Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life of JB

Selamat siang para suhu-suhu pembaca sekalian.

silahkan diliat part 2 ini.

Kritik dan saran dibutuhkan untuk penulisan kedepannya.

Untuk Part 3 sudah dalam pembuatan, semoga bisa di up hari rabu.

Terima kasih:semangat:
santai saja suhu yang penting ceritanya lancar jangan putus ditengah jalan..kami para pemirsa hanya bisa memberi dukungan dan doa semoga suhu sehat selalu dan dilancarkan segala halnya dlm RL dan berdampak pd lancarnya update..
 
Part 3 - Baru saja dimulai.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, Jebe dan Emily telah sampai di tempat yang jebe ingin tunjukkan kepada emily, dengan harapan ini dapat membantu ia menenangkan diri, sekaligus menyiapkan dan menguatkan diri untuk menghadapinya satu-persatu. Selama perjalanan pun emily berpegangan pada pinggang jebe, tapi belum sampai pada tahap memeluk. Bagaimanapun juga, ia merupakan pacar dari orang lain, yang entah lagi ngapain saat ini, entah dengan siapa. Jebe pun paham dan tidak ingin mengganggu apapun yang terjadi selama diperjalanan itu.

"Udah sampai nih em, yuk masuk kedalem." kataku kepada emily sambil turun dari motor dan meletakkan helmku diatas jok motor.

"Katanya kita mau makan be, tapi kok kamu bawa aku ke kedai kopi?" balasnya.

Betul, saat ini aku mengajak emily ke kedai kopi 'ruang bercakap coffee'--sesuai namanya, kedai kopi ini merupakan tempat yang baik dan cocok bagi jiwa-jiwa yang ingin merasakan ketenangan, dan bercakap kepada siapapun lawan bicaranya. Meskipun kedai kopi, mereka tetap menyediakan makanan-makanan ringan, maupun makanan berat seperti nasi goreng, atau makanan dengan bahan dasar mie. bahkan sate taichan pun tersedia di kedai kopi ini. Impressive. Aku mengetahui Kedai kopi ini dari ayahku yang mengatakan bahwa ini adalah bisnis dari anak teman ayahku di tempat ia bekerja. Katanya sih yang punya perempuan, masih muda. Aku jadi penasaran, apakah dia ada disini, mungkin aku bisa ajak berkenalan.

hushhh, kamu ini lagi sama cewe, be. cewe orang lagi. lalu mau ajak kenalan cewe, didepan cewe lain. sungguh keren kamu be. rasanya kamu pantas dicubit seharian penuh. dah balik lagi ke jebe dan emily.

"Tenang aja em, disini juga ada makanannya kok, katanya enak-enak juga walaupun jujur aku belum pernah nyobain. in fact, ini pertama kalinya aku kesini. aku tau tempat ini dari ayahku. lebih dari itu, disini ada rooftopnya, sehingga kita bisa duduk bersama dan menyaksikan senja dan terbenamnya matahari karena ia tau jika terus-terusan memberikan sinarnya, akan ada tempat lain di belahan bumi ini yang tidak mendapat perhatiannya. adil sekali bukan?"

"Iyaa be, iyaaa. paling puitis dah kamu." katanya sambil menepuk pelan pundakku. wow, getaran mulai kurasakan. getaran apa ini?

ternyata hp ku bergetar tanda ada notifikasi. Langsung saja aku membuka hp ku dan mencari tahu asal notifikasi itu. Ternyata dari aplikasi garis. aku melihat dan itu ternyata pengumuman dari BEM bahwa ospek akan dimulai senin depan, dan akan ada pembagian kelompok selama ospek dimulai, yang akan dipimpin oleh dua orang mentor (kakak tingkat). Baiklah, kesampingkan masalah itu sejenak, dan berusaha untuk mencurahkan perhatian sepenuhnya pada emily sore ini.

"yaudah ayuk, pesen dulu. kamu mau makan dan minum apa?" tanyaku pada emily sambil membaca menu yang ada.

"Mbak, aku pesen iced caramel latte satu. double shot ya. sama sate taichan deh satu." Kata emily kepada sang kasir yang sambil memencet-mencet tablet untuk menuliskan pesanannya.

"Baik mba, kalau kakaknya pesen apa?" lanjut si kasir kepadaku.

"hmm, mbak aku pesen iced vanilla latte satu. single shot aja. sama nasi goreng spesial satu." kataku kepada kasir itu yang disaat yang sama mencatat pesanannya di gadgetnya itu.

"baik kak, total pesanannya jadi 85 ribu ya kak. nanti pesanannya akan kami antarkan. kakak duduk dimana ya?" lanjut sang kasir.

"Oh iya mba, kalau roof topnya ada yang kosong?" tanyaku

"Oh kebetulan masih ada kak kalau untuk berdua."

Bagus, tidak sia-sia aku kesini, karena roof top inilah yang aku tuju.

"oke deh mba, makasih banyak yaa." kataku yang pergi dan mengajak emily untuk naik ke roof top. Setelah sampai di atas, kami langsung mengambil tempat duduk yang kebetulan berada di pojokan. cukup bagus menurutku. memudahkan pelayan juga yang akan mengantar pesanannya nanti.

"so, gimana em? apakah kamu mau coba untuk cerita ke aku? atau kamu pendam aja? apapun keputusanmu, aku akan tetep temenin kamu." aku membuka obrolan

"hmm, gimana ya be. sebenernya aku gatau mau mulai darimana. aku juga gatau sebenernya hal seperti ini perlu diceritain apa ngga. aku merasa perlu, tapi aku bingung harus gimana."

"tidak apa, em. kamu mau cerita, silahkan. tidak ceritapun ngga kenapa-napa."

"Baiklah, kurasa tidak ada salahnya untuk bercerita kepadamu. nampaknya aku percaya padamu." katanya

"Em, jangan mudah percaya sama orang. sama siapapun, sama aku sekalipun. Jangan mudah percaya jika kamu belum siap untuk dikecewakan." balasku. rasa percaya itu bukan hal yang remeh. Kepercayaan butuh ketulusan dan usaha untuk mendapatkannya. tapi tak jarang juga orang menyia-nyiakan kepercayaan seseorang hanya untuk bentuk kepuasaan sesaat.

"Makanya aku percaya sama kamu, be. karena kamu bisa bilang gitu."

Hmm gitu ya? yaa baguslah kalau dia percaya sama aku. aku juga gaakan buat macem-macem kok.

"Jadi be, setelah penampilan ukm ku tadi, dimana aku memanjat tembok mapala itu, aku menuju stand ukm ku untuk membantu teman-teman ukm ku untuk menjawab pertanyaan dari para maba yang kebetulan banyak yang tertarik pada mapala. disaat perjalananku, aku dihetikan oleh beberapa mahasiswa baru. mungkin dia ingin bertanya langsung padaku pikirku. akan tetapi yang terjadi sangat berbeda. mereka semua menggodaku dan berkata aneh-aneh. bahkan ada salah satu maba--yang belakangan kuketahui bernama ryan, dari saat teman-temannya memanggilnya--mencoba untuk menyentuhku, ya menyentuhku disitu. kamu harusnya sudah tau kan bagian mana yang dimaksud. Aku berteriak agar minta untuk dilepaskan. untungnya tak lama setelahnya, datang salah satu panitia yang bertugas sebagai keamanan yang melerainya. setelah gerombolan maba itu pergi, panitia itu bilang, kalau ryan itu merupakan salah satu anak dari petinggi kampus. makanya dia berani semena-mena. jika ada yang mengancam, ia dengan mudahnya melapor kepada ayahnya--tentu saja berbohong--dan anak yang dilaporkan bisa diberi sanksi. bahkan ada yang sampai dikeluarkan. Panitia itu bilang kepadaku untuk tidak macam-macam, apalagi sampai melapor kepada pihak yang berwenang, karena sama saja mencari mati." cerita ia panjang.

Aku geram. Marah. Emosi mulai bangkit dalam diriku. kukepalkan tanganku kencang-kencang. Emily menyadarinya. ia menyentuh tanganku dan mengelus dengan pelan. Begitu lembut sehingga emosiku pun surut kembali. namun tidak dengan pikiranku.

Bisa-bisanya ada seorang maba bajingan yang berani melakukan hal seperti itu, di hari kedua masa penyambutan maba, ditengah keramaian. dan tidak ada yang berani melapor karena statusnya itu. Benar-benar kelewatan. Awas aja kamu ryan, mulai sekarang kamu harus berharap bahwa kita tidak akan pernah bertemu.

"Ku lanjut ya, jadi setelah kejadian tak mengenakkan itu. aku berniat untuk menelepon dio, untuk meluapkan kesedihan dan rasa hilangnya harga diriku."

'halo dio? kamu dimana? bisa jemput aku dikampus ngga? aku lagi butuh kamu, ada hal yang perlu aku ceritakan padamu. penting.'

'h-halo em, maaf aku ngga bisa sekarang, aku lagi ada urusan saat ini- dio, itu siapa yang nelpon kamu?'

'oh, kamu lagi sama putri ya, yo? yaudah. have fun ya.' "akupun langsung menutup teleponku. Rasa kecewa semakin kurasakan. sudah dilecehkan oleh seorang maba, sekarang orang yang bisa kujadikan tempat mengadu, sedang asik menghabiskan waktunya dengan teman sejatinya itu."

Baru saja emosiku turun, sudah disulut lagi oleh bajingan yang lain. Benar-benar speechless. Bayangkan saja, kamu punya pacar. kamu mendapat masalah. kamu menelepon pacarmu untuk mengajak pergi. tapi pacarmu itu lagi asik haha-hihi sama cewe lain. Hebat betul. sugoi.

"A-aku tidak tau lagi harus bilang apa, em. jika kamu bilang men are trash, sepertinya aku tidak tersinggung lagi. sudah ada dua bukti nyata yang menujukkan kebajingannya. Tapi bagaimana pun juga, pasti ada laki-laki yang tidak seperti itu. mungkin sedikit. tapi bukan berarti tidak ada. disini aku tidak berusaha untuk membela kaumku. tapi agar kamu tahu, bahwa masih ada laki-laki yang dapat kamu percayai. aku yakin akan hal itu." kataku kepada emily.

" i know be, i know. Tapi rasanya butuh waktu yang lama untuk membangun rasa percaya itu lagi dengan orang lain. Dan aku rasa aku ingin membangun rasa percayaku denganmu, be."

"terima kasih em, kalau kamu ingin percaya padaku. aku menghargainya. Aku juga akan membangun rasa percayaku padamu. Tapi, kita sama-sama harus tau kalo trust too much will only bring hurts that much. (rasa percaya yang berlebih hanya membawa rasa sakit yang setimpal)." balasku.

"Aku paham kok, be. Terima kasih yaa. Aku merasa seperti sudah kenal lama denganmu."

"Iyaa em. Akan lebih baik kalau kita makan sekarang. mumpung sudah datang makanannya." tawarku padanya yang kebetulan memang makanan dan minumannya sudah datang.

Setelah itu kamipun makan. Berdasarkan pengalamanku sebelumnya, dia tipe orang yang tidak mau berbicara saat makan, dapat mengganggu katanya, dan tentu saja bahaya jika tersedak. Tapi nyatanya tidak dengan saat ini, ia mengajakku mengobrol ringan, tentang kenapa memilih jurusan ini, universitas mana saja yang menjadi pilihanku, tingkat kesusahan soal ujian, dan hal-hal ringan seperti itu. Aku pun tidak mau kalah dengan bertanya tentang kehidupan di kampus ini, terutama di fakultas dan jurusanku yang sama dengan dia. Bagaimana suasana belajarnya, apakah dosen-dosennya killer? tapi ia hanya menjawab dengan satu kata. Rahasia. Dia akan jelasin nanti saat masa ospek telah dimulai. Hmm, kurasa memang aku harus menunggu sampai minggu depan saja untuk bertanya kepada mentorku nantinya. Ah, apa mungkin ya emily akan menjadi Mentorku? kan dia panitia ospek tuh. kali aja dia menjadi mentorku. Maka aku tahu memang aku dan dia perlahan disatukan oleh semesta yang tampaknya memberkati kami ini.

Setelah makan, kami bersantai sejenak sambil melihat matahari mulai menghilang dari penglihatan.

"Bagus ya pemandangannya, be."

"Iya em, bakal jadi tempat ramai ini pas kuliah udah dimulai kayanya."

"Tapi tau ga apa yang bikin sunset ini makin sempurna?"

"Memangnya apa Em? Posisi tempatnya ya? atau karena sambil ngopi?"

"Bukan, tapi karena disaat yang sama aku melihat sunset ini, ada orang yang aku percaya duduk disampingku." katanya sambil menatapku dan tersenyum dengan hangat.

Tidak ada obat bos. mantep pisan ini mah valid no debat. Ditambah kata-katanya ituloh, seakan-akan aku adalah orang yang bersanding dengannya, bergandengan bersama menghadapi dunia dan segala isinya. Haha lebay kamu be, ingat dia itu sudah punya pasangan, walaupun cowonya rada sableng. Ingat be, bagaimanapun kondisi dan situasinya, merebut seseorang dari tangan lain adalah salah. titik. Masa ganteng-ganteng tapi rebut cewe orang. gabagus banget. If you want her, make sure that she have no relationship with anyone. Ya, jebe tau dan paham dengan posisinya saat ini. Dia cukup berlaku sebagai teman, dan adik tingkat yang baik. Setidaknya saat ini.

"hehe bisa aja kamu, nanti aku baper gimana dong?" balasku

"ya itu resikomu, be. siapa suruh baper sama cewe orang."

Bener juga sih. Ayolah be, kamu udah 18 tahun jomblo, masa baru ketemu dan ngobrol dikit ama cewe langsung baper. Dimana harga dirimu sebagai solo fighter? Dasar lemah. Dasar payah.

"iyaa iyaa aku yang salah. Yaudah ah, sunsetnya udah kelar nih. Kamu belum mau balik apa?" lanjutku. Karena hari sudah mulai gelap. Masa aku mau bawa cewe orang sampai malam-malam. Kalo tiba-tiba di kosan dia sudah ditunggu Dio gimana? bisa makin nambah masalah Emily.

"Oh iya yaa, daritadi kan aku belum pulang ke kosan ya. Malah masih ada tugas yang harus kukerjakan sebagai panitia ospek. Sepertinya malam ini akan diberitahukan pembagian kelompok Be. Kamu pokoknya siap-siap aja ya buat ospek. Kalau udah waktunya, apapun pertanyaanmu pasti akan aku bantu jawab. Tapi sampai saat itu datang, sabar-sabar aja yaa hihihi."

"Hmmm baiklah em. Yuk kita cabs."

"lesgoooo." dan kami pun beranjak dari kursi kami, turun kebawah, dan segera menuju parkiran untuk pulang untuk mengantar Emily ke kosannya.

Disaat kami sudah diperjalanan, perlahan Emily mulai menyenderkan badannya kepunggungku. Kepalanya bersandar dipundakku. Selain itu, dapat kurasakan buah dadanya menempel dengan cantiknya, membuat badanku bergetar. Perasaan ini, perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Ditambah lagi, aku merasakan bahwa ia sudah memelukku dengan kedua tangannya yang halus itu melingkar dipinggangku. Sial, nikmat sekali. Kalau saja Emily ini tidak punya pacar, sudah aku tembak dia tadi di kedai kopi. Ah, tapi sudahlah, kunikmati saja semua ini. Berharap semua akan baik-baik saja.

Setelah sampai di kosan Emily, Aku segera berpamitan kepada dia dengan alasan ingin video call dengan keluargaku. Sebenarnya, ibuku sudah mengajak tadi sore, tapi kondisinya aku masih menemani emily, jadi aku bilang ke ibuku bahwa vidcall-nya malam saja.

"Emily, Aku pamit dulu ya. Ibuku udah ngajak vidcall tadi. Udah kangen kayanya sama anaknya ini, hehe."

"Oh, mau langsung balik ya? padahal aku baru mau ngajak kamu kedalem. tapi yaudah, kapan-kapan aja yaa hihi." balasnya

Waduh, apa lagi ini? belum apa-apa sudah main ajak kedalem aja. gila-gila. Nggak kayak gini be cara mainnya. Nggak bisa. Belum.

"E-Eh? serius kamu mau ajak aku kedalem emangnya boleh apa di kosan kamu? takut ah nanti ada yang liat terus laporan ke cowomu."

Emily mendekat kearahku. Mau apa dia? apakah dia akan men- "Aduh. kamu kenapa sentil aku em? sakit tau."

"hehh kamu jangan mikir aneh-aneh yaa. Tadi aku ngajak kamu kedalem tuh, ke ruang tamu. Ada yang perlu aku kasih ke kamu. Buku Majalah tahunan Fakultas kita. Lumayan buat kamu baca-baca. Tapi karena kamarku rada pojokan, makanya aku minta kamu kedalem, biar aku gaterlalu jauh keluar lagi. begituu jebeee, jadi kamu jangan mikir kejauhan ya? kamu kira aku apaan?!

Hufttt, bener juga sih. Kenapa juga aku mikir sampe kesitu. dasar Jebe. Bakayarou.

"
Ohh ternyata itu toh, yaudah deh boleh banget. Dengan senang hati aku terima pemberianmu. Baik sekali dirimu, aku sampai tidak tau harus berterimakasih seperti apa lagi."

"sshhh lebay. Dah sini ikut ke ruang tamu. tunggu disitu ya." Perintah emily kepadaku, dan langsung aku ikuti saja.

Setelah menunggu beberapa saat, dia kembali ke ruang tamu dan memberikan majalah itu kepadaku. Tapi ada satu hal yang berbeda. Ia sudah mengganti pakaiannya, menjadi pakaian santai. Kaos polos diatas pusar berwarna pink, dikombinasikan dengan celana pendek sepaha, benar-benar memancarkan kecantikan pada dirinya. Paha yang mulus itu tanpa cela satupun, benar-benar membuat semua mata yang melihat layaknya sedang berlomba lama-lamaan tidak ngedip. Rasanya aku mampu untuk memenangkan lomba itu, jika harus menatap badannya yang perfect ini.

"Udah puas liatnya, hmm?" Tanya dia yang memecahkan lamunanku ini.

"e-eh maaf em, aku cuma mau bilang pakaianmu sangat cocok dengan dirimu. Dua jempol. Mancapp."

"alaah gombal. Dah sana pulang. Ibumu udah nungguin kan?"

"Iyaa nih, aku mau pulang yaa."

Ketika aku sudah keluar dari ruang tamu, tiba-tiba ibu meneleponku.

"Haloo ibu, maaf bu, sebentar lagi yaa, jebe udah mau jalan pulang nih, udah dekat dengan kosan kok paling 10 menit lagii." kataku pada ibu ditelepon.

"HALOOO TANTEE INI JEBE ANAKNYA NAKAL TANTEE, MASA MAIN MASUK KE KOSAN CEWE TANTEE, TOLONG DIMARAHII TANTEE." Teriak emily dibelakangku yang sudah pasti didengar oleh ibu. Aduh, bu jangan negative thinking yaa.

"Jebe, itu suara siapaa? Itu perempuan ya? Kamu lagi di kosan cewe? Ngapain kamu di kosan cewe?" kata ibuku.

habis sudah.

"N-nggak bu, ini temanku bu. Namanya Emily. Kebetulan dia juga kakak tingkatku dijurusan. Jadi sudah cukup kenal dengan dia. Lalu aku mengantarnya kekosan saat berpapasan dijalan." Bohongku, aku takut kalau mengatakan yang sebenarnya akan memperpanjang urusan.

"BOHONG TANTEE, TADI DIA NGAJAK AKU MAKAN TERUS UDAH BERANI PEGANG TANGAN AKU TANTEE. PADAHAL AKU UDAH PUNYA PACAR TANTEE. TOLONG AKU TANTEE. HIHIHIIII." Emily masih berteriak sambil tertawa kencang melihat aku yang akan bersiap dibombardir oleh ibuku.

"Jebe, yang temen kamu bilang tadi bener?"

"I-iya bu.."

"Kenapa kamu pake bohong segala? Takut ibu marahin kalau kamu bawa orang yang udah punya pasangan?"

Ya iya bu, tapi kan ada alasannya aku begitu bu. lagi pula dia yang minta ditemani, masa aku tolak gitu aja.

"Kasih telponnya ke temen kamu. Ibu mau ngomong ama dia." kata ibuku.

Apalagi ini yang akan terjadi gusti...

"Em, ibuku mau ngomong sama kamu." kataku pelan.

"EHHH? Serius kamu be?" tanyanya dan aku hanya mengangguk saja.

"B-Baiklah.... Halo tantee."

"..........."

"Iyaa tantee, saya temennya Jebe."

"..........."

"Jebe baik kok tante, dia juga mau nemenin aku tadi. Emang aku yang ajak dia tante, tapi dia yang nentuin tempatnya."

".........."

"Ohh gitu yaa tante. Oke deh, akan emily usahakan yaaa."

".........."

"I-iya tante. Akan aku lakukan. Dadah tantee, salam untuk keluarga yaa."

dan obrolan mereka pun berakhir dengan emily mengembalikan ponselku, yang ternyata sudah selesai telponannya.

"Tadi ibu bilang apa aja em, kok kamu kayanya bilang iya iya akan dilakukan gitu?"

"rahasiaaa dong hihihi. Dah sana pulangg, ibu masih mau vidcallan sama kamu."

"Oh iya sampai lupa. yaudah deh, aku pulang ya. Kali ini beneran. Byee emily."

"Iyaaa byee jebe, hati-hati dijalan. Thankyou lagi yaaa."

Akupun segera pergi meninggalkan kosan itu dan menuju kosanku sendiri, pondok cemerlang.

Sesampainya dikosan, aku langsung masuk kekamarku. Mandi untuk menyegarkan diri, lalu bersiap untuk vidcall dengan keluargaku.

Tak terasa kurang lebih satu jam kami telponan, tak lupa ibu berpesan untuk menjaga diri dan kesehatan. Dia juga berkata bahwa dia ingin aku untuk menjaga Emily. Entah apa maksudnya. Ah, lebih baik aku tidur saja lah.
.
.
.
.
.
Hari ini, Hari senin di Minggu kedua Bulan agustus.

Setelah minggu lalu jebe mengikuti sejumlah rangkaian acara penyambutan mahasiswa baru dari berbagai petinggi kampus, lalu dengan penampilan dan presentasi dari setiap UKM yang ada dikampus ini. Belum lagi pertemuannya dengan teman lama--cinta monyetnya semasa smp--Yoceline yang membuat dia berpikir bahwa dunia ini sempit. Ditambah lagi dengan hubungan dia dengan Emily yang tidak tau bentuknya seperti apa, yang jelas bukan pacar.

Hari ini adalah hari pertama dia melaksanakan ospek kampus. Pagi ini, pukul 06.30, seluruh mahasiswa fakultasku sudah berkumpul di depan untuk menerima pengarahan dari panitia ospek. Acara diawali dari sambutan oleh ketua pelaksana, lalu dilanjutkan dengan sedikit kata sambutan dari Dekan Fakultas. Layaknya ospek pada umumnya. Lalu kami para mahasiswa baru diminta untuk mengumpulkan semua gadgetnya di tempat yang disediakan--dipisah berdasarkan nomor kelompok--karena selama rangkaian ospek ini berjalan, kami dilarang untuk menggunakan gadget. Mungkin agar kami bisa fokus dengan materi-materi yang akan diberikan nantinya. Aku mendapat nomor kelompok 38, dari total 44 kelompok yang ada di fakultasku ini. Satu kelompok terdiri dari 18-20 mahasiswa dengan jurusan yang berbeda-beda, agar kami bisa mengenal lebih banyak teman sekalipun yang berbeda jurusan.

Setelah prosesi pemberian gadget itu, kami diarahkan menuju pos sesuai nomor kelompok masing-masing. Akupun langsung berjalan menuju parkiran mobil yang diubah menjadi lokasi berkumpulnya mahasiswa baru dalam kelompoknya masing-masing. Kami juga diberitahukan sebelumnya bahwa setiap kelompok akan dipimpin oleh satu ketua kelompok, dan dua orang mentor yang akan membantu hingga ospek selesai. Setelah melihat sekeliling, aku melihat posku, nomor 38, tepat berada dibawah pohon yang cukup rindang. Baguslah, tidak panas, pikirku. Ternyata masih bisa lebih bagus lagi. Kenapa begitu? Karena salah satu mentorku adalah, ya kalian sudah bisa tebak kan? Betul sekali. Emily. Emily Angelia. Sangat bagus.

Ketika aku mendekat ke posku, kulihat beberapa mahasiswa sudah mulai duduk melingkar, masih dengan perasaan malu-malu. Aku yang berjalan santai hanya tersenyum kepada mereka dan mengangguk pelan, tak lupa juga memberikan senyumanku kepada kedua mentorku, terutama sang dewi cantik, emily.

Setelah kami semua berkumpul, maka acara dimulai dengan diawali perkenalan satu persatu anggota kelompok 38, kelompokku ini.

"Halo teman-temann, sebelumnya selamat ya, kalian udah bisa masuk disini. kalian semua keren. wuhuuu." Kata kedua mentorku ini berbarengan. Sepertinya mereka sudah cukup latihan.

"Oiya sebelumnya perkenalkan, Namaku Aditya Tantio. Panggil aja Adit. disini aku sebagai mentor kalian." Kata mentor laki-laki yang bernama Kak Adit.

"Haloo, perkenalkan, aku Emily Angelia. Panggil aja Em atau Emily. Aku juga mentor kalian selama ospek ini dan kedepannya juga kok hihi." lanjut Emily.

"Kalian selama ospek bakalan ada beberapa tugas, baik individu maupun kelompok. disini tujuan tugas-tugas ini agar kalian bisa semakin akrab, karena orang-orang disini adalah teman pertama kalian dikampus ini. Jadi jangan sampai tidak akrab yaa." Lanjut Kak adit.

"yaudah kalian sekarang perkenalan dulu yaa satu-persatu, dimulai dari kamu deh." Kata emily sambil menunjuk diriku. Kebetulan posisiku paling jauh dari emily, tetapi paling dekat dari Ka Adit.

"Okee, halo semuanya, teman-teman, dan kakak mentor. Perkenalkan, aku Juan Bagaskara, bisa dipanggil Juan atau Jebe. Aku jurusan manajemen. Salam kenal semuanya." Kataku memperkenalkan diri. Lalu diikuti oleh sebelahku dan seterusnya.

setelahnya proses perkenalan terus berlanjut sampai semua telah berkenalan.

"Okayy, karena semuanya udah berkenalan, kami sebagai mentor berharap bahwa kalian cepat akrab ya satu sama lain. Selanjutnya, kita milih ketua kelompok ya! dia bakal menjadi perwakilan tiap kelompok untuk berkumpul di pos yang telah ditentukan untuk menerima tugas dan arahan lebih lanjut dari divisi acara. Coba, sekarang ada yang mau ngajuin diri jadi ketua kelompok ga?" Kata Ka adit.

Kami semua saling berpandangan satu sama lain, berharap dalam kebisuan ini, ada suara yang berani memecahkannya, dan menjadi ketua bagi kita semua. Setelah saling berpandangan, kukira akan ada yang maju. ternyata yang terjadi lebih buruk. Kami semua menunduk secara bersamaan, tidak berani menatap para mentor kami.

"Ekhemm." Suara Emily memecah keheningan. "Gimana kalau Juan Bagaskara saja yang menjadi ketua kelompok? Kalian setuju ga? atau ada yang keberatan?" Lanjutnya.

"SETUJUUU!!" Teriak para teman-teman perempuanku.

"Pastinya." Kali ini giliran para cowo yang ikut menyetujui pendapat emily ini.

Sial. Kalau udah kayak gini aku bisa apa. Mau gamau, suka gasuka, terima gaterima, ya harus diterima. wakatta.

"Apa pihak yang dituju keberatan?" Emily kembali bersuara, sambil tersenyum menatapku.

shit. Mana mungkin kutolak.

"O-oke deh kak, aku mau jadi ketua kelompok ini. Mohon kerjasamanya ya teman-teman. Semoga aku bisa mengemban amanah dengan baik."Kataku kepada mereka semua."

"Keren kamu be." kata Ka adit sambil menepuk pundakku. Aku hanya tersenyum saja.

Setelah proses perkenalan dan pemilihan ketua yang dilakukan setiap kelompok, kami semua kembali diarahkan untuk pergi ke Aula, dimana acara selanjutnya akan dilakukan.

Tak terasa, berbagai kegiatan pembuka sudah kami lakukan. Begitupun dengan hubunganku dengan teman-teman kelompokku yang sudah mulai saling akrab. Baguslah pikirku. Lalu kami kembali berkumpul di lapangan tempat kami mendengarkan sambutan pagi tadi, untuk melaksanakan apel sore. Kembali ada sambutan dari ketua pelaksana yang mengapresiasi kami, karena hari pertama berjalan dengan lancar, dan tidak ada mahasiswa baru yang terlambat. Setelah itu kami pun dibubarkan dan kembali ke rumah kami masing-masing.
.
.
Malam itu kami berdiskusi di group chat. Kami berdiskusi, tentang apa yang harus kami lakukan untuk menyelesaikan tugas kelompok, dimana tugas kami adalah membuat name tag dari anyaman kertas. Tepatnya, dirumah siapa kami harus menyelesaikan tugas ini. Kami saling memberi penjelasan tentang tempat tinggal kami masing-masing. Ada yang tinggal dirumah, ada yang ngekos, ada pula yang tinggal di asrama yang disediakan kampus. Sampai akhirnya pilihan kami mengerucut, antara di kosanku, pondok cemerlang, atau kosan emily, empat mawar. Setelah melakukan voting, didapatlah kesimpulan bahwa kami akan mengerjakannya di kosan emily, dengan pertimbangan bahwa jumlah anggota perempuan lebih banyak dari laki-laki, jadi mereka merasa lebih nyaman saja di kosan Emily. Baiklah. Kami menetapkan keputusan bahwa kami sudah harus berkumpul di kosan Emily pukul 10 pagi, karena pekerjaan ini cukup menyita waktu yang banyak berdasarkan pengalaman Ka adit dan Emily saat mereka masih berstatus mahasiswa baru. Kebetulan juga besok tidak ada kegiatan ospek, karena dialokasikan untuk mengerjakan tugas kelompok ini. Kampus yang pengertian.
.
.
.
Aku terbangun, ketika sinar matahari yang menembus jendelaku sudah sangat terang. Jam berapa ini? ketika aku mengecek jam ku di ponsel, shiiiiiet. sudah jam 10.35. Aku pasti kebablasan karena asik menonton nitflex sampai jam 3 pagi, karena tanggung sekali.

(Rasanya kita juga suka begitu kan? niat hati ingin menonton 1-2 episod, nyatanya 1 season langsung kita selesaikan begitu saja. satu episode lagi deh. seselesainya, satu episode lagi deh. Begitu saja terus, tiba-tiba sudah tamat.)

Akhirnya dengan terburu-buru, aku bergegas untuk mandi, dan makan sebungkus roti yang lagunya rasi roti, roti rasi roti yang diakhiri oleh suara terompet, sepertinya?
Waktu sudah menunjukkan 10.50. aduh aduh aduh, hal pertama yang kulakukan sebagai ketua kelompok adalah telat datang. keren banget. Setelah siap dan membawa peralatan yang dibutuhkan, aku langsung saja berangkat menuju kosan emily. Untung saja aku sudah sangat hafal jalan kesana, jadi tak sampai 10 menit, aku sudah berada di parkiran Kosan Empat Mawar, dan segera menuju ruang tamu, dimana kulihat temanku semua sudah duduk melingkar, bersama dengan kedua mentorku.

Ka adit hanya tersenyum kepadaku, sedangkan Emily terlihat melihatku dengan sinis lalu membuang mukanya.

"Maaf banget yaa kak dan temen-temen aku telat, karena semalem aku ada pekerjaan penting yang harus kukerjakan, jadi aku tidurnya telat."

Untungnya temanku paham-paham saja dan menampilkan raut wajah seolah-olah tidak perlu minta maaf seperti itu. Tidak masalah kok.

Tentu masalahnya di Aku. Sebagai ketua kelompok, datang telat, malah mengerjakannya di kosan mentorku sendiri. Apa tidak membuat citra buruk. Apa yang akan terjadi ketika mereka melapor ke divisi acara, dan mereka akan menilaiku buruk. Lalu namaku akan dicap sebagai ketua tidak bertanggung jawab. haishhh jangan sampee dahh.
.
.
.
Kami mengerjakan tugas kami cukup lama, hingga jam 10 malam kegiatan kami baru selesai. Itupun sudah ada yang pulang duluan bagi yang tidak ngekos, karena bagaimanapun juga pulang malam-malam bukanlah hal yang baik. Teman-temanku sudah mulai pamit. Tak lama kemudian, aku berniat untuk pamit juga kepada emily. Setidaknya jika bukan aku yang datang duluan, biarkan aku yang pulang terakhir. Sebelum aku mau pamit...

"Jebe, sini. Kita perlu bicara." Kata emily dengan nada serius.

"Emily, jika ini masalah yang telat, aku benar-benar minta maaf. Sebenarnya aku terlalu asik menonton hingga jam 3 pagi, lalu terbangun pukul 10.35. Aku tau tindakanku ceroboh, jadi tolong maafkan aku."

"Huft, aku kira kamu kenapa-napa. Kamu gasadar apa dari pagi aku udah nelponin kamu?" Lanjut emily.

Eh iyakah? aku tidak sadar kalau aku sudah ditelpon berkali-kali oleh emily. Memang ponselku ini sudah rada-rada. kadang notifikasi tidak muncul, kadang tidak bisa ditelepon juga. Memang ponselku ini sudah cukup lama, sudah 4 tahun aku menggunakannya dan merasa nyaman-nyaman saja sampai sekarang. Mungkin masalah notifikasi ini bisa mengganggu dimasa yang akan datang. Mungkin sudah saatnya aku mengganti ponselku.

"Oh, ponselku kadang notifikasinya ada, kadang tidak, em. Jadi kurasa hari ini dia sedang kambuh." Kataku.

"Yaudah, kalau ada apa-apa, usahakan hubungi aku ya be. Sebisa mungkin akan kubantu. Lagipula ini kan juga bentuk janjiku kepada ibum- OOPSS." Spontan Emily langsung menutup mulutnya dengan tangannya.

"Janji? janji dengan siapa Em?" Tanyaku keheranan.

"Ah, nggak-nggak. Bukan apa-apa kok. Udah sana lebih baik kamu pulang lalu tidur agar besok tidak telat. Ingat, besok ospek kembali dilanjutkan lho." kata dia mengingatkan.

"Yaudah, aku balik dulu ya em. see you tommorow." Kataku pamit sambil menuju motorku.

"dadahh, see you too." kata emily sambil melambaikan tangannya.
.
.
Setelah 10 menit perjalanan, aku sudah kembali di kamar kosanku dan merebahkan tubuhku. Ah, kasur selalu mempunyai daya tarik tersendiri. Tapi aku jadi kepikiran, kira-kira janji apa yang Emily maksudkan? Buat apa dia berjanji?

Ah, makin dipikirin makin pusing, mending aku bebersih, lalu tidur. Agar tidak telat.

Ya, semoga aku tidak telat besok.


Bersambung...
 
Selamat malam suhu-suhu dan pembaca sekalian.

update malam dulu ya.

Mohon maaf, jika adegan SS nya belum ada, mungkin sampai beberapa part kedepan, karena masih berfokus untuk ngembangin karakter Jebe dulu. Nanti kalau udah ketemu momen yang pas langsung gaspol hehe.

Selamat membaca. Silahkan yang ingin memberi kritik dan saran.

Terima kasih.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd