Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life Of Dani : The Alpha Male Rises (Ongoing Ch. 3)

Matur nuwunupdatenya

Mantau suhu

Lanjut......

Mantap cerita nya

Mantap suhu...
Ditunggu lanjutannya..

Makasih apdetnya lanjoooooot

Bagus. Bagus. Bagus... Dtunggu upnya hu

Ikut absen uhus...


woww nice update huu

Waah mantaap banget updatenya suhu

thanks suhu

Tanam pasak dulu.....👍👍👍👍👍👍👍

Mantap beud ceritanya..

Suwun apdetnya Om..

Mantap hu ceritanya
Ditunggu kelanjutan ceritanya

Mantap...banget suhu

ditunggu target lain nya

Upupuppupupupuupp

Lanjut chapter ke 3

Gasss lagi ke chapter 3

Mantab, lancrotkan om :beer:

Lanjutkan Suhu 🙏

lanjut suhuuu

Ijin nyimak ceritanya om @ultragreget

lanjut suhu

mesti dipantau nih, ceritanya asyik

Mantap gan ceritanya

Lancrotzken Suhu Ultra

Terima kasih atas respon dan dukungan dari Suhu sekalian, mohon maaf apabila saya belum bisa berinteraksi dengan baik di forum ini, mohon maaf juga atas update yang memakan waktu cukup lama, saya akan berusaha konsisten sampai cerita ini selesai, timeline di cerita masih menunjukkan tahun 2004 - 2005. masih sekitar 18 tahun lagi menuju present day, perjalanan Dani masih panjang dan masih banyak target yang akan dia eksekusi.

By the way.. Chapter 3 akan saya rilis sesaat lagi.
 
Terima kasih untuk Para Suhu dan rekan -rekan yang sudah berkenan pasang tenda dan patroli rutin di cerita ini, berikut saya persembahkan,

Chapter 3
Datang dan Pergi

MEMX6FE_t.jpg




Seharusnya kita semua bisa seperti hari Senin, seberapapun panjangnya akhir pekan, ia akan selalu kembali..

Kota K
2005

Aku meninggalkan semua kegilaan akhir pekanku, toh semua itu akan selalu ada untukku, setia menungguku di rumah ini, dan di diri seorang gadis binal bernama Silvia. Hari senin selalu menjadi alasan yang bagus bagiku untuk memompa lagi ambisi dan semangat, ada tujuan yang harus dicapai, ada banyak hal yang harus dipertahankan.

Setelah berpamitan dengan Om Jarwo dan Tante Irma, aku melaju dengan motorku menuju rumah Silvia untuk menjemputnya berangkat sekolah. Seharusnya aku tidak terkejut lagi ketika melihat Fahad juga ada di sana, aku hanya terlalu terlena untuk menyadari Silvia masih jadi pacar Fahad.

Aku melanjutkan laju motorku, melewati Silvia yang sedang bersiap membonceng Fahad. Aku hanya melempar senyum tipisku.

Sampai di sekolah aku mengirim SMS kepada Silvia.

“selesaikan dulu urusanmu sama dia, i’ll wait you”

Setelah itu aku menelpon papa ku untuk mengabari sekaligus menanyakan kabarnya, beliau baru pulang hari kamis nanti. Setelah menelpon papa, aku mematikan handponeku kemudian masuk ke kelas.

Seperti biasa, Gito sudah berada di sudut belakang membaca komik.

“Oi Gito, ada info apa nih?” tanyaku sambil iseng mengambil dan membanting komiknya.

“Weits … Pangeran sudah kembali dari skorsing rupanya” ledek Gito padaku

“To, sini deh gua mo bisikin sesuatu” candaku ke Gito

“Apaan sih anjir, geli ih” namun Gito mendekat juga padaku

“Cerita itu bener bro, Silvia emang ganas banget kalo ngentot, enak banget pokoknya” bisikku padanya

“Anjir, elu udah ngentotin dia ?” ujar Gito terkejut

“Kambing lu, suara gak bisa pelanin dikit apa?” omelku pada Gito

“Eh iya, maksud gua, lu udah ngrepotin dia , jangan suka ngrepotin temen lah Dan” Gito mencoba meralat apa yang dikatakannya tadi, tapi sepertinya tidak membantu sama sekali.

“Eh , gua butuh info nih, kakak adek chubby yang namanya Nia ama Sari lu tahu gak ?” tanyaku ke Gito

“Tahu dong, mereka anak selatan, lumayan kaya juga bapaknya, tapi mereka biang gosip, apa aja yg mereka tahu bakal langsung nyebar, ya termasuk lu kemarin bikin K.O Si Fahad, rame banget tuh gosip ” jelas Gito.

“Hmm, nice info deh ” kataku ke Gito

“Eh, gua ada penawaran menarik nih boss, tapi harganya gak murah” kata Gito

“Apaan lagi kambing !, udah dikasih komputer ama PS juga” kataku ketus

“Gua punya kumpulan foto-foto cewek cakep di sekolah ini, trus password yahoo anak-anak , plus akses ke jaringan intranet sekolah” ujar Gito mengiming-imingi

“Lu mau minta apa ?” tanyaku

“Ini, gua perlu hape nih boss, hehe” jawab Gito sambil nyengir

“Owh, ok, nih hape gue buat lu, pas gua mau ganti juga” kataku

“Mana.. mana… sini ”gito nampak tidak sabar

“Bentar kambing !, gua pake sms Silvia dulu, trus ntar gua ambil nomernya, lu beli perdana sendiri” jawabku

Aku mengetik sebaris kalimat lalu kirimkan pada Silvia

“Kalo udah clear, aku tunggu sore ini di cafe Crystal, habis ini hape ku off sampai nanti sore”

Setelah itu aku mengeluarkan SIM card ku dan memberikannya pada Gito

“Nih, buat elu, sama nih, file-file yang lo sebutin tadi, copy semua kesini” kataku sambil memberinya USB flash drive

“Woh… punya flashdisk mas bos ?, anjir satu gigabyte, mahal pasti ya inih” seru Gito kegirangan menerima flash drive dariku

-

Aku menyesap secangkir kopi susu, sembari menatap deretan rumus dalam buku paket fisika, banyak hafalan yang harus aku ulang. Aku lihat arlojiku menunjukan pukul 15.25, belum ada tanda-tanda kemunculan Silvia, aku kembali fokus pada buku paket fisikaku.

Tiba-tiba seseorang datang menggebrak mejaku,

“Heh, anjing….. ayo kita berantem sampe mati..” Fahad datang bersama dua orang temannya

“Bawa dia” perintah Fahad

Kedua teman Fahad mencoba menariku

“Gua bisa jalan sendiri, mau kemana ?” bentakku

Aku merasa sedikit tidak enak karena keributan ini, meskipun saat itu cafe sedang sepi pengunjung, maka aku putuskan untuk mengikuti keinginan Fahad, dia membawaku ke sudut belakang pertokoan, disamping kelab malam yang masih tutup. Belum genap kakiku sampai ke tujuan, Fahad sudah berbalik arah dan melayangkan tinjunya, aku berhasil menhindarinya, lalu memasang kuda-kuda

“Elo beneran mau berantem sampe mati ?” tanyaku sedikit mengejek

“Pegangin dia ******” teriak Fahad pada kedua temannya.

Kedua temannya memegangiku erat, lalu memojokkanku ke dinding pagar, Fahad segera melancarkan pukulan pertamanya ke sisi kiri wajahku.

“Gua matiin lu sekarang” teriaknya

“******, lu yang bakalan mati kalo gini caranya” teriakku

Benar saja, kemudian terdengar suara Om Jarwo menghardik

“Hoi… lagi pada ngapain ?”

“Eh, Bang Jarwo, apa kabar bang ?, ini ada anak baru belagu lagi mau kita kasih pelajaran”
kata salah seorang teman Fahad sok akrab

Om Jarwo terus berjalan menghampiri kami, ketika sampai di depan Fahad, om Jarwo tiba-tiba menempeleng wajah Fahad, tempelengan itu begitu keras hingga Fahad tersungkur, kemudian Om Jarwo menendang kaki salah satu teman Fahad hingga ia tersungkur kesakitan, tinggal Satu teman Fahad yg sok akrab tadi.

“Ampun bang…”

Teman Fahad yg satu ini gemetaran kemudian kabur, temannya yang tadi jatuh tersungkur turut menyusulnya, tinggal Fahad yang masih tergeletak di lantai, Om Jarwo kemudian menarik Fahad bangun lalu memojokkannya di dinding pagar

“Gua tadi salah denger apa gimana ? kayaknya lo bilang lo mau matiin ponakan gua ” kata Om Jarwo pada Fahad

“Gua tahu siapa elo, berani macem-macem, gua bakar toko kain bapak lo” kata Om jarwo penuh intimidasi.

Aku merasa ini sudah terlalu jauh, maka aku minta om jarwo untuk melepaskan Fahad

“Udah-udah om, masalah ini gak akan selesai kalau cuma pake kekerasan”

Om jarwo melepaskan Fahad yang nampaknya mulai shock

“Aku mau selesaiin masalah ini secara gentle om, ada tempat buat aku ngomong gak sama Fahad ?” tanyaku

“Masuk ke klab aja” kata Om jarwo

Om jarwo mengajak kami masuk ke Klab, nampak didalam karyawan klab mulai berbenah menjelang buka, aku dan Fahad diberikan tempat berupa meja dan sofa melingkar.

“Selesaikan masalah kalian dengan gentle” kata Om Fahad sambil meletakkan sebotol miras dan dua buah sloki.

“Maaf Om, aku gak minum alkohol, boleh minta soda aja gak ?” kataku

Om jarwo lalu menepuk jidatnya sendiri, kemudian memanggil salah satu karyawan club untuk membawakan soda, mungkin beliau reflex saja membawakan botol minuman itu. Tanpa dipersilahkan Fahad dengan segera menuang minuman itu kedalam sloki lalu menenggaknya.

Aku mulai membuka obrolan

“Bang Fahad, gua masih menghormati lu sebagai kakak kelas gua, gua masih anggep lu juga sebagai murid paling kuat di SMA Persatuan, tapi kebetulan aja jalan gua dan jalan lo bersimpangan”

Fahad masih tetap menuang dan menenggak miras itu, entah sudah sloki keberapa.

“Bang, gua tahu lo abis putus kan sama Silvia, terus lo lampiasin semua kemarahan itu ke gua, itupun kalo beneran lu matiin gua , SIlvia gak bakal balik ke lo bang, yang ada lo dipenjara”

Fahad belum meresponku, satu sloki minuman kembali meluncur ke tenggorokannya

“Lu salah juga kalo lu nyangka gua ngrebut SIlvia, selama ini lu cuma anggap dia sebagai objek, lu sadar nggak seberapa penginnya dia nonton konser band The Teenager, bukan masalah tiket bang, gua percaya Silvia bisa aja beli tiket sendiri, tapi soal perhatian, lu tau nggak, kalo dia ada rencana mau kuliah di Australia ? enggak kan, ketika dia punya pilihan lo gak bisa ngelarang dia, Sorry bang, di persimpangan jalan kita ini gua yang menang”

Fahad meletakkan slokinya, kemudian nampak dia mulai terisak, dia sekuat mencoba menahan pecah tangisnya. Aku terkejut dan bingung, aku sempat memandang Om jarwo yang mengawasi kami dari bar, beliau hanya mengangkat bahu, lalu memberikan gestur untuk menenangkan Fahad.

“Gak pa pa bang, keluarin aja, gua bisa jaga rahasia kok”

Seketika tangis Fahad pecah, di posisi itu aku hanya mlongo melihat lelaki arab yang konon murid terkuat di SMA Persatuan menangis di hadapanku.

“Gua tuh… gua tuh.. Cinta banget sama Silvia, gua… gua bahkan punya mimpi suatu saat bakal nikahin dia… tapi,, tapi, ” Fahad tergagap karena menahan tangis

“SIlvia tuh …. Tau nggak… dia tuh pencapaian terbesar di hidup gua, di rumah tuh gua nggak pernah dihargain, Abah selalu bandingi gua sama kakak-kakak gua yang udah sukses, gua tuh dianggep produk gagal, bahan sisa, enggak ada gunanya” kali ini ngomongnya agak lancar, tapi ditutup dengan raungan tangis.

Aku melipir meninggalkannya menghampiri Om Jarwo

“Om , gimana nih ? niatnya mau ngobrol gentleman loh, malah jadi sesi curhat gini” tanyaku pada Om Jarwo

“Minumannya sisa berapa banyak ?” tanya Om jarwo

“Seperempat om, eh kurang deh kayaknya” kataku sambil memantau botol di depan Fahad

“Owh gak pa pa, abis ini paling dia molor, trus nanti kebangun udah nggak inget dia, tapi bakal ngerasa lega karena udah cerita, ntar dia om yang urus, kamu pulang aja sana” kata Om Jarwo

“Yaudah, titip ya om, maapin nih ngrepotin” kataku sambil tertawa

Aku kembali ke cafe untuk mengambil tas dan buku-buku ku kemudian memacu sepeda motorku ke arah rumah Silvia



Silvia langsung memelukku ketika aku tiba dirumahnya, lalu menarikku ke kamarnya, di dalam kamar dia kembali memelukku erat, aku pun mendekapnya sambil mengelus rambutnya, aku kepikiran kata-kata Fahad tadi, betapa dia cinta pada Silvia dan suatu saat berharap bisa menikahinya, aku mencoba memahami perasaan itu, lalu tiba-tiba jantungku berdegub kencang.

“Kamu kenapa kok deg-degan kenapa ? aku bisa rasain lho” tanya Silvia dalam dekapanku

“Nggak tahu, cuma lagi ngerasa sayang banget sama kamu” jawabku

Aku kemudian mendorongnya ke arah ranjang, kutindih badannya sambari kami melucuti pakaian kami masing-masing, ketika kuraba selangkangannya terasa vaginanya sudah sangat basah.

Kali ini tanpa foreplay langsung saja kupakai kondom dan kujejalkan penisku yang sudah tegang ke vaginanya yang makin becek.

“Aaaahhh… fuck ….. Enak sayang..” Silvia mengerang keenakan

“Silvia, kamu tuh perempuan sempurna” kataku sambil mulai mempercepat genjotanku

SIlvia masih melenguh manja sambil memejamkan matanya menikmati persetubuhan kami.

“Silvia.. lihat aku… aku pengin kamu lihat mataku sekarang !” pintaku seiring makin cepatnya genjotanku

Silvia membuka matanya mencoba menatap mataku, namun rasa nikmat yang menjalari tubuhnya membuat pandangan matanya menjadi sayu, kemudian digigitnya bibir bawahnya, sungguh pemandangan yang sangat menggairahkan.

"Silvia, aku sayang banget sama kamu lho, kamu sayang aku nggak ? ?"tanyaku sambil tetap menggenjotnya kencang

“Sayang banget… ahhh.. Lagi enak banget, jangan ditanyain….. aahhh” racau SIlvia

Aku rentangkan tangan Silvia ke atas kepalanya, lalu kutahan dengan kedua tanganku. Terpampanglah suatu pemandangan Indah didepan mataku, vagina nya yang merekah menerima sodokan penisku, perut yang sedikit berlemak, payudara yang bergoyang-goyang seirama genjotanku, ketiak putih mulus yang sedikit berlemak, dan wajahnya yang binal.

“Silvia, kamu mau gak jadi istriku ? nanti kamu lahirin anak-anak aku ya ?”

Pertanyaan ku itu dijawab dengan erangan panjang oleh SIlvia, kemudian tubuhnya menggelinjang hebat, aku yang sudah tidak tahan kemudian mencabut penisku, melepas kondom lalu mengocoknya.

Spermaku muncrat begitu banyak membasahi wajah dan dada SIlvia, ia tertawa terbahak-bahak sambil meratakan spermaku yang membasahi dadanya, lalu menjilati sperma yang membasahi wajahnya. Akupun kemudian merobohkan diri disampingnya.

“Gila, enak banget ternyata, ngentot sambil dibaperin kamu gitu” kata silvia

“Kamu kok gak dateng ke cafe sih, malah Fahad lho tadi yang dateng, hampir berantem kita, untung dipisahin Om Jarwo” kataku membuka obrolan aftersex kami

“Eh emang kamu ngajak aku kesana ?, malah kamu lho yang susah dihubungin, nomornya gak aktif”

“Aku kirim sms tadi,trus ngabarin juga kalo setelah itu off karena hp nya aku kasihin ke Gito”

“hp aku tuh mati kalo di sekolah, tadi baru aku nyalain di rumah, tapi kayak nggak ada sms deh”

“Wait, tadi malah Fahad yang datang, hp kamu tadi sempet di pegang fahad”
tanyaku.

“Owh iya, kayaknya sih begitu, jangan-jangan dia yang baca sms kamu terus dihapus” jawab Silvia.

“Kamu ajak Fahad ke rumah, abis ngentot sama dia ya ?” tanyaku sambil menariknya ke dekapanku.

"Iya, aku kasih dia jatah terakhir sebelum putus, trus abis itu aku bilang ke dia buat cari cewek lain" Jawabnya manja

"Dasar binal" Kataku sambil mendekapnya lebih erat

"Terus kamu sama fahad gimana ?" Tanya Silvia

"Udah clear juga, bahkan habis ini kayaknya kita temenan deh" Jawabku

"Wah, syukur deh" Kata Silvia senang

Kami kemudian berciuman begitu mesra, tubuh telanjang kami saling bergesekan, penisku mulai tegang lagi, ujungnya terasa menyentuh perut Silvia.

"Sayangnya waktu kita cuma 6 bulan ya ? Sebelum kamu berangkat ke Aussie" kataku

"Eh, kamu kok tahu ?, aku belum pernah cerita ke siapa-siapa lho" Tanya Silvia

"Aku tahu dari apa yang ada di meja kamu, buku, asesories, pajangan, dan foto kamu bareng papamu di depan opera house sidney itu, kamu mau kuliah di Australia kan ?" Jelas ku

"Kamu kok peka banget ya, ih cowok idaman deh, udah kontolnya gedhe, perhatian banget, jadi sayang deh mau ninggalin" Kata Silvia

Tangan silvia mulai menjamah penisku yang sudah mengeras, dikocoknya perlahan, kemudian ia bergeser memposisikan kepalanya didepan penisku lalu memberikanku blow job.

Kenikmatan kembali mengaliri tubuhku ketika sapuan bibir dan lidah Silvia membasahi seluruh permukaan penisku. Di tengah kenikmatan oral seks yang Silvia berikan, aku mendengar suara pintu depan dibuka.

"Itu mamaku baru pulang, gak pa pa" Kata silvia

Silvia kemudian memposisikan dirinya diatas tubuhku, ia arahkan penisku ke vaginanya, kemudian ia turunkan tubuhnya hingga penisku tertanam sempurna di dalam vaginanya.

"Tunggu sayang, ini belum dipakein kondom" Kataku pada silvia

"Biarin, aku mau cobain kontol kamu tanpa kondom, nanti kalo kamu mau keluar bilang ya" Kata silvia sambil bergerak naik turun keenakan.

"Silvia.. Silvia…" Terdengar Mama silvia memanggil

"Bentar Ma.. Lagi enak-enak nih" Jawab Silvia sambil tetap bergerak naik turun di atasku

Tiba-tiba saja pintu kamar Silvia yang tidak dikunci itu terbuka, Tante Connie, Mama Silvia masuk hanya mengenakan sebuah lingerie, dengan payudara yang tumpah dan gundukan vaginanya yang terlihat jelas.


"Silvia, dildo Mama mana ? Kamu kalo pinjem gak dibalikin ih" cecar Tante Connie

"Ih.. Mama, ganggu aja deh, iya ntar aku balikin" Kata silvia manja, genjotannya tidak berhenti meskipun aku terdiam karena merasa rikuh

"Mau mama pake nih , ayo dong ambil" Kata Tante Connie, kali ini beliau meremas sendiri payudaranya lalu memberikan tatapan nakalnya padaku. Tiba-tiba saja aku merasa akan ejakulasi.

"Sayang.. Sayang lepasin, aku mau keluar" Kataku panik

Begitu silvia melepas jepitan vaginanya, muncratlah spermaku berkali-kali, Tante Connie tertawa geli melihatnya.

"Ih mama ganggu aja sih" Gerutu silvia sambil mengambil sebuah benda di laci samping tempat tidurnya

"Makanya kalo kamu habis make, kembalin lagi ke kamar mama" Kata Tante Connie

"Nih udah aku ganti baterainya juga, udah-udah sana mama ke kamar lagi" Kata Silvia mendorong mamanya keluar lalu mengunci pintunya.

Sebelum pintu tertutup Tante Connie sempat memberikan tatapan nakalnya lagi padaku, kali ini sambil lidahnya menjilat ujung dildonya.

Silvia kembali ke ranjang dengan uring-uringan, aku mencoba menenangkannya

“Sayang kita mandi bareng aja yuk” rayuku sambil mengendus lehernya

Silvia mengangguk manja, kami berdua lalu menuju kamar mandi, saling menyabun dan menggosok. Lalu dibawah guyuran shower kami melakukan seks lagi sambil berdiri. Persetubuhan seru yang diakhiri dengan ejakulasiku di dalam mulut Silvia kemudian dia menelan semua spermaku hingga bersih.

Aku pamit pulang setelah itu, saat aku keluar aku sempat melirik ke Kamar Tante Connie, mengira-ngira saja apa yang dia lakukan saat ini.





Sampai di rumah Tante Irma menyambutku, dia mengajakku makan malam bersama. Selesai makan malam aku mohon diri untuk belajar dan mengerjakan PR, sedangkan Tante Irma menonton TV di ruang tengah.

Aku belajar hingga pukul 11 malam, setelah itu aku mencoba rileks dengan mendengarkan musik dan mencoba tidur, namun mataku kelihatan masih segar saja, kuputuskan untuk keluar kamar dan turun kebawah. Lampu ruang tengah dan televisi sudah dimatikan, sepertinya Tante Irma sudah tidur.

Aku menyalakan televisi tanpa menyalakan lampu ruang tengah, menyisakan remang ruang yang hanya diterangi cahaya televisi, aku coba berpindah-pindah channel, tidak ada yang menarik, kemudian ku lihat di lemari bawah televisi ada DVD player dan keranjang berisi kepingan DVD, aku tertawa melihatnya, ternyata sekumpulan VCD porno koleksi Om Jarwo dan Tante Irma. Aku kembali mengingat masa kecilku di kota C dulu, ketika menemukan setumpuk VCD porno milik papa, juga ketika pono membelikanku setumpuk VCD yang judul dan isinya berbeda, dan tentu saja aku teringat Erin, mantan pacarku di smp dulu .Aku berandai andai bagaimana penampilannya saat ini, tentu dia terlihat sangat cantik dengan seragam SMA.

Suara mobil terdengar memasuki carport, Om jarwo pulang lebih awal malam ini.aku menyambutnya ketika dia memasuki ruang tamu

“Tante kamu udah tidur Dan ?”

“Udah Om”

“Wah, padahal pengin kopi nih”

“Mau kopi om, kebetulan saya mau bikin teh saya bikinin sekalian Om”

“Ah, boleh tuh”
kata im jarwo sambil merebahkan dirinya di sofa ruang tengah

Aku tawarkan untuk membuatkan kopi karena memang sedang ada yang ingin kuutarakan dengan Om Jarwo.

Aku letakkan nampan berisi teh dan kopi di meja disamping sofa lalu aku duduk disamping Om Jarwo

“Silahkan kopinya om” kataku mempersilahkan

“Ok, makasih dan” jawab Om Jarwo kemudian menyesap kopinya

“Om, ada yang mau Dani tanyain nih” katkau mulai membuka pembicaraan

“Apa tuh dan ?”

“Om sama tante, having sex paling lama berapa jam ?”

“Owh, dulu ya, pernah om tuh sama tante kamu, mulai jam sebelas malem selesai jam enam pagi”

“Wow, tujuh jam gak tuh”
kataku kagum

“Ya waktu itu om masih muda, masih kuat, sekarang ya paling lama dua atau tiga jam lah”

“Lah, tetep lama juga, ajarin dong om biar kuat lama”

“Loh emangnya kamu sama pacar kamu, berapa lama ?”

“Ya gak sampe setengah jam sih om, untungnya dia udah keluar duluan juga, jadi udah sama-sama puas gitu”

“Ok, nanti om akan ajarin kamu, yang penting kamu telaten aja, ada beberapa latihan fisik, pernapasan dan diet makanan, nanti selain kuat lama, penis kamu bisa tambah gedhe dan panjang juga”

“Lah kalo gedhe panjang mah udah om, punya om aja kalah kan ? “

Kataku agak sombong

Om Jarwo mulai menjelaskan soal latihan fisik dan pernapasan yang ia jalankan, juga beberapa makanan yang perlu dikonsumsi, Om jarwo juga mengatakan ada beberapa terapi juga yang bisa dijalankan, namun karena aku masih muda, sepertinya latihan fisik dan pernafasan sudah cukup. Kemudian pandangan beliau tertuju pada sekeranjang DVD pornonya yang berada diluar lemari.

“Mau nonton bokep Dan ?” tanya om jarwo

“Eh iya om, sampe kelupaan tadi”

“Setel aja dulu, om mau mandi, ntar om ajak Tante kamu nonton bareng, sekalian om kasih tahu beberapa cara buat tahan lama”
kata Om Jarwo sambil menuju ke kamarnya.

Aku pun memilih judul apa yang akan aku putar, aku bolak balik beberapa kepingan, lalu memutuskan memilih satu keping yang banyak berisikan adegan thresome

“Lumayan buat praktek nih” batinku sambil memutar kepingan itu

Kudengar Om jarwo mulai membangunkan Tante Irma, kemudian beliau mulai mandi di kamar mandi dalam kamarnya, kudengar suara cekikan tante irma, sepertinya beliau ikut mandi bersama om jarwo, sesaat kemudian kudengar suara desahan Tante Irma

“Sialan mereka mulai duluan” batinku
Aku pun akhirnya berkonsentrasi pada film yang kuputar saja, tergambar adegan seorang wanita priang sedang berlutut memberikan oral seks pada dua pria secara bergantian, penisku mulai menegang, maka akupun melepas kaos dan celanaku hingga telanjang bulat, aku mainkan penisku sendiri, sambil menunggu Tante Irma dan Om Jarwo.

“Jangan dimainin sendiri dong , sini tante bantuin” ucap tante irma menghampiriku, om jarwo menyusul dibelakangnya


“Om, Tante, kita ikutin yang ada di film yuk” pintaku pada mereka sambil berdiri

“Boleh juga tuh” kata Om Jarwo

Tante Irma langsung berlutut dan menarik kedua penis kami lalu dihisapnya bergantian. Aku mulai merasa keenakan oleh hisapan mulut Tante Irma yang begitu kuat.

“Atur nafas Dan, jangan terlalu excited” kata Om Jarwo kepadaku

Aku mencoba mengatur nafas, ketika Tante Irma gantian mengulum penis Om Jarwo, tapi ketika Tante Irma kembali mengulum penisku, nafas teratur itu mulai buyar

“Anjir susah banget, Sepongan tante enak banget sih” lenguhku

Tante Irma tertawa kecil mendengarnya

“Baru gini doang ih, belum tahu kamu jurus pamungkas tante”

“Kasih coba aja dek, biar ponakanmu ini tahu”
kata Om Jarwo

“Ok, kamu tahan jangan sampe keluar ya Dan” pinta Tante Irma

Tante irma kemudian menghadap kearahku, dipegangnya pangkal penisku yang besar dengan kedua tangannya, mulutnya lalu menangkap ujung kepala penisku, kemudian mulai dikulumnya penisku hingga basah. Lalu hisapan mulutnya menjadi semakin kuat seiring dengan kedua tangannya yang mengunci pangkal penisku makin erat. Aku berusaha mengatur nafasku m berkonsentrasi agak tidak keluar, aku coba memejamkan untuk berkonsentrasi

“Lihat tante kamu dong Dan” ujar Om jarwo

Akupun menurut, namu ketika aku membuka mata, Tante Irma tiba-tiba melepaskan hisapan mulutnya, kemudian ia gigit pelan kepala penisku dengan gigi depannya. Aku merasakan ngilu tapi kemudian diikuti oleh rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh, kedua tangan Tante Irma masih menekan pangkal penisku sementara aku rasakan lututku mulai lemas.



“Tahan sampai orgasme kamu reda sayang, tante bantu tekan pangkal kontol kamu” ucap Tante Irma

Aku menahan sekuat tenaga hingga rasa nikmat yang menjalar itu perlahan-lahan reda, Tante Irma melepas genggaman tangannya, penisku terasa berdenyut-denyut, akupun menjatuhkan diriku ke atas karpet. Tante Irma lalu melakukan hal serupa ke Om Jarwo, hampir sama sepertiku om jarwo juga blingsatan ketika Tante irma menggigit pelan kepala penisnya, hanya bedanye om jarwo tetap kuat berdiri

“Dan lihat sini, Om kasih tahu yang lebih enak lagi” kata om jarwo kepadaku

Tante Irma memposisikan tubuhnya berlutut dengan kepala sedikit menghadap keatas, lalu Om Jarwo memasukkan penisnya ke mulut Tante Irma. kedua tangan om jarwo menahan kepala tante irma, lalu mulailah Om jarwo menggerakkan penisnya keluar masuk menggenjot mulut Tante Irma. Tidak berapa lama Om jarwo nampak mengejang, rupanya ia ejalkulasi di dalam mulut Tante Irma, ketika Tante Irma melepas kulumannya mengalirlah sedikit luberan sperma om jarwo yang tidak tertelan, Om Jarwo kemudian merobohkan dirinya ke sofa.

Tante Irma mengarah padaku, aku tidak menyianyiakan kesempatan ini, aku bangkit lalu melakukan hal yang sama dengan Om jarwo. Kepala penisku jadi terasa lebih sensitif setelah mendapat gigitan mesra Tante Irma tadi, jadi hanya beberapa genjotan aku sudah tidak kuat menahan ejakulasiku, dalam satu hentakan yg dalam aku rasakan penisku masuk ke tenggorokan Tante Irma, lalu aku semburkan spermaku didalamnya. Setelah beberapa kali semburan, Tante Irma memukul-mukul pahaku, ia mulai kehabisan nafas, aku lepas kan pegangan tanganku dikepalanya, reflex dilepaskan pula kulumannya dari penisku. Tante irma mengambil nafas panjang kemudian berlari ke arah kamar mandi, sampai di sana ia muntah. Aku yang merasa tidak enak mencoba menyusulnya tapi dicegah oleh om jarwo.

“Udah biarin aja, biasa kok kalo lagi main kayak tadi” ujar om jarwo.

Aku kembali menjatuhkan diriku ke atas karpet, sementara Tante Irma membersihkan dirinya,.

“Eh, jangan pada lemes dong, aku belum dientot lho ini” protes tante irma

Om Jarwo nampaknya sudah kecapekan, suara dengkurannya mulai terdengar

“Tante, ini kontol aku masih keras, tapi aku capek banget, kalo tante mau, naikin aja , genjot sendiri” kataku pada Tante Irma

Tante Irma pun menghampiriku, dipegangnya penisku dan dia mencoba menghisapnya lagi, namun aku menepisnya

“Jangan sepong lagi tante, ngilu banget, langsung masukin aja”kataku dengan lemas

Tante Irma menurut, diposisikannya tubuhnya diatas tubuhku, lalu diarahkan kepala penisku memasuki liang vaginanya yang sudah becek, kemudian ia bergerak naik turun, aku merasakan nikmat tapi juga sangat lelah.

Kemudian aku rasakan pandanganku berkunang-kunang, sekelilingku menjadi gelap

“Sial, mimpi aneh itu sepertinya akan datang lagi” gerutuku dalam hati

Benar saja, tiba-tiba aku merasa sebuah entitas besar memelukku dari belakang, aku seperti tersadar tapi tidak bisa menggerakkan badanku, aku masih bisa merasakan nikmatnya penisku dijepit oleh vagina Tante Irma, tiba-tiba tubuhku seperti bergeraj sendiri, aku dorong t7ubuuh tante Irma, lalu menindihnya, dalam posisi mossionary aku mulai melesakkan penis besarku dan mulai mengenjotnya dengan kecepatan tinggi, Tante Irma berteriak keenakan kemudian mengalami orgasme , aku tidak menghentikan genjotanku, entah berapa lama hingga Tante Irma mengalami orgasme lagi dan minta ampun, itupun aku masih menggenjotnya dengan kecepatan tinggi, tante Irma terkulai lemas seperti pingsan, persis apa yg dialam Silvia waktu itu, aku makin mempercepat genjotanku, lalau dalam satu hujaman keras aku merasakan ejalukasi yang begitu nikmat, saking nikmatnya hingga kurasakan melayang, sekelilingku nampak disinari cahaya putih yang menyilaukan.

“Sialan tempat ini lagi” gerutuku

—-

Aku kembali ke tempat yang luas dan putih itu, pria itupun muncul lagi di hadapanku, aku mencoba mengenali wajahnya tapi tidak bisa.

"Ingat yang aku ajarkan" Katanya

"Tunggu, tempat apa ini"

"Lakukan saja apa yang aku ajarkan, waktu kita tidak banyak"


Aku mencoba mengingat instruksinya terakhir kali kesini, sebutkan nama, ingat dari mana kau datang, lihat bagian tubuhmu yang berkaitan dengan peristiwa yang membuatmu masuk kesini.

"Namaku Dani, aku berasal dari Kota K, fuck ini sangat tidak lucu" Batinku sambil menarik celana untuk melihat penisku sendiri.

Tiba-tiba aku berada di sebuah lapangan, aku melihat sekeliling, seperti lapangan bola tempat aku bermain sewaktu kecil bersama temanku Pono. Dua orang pria berdiri agak jauh dari ku, salah satunya yang selalu muncul di mimpi aneh ini, pria yang satunya adalah pria yang muncuk di mimpi anehku yang pertama

"Hei, halo, bisa kita berkenalan dulu, namaku Andi, dia Hilman" Kata orang yg menyambutku tadi

"Aku Dani" Jawabku

"Jadi, Andi, Dani, entah hanya aku yang menyadari atau memang kalian sebenarnya betul-betul mirip" Kata pria yang bernama Hilman.

Orang yang bernama Andi memang sangat mirip denganku bahkan aku menyadarinya ketika terakhir kali kami bertemu.

"Tempat ini adalah semacam lorong persilangan antar dimensi, aku menyebutnya White Room, Hilman menyebutnya Limbo supaya lebih dramatis, kau boleh menamai apapun sesukamu" Kata Andi

"Bagiku ini terlihat seperti lapangan bola kampung" Kataku

Mereka berdua terdiam lalu saling berpandangan

"Ok, intinya kejadian yang membuat kita masuk kesini, karena ada intervensi entitas dari dimensi yang lebih tinggi dari kita, yang mengenal konsep ruang dan waktu tidak seperti kita" Lanjut Andi menjelaskan.

Tiba-tiba kurasakan sekelilingku seperti bergetar

"Gempa bumi ?" Tanyaku

"Tidak, kita cuma kehabisan waktu" Kata Andi

"Lain kali langsung ke pointnya saja, waktu kita sedikit" Kata Hilman.

Aku seperti melihat sebuah rekahan besar di depan mataku, kemudian tubuhku terasa seperti terlempar.




Aku membuka mataku, menyadari diriku berada di atas karpet ruang tengah, telanjang bulat dan tertutup selimut. Aku menciuM aroma roti panggang buatan Tante Irma.

"Sial, sudah jam 6.30, aku kesiangan" batinku saat melihat jam

Aku berlari ke kamarku, mandi kemudian menyiapkan semua keperluan sekolah, lalu aku berpamitan pada Tante Irma dan Om Jarwo.

“Dani, kalo gak sempet sarapan ini roti panggangnya dibawa” kata Tante Irma

Aku menyahut sebungkus plastik roti panggang yang sudah disiapkan Tante Irma

“Kamu hebat deh semalem, baru kamu lho yang bikin tante sampe pingsan” kata Tante Irma sambil memberi tatapan genit padaku

Kupacu sepeda motorku menuju rumah Silvia untuk menjemputnya.

“Dikit lagi aku berangkat sendiri lho” kata Silvia ketika aku menemuinya di depan rumah

“Maaf sayang, aku kesiangan tadi” kataku pada Silvia

SIlvia segra naik ke boncengan motorku dan melingkarkan tangannya di pinggangku, sempat pula ia elus selangkanganku

“Yang.. masih pagi lho ini” kataku padanya

Ia hanya tertawa kecil, lalu kami berdua menuju ke sekolah



Karena sudah berpacaran dengan Silvia, jam istirahat kuhabiskan waktu makan bersamanya di kantin, pemandangan yang cukup unik bagi siswa lain melihat cewek binal kelas tiga, berpacaran dengan anak kelas satu yang satu semester sebelumnya bahkan tidak diyakini eksistensinya.

“Eh, sorry… Dani ya ..?” seorang siswa menghampiriku saat sedang mengunyah siomay

“Kenalin, gua Rendra dari sebelas ipa satu, gua wakil ketua ekskul karate” katanya memperkenalkan diri

“Owh iya Bang Rendra , silahkan duduk, gua pesenin siomay yak” kataku mempersilahkan
Dia duduk

“Eh gak usah” katanya

“Tenang bang, ngobrol enaknya sambil makan somay, koh alang, somaynya satu ama liang teh , buat bang rendra” kataku sambil tetap mengunyah bongkahan siomay

“Hehe.. jadi gak enak nih, ini sebenernya gua mau nawarin gabung ekskul karate nih bro, lu kan kayaknya punya potensi gitu, ya tahu sendirilah kejadian lu sama Fahad kemaren ” kata Rendra dengan sedikit rikuh

“Ekskul karate banyak latihan fisik gak bang ? kalo banyak gua ikutan deh, lagi butuh latihan fisik nih” kataku dengan mulut penuh siomay

“Owh, tentu dong, latihan fisik dan pernapasan kita ada” jelasnya

Kutelan siomayku yang belum sempat terkunyah sempurna ketika mendengar soal latihan fisik dan pernapasan, sangat pas dengan saran Om Jarwo untuk mendongkrak staminaku saat berhubungan seks

“Gua ikut bang, hari apa tuh latihannya ?” tanyaku

“Tiap hari kamis di Aula bro, ntar lu dateng dulu aja, masalah pendaftaran gampang ntar kita urus hari itu juga”

“Oh iya, bang rendra, kenalin ini pacar saya Silvia, Silvia, ini bang renda ketua ekskul karate”
kataku

“Sayang, kan aku kelas tiga, rendra ini kelas dua, kamu kelas satu, aku lebih tahu dia dong, jangan sotoy deh” potes Silvia

Rendra hanya tertawa garing, kemudian dia mulai melahap siomaynya.

Menjelang istirahat berakhir aku dan Silvia kembali ke kelas masing-masing, kami berhenti di lorong untuk janjian sepulang sekolah untuk nongkrong di Cafe Crystal sambil belajar bersama

“Silvia aku mau tanya deh, kamu sama mama kamu emang sedeket itu, sampet pinjem-pinjeman dildo segala ?” bisikku padanya

“Iya, btw kamu kemarin keluar cepet karena lihat mama ya ?” pancing Silvia

“Eh anggak kok, itu jepitan memek kamu emang lagi enak banget” kataku

“Udah gak usah boong, aku kasih tahu deh, baru sama kamu lho mamaku genit gitu, biasanya gak tuh, cuek-cuek aja”

Aku menelan ludahku mengetahui fakta itu, tidak dipungkiri Tante Connie meskipun sudah berumur tapi terlihat cantik dan seksi.

Bel tanda masuk telah berbunyi, aku sempat mengecup dahi Silvia sebelum kami kembali ke kelas masing-masing.

Sampai di kelas Gito ternyata sudah menungguku

“Bro… sini, info penting nih” bisik Gito

“Apaan to ?” tanyaku penasaran

“Berita lu ponakannya Bang Jarwo pemilik Klub Malam udah tersebar bro, trus efek dari lu bikin K.O Fahad, ditambah kemarin fahad katanya mo ngeeroyok lu, itu bikin beberapa geng kelas tiga lain mau caper ke om lu, katanya pulang sekolah ini Fahad bakal dihabisin” jelas Gito

“Ah yang bener lu to ?” tanyaku tidak percaya

“Info A1 nih, katanya sih di gang belakang sekolah” jawab Gito

“Ok, makasih infonya deh to” kataku.

Sungguh sebuah rangkaian reaksi yang diluar dugaanku, tapi justru jadi salah satu momen yang menurutku sangat pas untuk kumanfaatkan.



Aku mengantar Silvia terlebih dahulu ke Cafe Crystal, kemudian kepadanya aku pamit untuk menemui Fahad.

“Enggak berantem kok, malah mau nolongin dia ini” kataku padanya

Aku memacu motorku kembali ke arah sekolah, lalu aku memutar menuju gang belakang sekolah, motorku aku parkir di depan gang,lalu berjalan kaki ke dalamnya.

Kedatanganku kelihatannya sedikit terlambat, Fahad dikelilingi 6 orang berseragam SMA, dua diantaranya adalah teman Fahad yang, salah satu dari enam itu memegang kerah Fahad, menahan tubuhnya yg terkulai, nampak darah segar mengucur dari hidungnya.

“Rame-rame ada apa nih ?” kataku tiba-tiba menarik perhatian mereka

Mereka bingung, saling menyikut satu sama lain, lalu kemudian salah satu yang berpostur paling besar mencoba bicara

“Lu Dani kan ? ponakannya Bang Jarwo, ini kita lagi ngasih pelajaran nih sama orang yang ngroyok lu, jadi Bang jarwo gak perlu ngotorin tangannya”

“Lah, trus ini yang dua kagak lu gebukin juga ? datengnya sama mereka lho ? masih mending bang fahad deh masih disana sampe masalah kita clear, lha ini orang berdua pada kabur begitu Om Jarwo dateng”
kataku sambil menunjuk muka dua orang itu

“Eh .. enggak enggak, ini anak salah lihat kayaknya” kata salah seorang dari mereka

“Nggak, gua masih inget muke lu bang, sama tuh celana yang lo pake, yg kemarin lu ompolin kan pas ada Om Jarwo” kataku membual mencoba memancing emosi mereka

“Ini yg lain juga, udah kelas tiga pada ******-****** gini, maunya apa sih ? ngejilat Om jarwo ?, sekalian aja lo sepongin aja sono kek bencong, awas jangan kena gigi ya” kataku makin sarkas

Perkiraanku tepat, mereka mengamuk lalu menyerangku bersamaan, aku layangkan tinjuku ke salah satu dari mereka dengan sangat keras hingga langsung tersungkur, tersisa lima orang yang menabraku hingga jatuh, ditengah pergumulan aku pegang kepala salah satu dari mereka, lalu menghantamnya bertubi-tubi sembari menahan sakitnya pukulan empat orang yang lain.

“Bang Fahad, kalo ada waktu bisa kali bantuin” teriakku kearah Fahad.

Satu orang yang kuhajar kepalanya jatur tersungkur tidak sadarkan diri, tersisa 4 orang lagi, badanku terasa sakit sakit karena menahan pukulan mereka. Tiba-tiba fahad datang menyerang seperti orang kesetanan, aku tidak buang waktu, turut membantunya menuntaskan sisa 4 orang yang masih tersisa, orang terakhir yang dihajar fahad adalah temannya yang datang bersamanya untuk mengeroyoku, aku terpaksa menghentikan fahad karena pukulannya sangat brutal. Kami meninggalkan ke 6 orang itu terkapar di tengah gang, lalu aku mengajak fahad pulang

“Lo ngapain sih datang kesini ?” tanya Fahad

“Seperti yang pernah gua bilang bang, gua masih hormatin elu sebagai kaka kelas, dan ini semua terjadi gua akuin efek dari tindakan gua juga, makannya gua ngerasa bertanggung jawab bang”

“Makasih deh, gua muak sama mainan geng-gengan ini,gua mau fokus belajar buat ujian aja”
katanya sambil ngeloyor pergi

Jujur aku agak senang mendengarnya, aku pun kembali ke Cafe Crystal untuk belajar bersama SIlvia. Selesai kami belajar bersama tentu saja kami kembali ke rumah Silvia, melakukan hubungan seks yang sangat panas hingga sore hari, selepas aku 2 kali orgasme dan Silvia mengalami 3 kali, kami berdua mengobrol sambil berpelukan

“Aku tuh kalo habis ngentot enak gini rasanya gak pengin ke Aussie deh, penginnya jadi istri kamu aja” kata Silvia manja

“Nggak bisa gitu dong sayang, mimpi tuh harus dikejar, orang bisa datang dan pergi di hidup kita, tapi goal kita jangan sampai gak tercapai” kataku sambil mengelus kepalanya

“Habis kontol kamu enak banget, sayang ninggalinnya”

“Di Aussie kan bisa cari pacar lagi, kontol bule gedhe-gedhe lho”
candaku

“Enggak, aku nggak mau cari kontol bule, aku mau cari kontol negro sekalian, biar disodok sampe lower memeku” kata Silvia ketus

“Ih, jangan ngambek dong” kataku sambil mendekapnya mesra

Tiba-tiba pintu kamar Silvia terbuka

“Silvia dildo mama mana ?” Tante Connie tiba-tiba masuk dengan kondisi telanjang bulat


“Ih apaan sih mama, aku kan nggak pinjem lagi” gerutu silvia sambil bangklit mengusir mamanya

“Eh iya mama lupa, udah mama ambil kemarin ya ?” kata Tante Connie sambil menggoyangkan kedua payudara besarnya

“Udah-udah mama keluar, ngapain sih caper aja sama pacar aku” kata silvia sambil menutup dan mengunci pintu kamarnya.

Silvia masih menggerutu ketika kembali merebahkan badannya dalam dekapanku.

“Udah-udah, yuk kita bobo aja, aku kelonin nih” kataku sambil mendekapnya lebih erat.

Sembari mendekap Silvia aku kembali membayangkan bagaimana rasanya menyetubuhi Tante Connie yang berbadan bongsor itu.

“Perjalananku masih panjang”


Bersambung ke Chapter 4 >>
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd