Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Legenda Pendekar Ludah Api

Episode 13​

Kami dibawa ke pos militer terdekat. Kami dibawa ke kuil di desa di dekat insiden itu terjadi. Semua serdadu berkumpul. Mereka terkejut melihat apa yang mereka lihat dan banyak yang bercerita jika kami disergap baret hitam, dan kami selamat dan memenangkan pertarungan.

Mereka mengobati lukaku. Ada banyak pengungsi di sini. Aku baru ingat Legiun Abu tidak menyerang dan mengotori kuil jadi wajar penduduk desa ini berkemah di sekitar Komplek kuil. Namun penduduk desa menatap kami dengan ketakutan. Mereka tetap terpaksa menolong kami meski sangat terbatas.

Aku dirawat di sebuah kemah medis bersama temanku. Kemah ini juga melayani penduduk desa. Luka yang kualami menyerupai luka terkaman binatang buas. Aku beruntung masih selamat. Dokter itu bilang makhluk ini seperti sengaja mencabik-cabikku agar aku merasakan luka perlahan. Yang artinya ia bisa saja membunuhku tapi ia tidak melakukannya. Ia sengaja ingin melihatku terluka dan menderita.

Kami istirahat di kemah. Dengan pistol siaga dan pisau di tangan. Satu yang kami tahu wanita itu lemah terhadap peledak, bahkan yang ringan seperti granad. Jadi temanku menyelundupkan granad dan peledak, dan mengatakan siap meledakkannya jika makhluk itu kembali.

Kami semua istirahat. Aku terbangun tengah malam. Semua tertidur. Penduduk desa juga tertidur. Aku keluar kemah dengan pisau masih di tangan. Aku menyarungkan senjataku kembali. Jantungku berdegup kencang. Aku membawa granad di pinggangku, demi bersiaga Wanita misterius itu kembali.

Aku melihat kuil itu dari dekat. Aku tidak diperbolehkan masuk ke dalam kuil. Aku berjalan di sekitarnya. Aku berjalan ke dekat pohon rindang dan di sana aku melihat pemandangan yang tak biasa.

Untuk pertama kalinya seumur hidupku aku melihat kodama. Di kepercayaan kami orang Jepang, Mereka adalah roh penghuni pepohonan. Mereka menyapaku seolah mengetahui siapa aku. Mereka mengerubungiku dan aku bahkan tidak takut pada mereka. Mereka kembali ke pohon itu. Mereka mengerubungi sesuatu. Aku mendekati mereka dan mereka menyingkir. Aku melihat sebuah katana yang tidak biasa. Sebuah Uchigatana. Pedang para samurai, penerus dari pedang tachi.

Kodama ini memberi isyarat agar aku menyimpan pedang ini. Pedang ini sangat tua, tapi masih sangat tajam. Ada sebuah tulisan di pedang itu.

“ Aku bersama Kaisar serta Dewa ular yang memberiku kekuatan “

Para roh pepohonan itu menghilang. Tapi tidak dengan pedangku. Ada satu keahlianku yang mungkin lupa aku ceritakan kepada kalian. Aku pernah mendalami kendo sehingga aku menguasai setiap kuda-kuda dari pedang ini. Aku dulu sering bersama Kakekku, seorang serdadu AL Nippon yang masih hidup sejak perang dunia kedua. Terima kasih berkat bantuan kemajuan zaman.

Aku mulai berlatih. Aku pernah berlatih kendo namun aku merasakan kekuatan tidak biasa dari pedang ini. Aku merasa gerakanku semakin cepat dan kuat. Aku seketika mengerti kuda-kuda serta gerakan baru. Pedang ini seolah merasukiku. Aku menyarungkan kembali pedang itu lalu aku menyingkirkan pedang opsirku dan menggantinya dengan uchigatana itu.

Aku melihat seorang wanita masuk ke kuil itu. Aku mendekat namun pintu kuil itu tertutup. Tidak salah lagi. Aku sangat yakin itu wanita yang menyerang kami. Aku memanjat kuil, masuk kembali jendela namun ketika aku di dalam. Kuil itu kosong. Hanya ada pendeta yang bertapa dan berdoa di dalamnya. Aku kembali keluar melalui jendela namun aku sangat yakin gadis itu ke dalam.

Pagi itu kami semua apel di luar kuil. Kami para Serdadu yang selamat dari insiden kemarin dibariskan paling depan. Rombongan jenderal datang ke kuil ini. Kolonel baru saja dipromosikan dan menjadi Jenderal baru pemimpin Legiun Abu Pegunungan.

Kami semua diberikan medali keberanian. Sebuah lencana berbentuk Naga Ludah Api, Naga suci kepercayaan Bangsa Xian di sekitar Luo Jin. Medali ini adalah salah satu yang paling terhormat di Kekaisaran Xian. Kami beruntung mendapatkannya.

“ perang belum selesai prajurit. Kami akan mulai serbuan ke teluk Dewa demi menguasai pesisir laut Kekaisaran Han. Pertempuran ini bukanlah main-main. Kami butuh prajurit terbaik sebanyak-banyaknya dalam pertempuran ini karena bisa jadi pertempuran ini akan menjamin kemenangan Xian di perang Raya ini. Jika kalian bersedia, maka melangkah majulah “

Mereka semua melangkah maju. Aku pun ikut melangkah maju bersama rekanku. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan. Aku seharusnya pulang. Namun gengsiku mulai bermain. Aku melangkah maju karena aku pimpinan dari reguku.

“ bagus. Kalian benar-benar prajurit Pemberani. Wajar jika bahkan iblis Baret Hitam ketar-ketir menghadapi kalian “

Aku berandai-andai. Apakah wanita itu benar baret hitam? Ataukah ia sesuatu yang lain? Kami melihat wanita itu melahap Serdadu dan menghisap darahnya. Siapa wanita ini sebenarnya?

Kami tidak dipulangkan ke Luo Jin. Reguku bertambah empat anggota. Dua Serdadu dengan pistol mesin, satu serdadu senapan mesin ringan, dan satu lagi ahli peledak. Mereka menggunakan pistol mesin menyerupai mp18 dan senapan mesin ringan yang sama seperti yang aku gunakan, MG08/15

Kami berkendara menuju Teluk Dewa. Aku tidur sepanjang perjalanan. Perjalanan memakan waktu 10 jam. Dan ketika sampai aku turun bersama rekan-rekanku. Regu kami kini berjumlah 10 orang. Satu opsir, tiga penembak jitu, tiga ahli peledak, dua serdadu serbu dan seorang serdadu senapan mesin ringan.

Kapal-kapal perang AL Xian terlihat di lautan. Dari kejauhan kami pun melihat kapal perang musuh siap menantang kapal perang Xian di teluk ini. Kapal musuh besar, dan menyeramkan. Yang menembakkan meriam dari laut ke daratan. Tidak salah lagi, kapal itu menyerupai HMS dreadnought, bahkan lebih besar dan mengetikan lagi. Kapal perang Xian terlihat gagah di lautan. Bentuknya menyerupai kapal perang Jepang bernama Mikasa, kapal perang pre-dreadnoght hanya saja sedikit lebih ringan.

Ada benteng kecil dan sebuah Kota kecil dipinggir Teluk Dewa. Ada sebuah meriam raksasa yang dioperasikan oleh musuh. Kapal darat musuh juga dikerahkan di pertempuran ini, namun hanya puluhan tidak sampai ratusan. Ada puluhan kapal darat kemenangan dan puluhan kapal darat Mark V. Legiun Abu pegunungan juga dibantu puluhan kapal darat kemenangan.

Moril Legiun Abu sangat tinggi. Kabar kemenangan di Garis depan membuat moril Legiun Abu Pegunungan sangat tinggi dan optimis memenangkan pertempuran. Kami tiba di hari kedua pertempuran. Penyerbuan dilakukan sehari yang lalu dari laut dan darat ketika kami seharusnya pulang ke Luo Jin.

“ Duar!”

Meriam musuh ditembakkan. Tanah bergegar. Puluhan tewas seketika. Teriakan perang musuh terdengar dan kami ikut berkaitan menyerbu musuh.

Kami bertempur melawan enam bendara Militer Han sekaligus. Bahkan baret merah dari angkatan darat dan baret jingga dari AL Han terlibat dalam pertempuran ini. Baret Hitam mungkin terlibat tapi kami siap menghadapi apa pun di depan kami.

Satu peleton baret Jingga menyerbu dari arah pantai. Aku bersiaga menyergap mereka sendirian sebelum mereka menyergap reguku lebih dulu. Uchigatana itu memberiku keberanian. Aku keluar dari persembunyian, muncul tepat di belakang mereka dan ketika mereka hendak menembakku

“ clas! Clas! Clas! Clas! “

Aku membantai mereka sendirian dengan pedangku. Pedang Uchigatana ini luar biasa. Ia tidak hanya memberiku keberanian namun juga kekuatan dan kecepatan yang luar biasa. Pedang ini membuat baret jingga seperti prajurit kelas bawah.

Teman-temanku menghalau serbuan baret merah. Dua rekan penembak jituku tertembak namun Serdadu serbu maju dan membunuh enam baret merah sekaligus. Tiga teman kami menolong dua rekanku yang tertembak. Rekan senapan mesin kamu memberondong senapan mesin ringannya ke baret merah mencegah mereka menyergap rekan kami. Aku menghujani mereka dengan senapan mesinku membunuh mereka satu persatu hingga tewas seluruhnya.

Di lepas pantai kapal perang bertempur saling menembakkan meriam mereka. Kapal perang Han lebih besar dengan pengalaman yang lebih tinggi. Satria langit melancarkan serangan udara dan membantu pengeboman ke kapal musuh. Satria langit akhirnya bertemu lawan tangguhnya. Empat pesawat disapu bersih menyisakan empat pesawat lagi termasuk Tuan Besar. Namun kapal musuh terbakar dan kapal perang Xian menembakkan meriam mereka ke kapal musuh yang sekarat.

Kami melihat api dari dua kapal perang musuh. Kami semua bersorak. Kemenangan di depan mata. Dua kapal darat mark V musuh muncul dari balik asap yang mengepul di sore hari itu dan menembakkan meriam mereka ke posisi kami.

Senapan mesin kapal darat menyapu bersih serdadu Legiun Abu yang menghalanginya. Dengan berani aku berlari memutar hingga tiba di samping kapal darat musuh. Aku melemparkan peledak bersama seorang rekanku di arah berlawanan. Peledak meledak dan melumpuhkan kapal darat musuh. Kapal darat musuh terbakar dan awak kapal keluar dari dalamnya. Kami menembak dan membunuh mereka semua.

Tembak menembak bahkan berlanjut hingga malam hari. Api di kapal perang musuh berhasil dipadamkan. Diluar dugaan musuh menembakkan meriam ke salah satu kapal perang Xian hingga meledak dan tenggelam. Kami melihat ledakan dan kapal perang yang perlahan tenggelam di sore itu.

Aku dan reguku bersembunyi lalu beristirahat di garis belakang selama malam hari. Meriam musuh terus ditembakkan dan diudara Satria langit memimpin serbuan malam lalu beradu dengan AU Kekaisaran Han. Di samping semua itu, teman-temanku tertidur. Lebih hebatnya lagi prajurit garis depan banyak yang tertidur dalam tembak-menembak dengan menggunakan senapan tetes air. Dengan menggunakan tes-tes air, senapan akan menembak dengan sendirinya selama beberapa menit selagi mereka tertidur. Namun banyak juga benar-benar bertempur semalaman.

Aku terbangun tengah malam itu. Tembak menembak sedikit mereda tapi masih ada. Aku mengambil senapan mesinku dan berjalan keluar dari persembunyian. Opsir sepertiku seharusnya tidak menggunakan senjata seberat ini tapi sudahlah. Itu sudah menjadi ciri khasku di Medan perang ini.

“ Putri Li, jangan khawatirkan dia. Dia hanya debu kecil di sejarah Xian dan Han. Sejarah akan memihak Xian mulai sekarang, kita berhasil menuntun masa depan kita demi kepentingan kita semua “

Aku menoleh dan aku melihat sosok yang tidak biasa. Aku melihat Jenderal mengobrol dengan seseorang dari media. Awalnya aku masa bodoh namun aku sadar apa yang mereka bicarakan sedikit ganjil. Aku menguping pembicaraan mereka.

“ aku harap kalian tahu apa yang kalian lakukan. Kami bangsa Xian, tidak bisa sembarang diajak main-main. Kami tidak peduli siapa kalian, tapi kami Bangsa Xian punya cara sendiri menghukum pengkhianat “

Pria dari awak media itu tertawa terbahak-bahak

“ aku peringatkan kau untuk menunjukkan sedikit rasa Hormat manusia. Kalian boleh sombong namun jangan sekali-kali menunjukkan kesombongan itu pada kami. Sampai matahari terbit dari barat, Bangsa kami tidak akan pernah berlutut pada manusia. Meski Keturunan Xian sekalipun. Kemenangan Xian di depan mata namun Perang yang lebih besar menanti di masa depan. Aku harap kalian siap. Tanpa Pendekar Naga Hitam, tanpa pahlawan-pahlawan kalian. “

Sahutnya sambil tertawa terbahak-bahak

“ kami menunjukkan kemampuan kami di perang ini dan kami berhasil tanpa pahlawan supranatural. Percayalah di masa depan kami akan melakukannya lagi, lebih baik dari masa kini “

Dan tiba-tiba pria itu menghilang. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku bersembunyi di semak-semak agar Jenderal tidak melihatku. Aku kembali ke bersembunyian dan semalaman aku tidak bisa tidur

“ apa yang mereka bicarakan? Apa Xian benar-benar akan memenangkan Perang Raya? Tapi apakah perang yang lebih besar menanti, seperti perang dunia kedua di bumi? Apa kaitanku dengan semua kejadian ini?”

Aku tidak bisa tidur malam itu. Aku masih bingung dengan apa yang aku dengar. Aku bingung dengan apa yang aku dengar. Aku tertidur sekitar mendekati Fajar. Lalu bangun tepat saat peluit dibunyikan. Kami kembali ke Medan perang.

Kami semua maju menyerbu musuh. Aku menembakkan senapan mesinku ke arah musuh, bersama seorang rekanku. Kami menghalau seragam musuh dengan hujanan-hujanan peluru. Puluhan tertembak. Rekan-rekanku menembak musuh dengan senjata mereka. Dan ketika musuh sudah dekat, Serdadu-serdadu legiun Api mengeluarkan kapak, pisau dan bayonet mereka lalu menyerbu musuh secara membabi-buta

Sebuah keganjilan terjadi. Sebuah cahaya menyilaukan mata muncul. Aku kehilangan pandanganku. Ketika aku buka mata. Aku akhirnya kembali ke bumi. Namun bukan Jepang. Aku terjebak di sebuah Medan perang, kali ini bukan di Xian tapi di

“ Shanghai “

Aku berdiri menghadap pemandangan Kota Shanghai yang terbakar hebat. Aku merinding. China terus dirundung konflik tapi seingatku Shanghai baik-baik saja. Perang ini pasti masih baru.

Aku melihat warga sipil berlarian menyelamatkan diri mereka. Beberapa melihatku dan menyadari ada yang salah denganku. Beberapa takut dan memundurkan langkah mereka

“ Silahkan! Mari saya bantu! Mari saya bantu “

Aku membantu mereka melarikan diri. Beberapa membawa banyak bawaan beberapa membawa kendaraan seperti motor dan sepeda. Mereka berlari menyelamatkan diri mereka. Jet tempur terbang renda dan melepas bom ratusan kilo di dekat kami. Bagus sekalian. Dari Xian aku terjebak di pertempuran yang lebih ganas.

Aku melihat mesin-mesin perang terbang menuju Kota Shanghai. Aku melihat heli-heli tempur milik perusahaan Militer swasta melepas tembakan, menghujani Shanghai dengan peluru dan rudal mereka. Aku sempat melihat lambang dari perusahaan swasta itu

“ Zion…. “

Sebuah perusahaan Militer International. Setahuku di Jepang, perusahaan ini perusahaan property dan niaga namun sedikit yang tahu termasuk aku jika Zion memiliki cabang perusahaan Militer swasta atau PMC.

Warga sipil berebutan menaiki truk, Bus dan kendaraan bak terbuka. Aku membantu mereka. Aku tiba-tiba melihat rekan-rekanku dan mereka semua ikut membantu Rakyat sipil mengungsi dari Shanghai. Polisi-polisi Shanghai kebingungan melihat kami.

“ Ya Tuhan siapa lagi ini? Apa mereka di pihak kita?”

Gumam mereka.

“ itu tidak penting Pak, sekarang bantu mereka mengungsi dengan kendaraan ini “

Teman-temanku maju dan melihat pemandangan menara-menara tinggi yang terbakar dan dilahap api. Cahaya lampu kota masih menyala. Saat itu Fajar mungkin jam 3 pagi. Mereka berbaris memandangi heran dengan apa yang mereka lihat

“ maaf siapa kau? Kenapa memberi komando?”

Tanya polisi itu. Namun tidak sempat aku menjawabnya aku mendengar suara tembakan dari kejauhan. Aku melihat tentara-tentara bayaran turun dari humvee mereka lalu melepas tembakan kepada Rakyat Sipil. Aku membalas tembakan dan rekan-rekanku ikut membantu.

“ Kontak! Tentara tak dikenal menyerbu dari kerumunan warga sipil!”

“ Astaga mereka banyak sekali! Siapa mereka!”

Tentara-tentara bayaran itu ketar-ketir. Ratusan Tentara Xian keluar dari persembunyian mereka. Aku terkejut. Aku tidak melompat sendirian atau bersama reguku saja, tapi ratusan Tentara Xian ikut terlempar ke Shanghai.

“ Serang!”

Kami membalas tembakan, menghadapi puluhan tentara bayaran dihadapan kami.
 
Terakhir diubah:
Episode 13​

Kami dibawa ke pos militer terdekat. Kami dibawa ke kuil di desa di dekat insiden itu terjadi. Semua serdadu berkumpul. Mereka terkejut melihat apa yang mereka lihat dan banyak yang bercerita jika kami disergap baret hitam, dan kami selamat dan memenangkan pertarungan.

Mereka mengobati lukaku. Ada banyak pengungsi di sini. Aku baru ingat Legiun Abu tidak menyerang dan mengotori kuil jadi wajar penduduk desa ini berkemah di sekitar Komplek kuil. Namun penduduk desa menatap kami dengan ketakutan. Mereka tetap terpaksa menolong kami meski sangat terbatas.

Aku dirawat di sebuah kemah medis bersama temanku. Kemah ini juga melayani penduduk desa. Luka yang kualami menyerupai luka terkaman binatang buas. Aku beruntung masih selamat. Dokter itu bilang makhluk ini seperti sengaja mencabik-cabikku agar aku merasakan luka perlahan. Yang artinya ia bisa saja membunuhku tapi ia tidak melakukannya. Ia sengaja ingin melihatku terluka dan menderita.

Kami istirahat di kemah. Dengan pistol siaga dan pisau di tangan. Satu yang kami tahu wanita itu lemah terhadap peledak, bahkan yang ringan seperti granad. Jadi temanku menyelundupkan granad dan peledak, dan mengatakan siap meledakkannya jika makhluk itu kembali.

Kami semua istirahat. Aku terbangun tengah malam. Semua tertidur. Penduduk desa juga tertidur. Aku keluar kemah dengan pisau masih di tangan. Aku menyarungkan senjataku kembali. Jantungku berdegup kencang. Aku membawa granad di pinggangku, demi bersiaga Wanita misterius itu kembali.

Aku melihat kuil itu dari dekat. Aku tidak diperbolehkan masuk ke dalam kuil. Aku berjalan di sekitarnya. Aku berjalan ke dekat pohon rindang dan di sana aku melihat pemandangan yang tak biasa.

Untuk pertama kalinya seumur hidupku aku melihat kodama. Di kepercayaan kami orang Jepang, Mereka adalah roh penghuni pepohonan. Mereka menyapaku seolah mengetahui siapa aku. Mereka mengerubungiku dan aku bahkan tidak takut pada mereka. Mereka kembali ke pohon itu. Mereka mengerubungi sesuatu. Aku mendekati mereka dan mereka menyingkir. Aku melihat sebuah katana yang tidak biasa. Sebuah Uchigatana. Pedang para samurai, penerus dari pedang tachi.

Kodama ini memberi isyarat agar aku menyimpan pedang ini. Pedang ini sangat tua, tapi masih sangat tajam. Ada sebuah tulisan di pedang itu.

“ Aku bersama Kaisar serta Dewa ular yang memberiku kekuatan “

Para roh pepohonan itu menghilang. Tapi tidak dengan pedangku. Ada satu keahlianku yang mungkin lupa aku ceritakan kepada kalian. Aku pernah mendalami kendo sehingga aku menguasai setiap kuda-kuda dari pedang ini. Aku dulu sering bersama Kakekku, seorang serdadu AL Nippon yang masih hidup sejak perang dunia kedua. Terima kasih berkat bantuan kemajuan zaman.

Aku mulai berlatih. Aku pernah berlatih kendo namun aku merasakan kekuatan tidak biasa dari pedang ini. Aku merasa gerakanku semakin cepat dan kuat. Aku seketika mengerti kuda-kuda serta gerakan baru. Pedang ini seolah merasukiku. Aku menyarungkan kembali pedang itu lalu aku menyingkirkan pedang opsirku dan menggantinya dengan uchigatana itu.

Aku melihat seorang wanita masuk ke kuil itu. Aku mendekat namun pintu kuil itu tertutup. Tidak salah lagi. Aku sangat yakin itu wanita yang menyerang kami. Aku memanjat kuil, masuk kembali jendela namun ketika aku di dalam. Kuil itu kosong. Hanya ada pendeta yang bertapa dan berdoa di dalamnya. Aku kembali keluar melalui jendela namun aku sangat yakin gadis itu ke dalam.

Pagi itu kami semua apel di luar kuil. Kami para Serdadu yang selamat dari insiden kemarin dibariskan paling depan. Rombongan jenderal datang ke kuil ini. Kolonel baru saja dipromosikan dan menjadi Jenderal baru pemimpin Legiun Abu Pegunungan.

Kami semua diberikan medali keberanian. Sebuah lencana berbentuk Naga Ludah Api, Naga suci kepercayaan Bangsa Xian di sekitar Luo Jin. Medali ini adalah salah satu yang paling terhormat di Kekaisaran Xian. Kami beruntung mendapatkannya.

“ perang belum selesai prajurit. Kami akan mulai serbuan ke teluk Dewa demi menguasai pesisir laut Kekaisaran Han. Pertempuran ini bukanlah main-main. Kami butuh prajurit terbaik sebanyak-banyaknya dalam pertempuran ini karena bisa jadi pertempuran ini akan menjamin kemenangan Xian di perang Raya ini. Jika kalian bersedia, maka melangkah majulah “

Mereka semua melangkah maju. Aku pun ikut melangkah maju bersama rekanku. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan. Aku seharusnya pulang. Namun gengsiku mulai bermain. Aku melangkah maju karena aku pimpinan dari reguku.

“ bagus. Kalian benar-benar prajurit Pemberani. Wajar jika bahkan iblis Baret Hitam ketar-ketir menghadapi kalian “

Aku berandai-andai. Apakah wanita itu benar baret hitam? Ataukah ia sesuatu yang lain? Kami melihat wanita itu melahap Serdadu dan menghisap darahnya. Siapa wanita ini sebenarnya?

Kami tidak dipulangkan ke Luo Jin. Reguku bertambah empat anggota. Dua Serdadu dengan pistol mesin, satu serdadu senapan mesin ringan, dan satu lagi ahli peledak. Mereka menggunakan pistol mesin menyerupai mp18 dan senapan mesin ringan yang sama seperti yang aku gunakan, MG08/15

Kami berkendara menuju Teluk Dewa. Aku tidur sepanjang perjalanan. Perjalanan memakan waktu 10 jam. Dan ketika sampai aku turun bersama rekan-rekanku. Regu kami kini berjumlah 10 orang. Satu opsir, tiga penembak jitu, tiga ahli peledak, dua serdadu serbu dan seorang serdadu senapan mesin ringan.

Kapal-kapal perang AL Xian terlihat di lautan. Dari kejauhan kami pun melihat kapal perang musuh siap menantang kapal perang Xian di teluk ini. Kapal musuh besar, dan menyeramkan. Yang menembakkan meriam dari laut ke daratan. Tidak salah lagi, kapal itu menyerupai HMS dreadnought, bahkan lebih besar dan mengetikan lagi. Kapal perang Xian terlihat gagah di lautan. Bentuknya menyerupai kapal perang Jepang bernama Mikasa, kapal perang pre-dreadnoght hanya saja sedikit lebih ringan.

Ada benteng kecil dan sebuah Kota kecil dipinggir Teluk Dewa. Ada sebuah meriam raksasa yang dioperasikan oleh musuh. Kapal darat musuh juga dikerahkan di pertempuran ini, namun hanya puluhan tidak sampai ratusan. Ada puluhan kapal darat kemenangan dan puluhan kapal darat Mark V. Legiun Abu pegunungan juga dibantu puluhan kapal darat kemenangan.

Moril Legiun Abu sangat tinggi. Kabar kemenangan di Garis depan membuat moril Legiun Abu Pegunungan sangat tinggi dan optimis memenangkan pertempuran. Kami tiba di hari kedua pertempuran. Penyerbuan dilakukan sehari yang lalu dari laut dan darat ketika kami seharusnya pulang ke Luo Jin.

“ Duar!”

Meriam musuh ditembakkan. Tanah bergegar. Puluhan tewas seketika. Teriakan perang musuh terdengar dan kami ikut berkaitan menyerbu musuh.

Kami bertempur melawan enam bendara Militer Han sekaligus. Bahkan baret merah dari angkatan darat dan baret jingga dari AL Han terlibat dalam pertempuran ini. Baret Hitam mungkin terlibat tapi kami siap menghadapi apa pun di depan kami.

Satu peleton baret Jingga menyerbu dari arah pantai. Aku bersiaga menyergap mereka sendirian sebelum mereka menyergap reguku lebih dulu. Uchigatana itu memberiku keberanian. Aku keluar dari persembunyian, muncul tepat di belakang mereka dan ketika mereka hendak menembakku

“ clas! Clas! Clas! Clas! “

Aku membantai mereka sendirian dengan pedangku. Pedang Uchigatana ini luar biasa. Ia tidak hanya memberiku keberanian namun juga kekuatan dan kecepatan yang luar biasa. Pedang ini membuat baret jingga seperti prajurit kelas bawah.

Teman-temanku menghalau serbuan baret merah. Dua rekan penembak jituku tertembak namun Serdadu serbu maju dan membunuh enam baret merah sekaligus. Tiga teman kami menolong dua rekanku yang tertembak. Rekan senapan mesin kamu memberondong senapan mesin ringannya ke baret merah mencegah mereka menyergap rekan kami. Aku menghujani mereka dengan senapan mesinku membunuh mereka satu persatu hingga tewas seluruhnya.

Di lepas pantai kapal perang bertempur saling menembakkan meriam mereka. Kapal perang Han lebih besar dengan pengalaman yang lebih tinggi. Satria langit melancarkan serangan udara dan membantu pengeboman ke kapal musuh. Satria langit akhirnya bertemu lawan tangguhnya. Empat pesawat disapu bersih menyisakan empat pesawat lagi termasuk Tuan Besar. Namun kapal musuh terbakar dan kapal perang Xian menembakkan meriam mereka ke kapal musuh yang sekarat.

Kami melihat api dari dua kapal perang musuh. Kami semua bersorak. Kemenangan di depan mata. Dua kapal darat mark V musuh muncul dari balik asap yang mengepul di sore hari itu dan menembakkan meriam mereka ke posisi kami.

Senapan mesin kapal darat menyapu bersih serdadu Legiun Abu yang menghalanginya. Dengan berani aku berlari memutar hingga tiba di samping kapal darat musuh. Aku melemparkan peledak bersama seorang rekanku di arah berlawanan. Peledak meledak dan melumpuhkan kapal darat musuh. Kapal darat musuh terbakar dan awak kapal keluar dari dalamnya. Kami menembak dan membunuh mereka semua.

Tembak menembak bahkan berlanjut hingga malam hari. Api di kapal perang musuh berhasil dipadamkan. Diluar dugaan musuh menembakkan meriam ke salah satu kapal perang Xian hingga meledak dan tenggelam. Kami melihat ledakan dan kapal perang yang perlahan tenggelam di sore itu.

Aku dan reguku bersembunyi lalu beristirahat di garis belakang selama malam hari. Meriam musuh terus ditembakkan dan diudara Satria langit memimpin serbuan malam lalu beradu dengan AU Kekaisaran Han. Di samping semua itu, teman-temanku tertidur. Lebih hebatnya lagi prajurit garis depan banyak yang tertidur dalam tembak-menembak dengan menggunakan senapan tetes air. Dengan menggunakan tes-tes air, senapan akan menembak dengan sendirinya selama beberapa menit selagi mereka tertidur. Namun banyak juga benar-benar bertempur semalaman.

Aku terbangun tengah malam itu. Tembak menembak sedikit mereda tapi masih ada. Aku mengambil senapan mesinku dan berjalan keluar dari persembunyian. Opsir sepertiku seharusnya tidak menggunakan senjata seberat ini tapi sudahlah. Itu sudah menjadi ciri khasku di Medan perang ini.

“ Putri Li, jangan khawatirkan dia. Dia hanya debu kecil di sejarah Xian dan Han. Sejarah akan memihak Xian mulai sekarang, kita berhasil menuntun masa depan kita demi kepentingan kita semua “

Aku menoleh dan aku melihat sosok yang tidak biasa. Aku melihat Jenderal mengobrol dengan seseorang dari media. Awalnya aku masa bodoh namun aku sadar apa yang mereka bicarakan sedikit ganjil. Aku menguping pembicaraan mereka.

“ aku harap kalian tahu apa yang kalian lakukan. Kami bangsa Xian, tidak bisa sembarang diajak main-main. Kami tidak peduli siapa kalian, tapi kami Bangsa Xian punya cara sendiri menghukum pengkhianat “

Pria dari awak media itu tertawa terbahak-bahak

“ aku peringatkan kau untuk menunjukkan sedikit rasa Hormat manusia. Kalian boleh sombong namun jangan sekali-kali menunjukkan kesombongan itu pada kami. Sampai matahari terbit dari barat, Bangsa kami tidak akan pernah berlutut pada manusia. Meski Keturunan Xian sekalipun. Kemenangan Xian di depan mata namun Perang yang lebih besar menanti di masa depan. Aku harap kalian siap. Tanpa Pendekar Naga Hitam, tanpa pahlawan-pahlawan kalian. “

Sahutnya sambil tertawa terbahak-bahak

“ kami menunjukkan kemampuan kami di perang ini dan kami berhasil tanpa pahlawan supranatural. Percayalah di masa depan kami akan melakukannya lagi, lebih baik dari masa kini “

Dan tiba-tiba pria itu menghilang. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku bersembunyi di semak-semak agar Jenderal tidak melihatku. Aku kembali ke bersembunyian dan semalaman aku tidak bisa tidur

“ apa yang mereka bicarakan? Apa Xian benar-benar akan memenangkan Perang Raya? Tapi apakah perang yang lebih besar menanti, seperti perang dunia kedua di bumi? Apa kaitanku dengan semua kejadian ini?”

Aku tidak bisa tidur malam itu. Aku masih bingung dengan apa yang aku dengar. Aku bingung dengan apa yang aku dengar. Aku tertidur sekitar mendekati Fajar. Lalu bangun tepat saat peluit dibunyikan. Kami kembali ke Medan perang.

Kami semua maju menyerbu musuh. Aku menembakkan senapan mesinku ke arah musuh, bersama seorang rekanku. Kami menghalau seragam musuh dengan hujanan-hujanan peluru. Puluhan tertembak. Rekan-rekanku menembak musuh dengan senjata mereka. Dan ketika musuh sudah dekat, Serdadu-serdadu legiun Api mengeluarkan kapak, pisau dan bayonet mereka lalu menyerbu musuh secara membabi-buta

Sebuah keganjilan terjadi. Sebuah cahaya menyilaukan mata muncul. Aku kehilangan pandanganku. Ketika aku buka mata. Aku akhirnya kembali ke bumi. Namun bukan Jepang. Aku terjebak di sebuah Medan perang, kali ini bukan di Xian tapi di

“ Shanghai “

Aku berdiri menghadap pemandangan Kota Shanghai yang terbakar hebat. Aku merinding. China terus dirundung konflik tapi seingatku Shanghai baik-baik saja. Perang ini pasti masih baru.

Aku melihat warga sipil berlarian menyelamatkan diri mereka. Beberapa melihatku dan menyadari ada yang salah denganku. Beberapa takut dan memundurkan langkah mereka

“ Silahkan! Mari saya bantu! Mari saya bantu “

Aku membantu mereka melarikan diri. Beberapa membawa banyak bawaan beberapa membawa kendaraan seperti motor dan sepeda. Mereka berlari menyelamatkan diri mereka. Jet tempur terbang renda dan melepas bom ratusan kilo di dekat kami. Bagus sekalian. Dari Xian aku terjebak di pertempuran yang lebih ganas.

Aku melihat mesin-mesin perang terbang menuju Kota Shanghai. Aku melihat heli-heli tempur milik perusahaan Militer swasta melepas tembakan, menghujani Shanghai dengan peluru dan rudal mereka. Aku sempat melihat lambang dari perusahaan swasta itu

“ Zion…. “

Sebuah perusahaan Militer International. Setahuku di Jepang, perusahaan ini perusahaan property dan niaga namun sedikit yang tahu termasuk aku jika Zion memiliki cabang perusahaan Militer swasta atau PMC.

Warga sipil berebutan menaiki truk, Bus dan kendaraan bak terbuka. Aku membantu mereka. Aku tiba-tiba melihat rekan-rekanku dan mereka semua ikut membantu Rakyat sipil mengungsi dari Shanghai. Polisi-polisi Shanghai kebingungan melihat kami.

“ Ya Tuhan siapa lagi ini? Apa mereka di pihak kita?”

Gumam mereka.

“ itu tidak penting Pak, sekarang bantu mereka mengungsi dengan kendaraan ini “

Teman-temanku maju dan melihat pemandangan menara-menara tinggi yang terbakar dan dilahap api. Cahaya lampu kota masih menyala. Saat itu Fajar mungkin jam 3 pagi. Mereka berbaris memandangi heran dengan apa yang mereka lihat

“ maaf siapa kau? Kenapa memberi komando?”

Tanya polisi itu. Namun tidak sempat aku menjawabnya aku mendengar suara tembakan dari kejauhan. Aku melihat tentara-tentara bayaran turun dari humvee mereka lalu melepas tembakan kepada Rakyat Sipil. Aku membalas tembakan dan rekan-rekanku ikut membantu.

“ Kontak! Tentara tak dikenal menyerbu dari kerumunan warga sipil!”

“ Astaga mereka banyak sekali! Siapa mereka!”

Tentara-tentara bayaran itu ketar-ketir. Ratusan Tentara Xian keluar dari persembunyian mereka. Aku terkejut. Aku tidak melompat sendirian atau bersama reguku saja, tapi ratusan Tentara Xian ikut terlempar ke Shanghai.

“ Serang!”

Kami membalas tembakan, menghadapi puluhan tentara bayaran dihadapan kami.
jalan ceritanya gak tertebak....nice Suhu....makasih sudah update....
 
Manteb cerita nya

Sayang di Xianshi kagak ikut berburu
sapa tahu ada yg bisa ditolong dan meminta lagi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd