Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life of JB

PART 7 – PARTNER.


POV ORANG KETIGA.

Gabriella Annastasya


Pagi ini, seorang pemuda gondrong terbangun, setelah hamparan kain yang tergantung itu tak mampu menandingi silaunya sinar sang mentari yang menerangi kehidupan ini. Pemuda tersebut masih ingin bermalas-malasan lebih lama dikasurnya ini, tetapi tidak bisa. Bagaimanapun juga, hari ini adalah hari pertama perkuliahan telah dimulai. Seluruh mahasiswa baru, maupun lama, haruslah kembali kepada rutinitas mereka yang lama—juga baru.

Huft... pemuda itu menghela nafas dalam-dalam. Ia ingat, bahwa hari ini adalah hari pertama dimana ia akan menyandang status sebagai mahasiswa, bukan siswa lagi seperti status yang ia miliki bebebrapa bulan lalu. Ia harusnya berbangga, karena tidak semua siswa dapat melanjutkan studi menuju jenjang ini, dilihat dari banyaknya siswa yang gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi setiap tahunnya. Ia tersenyum sejenak, sebelum beranjak dari kasurnya yang berantakan itu untuk segera mandi dan bersiap menuju kampusnya.

.
.

Pukul 07.45, Pemuda yang akrab dipanggil Jebe ini sudah berada diparikiran fakultasnya, dan segera masuk kedalam gedung A untuk mengikuti Ujian EPT (English Proficiency Test). Ujian ini diwajibkan bagi seluruh mahasiswa baru fakultas ini, karena ada beberapa mata kuliah yang akan menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar. Memang ngeri, tapi itulah kenyataan yang ada didalam kampus yang disandang sebagai salah satu kampus terbaik di negeri ini.


Sekedar info tambahan aja, kalau sebenarnya cerita ini ngga sepenuhnya fiksi, karena latar kampus, dan ospeknya itu sebagian besar dari pengalaman pribadi ts. dan kehidupan kampus juga sedikit banyak diadaptasi dari rl ts. Cuma, nama-namanya ada yang disamarkan aja. Ehehehe.


Dah balik lagi ke ceritanya.

Jebe memasuki ruangan A.101, ruangan yang berada di kanan gedung itu, sekaligus menjadi salah satu ruangan terluas di gedung ini, karena biasanya mata kuliah yang diajarkan dikelas ini adalah mata kuliah umum, dimana seluruh mahasiswa dari berbagai jurusan dari fakultas ekonomi pasti akan mendapatnya. Ruangan ini dapat menampung hingga 80 orang, yang saat ini tiga per empatnya terisi oleh mahasiswa baru yang mendapat jatah ujian di ruangan ini.

Ia melebarkan pandangannya, melihat seisi ruangan ini, dengan harapan bahwa ada orang yang ia kenal, alias teman dari kelompok ospeknya. Namun, kenyataannya hanya ada 1 dari sekian teman kelompoknya yang ditempatkan diruangan ini, yaitu ghina. Ghina ini merupakan mahasiswa rantau dari daerah NTB, dan merupakan pribadi yang pendiam dan tertutup. Mungkin karena dia mengalami Culture shock, dimana pastinya kehidupan di kota besar yang merupakan tetangga ibukota ini memang sudah modern. Dari kehidupan sosialnya, budayanya, bangunan-bangunan yang ada, memang bisa dibilang berbeda dengan apa yang perempuan ini biasa lihat di daerah asalnya. Wajar saja hal itu terjadi, sehingga orang-orang rantau biasanya akan mengakrabkan diri dengan mahasiswa yang berasal dari daerah yang sama.

Ghina terlihat sedang bersama teman-teman perempuannya yang tebakan jebe mengatakan bahwa itu adalah teman yang berasal dari daerahnya, karena ghina nampak sekali akrab dengan mereka itu. Seperti tidak ingin mengganggu mereka, jebe melangkahkan kakinya menuju belakang ruangan, sekitar 3 baris kursi dari belakang yang ternyata sudah diisi oleh tiga pemuda gila nan sinting, tapi asik. Siapa lagi kalau bukan Darma, Aldi, dan juga Fadhel. Orang-orang yang dihukum bersama dengan ia oleh Ka gaby sang singa betina galak itu.

“hey wahai anak muda, ente disini juga rupanya.” Sapa Fadhel pada Jebe.

“waduh kebetulan banget yaaa.” Ikut darma yang dibarengi oleh anggukan oleh aldi.

“Dosa apa yang ku lakukan dikehidupanku sebelum ini, sehingga harus bertemu lagi dengan trio orgil nan blangsak ini ya Tuhan” Ucap jebe memelas dan berserah.

“Bajingan.”

“brengsekk.”

“Jaga alat memakimu itu ya Be.” Ucap mereka bertiga bergantian menghujat Jebe ini. Setelah itu mereka tertawa bersama. Jebe merasa dengan mereka ini, semua bisa dilalui dengan seru, karena otak mereka yang udah korslet itu.

“haha iye iyee bang. Yuk ah ngerjain ujiannya. We must pass this test, you know, hey brats? (kita harus lulus tes ini, paham ga, bocah?).” ucap jebe dengan sedikit bahasa inggrisnya yang mengejek mereka itu.

“halah ini si gondes ngomong apa sih? Gajelas you know?” jawab darma membalas jebe.

“gatau juga, mungkin otaknya masih shock gegara minggu lalu dikasih wejangan sama ka Gaby hahaha.” Balas si Aldi yang sukses membuat mereka bertiga tertawa.

“taiii hahahah. dah-dah, bener kata jebe. Yuk ah serius-serius. Itu kertas ujian mulai dibagiin. Semoga kita lulus yaaa cok.” Ucap fadhel yang mengakhiri percakapan kami sebelum ujian ini.

.
.

Tak terasa, dua jam sudah terlewat begitu saja, setelah Jebe dan tiga temannya mengerjakan soal bahasa inggris yang benar-benar memusingkan fisik dan mental. Seperti tes bahasa inggris pada umumnya, tes ini dibagi menjadi beberapa bagian, yang pertama adalah tes listening, dimana bakal diputerin suatu rekaman percakapan dalam bahasa inggris (ya iyalah bahasa inggris, masa bahasa G). Jebe ini termasuk orang yg cukup mudeng masalah bahasa inggris, kalo denger orang ngomong paham, tapi kalo disuruh ngomong langsung ya kikuk. Setelah tes listening, adalah tes membaca, dimana dikasih sebuah cerita yang panjang, lalu disuruh cari bahasan utama atau sinonim antonim gitu-gitu lah.

Jebe merasa cukup yakin dengan hasil kerjaan dia, soalnya dia bisa dibilang cukup pinter masalah bahasa inggris, cuman males aja. Tapi tes ini harus serius, karena jika dapat mencapai skor 530, maka mata kuliah bahasa inggris langsung mendapat nilai A dan tidak perlu mengikuti kelasnya selama satu semester. Apa ga diseriusin kan?

.
.

Kini jebe sedang berada di selasar fakultas, sedang menuju kelas selanjutnya, yaitu kelas Pengantar Manajemen dan Bisnis. Ruangan kelas ini berada di Gedung B 104 yang cukup jauh dari kelas tempat dia mengikuti tes bahasa inggris sebelumnya di gedung A.

Saat ia membuka pintu kelas, sudah banyak mahasiswa yang duduk dikursinya masing-masing, terutama bagian belakang sudah cukup penuh, hanya menyisakan satu atau dua kursi disetiap barisnya. Kembali jebe melebarkan pandangannya, berusaha mencari satu dua wajah yang ia kenali alias teman kelompoknya. Lagi-lagi tidak ada.

Sebenarnya ia seharusnya sekelas dengan teman-teman dari kelompok ospeknya. Namun nasib malang menimpanya. Jadi, di kampus ini, setiap semesternya ada sistem registrasi akademik, dimana mahasiswa memilih kelasnya masing-masing sesuai kebutuhan dengan berbagai kelas yang tersedia. Jebe dan teman-temannya sudah memutuskan untuk join di kelas yang sama. Tetapi kelas tersebut merupakan kelas favorit dikarenakan dosen tersebut adalah dosen Auto A. maka dari itu kelas tersebut menjadi kelas rebutan dari semua mahasiswa baru. Poor jebe, karena telat memilih kelas tersebut, dia tidak mendapat kuota dari kelas tersebut, sehingga mau tidak mau dia rela untuk tidak sekelas dengan teman-temannya dan memilih kelas lain.

Dari kejadian tersebut lah yang menuntun ia, pada hari ini, di ruang B104 ini, bertemu dengan orang gila lagi. Trio Darma, Aldi, dan Fadhel sudah duduk bersebelahan dibagian belakang kursi. Haishhh, mungkin emang ini takdir, kata jebe, untuk ketemu lagi dan lagi sama orang-orang sedeng ini. Tapi seneng, serasa punya teman sepenanggungan. Menanggung beban dari ka Gaby.

Jebe berjalan kearah mereka, tapi dengan posisi membuang muka seolah-olah mereka tidak ada. “hey anak muda, kita bertemu kembali. Apakah ini yang dinamakan jodoh?” Kata fadhel dengan intonasi ala-ala bapak-bapak tua.

“Duh kayak ada orang udah mau lewat lagi ngomong kata-kata terakhir.” Balas si gondrong ini.

“Lambemu be, lambemu itu gaada remnya ya?! Kalo ngomong bener-bener gada obat” Balas si fadhel kembali dengan sedikit kesal. Darma dan aldi Cuma bisa tertawa sambil mengajak jebe untuk duduk disamping mereka, karena kelas sebentar lagi akan dimulai.

.

Saat ini kelas sudah berjalan 1 jam, lalu sang dosen meminta kepada mahasiswa untuk membuat kelompok yang akan mengerjakan tugas bersama hingga akhir semester, karena bakal ada final project untuk setiap kelompoknya. Kelompoknya diacak oleh sang dosen, sehingga mahasiswa cukup menerima hasilnya saja.

--Biasanya, kalau pembagian kelompok kayak gini tuh ada plus minusnya sih. Plusnya adalah, pembagian cenderung merata, karena nggak ada istilah ‘geng-gengan’ atau kelompok yang anggotanya itu itu aja. Akan menyulitkan bagi mahasiswa yang tidak punya kelompok seperti itu, merasa seperti terbuang dan hanya menunggu tangan-tangan mulia yang mau mengangkatnya dari jurang kesendirian. Kalo minusnya, ya bagi yang udah punya geng tadi. Jadi ga bareng mereka, dan biasanya ngaruh ke kinerja kelompok. Entah jadi males-malesan, atau mungkin ga terlalu akrab dengan kelompoknya—

Dosen akhirnya mengumumkan siapa yang akan menjadi kelompok berapa, hingga akhirnya ketika kelompok nomor 5 disebutkan...

“Irsyandi Darmawan”

“Fadhel Ahmad Prasetya”

“Aldianto Wisesa”

“Juan Bagaskara”
“Novita Farhanni. Ya itu untuk anggota kelompok 5 ya. Selanjutnya kelompok 6...”

Sontak saja, kami berempat saling bertatapan, lalu tertawa bareng. Bisa-bisanya, kita berempat sekelompok, padahal pembagiannya dibuat dosen, acak pula. Gila ini, gila. Emang kita berempat kayanya. Agaknya emang jebe dan temen-temen gilanya ini kudu buat perkumpulan. Tapi, siapakah novita farhani ini. Sepertinya tidak pernah terdengar nama itu di telinga si gondrong ini. Tapi dia sangat bersyukur bahwa ada perempuan di kelompoknya. Kalo ngga ada atau cowo semua, udah hampir dipastikan kerjaan dan hasilnya bakal hancuurrrrr. Rusak rusak.

“Okee semuanya, tolong berkumpul sesuai kelompok masing-masing ya, saya akan menjelaskan untuk tugas kelompok pertama kalian.” Sahut si dosen.

.

Saat ini, Fadhel, darma, Aldi, Jebe, dan tentu saja perempuan yang bernama novita ini sudah berkumpul. Tidak akan bohong, novita itu cantik. Bener-bener cantik. Perempuan berhijab itu dengan gigi gingsulnya dan pipi lesung benar-benar cocok mendukung wajahnya yang bulat itu. Membuat siapapun betah untuk memandangnya dalam-dalam. Damagenya parah deh. Akhirnya jebe dan temannya pun berkenalan. Tetapi justru novita yang membuka pembicaraan. Menarik.
“Halo temen-temen semua, perkenalin aku novita, panggil aja novi atau vita boleh. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik ya sampai akhir semester!” ucap dia yang diakhiri dengan senyum manisnya. Sangat tidak sopan untuk kesehatan.

“H-haloo novi, kenalin aku Aldi.” Ucap aldi memperkenalkan.

“Haii Nov! kenalin aku fadhel.” Lanjut fadhel.

hello girl. My name is darma but you can call me tonight.” Dengan pedenya, darma memperkenalkan diri dengan bahasa inggris, ditambah sok-sokan gombal ala kadarnya itu yang membuat novi ketawa. Entah ketawa miris, atau ketawa kasian.

“ihh apaansih darma.” Novi membalas sambil tertawa.

“Hai Nov! kenalin, Juan. Bisa dipanggil Jebe. Salam kenal ya.” Akhirnya Jebe memperkenalkan diri kepada perempuan cantik yang ada dihadapannya ini. Sungguh, jebe merasa perempuan ini bisa bikin love at first sight. Tapi dia tiba-tiba kepikiran Emily. Aneh. Kenapa juga dia bisa kepikiran sama Cewe orang. Terus pikiran dia semakin melayang kepada Ka Gaby. Astaga, ketemu cewe-cewe cantik gini emang susah bikin fokus. Tapi agaknya, jebe harus mulai siap. Karena desas-desusnya, Fakultas Ekonomi merupakan salah satu fakultas penghasil bidadari-bidadari terbaik, sama seperti Fakultas Hukum. Beruntunglah kalian jika bisa masuk salah satu dari kedua fakultas ini.

.
Dah dah, makin ngelantur.
.

Akhirnya Jebe dan teman-temannya selesai berdiskusi setelah mendapat pengarahan dari Bapak dosen, dan kelas pun berakhir. Sebelumnya, mereka juga sudah bertukar kontak agar gampang untuk menghubungi satu sama lain terkait mengerjakan tugas mereka.

“Lurr, kalian laper ndak? Ke KaFE yuk?” Aldi membuka obrolan.

“Hayukk lah.” Fadhel menyetujui.

“Gass.” Begitupun dengan Darma

“Ehh maaf kayanya aku nggak ikut dulu ya, aku mau langsung pulang ke kosan aja, ada yang harus dikerjakan.” Tolak novi dengan halus.

“Ehhh, ngekos dimana? Mau bareng nggak nov? Kebetulan ada yang perlu aku ambil juga dikosan.” Ucap jebe seraya mengajak novita untuk pulang bareng.

“Ngghh gausah be hehe. Aku naik bis kampus ajaa. Makasih loh btw.”

“udah gakpapa kok nov, kan kita temen kelompok, harus saling menolong.” Lanjut jebe.

“Y-yaudah deh, tapi nggak ngerepotin kamu kan be?” tanya novi.

Jebe hanya menggeleng saja sambil tersenyum. Novi pun membalas senyumannya.

“Oke deh gaes, kami duluan yaa.” Pamit jebe kepada ketiga temannya yang menuju ke kantin.

Akhirnya Jebe dan Novi pun mulai bergerak ke parkiran fakultas untuk mengambil motornya, dan langsung meluncur untuk mengantar novi kekosannya.

“Btw, kosanmu dimana nov?” Tanyanya.

“oh, kosanku di empat mawar.” Jawabnya.

WOW.

Satu kosan sama emily si first lovenya jebe. Waduh waduh, kalau naksir salah satunya gimana dong? Jebe udah mikir kejauhan nampaknya, sehingga tidak sadar kalau dia sudah ditanya balik kosannya dimana.

“O-Ohh kosanku di Pondok cemerlang Nov. eh boleh gak kalau aku panggil kamu vivi aja? Kayanya lebih enak aja kalau manggilnya begitu hehe.”

“Ohh gitu ya? Yaa gapapasih kalau mau manggil vivi, rasanya yang manggil aku vivi juga jarang, dan kamu jadi salah satunya. Hihi.”

Aduh vi, kamu jangan ketawa mulu. Si gondrong bisa gila entar.

Kalau dipikir-pikir memang cepet banget ya jebe berubah. Padahal beberapa bulan yang lalu, Cuma jadi anak sma biasa yang belum pernah punya pacar. Nyampe-nyampe kampus, langsung kepincut satu cewe, baru ospek, nambah lagi satu cewe yang dipikirin. Baru hari pertama kuliah, langsung lagi ketemu cewe yang bikin cenat-cenut. Agaknya, dia bisa stress sendiri karena hal yang ia buat sendiri.

.

Akhirnya Jebe sudah sampai di kosan Empat Mawar. Lalu pamit kepada novita untuk segera pulang.

“Balik dulu ya vi”

“iyaa be, makasih banyaak ya, jadi ngerepotinn, hati hati dijalann!” Balas novi yang langsung berbalik dan berjalan kedalam kosannya. Jebe pun segera untuk beranjak dari kosan ini menuju kampus lagi, karena sebenernya tidak ada hal yang perlu diambil. Ini hanya akal-akalan dia saja agar bisa mengantar si cantik ini.

Sudah mulai melakukan pergerakan, ya be?

.

Jebe sudah sampai di parkiran fakultasnya lagi, lalu bergegas menuju KaFE karena ia juga belum makan. Lalu ia mengambil ponselnya dan menghubungi fadhel, menanyakan apakah mereka masih ada di kantin atau tidak. Setelah itu jebe langsung menuju kantin karena mereka masih makan. Sesampainya disana ia langsung memesan makanan favoritnya, nasi goreng + telor dadar dan esteh manis. Combo yang gapernah salah dalam pemikirannya. Setelah memesan, ia bergabung dengan temannya tadi.

“bisa-bisanya ente ye sob, alasan mau ngambil barang di kosan, padahal udah siap mau modus ye ente.” Ucap darma yang masih sambil makan ayam bakar.

“Hah apaan sih? Aing emang beneran niatnya ngambil barang kok, tapi tiba-tiba keinget kalau barangnya udah ada ditas selama ini. Jadinya ga balik ke kos hahaha.” Jawab jebe ngeles. Bisa aja.

“Hmmm iya iyaa karepmu le. Tapi emang iya novita cakep banget yee?” Lanjut si aldi. Kami semua hanya ngangguk saja tanda setuju.

“Iya woi, ane bersyukur banget ada dia masuk kelompok kita. Terlepas dari cakepnya itu, dia bisa jadi penyeimbang kita cuk, kumpulan pembangkang ini. Hahahah.” Balas si Fadhel.

“Mending kita bikin grup aja yo, kumpulan orang-orang terinjak ini. Gimana kalau kita buat himpunan, biar ga kalah ama HIMA (Himpunan Mahasiswa) Manajemen? Namanya Himpunan Keset? Soalnya kita adalah kumpulan orang terinjak, tetapi selalu welcome?” entah darimana si aldi membuat ide gila ini. Tapi lucu sih. Himpunan keset? Nama yang tragis.

“Orang gila kamu di, di. Aku setuju.” Ucap darma singkat yang mengundang tertawa. Bisa-bisanya, abis ngatain, tapi setuju?! Mungkin ikatan batin mereka sudah kuat ya? Nggak ada yang tau.

“Dasar trio aneh, gila, gangerti lagi kenapa aku harus ketemu orang-orang kayak kalian. Tapi aku seneng-seneng aja sih. Let’s go lah sahkan?” Si gondrong setuju-setuju saja ama ide gila ini.

“okee, kalau gitu udah diresmikan! Mulai hari ini, kita adalah himpunan keset! Kumpulan orang terinjak! SIAPA KITAA?” tanya aldi dengan semangatnya.

“KESEEETT” kita semua ikut membalas panggilannya, lalu tertawa bersama.

.

Setelah makan bersama sebagai suatu himpunan baru, Jebe dan para sobatnya sekarang berada di selasar, sedang ngadem dan menunggu pengumuman dari hasil tes bahasa inggris mereka pagi tadi. Mereka tidak menyangka kalau hasilnya akan diumumkan hanya dalam hitungan jam. Tapi kalau dipikir lagi, memang itu sudah seharusnya, karena mata kuliah Bahasa Inggris akan dimulai pada hari rabu, sehingga lebih cepat pengumuman dibuat, lebih mudah bagi fakultas untuk menyaring mahasiswa yang perlu mengikuti kelas ini, dan yang tidak perlu.

“Hey, bentar lagi pengumuman nilai skor kita nih yang tadi. Kira-kira gimana ya hasilnya? Tapi jujur aku kurang pede sama jawabanku tadi, banyak yang ke-skip.” Ucap darma yang tidak percaya diri akan hasil pekerjaannya.

“Iya cuk, aku juga kurang yakin.” Timpal Fadhel

“Udah-udah, yuk optimis yuk. Kalau emang lolos, ya lolos. Kalau ngga, ya jalanin aja lah. Inikan juga buat kebaikan kita, karena bahasa inggris juga penting. Toh nanti kita juga bakal dapet mata kuliah dengan pengantar bahasa inggris. Jadi emang kita harus siap.” Ucap jebe menyemangati mereka. Mereka ngangguk-ngangguk aja.

Akhirnya yang ditunggu pun tiba. Pengumuman resmi telah diberikan oleh pihak fakultas beserta dengan skor tiap mahasiswa yang mengikuti tesnya.

“AH, aku ikut kelasnya cuk. Skorku 475. Gimana cuk kalian gimanaa??” Tanya darma penasaran kepada mereka semua.

“Yah, aku ikut nemenin ente, skorku 480.” Balas Fadhel dengan kurang bersemangat setelah menerima skornya.

“Lagi-lagi, kita emang ga terpisahkan ya. Solidaritas tanpa batas. Skorku 500.” Jawab aldi kepada mereka.

“Nahh, ente gimana be? Berapa skor’e?” tanya mereka penasaran.

“E-ehh, gimana ya jawabnya...” jawab jebe sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal itu.

“Nilaiku....615....hehe.” lanjutnya.

“Bangsat.” “Brengsek.” “bajingan.” “Ternyata solid kita sampe sini doang?” “kita baru buat himpunan biar bareng? Tapi gini balesan ente, be? Jebe, yang kamu lakukan itu jahat.” Umpat mereka semua terhadap si Gondrong yang mendapat nilai yang jauh dari nilai minimal, terlampau jauh. Jebe Cuma bisa senyum-senyum aja melihat reaksi teman-temannya itu.

“Ya gapapa lahh, kalian rabu pagi kelas. Aku bisa tidur deh hehehe. Asikk asikkk.” Jebe kembali ngecengin mereka.

Setelah sesi hati ke hati alias mengumpat kepada jebe, mereka semua berniat untuk pulang menuju rumahnya masing-masing.

by the way, kalian pada tinggal dimana?”Tanya jebe.

“Ohh, aku orang asli sini, jadi pulang kerumah langsung.” Jawab Fadhel.

“Ane ngekos di Griya Cendana be. Ente dimana?” Jawab Darma sekaligus bertanya balik.

“Ohh kalau aku ngekos di Pondok Cemerlang. Griya cendana dimana ya? Kayanya aku belum pernah dengar.” Tanya jebe kembali.

“Griya cendana itu kalau dari keluar gerbang kampus itu lurus, baru pertigaan pertama belok kanan, nanti kosannya ada di kiri jalan gedungnya warna putih.” Jelas Darma.

“Oke-oke, kapan-kapan bolehlah mampir, bercengkrama sambil ngopi-ngopi cantik. Hehe. Kalau ente dimana, di?” Jebe kembali bertanya kepada temannya. Sekarang aldi yang kebagian giliran untuk menjawab.

“Ohh kalau ane tinggal di apartment. Itu apartment yang deket stasiun. Apartment Cempaka, Tower A lantai 15 nomor kamar 158.” Jawab aldi yang cukup lengkap.

“Waw, boleh juga ya ente tinggal di apart. Berarti sabi dong kalau mau nginep-nginep asik disitu?”

“gas aja, kapanpun ready. Party kita disitu.” Tambahnya.

“Oke lah, sampai ketemu lagi kawan-kawan, semangat kuliah rabu paginya yaaa hehehe.” Pamit jebe sekaligus menyindir mereka yang sukses mereka kembali mengumpat. Dengan penuh ketulusan.

.

Saat ini sudah pukul empat sore, sudah dua jam jebe berada dikamarnya. Sendiri. Rasa bosan mulai datang kepadanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia perlu refreshing biar otaknya bisa jalan lagi. Padahal baru hari pertama, tapi otak udah mulai geser. Apa ngegym lagi kali ya? Lumayan buat latihan-latihan lagi abis numbangin banyak orang. Otot perlu dilatih lagi nih. Jebe mulai berkutat dengan pemikirannya, apakah dia harus ngegym sore ini karena lagi senggang. Lagi asik mikir, tiba-tiba notifikasi hpnya berbunyi. Sepertinya ada pesan.

‘hai be. Ini gaby. Mau ngegym ga? Sekarang.’

Ini yang namanya pucuk dicinta, ulam pun tiba. Segera jebe membalas dengan semangat

‘halo kak gaby. Aku baru aja mau ngegym, eh ada yg ngajakin, malah cantik lagi walaupun galak hehe.’

‘alah-alah. Yaudah. Dateng kesini ya. Ditunggu.’

‘okk ka otw galama kok. Tunggu ya.’

Langsung saja jebe mempersiapkan baju gantinya dan memasukannya kedalam tas, lalu bergegas mengambil blackie di parkiran, lalu cuss menemui ka gaby yang galak-galak cantik itu hehe. Pikiran jebe makin kemana-mana. Udah gila perempuan kayanya. Padahal mah...

.

Jebe sudah berada di loker gym sekarang. Sedang membuka kaos hitam polosnya yang menunjukkan kotak-kotak diperutnya dan dadanya yang bidang itu. Lagi, disaat seperti ini, gaby datang menghampirinya.

“heh, udah berapa lama ini? Kenapa baru datang?”tanya gaby dengan judes.

“ini juga baru nyampe kak, tadi agak macet diperempatan sana. Maaf ya ka.”

“tch, ya ya. Tapi kenapa kamu itu ya kok selalu lagi shirtless pas papasan ama gue disini? lo sengaja mau pamer ya tuh badan?” lagi, ka gaby melempar pertanyaan dengan judesnya.

“N-nggak kak, ngapain juga mau pamer-pamer ke orang, gabagus. Kenapa emangnya? Ka gaby naksir ya sama badanku?” tanya jebe dengan bercanda.

“hmm iya sih lumayan- EH NGGAK NGGAK. Biasa aja tuh. Banyak kali yang disini modelan kayak badan lo. Gausah geer deh ye, mau gue kuliahin lagi?” Ancamnya.

“Udah pasti dong, gamau. Kapokk. Yaudah ah bentar ya ka, gue mau ganti pakaian dulu. Nanti gua susul ya.” Jawab jebe yang hanya diberi anggukan oleh gaby.

Posisinya jebe baru saja mau mengganti bajunya, karena kakinya masih dibalut oleh jeans biru navy. Setelah itu, ia menuju bilik ganti dan mengganti celananya dengan legging hitam dan ditambah dengan celana training pendek diatas lutut.

.

Kurang lebih 1,5 jam Jebe dan gaby melakukan training bersama di gym, yang diselingi dengan obrolan kecil seputar perkuliahan mereka masing-masing. Gaby yang berasal dari jurusan akuntansi itu bercerita tentang masa-masa ia menjadi maba, dimana ia pernah dilabrak oleh kakak tingkatnya, tapi ia melawan balik. Sehingga nama Gaby disegani oleh satu fakultas karena keberaniannya itu. Hebat. Tapi wajar aja kan ya? Orang galak begitu. Ngeriii. Tapi cantik. Tapi ngeri. Tapi cantik.

Setelah itu gaby dan jebe kembali ke loker, untuk mengambil pakaian ganti, lalu menuju bilik bilas masing-masing untuk menyegarkan badan, lalu kembali kelokernya dengan menggunakan pakaian semula mereka berada disini.

“Be, lo free ga? Nyari makan yuk? Laper gue.” Ajak gaby kepada jebe ketika mereka sudah berjalan bersama keluar dari gym.

“aku free ka, ayo deh makan. Ada rekomendasi kak? Aku gatau banyak didaerah ini.”

“Kalo lagi ama gue berdua aja, gausah panggil gue pake kak. Dan gausah pake aku kamu, pake aja lo gue? Sampe sini ngerti? Atau perlu gue kasih materi lagi?”

“P-paham kak. Eh Gab, gue paham.”Jawab jebe setengah panik.

“nah gitu kan lebih enak. Gue juga paling beda setaun sama lu, jarak kita gakeliatan lah. Lagipula tinggian lo juga daripada gue kan?”

“Iyaa gab, jadi enak kalo mau ngerangkul- EH. SORRY SORRY KECEPLOSAN. Mulut kadang suka gabisa diajak kompromi.”

“Ohh bagus-bagus, udah mau mulai gombalin gue lu ye. Keren-keren.” Jawab Gaby dengan tatapan sinis.

Perempuan dengan rambut berwarna coklat dan sedikit pirang yang dibiarkan tergerai begitu saja, memang sangat cantik parasnya. Tapi kata-katanya itu sangat sulit diprediksi. Sekali keluar, meskipun terlihat sopan, tapi rasanya menusuk hingga kedalam sukma terdalam. Ga. Ga sedalam itu juga. Lebay. Tapi intinya gitu.

“yaampun gab, gue bercanda. Serius juga gapapa sih- Tapi bukan itu intinya. Jujur aja lo cantik, gab. Kacau.” Ucap jebe seadanya dan jujur.

Kata-kata jebe rasanya sedikit membius gaby. Ia merasakan sesuatu dalam dirinya ketika pemuda gondrong disampingnya memujinya. Perasaan apa ini ya?

“ngomong lagi kayak gitu, gue sepak lu ye?! Gini-gini gua juga bisa bela diri walaupun ga banyak.”Ucap gaby berusaha menutupi rasa yang ia rasakan ini.

“Iyaaa-iyaa. Maafin gue yaa cantik. HAHAHA.”

“JEBEEEE!!!” ucapnya sambil meninju perut jebe. Niatnya sih pelan. Tapi kebawa suasana jadi nonjok beneran.

Jebe Cuma bisa mengaduh setelah mendapat bogem mentah dari wakil kepala komdis di fakultasnya ini. Ternyata gacuma kata-katanya yang nyakitin. Tonjokannya juga broo. Berasa banget.

“Ehh maaf-maaf bee. Gue sengaja sumpah. HAHA.” Balas si perempuan itu.

“iyaa iyaa gapapa gab, untung sayang... OOPS.” Si gondrong kembali melancarkan gombalan recehnya itu yang tampaknya sukses tersampaikan kepada si perempuan ini.

Gaby sempat diam tak bereaksi, kembali perasaan aneh itu mengalir dalam dirinya. Ia berusaha menolak pemikiran yang sempat terlintas dalam benaknya. Gamungkin ah. Yakali.

“Ohh, mau gue jadiin samsak ya? Oke oke.” Gaby mengambil ancang-ancang.

“UDAAH UDAHH CUKUP CUKUP OKAY?? Gue gabakal ngomong apa-apa lagi. Gue diem.” Jebe tampaknya sudah tidak berani melakukan apapun.

“Yaudah yaudah, jadinya kita kemana nih?” gaby bertanya.

Jebe hanya diam.

“woii denger gaksihh? Mau makan dimana?”

Jebe masih diam.

“Oke kalau itu mau lo, besok berharap aja gaketemu gue ya dikampus.” Ancam gaby.

Jebe nggak sanggup lagi nampaknya setelah diberi ancaman seperti itu.

“Iyaa iyaa. Tadi kan gue bilangnya bakal diem.”

“ya sekarang lo harus ngomong. Paham?”

“siap bu komandan. Oke, lo mau ketempat yang gimana?” tanya jebe.

“yang ada makanan tapi ada minuman yang enak gitu, kalau bisa ada rooftopnya biar asik buat update instastory.” Jawabnya.

Senyum jebe mengembang. Ia tahu persis kemana harus mengajak gaby sore ini.

Ruang bercakap coffee. Berharap dapet meja di rooftop.

“cocok banget pilihan lu gab, gua tau tempat yang pas sesuai kemauan lo di sore hari yang cerah ini. Gue akan bawa lo kesana, tapi dengan satu syarat.” Ucap jebe kepadanya.

“Syarat? Syarat apaansih? Udah kayak perusahaan mau merger aja.” Balas gaby.

(merger = penyatuan dua perusahaan menjadi satu.)

“udah, deal or no deal? Syaratnya gampang kok garibet. Tapi gue kasih tau ketika kita udah disana. Okay?” tanya jebe sekali lagi.

deal.” Ucap gaby singkat.

“oke, kita berangkat sekarang, semoga aja apa yang gua harapin masih bisa kita dapetin.”

“hah??” gaby nampak kebingungan melihat jebe yang mulai berjalan sambil tersenyum.

Akhirnya Jebe dan Gaby pun berangkat dari gym itu menuju tempat yang dijanjikan oleh Jebe. Semoga saja sesuai dengan rencananya.

.
.

Berbicara tentang partner, kita semua pasti mempunyai atau ingin mempunyai partner kan? Entah partner pekerjaan, partner kuliah, atau partner hidup. Ya, nampaknya memiliki partner merupakan salah satu hal yang penting dan dapat mempengaruhi hidup kedepannya. Sama seperti jebe saat ini. Ia sudah mempunyai partner dalam mengarungi kehidupan kuliahnya, bersama himpunan keset. Ia juga menemukan partner gymnya, gaby. Kira-kira partner apalagi yang akan ia dapatkan dimasa yang mendatang?





Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Selamat malam semuanya.

mohon maaf updatenya malam begini. soalnya harus kelarin urusan rl dulu dari pagi baru kelar hehe.

Oiya ada yang mau ts tanyain kepada pembaca sekalian. jadi dari episod 1 itu kebanyakan pembicaaran menggunakan aku-kamu.

saya mau tanya aja sih.. bagusnya gimana?
A. lanjut aku kamu aja terus kepada semua karakter
B. campur aja, ada aku kamu, ada ane ente, ada lo gue, tergantung lawan bicaranya.

terus untuk episod kali ini full pake pov orang ketiga. mau tanya lagi...
A. pake pov orang ketiga aja
b. pake pov jb orang pertama

Oiya penulisan di episod ini juga rada beda sih, mau coba coba gaya yang lain. Kalo ada kritik saran langsung aja gausah sungkan-sungkan ya

terima kasih sekali lagi. selamat membaca!
 
Selamat malam semuanya.

mohon maaf updatenya malam begini. soalnya harus kelarin urusan rl dulu dari pagi baru kelar hehe.

Oiya ada yang mau ts tanyain kepada pembaca sekalian. jadi dari episod 1 itu kebanyakan pembicaaran menggunakan aku-kamu.

saya mau tanya aja sih.. bagusnya gimana?
A. lanjut aku kamu aja terus kepada semua karakter
B. campur aja, ada aku kamu, ada ane ente, ada lo gue, tergantung lawan bicaranya.

terus untuk episod kali ini full pake pov orang ketiga. mau tanya lagi...
A. pake pov orang ketiga aja
b. pake pov jb orang pertama

Oiya penulisan di episod ini juga rada beda sih, mau coba coba gaya yang lain. Kalo ada kritik saran langsung aja gausah sungkan-sungkan ya

terima kasih sekali lagi. selamat membaca!
Bebas om itu semua hak ts.. Yg penting aseeek
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd