yang kuanggap kalau dia juga berusaha untuk tidak kalah melawan nafsunya. Disatu sisi, aku merasa lega kalau dia tidak memanfaatkan diriku yang sedang rapuh ini. Tapi aku tidak akan menyangkal kalau aku merasa bahwa aku tidak menarik, sehingga aku ditolak untuk melakukan hal yang tidak akan kusangka kalau aku yang akan mengajaknya. Tapi, terima kasih jebe, kamu memang hebat.

Setelah ospek kami memang jarang berkumpul, paling hanya sebatas saling menyapa atau berbicara sebentar saat berada dikampus. Hubunganku dengan Dio juga perlahan membaik, walaupun kadang ia masih suka lebih mementingkan hubungannya dengan Putri. Terkadang aku kangen sama Jebe, tapi siapalah aku dihidupnya. Mungkin lebih banyak wanita yang lebih pantas untuk bersamanya daripadaku, yang berstatus pacar orang. Aku lihat Jebe juga mulai akrab dengan Gaby si wakil ketua komdis ospek kemarin. Bahkan, Jebe sempat masuk di instastory dari akun IG gaby. Apakah mereka mempunyai sesuatu yang spesial? Ah, untuk apa juga aku mengurusinya. Sangat jelas kalau aku dan jebe tidak ada apa-apa. Bukan hak ku untuk mencampuri urusannya. Lagi pula kenapa juga aku mengungkitnya sih. Ingat emmm kamu cewe orang ingaaat.

Lagi, aku berdebat lagi dengan Dio. Aku meminta ia untuk mengantarkanku ke uniqlo untuk membeli pakaian, dan lagi, ia sedang mengantar putri karena sedang ada urusan. Apa lagi yang bisa kulakukan? Marah? Percuma. Hanya buang tenaga dan pikiran. Apa pergi sendiri? Apa ajak teman-temanku? Apa ajak je.....

Ternyata Jebe pun gabisa. Ia beralasan kalau ia diajak temannya untuk mengikuti acara ulang tahun teman dari temannya itu. aku juga tidak bisa memaksa dan tidak mau untuk mengganggu acara orang. Kuputuskan untuk pergi sendiri esoknya.

Saat aku selesai berbelanja, aku mampir sebentar ke starbucks untuk membeli kopi dan duduk sejenak sebelum aku pulang, hingga aku melihat story teman-temanku di Instagram. Aku dapat jelas melihat bahwa ada seseorang yang kukenal sedang bertatap-tapan dengan seseorang perempuan, yang sangat cantik. Kemungkinan ia lah yang sedang berulang tahun itu. suasana sangat ramai disana karena ada MC yang menyemangati mereka yang sepertinya pemuncak acara. Aku tidak ambil pusing karena memang benar bahwa jebe mengikuti acara ulang tahun tersebut dan bukan mencari-cari alasan saja. Aku juga tidak kenal dengan orang yang berulang tahun, jadi yasudah. Akhirnya aku menghabiskan kopiku dan bergegas untuk memesan taksi online hingga ada seseorang menepuk pundakku. Aku pun berbalik dan melihatnya.

“mau pulang? Mau bareng nggak?”

Sial. Siapapun, tolong keluarkan aku dari situasi ini.

.

.
POV Jebe
Lift menunjukkan sudah lantai 7. Tidak. Tidak ada hal yang terjadi dalam lift. Kami masih saling diam saja.

“ayo”ucapku singkat mengajak yoce untuk segera menuju ke unit apartmentnya.

Yoce mengangguk pelan lalu mengikutiku dari belakang. Kami pun sudah sampai didepan kamarnya. Karena aku tahu pinnya, aku pencet saja dan membukakan pintunya.
“Sudah kan yo? Aku pulang ya?” Tanyaku sekaligus berpamitan kepadanya.

“tunggu. Jangan pulang dulu.” Ucap yoce menahan diriku. Ada apa ini?

“kenapa yo?”tanyaku. sepertinya tidak ada yang perlu dilakukan lagi kan karena ini sudah tengah malam. Belum lagi aku ada kelas pagi. Masa masih awal-awal minggu sudah telat.

“Aku Cuma ingin cerita saja. Apa kamu bersedia mendengarnya?” Tanya yoce dengan pelan.
aduh, ingin menolakpun nggak enak. Gimana yaa?

“ini sudah malam. Memangnya kamu nggak kelas pagi besok?” Tanyaku.

“ada sih.. tapi saat ini aku Cuma ingin ditemani saja, dan aku ingin mengeluarkan unek-unekku saja. Boleh yaaa?”

Kalau cewe sudah memohon sepertinya, rasanya aku adalah penjahat paling hina jika sampai menolaknya. Yaudahlah, apapun yang terjadi, terjadilah.

Yoce dan aku pun masuk dan aku duduk disofa sementara ia langsung merebahkan dirinya dikasur miliknya.

so, kamu mau cerita apa yo?”Ucapku membuka, berharap ini tidak terlalu lama dan aku sempat untuk pulang kekosan dan tidur.

“hmmm mulai dari mana yaaa.” Ia sempat berpikir sejenak untuk memulai ceritanya yang sepertinya akan panjang. Ikuti saja lah.

“mungkin aku mau cerita dulu mengenai ulang tahun sasha ini. Aku sebenarnya masih agak tidak enak tiba-tiba mengajakmu yang secara magis bisa bertemu di AFF kemarin. Kalau saja kita tidak bertemu, pasti aku akan menerima ajakan cowo yang sudah pernah kuceritakan singkat itu kan.” Yoce memulai ceritanya dan aku hanya menjadi pendengar yang baik saja.

“Jadi ada alasan aku menolaknya, karena seperti yang sudah kujelaskan sebelumnya, bahwa dia sudah terkenal sebagai cowo yang brengsek, katakanlah sering bermain perempuan, dibuat baper, terus ditinggal gitu aja. Seperti dia ingin coba-coba doang. Apa nggak jahat kayak gitu?”

Sekali lagi, aku sebagai lelaki merasa kalau kaumku ini gaada abis-abisnya yang blangsak ya.

“Terus dia itu punya pengaruh yang cukup di kampus ini, karena dia dengar-dengar merupakan petinggi dari kelompok the Yellow Warriors, atau tyw kalau kamu tau.”

Tunggu? The yellow warriors? TYW? Berarti satu kelompok dengan Dio dong.... tapi kesampingkan dulu si bangsat itu. aku cukup mendengarkan semua yang ingin yoce katakan.

“aku sempat ngeri untuk menolaknya, karena dia punya berbagai cara dan rencana busuk jika seseorang sampai berani menolaknya. Pilihannya, dipermalukan satu kampus, atau dicampakkan setelah menurutinya. Padahal kalau untuk fisik dan perawakan, dia cukup tampan, tapi sayang sifatnya ituloh yang bikin orang marah, tapi takut disaat yang sama. Entah mungkin aku yang pertama yang berani menolaknya dengan alasan kalau aku sudah diajak duluan oleh kamu be. Jadi aku minta maaf yaa” dia mulai berbicara dengan nada penyesalan.

Tentu saja yoce tidak salah disini. Tidak ada sedikitpun kesalahan yang ia lakukan.

“kamu nggak perlu minta maaf yo, kamu nggak salah. Sama sekali nggak. Kamu berhak menerima maupun menolak ajakan dari siapapun. Itu sudah hak mendasar. Masa mau dipaksa mau atau tidaknya seseorang.”

“iyaa be aku ttau, tapi aku takut dengan pengaruh yang ia punya, ia bisa saja melakukan sesuatu yang buruk kepada dirimu karena ak-“ sebelum ia melanjutkannya, aku mendekatkan diriku dan duduk disampingnya untuk menenangkan sekaligus meyakinkannya.

“tenang aja yo, kalau dia macam-macam, apalagi sama kamu, aku juga nggak akan tinggal diam. Gimanapun juga, kamu kan mantan gebetan ku yo haha.” Entah bahasa dari mana itu mantan gebetan.

“haha iya be iya, tapi maaf loh aku tolak kemarin. Masih smp aku belum mikir kesana”

“iyaaa yo santai sih, aku aja udah sempet lupa kalau ga ketemu kamu lagi kemarin pas ospek” emang beneran lupa sih. Jadi mau gimana lagi hehe.

Tiba-tiba aku kebelet dan tidak bisa ditahan lagi.

“yo pinjam toilet yaa bentar”

“yaudah pake aja, lama juga gapapa hihi.”

Aku ga ambil pusing maksudnya apa karena aku udah kebelet mau kencing. Sekalian cuci muka dikit biar gaa ngantuk-ngantuk banget.

Setelah mengeluarkan semuanya, dan sudah cuci muka sedikit, aku pun keluar toilet dan kaget melihat yoceline yang sudah stengah telanjang, menyisakan bra dan cd berwarna hitam yang tentu sangat menggoda.

“eh sorry yo aku gatau kamu lagi ganti baju.” Ucapku buru-buru dan reflek kembali masuk dalam toilet.

Hening. Sedetik..dua detik.. tidak ada respon. Aku pun memberanikan diri untuk mengintip sejenak dengan tujuan untuk melihat apakah dia sudah selesai ganti baju atau belum. Akupun membuka pintu sedikit dan melihat kearah yoce berdiri tadi, tapi sudah tidak ada. Kemana perginya. Akhirnya aku membuka stengah pintu untuk melihat lebih leluasa dan terkejuut, ternyata yoce ada disamping toilet berdiri seakan menunggu aku keluar.

“Yoce kamu ngapai-“ cup....

Yoce menciumku. Mencium bibirku dengan sangat pelan, hampir seperti menempelkannya saja. Lalu perlahan ia membuka bibirnya dan memulai melumat bibirku. Tunggu. Apa maksudnya ini.

Aku pun mendorong pelan yoce untuk berbicara kepadanya.

“kenapa yo? Why did you kiss me?” tanyaku.

“karena aku gatahan, lihat kamu daritadi bermain dengan sasha, jujur aku sedikit terangsang melihat permainan kalian yang ganas. Ditambah dirimu yang sangat tampan membuatku sulit mengendalikan diri.”

Waw, ternyata yoce dari tadi menahan diri ya. Nggak be, nggak. Kamu kesini buat kuliah, bukan untuk celup sana celup sini. Itu kan hanya bonus.

“nggak yo, aku gamau melakukannya, aku kesini untuk belajar dan lulus, bukan untuk merusak anak orang. No no.”

“kenapa kamu gamau? Apa karena aku ga semenarik sasha? Nggak secantik sasha?”

Aduh jadi salah paham kan.

“nggak, nggak begitu. Kamu temanku, kita saling kenal walaupun baru bertemu lagi. Masa kita akan melakukan hal yang mungkin bisa merubah banyak hal tanpa pertimbangan matang?”

Please, I’m begging you. Make me come.” Ucap yoce dengan nada yang sangat seduktif. Ini berbahaya. Jebe, apa kamu bisa menahannya? Kondisi ini jauh berbeda dari kejadian dengan Emily yang masih didepan kosan. Kali ini posisi dirimu sudah didalam kamar berdua dengan wanita yang cantik ini. Apa yang akan kamu lakukan, be?

“Maaf, tapi ak-“ mulutku dihentikan oleh jarinya.

“sudah, cukup. Tinggalkan aku.” Yoce membalikan badannya memunggungiku. Sepertinya ia merajuk.

Aku memanggilnya beberapa kali tapi ia tidak meresponku. Aku sangat bingung apa yang harus kulakukan disaat seperti ini. Haruskah? Jangankah? Kedua pertanyaan ini terus berputar dikepalaku. Hingga akhirnya....

“oke yoce, baiklah, aku akan meladeni apa maumu, dengan SATU kondisi. Cukup aku yang memuaskanmu, kamu tidak perlu melakukan apapun. Kamu setuju, maka akan kulakukan, jika tidak, aku akan pulang dan melupakan semua ini pernah terjadi.” Keputusan yang cukup tegas menurutku, dan tidak merugikan siapapun.

“hmmmmmmm b-b-baiklah jika itu maumu be”

Dan permainan pun dimulai.

Aku mendekat dan langsung melumat bibirnya dengan ritme yang cukup cepat, karena aku tau yoce sudah cukup terangsang. Aku melumat bibirnya sambil tanganku aktif mengelus lengannya yang sangat halus dan terawat itu. kami berpagutan cukup lama dengan lidah yang ikut bermain dan menyapa satu sama lain. Sangat intens. Setelah kurang lebih 10 menit kami saling melumat, aku mendorong badan yoce untuk tiduran dan tiba saatnya untuk memuaskannya.

Aku melepas kaitan branya dan terekspos lah dua gunung kembar yang indah. Putih, bulat, dan ukuran yang pas, dan sudah pasti sangat mengundang tangan untuk memegangnya, meremasnya pelan, dan memberikan sentuhan sentuhan. Astaga, ini sangat enak. Buah dada yang sangat indah, tegak menantang. Aku yang sudah mulai tidak tahan pun langsung melanjutkan aktivitasku dengan mulut, perlahan kujilati sekeliling buah dadanya, lalu menghisap pelan tonjolan berwarna pink itu.

“Uuuhhh” desahan dari yoce pun sudah mulai keluar. Aku masih meneruskan permainanku. Jilat kiri, remas kanan. Hisap kanan, remas kiri, bergantian dan tak lupa aku meninggalkan sedikit cupangan setelah meminta kode kepadanya dan ia hanya mengangguk pelan saja. Setelah dari buah dadanya itu, aku kembali melumat bibirnya yang seksi itu, lalu memberi rangsangan di telinganya yang membuat dia sempat melompat pelan. Sepertinya titik sensitifnya ada di telinga.

Setelah puas menjelajahi bagian atas yoce, akupun perlahan menuju kebawah, mengelus perut ratanya, hingga tanganku tiba didepan gerbang kenikmatan yang masih dilapisi cd hitam. Aku pun melepasnya perlahan dan akhirnya terlihatlah bagian terdalam dari sang wanita. Kemaluan yang sangat terawat, ditumbuhi bulu halus yang dicukur rapi, dan masih berwarna pink dan agak tembem. Sangat menggoda. Sangat-sangat.

Aku pun perlahan menempatkan jariku didepan lubangnya, dan memutar-mutar jariku perlahan. Yoce kembali mendesah karena dia sudah merasa kenikmatan yang kuberikan. Akhirnya akupun mendekatkan wajahku dan memperhatikan dengan seksama kemaluannya.

“jangan diliatin terus, aku malu...”Ucap yoce dengan muka yang sudah menahan nafsu stengah mati.

“sudah yo, dilepaskan saja. Aku akan memuaskanmu.”

Aku pun mulai menggunakan lidahku untuk menyapu semua permukaan kewanitaannya yoce, lalu mulai menjilatinya, atas, bawah, atas, bawah, juga dibantu dengan jariku untuk sedikit membuka lubangnya dan memasukan lidahku lebih dalam lagi.

“aaahhhh enak beee, enaaaak, jangan berhentiii pliss saaaHHH” racau yoce yang sudah keenakan.

Aku masih terus memberi rangsangan demi rangsangan. Juga diselingi aku kembali melumat bibirnya, lalu kembali kebibir bawahnya. Setelah kurang lebih 10 menit aku melakukannya, badan yoce bergetar hebat. Sepertinya dia akan mengalami orgasmenya. Aku mempercepat gerakan lidahku, terus, terus, terus, sedikit lagi.. dan

“AAAAHHHHHH AKU KELUAAR BEEEEEE!!! ENAK BANGEEEET AAAAAHH” teriak yoce setelah mendapat orgasmenya, yang setelah itu terkulai lemas.

Akhirnya ia mendapat orgasmenya. Yang berarti tugasku selesai. Walaupun aku disini yang menahan nafsu mati-matian. Jeje sudah bangun dan mengeras, celanaku sudah mulai sesak. Tapi aku menahan diri sebaik mungkin. Karena ini adalah bentuk perjanjianku. Masa aku yang menawarkan aku juga yang mengingkari. Brengsek namanya kalau begitu.

“ah, terima kasih banyak jebe, aku bener-bener puas. Tapi kamu gaingin dikasih sesuatu gitu yang bikin puas juga?”

Pertanyaan yang... agak merangsang. Tapi aku masih tahan juga.

“ah tidak perlu. Lagi pula ini kan perjanjian kita tadi.” Aku menjawab dengan yakin kalau aku tidak perlu.

“yaudah yo, aku pamit ya? Sebelum lebih malam lagi.” Aku berpamitan, kali ini semoga beneran pulang, karena aku sudah lelah dan mengantuk.

“okaay jebeee, good night. Hati-hati dijalan yaa gantengkuu”

“iyaaa, pamit ya cantikku.” Aku balas saja kata-katanya dan ia hanya tersenyum saja.

.

Setelah 10 menit dijalan, akhirnya aku pun sudah sampai dikosanku. Untungnya kosanku ini tidak ada jam malam. Kulihat ada mang karyadi sedang nonton tv sambil ngopi dan ada dua orang bapak-bapak lagi. Mungkin menemani mang karyadi.

“Mang, mari mang.” Sapa ku pada mang yadi

“wes mas, baru balik? Pasti abis main sama cewe. Ngaku dah?” tanyanya setengah bercanda.

“wah mang tau aja deh, cenayang yah? Hahaha” aku jawab juga sambil bercanda.

“udah ketebak mas. Bener kan saya bilang apa, paling lama tiga minggu pasti udah dapet. Lah ini baru seminggu. Mantap jiwa mas.”

“hahahaha iyaa mangg iyaa. Yaudah mang duluan mang udah pegel nih badan. Mari mang, pak.” Pamitku kepada mang yadi dan bapak-bapak tadi.

Setelah bersih-bersih dan mandi, akupun melihat jam sudah menunjukkan jam dua lewat.

“haduh, semoga nggak telat deh besok.”

Dan akupun tidur dengan perasaan yang... entahlah. Tidak bisa dideskripsikan.



Bersambung....
 
Bimabet
Pert
Part 10 B – Sisi Lain.

Kami sudah diperjalanan pulang menuju apartment yoceline. Keadaan jalanan sudah lengang mengingat ini sudah mau tengah malam. Kami berdua juga hanya diam sambil mendengarkan lagu dari radio.

“gimana tadi be? Kayanya asik banget hihih.” Ucap yoceline membuka.

Aku yang masih proses recovery setelah permainan gila tadi hanya mengangguk pelan sambil berusaha menyimpan tenaga untuk menyetir mobil sampai ke apartment yoce.

“yaa gitu lah.” Jawabku singkat setelah mengangguk tadi. Jujur aku masih butuh kekuatan untuk mengantarnya pulang sampai tempat tinggalnya. Kami pun kembali diam. Tapi aku juga tidak bisa kalau diam-diaman terus. Aku harus mengajaknya berbicara, hal hal simpel juga tak apa.

“yo, kamu FISIP bukan deh? Kalo iya jurusan mana?” tanyaku agar tidak mengantuk juga.

“aku... jurusan komunikasi” jawabnya singkat juga.

Aku pun hanya ber-oh ria. Aku kembali berpikir—tapi tidak terlalu keras—apa yang harus aku lakukan agar percakapan tetap berjalan. Saat itu radio sedang memutarkan lagu sorry dari pamungkas.

For all the things I didn’t do...

And all the love that haven’t got to you.. I’m sorry...


Terdengar jika yoce ikut menyanyikannya, walaupun pelan... sangat pelan mungkin. Tetapi mungkin ia juga tidak sadar kalau jalanan sedang sangat sepi, sehingga akupun dapat mendengarnya.

I wish I could turn back the time...

And let You know I never meant to hurt you...

I’m sorry...


Yoce pun berhenti melakukan lipsyncnya dan kembali menatap lurus kearah jalan yang kosong itu.

.

Akhirnya kami pun sudah sampai di parkiran apartment cempaka tempat yoce tinggal. Aku pun berniat untuk pamit dan langsung pulang dengan motorku tapi yoce mencegahnya.

“Anterin aku kekamar yah?” tanyanya dengan pelan. Sepertinya dia juga cukup kehabisan tenaga belum juga sehabis memutar gelas entah berapa kali. Untungnya aku masih cukup sadar dan masih mampu menyetir pulang.

“baiklah.” Akupun mengiyakan dan mengantarkan dia menuju unitnya. Aku pun memencet tombol di lift apartment dan tak lama pintu lift pun terbuka. Lantas aku langsung memencet no 7 dan tiba-tiba kedua tangan yoce sudah memegang kedua pipiku. Akupun kaget dan langsung menatapnya. Kami hanya saling bertatapan.... cukup lama... hingga akhirnya kami semakin dekat... semakin dekat....ke lantai 7 tentunya. Tidak ada suatu kejadian di lift ini. Mungkin tidak di lift ini. Mungkin tidak hari ini. Mungkin tidak akan ada kata ‘mungkin’.

.

.

“jadi ini orangnya?” tanya pria itu kepada pria lain yang sedang menghadapkan ponselnya. Pria tersebut seperti memerhatikan dengan seksama foto pria tersebut, hingga akhirnya ia pun tersenyum.

“menarik juga ya kamu.” Ucap pria itu kembali. “jadi. Kamu kalah sama orang itu?”tanya pria tersebut kepada pemilik ponsel tersebut. Dia seperti agak kesal karena rekannya bisa dikalahkan oleh pemuda dalam foto ini.

“Itu terjadi karena aku baru saja minum terlalu banyak, sehingga fokusku tidak dalam kondisi prima.” Jawabnya sebagai pembelaan atas kekalahan yang ia alami.

“bodoh, kalah ya kalah saja. Menang ya menang. Alasan apapun tidak mengubah keadaan jika kamu sudah kalah. Ingat itu.” Ucap kembali si pria misterius ini.

“lantas, apa yang harus aku lakukan, bil?” tanya kembali si pria yang kalah belum lama ini.

“tenang saja, aku mulai merancang rencana demi rencana. Siapa sangka, dunia ini begitu sempit.” Monolog si pria yang dipanggil ‘bil’ itu sambil melihat kembali foto JB yang ternyata sedari tadi ditunjukan.

“Oke, aku akan ikuti rencanamu, bil.”

“memang harus seperti itu. Pria ini menarik, kita harus bisa membawanya kepada kita. Dengan apa yang dia punya, aku yakin, kita bisa memperluas nama kita dan kekuasaan kita. Tidak akan ada lagi orang lain yang berani dengan kita. Hahaha.”

“tapi sebelum itu aku harus membalaskan dendamku dahulu karena kesombongannya. Masih pemula sudah begayaan seperti itu harus dibeli satu dua peringatan agar ia tidak macam-macam lagi.” Sepertinya pria yang kalah ini tidak puas dengan pertemuan mereka yang terakhir dan ingin rematch untuk membuktikan kalau dia bisa mengalahkannya.

“iya-iya, semerdekanya kamu aja lah. Tapi awas kalau kalah ya, aku sendiri yang akan ngasih peringatan langsung kepadamu. Apakah kamu mau itu terjadi?” Ancam si pria ini.

Tentu saja ia takberani jika harus berhadapan kepada ‘bil’ yang sepertinya sangat ia hormati.

“tidak lah, aku masih ingin hidup lama. Lagian, aku juga belum mencapai targetku untuk menikmati bidadari yang ada dikampus kita ini. Ah membayangkannya saja aku bisa deg-degan.” “bangsat, kalau mau coli jangan disini. Lagian kamu belum puas apa tiap minggu selalu ganti gandengan?”

“tidak kawan, tidak ada perempuan yang telah kutemui yang bisa menandingi bidadari tersebut.”

“kutemui dengkulmu, kutiduri iya.”

“hehe tau aja masbro. Kalau kamu lihat kamu pasti juga ingin mencobanya kan?”

“belum tentu tuh, coba liat mana orangnya.”

Sang pria pun kembali membuka aplikasi instagrm dan mengetikkan nama seseorang, lalu membuka profilnya, dan memperlihatkannya kepada rekannya tersebut.
“gimana, produk super kan? Sekali dalam 100 tahun, mungkin 1000 tahun sekali. Dari atas bawah depan belakang kiri kanan tidak ada celanya sama sekali. Pasti orangtuanya juga rupawan sehingga anaknya bisa segila ini.” Ucap pemuda itu dengan bangganya.

Yang ditujukan hanya ngangguk-ngangguk saja.

“kuakui seleramu cukup hebat. Kukira kamu hanya ingin memuaskan hasrat dengan ons saja. Ternyata tidak ya.”

“haha tentu tidak brader, aku ingin membuka segelnya. Karena dengar-dengar ia belum pernah melakukannya. Bahkan pacarnya pun tidak diberi kesempatan olehnya. Maka dari itu aku ingin mencoba peruntunganku.. atau bisa dibilang... mencoba peruntungannya. Hehehe”

“tapi kamu tau kan, kalau pacarnya ini juga bagian dari kita? Kamu yakin dengan ini? Karena ini bisa membuat konflik internal dan aku tidak mau terlibat karena perebutan perempuan ini. Karena jika aku terlibat, akan ada dua kesimpulan. Pertama, kamu dan pacarnya akan kujadikan samsak. Dan kedua, tentu aku yang akan mendapatkan perempuan yang kamu incar itu. Mau hal itu kejadian?”

“tentu saja tidak. Maka dari itu aku mempunyai rencana, dengan melibatkan pemuda yang kutunjukkan fotonya tadi.”

“hmm terserahmu saja. Yang penting aku sudah mengingatkannya. Aku lapar, ayo kita membeli makanan.”

“ayo lah, aku juga mau makan dulu sebelum melanjutkan aktivitasku menemui dan menyantukan cinta dengan perempuanku.”

“perempuanku tai lah.”

“jangan marah-marah terus lah bang, gabaik untuk kesehatan.”

“ngomong lagi dan kubuat kamu gabisa makan dari mulut lagi. Jangan tambah-tambah masalahku ini”

“haha ampun ndan.”

“yasudah, kamu nyetir ya, aku ingin beristirahat sebentar dimobil.”

“okaay siap bang nabil.” Ternyata pria tersebut bernama nabil

“okay, hati-hati menyetirnya, ryan.” Dan pria yang bersama nabil, adalah Ryan.

haha, aku tidak menyangka, bahwa dunia memang sempit ya. Entah apa yang mempertemukan kita, tapi kupastikan, dipertemuan kita selanjutnya, akulah yang akan membuatmu bertekuk lutut. Aku jadi semakin tidak sabar untuk bertemu denganmu.....

Juan bagaskara.

.

.

POV EMILY

Hai? Akhirnya kita ketemu juga ya. Aku emily, yang sudah muncul dari pertama banget, tapi ts baru kasih kesempatan aku berbicara setelah sepuluh chapter. Aku adalah kating atau kakak tingkat, sekaligus mentor dari Jebe si gondrong begajulan ini. Kalau dipikir-pikir, kok bisa banget semua kebetulan itu ya? Mulai dari pertemuan pertama kali di warung makan saat aku sedang berdebat dengan Dio pacarku. Kalau kalian lupa, ia itu punya sahabat (atau setidaknya itu yang ia katakan) dari kecil yang bernama Putri. Mereka berdua sering sekali pergi kemana-mana tanpa sepengetahuanku. Aku Cuma tau jika tidak sengaja temanku bertemu mereka dan mengabarkannya kepadaku. Tiba-tiba ia menawariku tumpangan untuk pulang. Aneh bukan? Kita benar-benar stranger dan belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi pada akhirnya aku mengiyakan setelah iya meyakinkanku kalau dia bukan penjahat atau apapun, dan ternyata ia adalah maba dikampusku dan kebetulan kita satu jurusan. Pertama kali aku melihatnya, aku tidak akan menyangkal kalau ia itu tampan, tinggi dan badannya itu bisa terlihat kalau sangat dijaga olehnya. Sangat menarik. Akhirnya kami pun makan, bertukar cerita, dan ia mengantarkan ku pulang. Tapi bodohnya aku lupa untuk mengajaknya bertukar kontak, agar dia bisa tanya kepadaku tentang kampus atau jurusannya sekaligus mengenal dia lebih dalem hihi.

Tapi ternyata gabutuh lama buat hal itu terjadi. Ajaib, dia menjadi anak-ku alias aku menjadi kakak mentornya selama ospek mahasiswa baru. Akhirnya kami dipertemukan lagi. Apakah ini tanda dari sesuatu? Jujur aku tak pernah memikirkannya...awalnya. belum lagi aku diberi amanah dari Ibu jebe untuk membantunya dan mengingatkannya jika ia sedang menghadapi sesuatu.

Tak terasa waktu berjalan, mulai dari aku curhat tentang dio hingga ryan yang ingin melecehkanku, ia mendengarkanku dengan sabar dan tidak membalasnya dengan kata-kata semangat atau apapun yang tidak ada efeknya sama sekali. Dia mensupportku dan menenangkanku dengan caranya yang bisa dibilang...sangat romantis? Perlakuannya juga sangat gentledan sopan. Namun memang ia tampak polos ketika berbicara kepada lawan jenis, dan memang dia belum pernah berpacaran. Ganteng-ganteng tapi minim pengalaman. Hihi jarang yang kayak begini nih. Aku pun dengan cepat bisa merasa nyaman dengannya. Ditambah posisiku dengan dio yang sedang tidak baik-baik saja. Toh aku juga sama jebe ngga ada apa-apa, gacuma dio dan putri si sahabatnya itu.

Hari ke hari, interaksiku dengan jebe semakin banyak, mulai dari mengerjakan tugas ospek, cerita-cerita lucu dari tiap-tiap anak-anak ku dan adit pasangan mentorku, hingga saat penutupan ospek dimana ia menyanyikan lagu yang nampaknya sangat ia hayati. Mungkin perasaan juga ikut bermain saat jebe menyanyikan lagu tersebut. Kami pun tanpa sadar saling bertatapan. Astaga... aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi jebe nampaknya mulai mencuri perhatianku. Jika Aku tidak bersama Dio, mungkin ceritanya akan berbeda. Tapi bagaimanapun juga, Dio adalah pacarku. Aku juga menikmati masa-masa seruku bersama dia, walaupun saat ini kita sedang jarang bertemu dan berinteraksi. Jadi aku tidak mau berpikir yang aneh-aneh dan biarkan semua mengalir begitu saja. Tapi harus kuakui, jebe telah mengetuk pintu hatiku yang mungkin sudah kukunci. Tapi ia terus mengetuk dan akupun bingung apakah harus membukanya?

Setelah penampilannya pun, aku chat dia dengan maksud untuk berterimakasih sekaligus memberi pujian atas penampilannya yang apik dan menjadi closing yang keren. Tapi ia terus saja menggodaku dengan bilang ‘kamu kangen ya? Padahal baru ketemu’. Aku juga kan punya batas jadi aku diami saja dia dengan maksud agar aku tidak terjerumus lebih dalam lagi. Dia pun tidak ngechat lagi. Tetapi setelahnya menelpon dan bilang sudah berada di parkiran kosanku dan membawa 2 bungkus dimsum. Aku berpikir apalagi sih yang mau ia lakukan. Apa tidak cukup ia menggodaku habis-habisan tadi? Kalau aku baper dan minta tanggung jawab, bagaimana? Karena aku juga tidak tahu perasannya bagaimana. Apakah ia bercanda? Apakah ia serius? Aarggh aku tidak tau sama sekali.

Kedatangannya ternyata untuk meminta maaf jika ia terus-terusan menggodaku dan mengatakan bahwa momennya tidak pas. Aku tidak tau harus berbuat apa karena kondisiku sudah siap untuk tidur dan telah menenangkan diri dengan sedikit meditasi sedikit. Lalu dengan munculnya si gondrong ini membuat buyar ssemuanya. Aku tidak bisa berpikir jernih. Lalu tanpa adanya aba-aba, aku langsung mengecup bibirnya itu. aku juga tidak tau kenapa aku melakukannya, mungkin bentuk terima kasih, mungkin bentuk kalau aku juga tertarik dengannya. Tunggu. Memangnya dia tertarik denganku? Tidak ada yang tau. Yang kutahu, aku menciumnya dengan tulus. Dia tidak merespon terhadap kecupanku, mungkin masih kaget, tapi perlahan ia pun membalas lumatan bibirku. Setidaknya ia adalah jomblo dengan persiapan jika momen seperti ini akan datang. Kami berciuman tidak terlalu lama, setelahnya, aku pun masih tidak percaya jika aku mengatakannya, tapi kukatakan kepadanya, apakah dia mau kekamarku? Entah apa yang terjadi dalam diriku.

Seingatku, aku juga belum pernah mengajak Dio kekamarku, kami juga belum pernah melakukan yang lebih jauh selain saling meraba dan menyentuh bagian masing-masing. Mungkin itu yang membuat Dio belakangan ini tidak sering bersamaku. Karena aku tidak bisa memberi apa yang ia minta? Apakah semua cowo hanya menginginkan ini dalam berpacaran? Aku tidak tau. Lalu apa yang membawaku kepada momen ini dimana aku mengajak orang yang baru kukenal kurang lebih beberapa minggu ini. Apakah karena kenyamanan yang kudapat? Apa karena ia tidak meninggalkanku ketika aku sedang hancur-hancurnya? Atau hanya sekedar membalas dendam tak berdasar kepada Dio?

Tapi, pemuda bernama juan ini dengan sopannya menolak ajakanku dan mengatakan bahwa jika iya mengiyakan, dia sama saja dengan cowo-cowo brengsek diluar sana yang hanya memanfaatkan situasi dan hanya mementingkan kepuasan sesaat. Oh jebe, betapa hebatnya dirimu mampu menahan diri, yang kuanggap kalau dia juga berusaha untuk tidak kalah melawan nafsunya. Disatu sisi, aku merasa lega kalau dia tidak memanfaatkan diriku yang sedang rapuh ini. Tapi aku tidak akan menyangkal kalau aku merasa bahwa aku tidak menarik, sehingga aku ditolak untuk melakukan hal yang tidak akan kusangka kalau aku yang akan mengajaknya. Tapi, terima kasih jebe, kamu memang hebat.

Setelah ospek kami memang jarang berkumpul, paling hanya sebatas saling menyapa atau berbicara sebentar saat berada dikampus. Hubunganku dengan Dio juga perlahan membaik, walaupun kadang ia masih suka lebih mementingkan hubungannya dengan Putri. Terkadang aku kangen sama Jebe, tapi siapalah aku dihidupnya. Mungkin lebih banyak wanita yang lebih pantas untuk bersamanya daripadaku, yang berstatus pacar orang. Aku lihat Jebe juga mulai akrab dengan Gaby si wakil ketua komdis ospek kemarin. Bahkan, Jebe sempat masuk di instastory dari akun IG gaby. Apakah mereka mempunyai sesuatu yang spesial? Ah, untuk apa juga aku mengurusinya. Sangat jelas kalau aku dan jebe tidak ada apa-apa. Bukan hak ku untuk mencampuri urusannya. Lagi pula kenapa juga aku mengungkitnya sih. Ingat emmm kamu cewe orang ingaaat.

Lagi, aku berdebat lagi dengan Dio. Aku meminta ia untuk mengantarkanku ke uniqlo untuk membeli pakaian, dan lagi, ia sedang mengantar putri karena sedang ada urusan. Apa lagi yang bisa kulakukan? Marah? Percuma. Hanya buang tenaga dan pikiran. Apa pergi sendiri? Apa ajak teman-temanku? Apa ajak je.....

Ternyata Jebe pun gabisa. Ia beralasan kalau ia diajak temannya untuk mengikuti acara ulang tahun teman dari temannya itu. aku juga tidak bisa memaksa dan tidak mau untuk mengganggu acara orang. Kuputuskan untuk pergi sendiri esoknya.

Saat aku selesai berbelanja, aku mampir sebentar ke starbucks untuk membeli kopi dan duduk sejenak sebelum aku pulang, hingga aku melihat story teman-temanku di Instagram. Aku dapat jelas melihat bahwa ada seseorang yang kukenal sedang bertatap-tapan dengan seseorang perempuan, yang sangat cantik. Kemungkinan ia lah yang sedang berulang tahun itu. suasana sangat ramai disana karena ada MC yang menyemangati mereka yang sepertinya pemuncak acara. Aku tidak ambil pusing karena memang benar bahwa jebe mengikuti acara ulang tahun tersebut dan bukan mencari-cari alasan saja. Aku juga tidak kenal dengan orang yang berulang tahun, jadi yasudah. Akhirnya aku menghabiskan kopiku dan bergegas untuk memesan taksi online hingga ada seseorang menepuk pundakku. Aku pun berbalik dan melihatnya.

“mau pulang? Mau bareng nggak?”

Sial. Siapapun, tolong keluarkan aku dari situasi ini.

.

.
POV Jebe
Lift menunjukkan sudah lantai 7. Tidak. Tidak ada hal yang terjadi dalam lift. Kami masih saling diam saja.

“ayo”ucapku singkat mengajak yoce untuk segera menuju ke unit apartmentnya.

Yoce mengangguk pelan lalu mengikutiku dari belakang. Kami pun sudah sampai didepan kamarnya. Karena aku tahu pinnya, aku pencet saja dan membukakan pintunya.
“Sudah kan yo? Aku pulang ya?” Tanyaku sekaligus berpamitan kepadanya.

“tunggu. Jangan pulang dulu.” Ucap yoce menahan diriku. Ada apa ini?

“kenapa yo?”tanyaku. sepertinya tidak ada yang perlu dilakukan lagi kan karena ini sudah tengah malam. Belum lagi aku ada kelas pagi. Masa masih awal-awal minggu sudah telat.

“Aku Cuma ingin cerita saja. Apa kamu bersedia mendengarnya?” Tanya yoce dengan pelan.
aduh, ingin menolakpun nggak enak. Gimana yaa?

“ini sudah malam. Memangnya kamu nggak kelas pagi besok?” Tanyaku.

“ada sih.. tapi saat ini aku Cuma ingin ditemani saja, dan aku ingin mengeluarkan unek-unekku saja. Boleh yaaa?”

Kalau cewe sudah memohon sepertinya, rasanya aku adalah penjahat paling hina jika sampai menolaknya. Yaudahlah, apapun yang terjadi, terjadilah.

Yoce dan aku pun masuk dan aku duduk disofa sementara ia langsung merebahkan dirinya dikasur miliknya.

so, kamu mau cerita apa yo?”Ucapku membuka, berharap ini tidak terlalu lama dan aku sempat untuk pulang kekosan dan tidur.

“hmmm mulai dari mana yaaa.” Ia sempat berpikir sejenak untuk memulai ceritanya yang sepertinya akan panjang. Ikuti saja lah.

“mungkin aku mau cerita dulu mengenai ulang tahun sasha ini. Aku sebenarnya masih agak tidak enak tiba-tiba mengajakmu yang secara magis bisa bertemu di AFF kemarin. Kalau saja kita tidak bertemu, pasti aku akan menerima ajakan cowo yang sudah pernah kuceritakan singkat itu kan.” Yoce memulai ceritanya dan aku hanya menjadi pendengar yang baik saja.

“Jadi ada alasan aku menolaknya, karena seperti yang sudah kujelaskan sebelumnya, bahwa dia sudah terkenal sebagai cowo yang brengsek, katakanlah sering bermain perempuan, dibuat baper, terus ditinggal gitu aja. Seperti dia ingin coba-coba doang. Apa nggak jahat kayak gitu?”

Sekali lagi, aku sebagai lelaki merasa kalau kaumku ini gaada abis-abisnya yang blangsak ya.

“Terus dia itu punya pengaruh yang cukup di kampus ini, karena dia dengar-dengar merupakan petinggi dari kelompok the Yellow Warriors, atau tyw kalau kamu tau.”

Tunggu? The yellow warriors? TYW? Berarti satu kelompok dengan Dio dong.... tapi kesampingkan dulu si bangsat itu. aku cukup mendengarkan semua yang ingin yoce katakan.

“aku sempat ngeri untuk menolaknya, karena dia punya berbagai cara dan rencana busuk jika seseorang sampai berani menolaknya. Pilihannya, dipermalukan satu kampus, atau dicampakkan setelah menurutinya. Padahal kalau untuk fisik dan perawakan, dia cukup tampan, tapi sayang sifatnya ituloh yang bikin orang marah, tapi takut disaat yang sama. Entah mungkin aku yang pertama yang berani menolaknya dengan alasan kalau aku sudah diajak duluan oleh kamu be. Jadi aku minta maaf yaa” dia mulai berbicara dengan nada penyesalan.

Tentu saja yoce tidak salah disini. Tidak ada sedikitpun kesalahan yang ia lakukan.

“kamu nggak perlu minta maaf yo, kamu nggak salah. Sama sekali nggak. Kamu berhak menerima maupun menolak ajakan dari siapapun. Itu sudah hak mendasar. Masa mau dipaksa mau atau tidaknya seseorang.”

“iyaa be aku ttau, tapi aku takut dengan pengaruh yang ia punya, ia bisa saja melakukan sesuatu yang buruk kepada dirimu karena ak-“ sebelum ia melanjutkannya, aku mendekatkan diriku dan duduk disampingnya untuk menenangkan sekaligus meyakinkannya.

“tenang aja yo, kalau dia macam-macam, apalagi sama kamu, aku juga nggak akan tinggal diam. Gimanapun juga, kamu kan mantan gebetan ku yo haha.” Entah bahasa dari mana itu mantan gebetan.

“haha iya be iya, tapi maaf loh aku tolak kemarin. Masih smp aku belum mikir kesana”

“iyaaa yo santai sih, aku aja udah sempet lupa kalau ga ketemu kamu lagi kemarin pas ospek” emang beneran lupa sih. Jadi mau gimana lagi hehe.

Tiba-tiba aku kebelet dan tidak bisa ditahan lagi.

“yo pinjam toilet yaa bentar”

“yaudah pake aja, lama juga gapapa hihi.”

Aku ga ambil pusing maksudnya apa karena aku udah kebelet mau kencing. Sekalian cuci muka dikit biar gaa ngantuk-ngantuk banget.

Setelah mengeluarkan semuanya, dan sudah cuci muka sedikit, aku pun keluar toilet dan kaget melihat yoceline yang sudah stengah telanjang, menyisakan bra dan cd berwarna hitam yang tentu sangat menggoda.

“eh sorry yo aku gatau kamu lagi ganti baju.” Ucapku buru-buru dan reflek kembali masuk dalam toilet.

Hening. Sedetik..dua detik.. tidak ada respon. Aku pun memberanikan diri untuk mengintip sejenak dengan tujuan untuk melihat apakah dia sudah selesai ganti baju atau belum. Akupun membuka pintu sedikit dan melihat kearah yoce berdiri tadi, tapi sudah tidak ada. Kemana perginya. Akhirnya aku membuka stengah pintu untuk melihat lebih leluasa dan terkejuut, ternyata yoce ada disamping toilet berdiri seakan menunggu aku keluar.

“Yoce kamu ngapai-“ cup....

Yoce menciumku. Mencium bibirku dengan sangat pelan, hampir seperti menempelkannya saja. Lalu perlahan ia membuka bibirnya dan memulai melumat bibirku. Tunggu. Apa maksudnya ini.

Aku pun mendorong pelan yoce untuk berbicara kepadanya.

“kenapa yo? Why did you kiss me?” tanyaku.

“karena aku gatahan, lihat kamu daritadi bermain dengan sasha, jujur aku sedikit terangsang melihat permainan kalian yang ganas. Ditambah dirimu yang sangat tampan membuatku sulit mengendalikan diri.”

Waw, ternyata yoce dari tadi menahan diri ya. Nggak be, nggak. Kamu kesini buat kuliah, bukan untuk celup sana celup sini. Itu kan hanya bonus.

“nggak yo, aku gamau melakukannya, aku kesini untuk belajar dan lulus, bukan untuk merusak anak orang. No no.”

“kenapa kamu gamau? Apa karena aku ga semenarik sasha? Nggak secantik sasha?”

Aduh jadi salah paham kan.

“nggak, nggak begitu. Kamu temanku, kita saling kenal walaupun baru bertemu lagi. Masa kita akan melakukan hal yang mungkin bisa merubah banyak hal tanpa pertimbangan matang?”

Please, I’m begging you. Make me come.” Ucap yoce dengan nada yang sangat seduktif. Ini berbahaya. Jebe, apa kamu bisa menahannya? Kondisi ini jauh berbeda dari kejadian dengan Emily yang masih didepan kosan. Kali ini posisi dirimu sudah didalam kamar berdua dengan wanita yang cantik ini. Apa yang akan kamu lakukan, be?

“Maaf, tapi ak-“ mulutku dihentikan oleh jarinya.

“sudah, cukup. Tinggalkan aku.” Yoce membalikan badannya memunggungiku. Sepertinya ia merajuk.

Aku memanggilnya beberapa kali tapi ia tidak meresponku. Aku sangat bingung apa yang harus kulakukan disaat seperti ini. Haruskah? Jangankah? Kedua pertanyaan ini terus berputar dikepalaku. Hingga akhirnya....

“oke yoce, baiklah, aku akan meladeni apa maumu, dengan SATU kondisi. Cukup aku yang memuaskanmu, kamu tidak perlu melakukan apapun. Kamu setuju, maka akan kulakukan, jika tidak, aku akan pulang dan melupakan semua ini pernah terjadi.” Keputusan yang cukup tegas menurutku, dan tidak merugikan siapapun.

“hmmmmmmm b-b-baiklah jika itu maumu be”

Dan permainan pun dimulai.

Aku mendekat dan langsung melumat bibirnya dengan ritme yang cukup cepat, karena aku tau yoce sudah cukup terangsang. Aku melumat bibirnya sambil tanganku aktif mengelus lengannya yang sangat halus dan terawat itu. kami berpagutan cukup lama dengan lidah yang ikut bermain dan menyapa satu sama lain. Sangat intens. Setelah kurang lebih 10 menit kami saling melumat, aku mendorong badan yoce untuk tiduran dan tiba saatnya untuk memuaskannya.

Aku melepas kaitan branya dan terekspos lah dua gunung kembar yang indah. Putih, bulat, dan ukuran yang pas, dan sudah pasti sangat mengundang tangan untuk memegangnya, meremasnya pelan, dan memberikan sentuhan sentuhan. Astaga, ini sangat enak. Buah dada yang sangat indah, tegak menantang. Aku yang sudah mulai tidak tahan pun langsung melanjutkan aktivitasku dengan mulut, perlahan kujilati sekeliling buah dadanya, lalu menghisap pelan tonjolan berwarna pink itu.

“Uuuhhh” desahan dari yoce pun sudah mulai keluar. Aku masih meneruskan permainanku. Jilat kiri, remas kanan. Hisap kanan, remas kiri, bergantian dan tak lupa aku meninggalkan sedikit cupangan setelah meminta kode kepadanya dan ia hanya mengangguk pelan saja. Setelah dari buah dadanya itu, aku kembali melumat bibirnya yang seksi itu, lalu memberi rangsangan di telinganya yang membuat dia sempat melompat pelan. Sepertinya titik sensitifnya ada di telinga.

Setelah puas menjelajahi bagian atas yoce, akupun perlahan menuju kebawah, mengelus perut ratanya, hingga tanganku tiba didepan gerbang kenikmatan yang masih dilapisi cd hitam. Aku pun melepasnya perlahan dan akhirnya terlihatlah bagian terdalam dari sang wanita. Kemaluan yang sangat terawat, ditumbuhi bulu halus yang dicukur rapi, dan masih berwarna pink dan agak tembem. Sangat menggoda. Sangat-sangat.

Aku pun perlahan menempatkan jariku didepan lubangnya, dan memutar-mutar jariku perlahan. Yoce kembali mendesah karena dia sudah merasa kenikmatan yang kuberikan. Akhirnya akupun mendekatkan wajahku dan memperhatikan dengan seksama kemaluannya.

“jangan diliatin terus, aku malu...”Ucap yoce dengan muka yang sudah menahan nafsu stengah mati.

“sudah yo, dilepaskan saja. Aku akan memuaskanmu.”

Aku pun mulai menggunakan lidahku untuk menyapu semua permukaan kewanitaannya yoce, lalu mulai menjilatinya, atas, bawah, atas, bawah, juga dibantu dengan jariku untuk sedikit membuka lubangnya dan memasukan lidahku lebih dalam lagi.

“aaahhhh enak beee, enaaaak, jangan berhentiii pliss saaaHHH” racau yoce yang sudah keenakan.

Aku masih terus memberi rangsangan demi rangsangan. Juga diselingi aku kembali melumat bibirnya, lalu kembali kebibir bawahnya. Setelah kurang lebih 10 menit aku melakukannya, badan yoce bergetar hebat. Sepertinya dia akan mengalami orgasmenya. Aku mempercepat gerakan lidahku, terus, terus, terus, sedikit lagi.. dan

“AAAAHHHHHH AKU KELUAAR BEEEEEE!!! ENAK BANGEEEET AAAAAHH” teriak yoce setelah mendapat orgasmenya, yang setelah itu terkulai lemas.

Akhirnya ia mendapat orgasmenya. Yang berarti tugasku selesai. Walaupun aku disini yang menahan nafsu mati-matian. Jeje sudah bangun dan mengeras, celanaku sudah mulai sesak. Tapi aku menahan diri sebaik mungkin. Karena ini adalah bentuk perjanjianku. Masa aku yang menawarkan aku juga yang mengingkari. Brengsek namanya kalau begitu.

“ah, terima kasih banyak jebe, aku bener-bener puas. Tapi kamu gaingin dikasih sesuatu gitu yang bikin puas juga?”

Pertanyaan yang... agak merangsang. Tapi aku masih tahan juga.

“ah tidak perlu. Lagi pula ini kan perjanjian kita tadi.” Aku menjawab dengan yakin kalau aku tidak perlu.

“yaudah yo, aku pamit ya? Sebelum lebih malam lagi.” Aku berpamitan, kali ini semoga beneran pulang, karena aku sudah lelah dan mengantuk.

“okaay jebeee, good night. Hati-hati dijalan yaa gantengkuu”

“iyaaa, pamit ya cantikku.” Aku balas saja kata-katanya dan ia hanya tersenyum saja.

.

Setelah 10 menit dijalan, akhirnya aku pun sudah sampai dikosanku. Untungnya kosanku ini tidak ada jam malam. Kulihat ada mang karyadi sedang nonton tv sambil ngopi dan ada dua orang bapak-bapak lagi. Mungkin menemani mang karyadi.

“Mang, mari mang.” Sapa ku pada mang yadi

“wes mas, baru balik? Pasti abis main sama cewe. Ngaku dah?” tanyanya setengah bercanda.

“wah mang tau aja deh, cenayang yah? Hahaha” aku jawab juga sambil bercanda.

“udah ketebak mas. Bener kan saya bilang apa, paling lama tiga minggu pasti udah dapet. Lah ini baru seminggu. Mantap jiwa mas.”

“hahahaha iyaa mangg iyaa. Yaudah mang duluan mang udah pegel nih badan. Mari mang, pak.” Pamitku kepada mang yadi dan bapak-bapak tadi.

Setelah bersih-bersih dan mandi, akupun melihat jam sudah menunjukkan jam dua lewat.

“haduh, semoga nggak telat deh besok.”

Dan akupun tidur dengan perasaan yang... entahlah. Tidak bisa dideskripsikan.



Bersambung..
Ralat gak jadi Pertamax ...
Keduaaaxx nih boss
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd