begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 602
- Like diterima
- 10.449
•••••
1. MPOK ENCUM BUTUH KEHANGATAN
SIANG ITU, aku membeli air mineral di tokonya Mpok Encum. Toko Mpok Encum selalu ramai oleh pembeli karena ia selalu ramah kepada pembeli dan persediaan barang di tokonya lengkap. Ketika aku datang ke toko, Mpok Encum hanya seorang diri.
“Tumben sendirian, Mpok? Emang Bang Rasyid ke mana?” tanyaku.
“Yang di sini dong ditanyain, masa yang gak di sini malah ditanyain? Hee... hee... biasaaa, Bang Rasyid lagi check gula darah ke dokter.” jawab Mpok Encum.
“Ooohhh... kirain lagi ke bini mudanya,” kataku berseloroh.
“Yaelah pake bini muda segala, aku aja gak pernah diurusin...” balas Mpok Encum.
“Loh, gak pernah diurusin gimana Mpok? Bang Rasyid kan gantian sama Mpok nungguin toko, jadi ada waktu dong buat indehoy gitu... hee... hee...” jawabku.
“Aaahhh kamu iniiii... Bang Rasyid itu gak pernah puasin Mpok. Dia mah mau enaknya sendiri. Kalau udah selesai langsung ke mana tau...” kata Mpok Encum.
“Aku makin gak ngerti maksud Mpok apaan sih?” balasku.
“Yaaahhh... kamu belum berumah tangga gak boleh taulah... ini urusan orang berumah tangga...” jawab Mpok Encum.
“Tapi kan Mpok, siapa tau aku bisa membantu Mpok mengurangi beban Mpok gitu... hee... hee...” kataku.
“Biasalah Zul, masalah begituan...” kata Mpok Encum.
“Oooohhh... aku ngerti deh sekarang, Mpok. Gampang ngatasinya, Mpok! Aku bisa bantu kalau Mpok mau...” ujarku.
“Haa... haaa... “ Mpok Encum tertawa ngakak. “Emangnya kamu mau bantu apa coba? Angkat tabung gas sama galon, atau mungkin angkat aku... eeehhh...” kata Mpok Encum.
“Apa tadi Mpok, angkat Mpok? Jangankan angkat Mpok, aku siap puasin Mpok!” jawabku.
“Eeeehhh Zul, ngomong jangan asal jeblak, kalau kedengaran tetangga, nanti aku dikira ada main sama kamu...” tegur Mpok Encum.
“Maaf Mpok, kalau aku keceplosan..” ucapku.
“Mari masuk, duduk sini,” ajak Mpok Encum yang duduk di dalam warung.
“Terima kasih, Mpok...” jawabku. “Trus kalau Bang Rasyid datang gimana, apa Bang Rasyid gak cemburu tuh?” tanyaku setelah masuk ke dalam warung Mpok Encum.
“Udah tenang aja, Bang Rasyid periksanya lama, antrinya panjang, penuh soalnya... duduk sini...” jawab Mpok Encum menyodorkan bangku plastik untukku.
Aku duduk di dekat tempat duduk Mpok Encum. Mpok Encum memutar kursi kebesarannya, yaitu sebuah kursi kantor menghadap tempat dudukku.
“Tadi kamu bilang... bisa puasin Mpok, emang kamu udah pernah gituan?” tanya Mpok Encum memandang aku.
“Sebenarnya, diam-diam aku sering memperhatikan Mpok loh, Mpok cantik, pakai jilbab gitu. Aku pernah mimpi diajak begituan sama Mpok, sampai-sampai aku mimpi basah...” kataku.
“Walahh... kebanyakan nonton film begituan kali tuh...” balas Mpok Encum tertawa.
“Masa kebanyakan nonton film begituan yang muncul di mimpiku malah Mpok, sih? Bukan Mpok, mungkin kita sejodoh...” kataku.
“Buktikan dong sama Mpok!” balas Mpok Encum.
Tanpa menunggu lagi, aku mengeluarkan penisku yang kekar dari bagian bawah celana pendekku yang longgar mempertontonkan penisku yang sudah mengeras di depan Mpok Encum.
“Nih... liat Mpok... tititku udah ngaceng banget...” kataku.
“Waaahhh... waahhh... gede juga tititmu Zul... lebih gede dari pada punya Bang Rasyid ...” kata Mpok Encum
“Iya dong... mantap kan, Mpok? Ini karena Mpok Encum!” jawabku.
“Memangnya kalau gak sama aku gak ngaceng segede gini?” tanya Mpok Encum memegang penisku.
“Kocokin Mpok! Tangan Mpok hangat.. enak...” jawabku. Aku menjulurkan tangan meremas-remas payudara Mpok Encum yang masih dibungkus oleh bajunya dan jilbab.
“Emmmpppffhhhh... tunggu sebentar Zul... aku tutup pintu warung dulu... ” kata Mpok Encum.
Mpok Encum bangun dari tempat duduknya melangkah ke depan warung menarik pintu besi, lalu menguncinya dari dalam seolah-olah Mpok Encum sedang istirahat siang.
Setelah itu Mpok Encum dan aku masuk ke dalam rumah. “Pengen minum apa Zul? Teh apa kopi gitu?” tanya Mpok Encum padaku setelah aku duduk di kursi sofa yang ada di ruang tamu rumah Mpok Encum.
“Terima kasih, Mpok! Aku ingin tetek Mpok saja yang montok itu untuk memuaskan dahagaku... hee.. hee... ” jawabku.
Tanganku mulai mengelus paha Mpok Encum yang dibungkus oleh rok panjang. Mpok Encum dan aku saling bertatapan mata. Pandangan mataku penuh arti, begitu pula dengan tatapan mata Mpok Encum. Wajah dan bibir kami saling mendekat, kemudian kami pun berciuman bibir.
Bibir Mpok Encum sangat ganas. Bibirku disedot-sedotnya dan lidahnya menusuk-nusuk mulutku. Kemudian kami bermain lidah dan saling bertukar ludah. Nafas Mpok Encum memburu. Rupanya ia sudah mulai terangsang.
Mpok Encum merebahkan tubuhnya di sofa dan kami kembali berciuman. Kali ini, aku melepas bajunya dan aku mulai menciumi leher serta payudara Mpok Encum yang masih terbungkus bra.
Lalu Mpok Encum melepaskan branya dan tampak kedua payudaranya yang besar dengan puting susu yang sudah mulai mengeras. Aku menyedot dan menghisap puting susu Mpok Encum sambil diremas-remas. Cukup lama aku bermain-main dengan payudara Mpok Encum.
Kemudian Mpok Encum melepaskan pelukannya. Mpok Encum melepaskan rok panjangnya dan membuka celana dalamnya. Sedangkan aku melepaskan seluruh pakaianku sehingga aku dan Mpok Encum sama-sama telanjang bulat.
Kejadian yang tak kusangka-sangka, aku dan Mpok Encum bertelanjang bulat, padahal tujuan utamaku tadi ke warung Mpok Encum hanyalah untuk membeli air minum.
Bang Rasyid, suami Mpok Encum setiap seminggu sekali harus kontrol kesehatan ke dokter. Bang Rasyid terkena penyakit diabetes sehingga ia tidak mampu memuaskan nafsu birahi Mpok Encum yang sangat besar. Umur Bang Rasyid 48 tahun, sedang umur Mpok Encum 45 tahun
Wajah Mpok Encum lumayan cantik, kulitnya putih bersih, tinggi badannya kira-kira 160 cm, dan mempunyai 2 orang anak, satu cewek satu cowok. Anak yang cewek sudah menikah, sedangkan anak cowok kuliah baru semester 3 di sebuah universitas swasta.
Mpok Encum berjongkok. Penisku yang sudah mengeras itu dimasukkan ke dalam mulutnya. Penisku dihisap oleh Mpok Encum dengan gerakan kepala maju-mundur. Aku pegang kepala Mpok Encum yang masih berjilbab, lalu kukocok-kocok penisku di mulut Mpok Encum yang basah.
“Oouhhhhh... yeeaahhh... enak banget... aaahh... hhhhh...” desahku dengan penuh kenikmatan.
Gantian Mpok Encum berdiri dan menaruh satu kakinya di atas pinggiran sofa.
Setelah itu aku menjilati vagina Mpok Encum yang berbau anyir. Bulu kemaluannya tidak lebat dan empat jariku masuk sekaligus ke dalam lubang vagina Mpok Encum yang basah dengan cairan birahinya itu. Terus kukocok-kocok. Mpok Encum pun mengerang dan teriak pelan dengan penuh kenikmatan.
“Aauuucchhhhh... aaahhhh... ooooohhh... mmmfffhh... hhh... terusss Zul... teruuuusssss... ooohhhhh...” rintihan Mpok Encum membuatku semakin terpacu untuk memuaskan birahi seksualnya.
Dan benar saja, tak lama akhirnya Mpok Encum orgasme. Ia pun menjatuhkan dirinya ke sofa dengan posisi terlentang. Aku tidak tinggal diam.
Segera saja aku melebarkan paha Mpok Encum dan aku masukkan penisku ke dalam vagina Mpok Encum. Blesss... penisku masuk tanpa hambatan yang berarti. Dengan gerakan maju-mundur, aku memompa dengan pelan lubang vagina Mpok Encum yang nikmat itu, lalu semakin lama semakin cepat gerakanku.
“Aaahhh... uuuhhh... oohhhh... yeeahh... terus Zul... terusssss... enak banget...” erang Mpok Encum.
Ketika aku hampir klimaks, aku menghentikan sejenak gerakkanku. Aku berciuman dengan Mpok Encum. Setelah itu, kembali aku melanjutkan gerakanku yang tadi.
“Berhenti dulu Zul... aku mau balik badan dulu...” pinta Mpok Encum.
Kemudian Mpok Encum membalikkan tubuhnya. Dengan posisi “doggy style” aku kembali menggenjot vagina Mpok Encum. Jika aku terasa capek maka Mpok Encum gantian yang melakukan gerakan maju-mundur.
“Ooohhhhh... uuhhhh... hhhhhhh... aaahhhhh... yeeaahh...” desah Mpok Encum.
Gerakan yang dilakukan Mpok Encum makin hebat. Dengan gerakan memutar dan menekan yang dilakukan Mpok Encum maka tak lama kemudian pertahananku pun jebol.
“Ooohhhh... aku mau keluaaaaarrrrr...” rintihku sambil mendorong penisku dalam-dalam. Croottt... croottt... croottt... serr... air maniku tumpah ruah di dalam liang vaginanya Mpok Encum.
Setelah itu, Mpok Encum membalik tubuhnya memeluk aku. Aku dan Mpok Encum berpelukan dengan tubuh basah berkeringat. Benar-benar pertempuran yang sungguh melelahkan.
Mpok Encum memandangi aku sambil tersenyum. “Kamu memang hebat Zul... aku puas banget...” kata Mpok Encum.
“Iya Mpok... aku juga...” jawabku.
“Yuk ah... aku mau mandi dulu biar Bang Rasyid gak curiga...” kata Mpok Encum.
“Boleh mandi bareng gak Mpok?” tanyaku.
“Emmmmm... lain kesempatan aja ya? Buruan pake baju kamu, terus perginya lewat pintu belakang.” jawab Mpok Encum.
“Oke Mpok...” kataku.
Aku segera mengambil pakaianku lalu menuju ke belakang rumah Mpok Encum. Di sana aku memakai kembali pakaianku. Setelah selesai, aku melangkah pulang ke rumahku dengan tersenyum penuh kepuasan.
Kini Mpok Encum menjadi bagian dari hidupku, karena skandal ini terus kami lakukan setiap minggu. (14082017)
1. MPOK ENCUM BUTUH KEHANGATAN
SIANG ITU, aku membeli air mineral di tokonya Mpok Encum. Toko Mpok Encum selalu ramai oleh pembeli karena ia selalu ramah kepada pembeli dan persediaan barang di tokonya lengkap. Ketika aku datang ke toko, Mpok Encum hanya seorang diri.
“Tumben sendirian, Mpok? Emang Bang Rasyid ke mana?” tanyaku.
“Yang di sini dong ditanyain, masa yang gak di sini malah ditanyain? Hee... hee... biasaaa, Bang Rasyid lagi check gula darah ke dokter.” jawab Mpok Encum.
“Ooohhh... kirain lagi ke bini mudanya,” kataku berseloroh.
“Yaelah pake bini muda segala, aku aja gak pernah diurusin...” balas Mpok Encum.
“Loh, gak pernah diurusin gimana Mpok? Bang Rasyid kan gantian sama Mpok nungguin toko, jadi ada waktu dong buat indehoy gitu... hee... hee...” jawabku.
“Aaahhh kamu iniiii... Bang Rasyid itu gak pernah puasin Mpok. Dia mah mau enaknya sendiri. Kalau udah selesai langsung ke mana tau...” kata Mpok Encum.
“Aku makin gak ngerti maksud Mpok apaan sih?” balasku.
“Yaaahhh... kamu belum berumah tangga gak boleh taulah... ini urusan orang berumah tangga...” jawab Mpok Encum.
“Tapi kan Mpok, siapa tau aku bisa membantu Mpok mengurangi beban Mpok gitu... hee... hee...” kataku.
“Biasalah Zul, masalah begituan...” kata Mpok Encum.
“Oooohhh... aku ngerti deh sekarang, Mpok. Gampang ngatasinya, Mpok! Aku bisa bantu kalau Mpok mau...” ujarku.
“Haa... haaa... “ Mpok Encum tertawa ngakak. “Emangnya kamu mau bantu apa coba? Angkat tabung gas sama galon, atau mungkin angkat aku... eeehhh...” kata Mpok Encum.
“Apa tadi Mpok, angkat Mpok? Jangankan angkat Mpok, aku siap puasin Mpok!” jawabku.
“Eeeehhh Zul, ngomong jangan asal jeblak, kalau kedengaran tetangga, nanti aku dikira ada main sama kamu...” tegur Mpok Encum.
“Maaf Mpok, kalau aku keceplosan..” ucapku.
“Mari masuk, duduk sini,” ajak Mpok Encum yang duduk di dalam warung.
“Terima kasih, Mpok...” jawabku. “Trus kalau Bang Rasyid datang gimana, apa Bang Rasyid gak cemburu tuh?” tanyaku setelah masuk ke dalam warung Mpok Encum.
“Udah tenang aja, Bang Rasyid periksanya lama, antrinya panjang, penuh soalnya... duduk sini...” jawab Mpok Encum menyodorkan bangku plastik untukku.
Aku duduk di dekat tempat duduk Mpok Encum. Mpok Encum memutar kursi kebesarannya, yaitu sebuah kursi kantor menghadap tempat dudukku.
“Tadi kamu bilang... bisa puasin Mpok, emang kamu udah pernah gituan?” tanya Mpok Encum memandang aku.
“Sebenarnya, diam-diam aku sering memperhatikan Mpok loh, Mpok cantik, pakai jilbab gitu. Aku pernah mimpi diajak begituan sama Mpok, sampai-sampai aku mimpi basah...” kataku.
“Walahh... kebanyakan nonton film begituan kali tuh...” balas Mpok Encum tertawa.
“Masa kebanyakan nonton film begituan yang muncul di mimpiku malah Mpok, sih? Bukan Mpok, mungkin kita sejodoh...” kataku.
“Buktikan dong sama Mpok!” balas Mpok Encum.
Tanpa menunggu lagi, aku mengeluarkan penisku yang kekar dari bagian bawah celana pendekku yang longgar mempertontonkan penisku yang sudah mengeras di depan Mpok Encum.
“Nih... liat Mpok... tititku udah ngaceng banget...” kataku.
“Waaahhh... waahhh... gede juga tititmu Zul... lebih gede dari pada punya Bang Rasyid ...” kata Mpok Encum
“Iya dong... mantap kan, Mpok? Ini karena Mpok Encum!” jawabku.
“Memangnya kalau gak sama aku gak ngaceng segede gini?” tanya Mpok Encum memegang penisku.
“Kocokin Mpok! Tangan Mpok hangat.. enak...” jawabku. Aku menjulurkan tangan meremas-remas payudara Mpok Encum yang masih dibungkus oleh bajunya dan jilbab.
“Emmmpppffhhhh... tunggu sebentar Zul... aku tutup pintu warung dulu... ” kata Mpok Encum.
Mpok Encum bangun dari tempat duduknya melangkah ke depan warung menarik pintu besi, lalu menguncinya dari dalam seolah-olah Mpok Encum sedang istirahat siang.
Setelah itu Mpok Encum dan aku masuk ke dalam rumah. “Pengen minum apa Zul? Teh apa kopi gitu?” tanya Mpok Encum padaku setelah aku duduk di kursi sofa yang ada di ruang tamu rumah Mpok Encum.
“Terima kasih, Mpok! Aku ingin tetek Mpok saja yang montok itu untuk memuaskan dahagaku... hee.. hee... ” jawabku.
Tanganku mulai mengelus paha Mpok Encum yang dibungkus oleh rok panjang. Mpok Encum dan aku saling bertatapan mata. Pandangan mataku penuh arti, begitu pula dengan tatapan mata Mpok Encum. Wajah dan bibir kami saling mendekat, kemudian kami pun berciuman bibir.
Bibir Mpok Encum sangat ganas. Bibirku disedot-sedotnya dan lidahnya menusuk-nusuk mulutku. Kemudian kami bermain lidah dan saling bertukar ludah. Nafas Mpok Encum memburu. Rupanya ia sudah mulai terangsang.
Mpok Encum merebahkan tubuhnya di sofa dan kami kembali berciuman. Kali ini, aku melepas bajunya dan aku mulai menciumi leher serta payudara Mpok Encum yang masih terbungkus bra.
Lalu Mpok Encum melepaskan branya dan tampak kedua payudaranya yang besar dengan puting susu yang sudah mulai mengeras. Aku menyedot dan menghisap puting susu Mpok Encum sambil diremas-remas. Cukup lama aku bermain-main dengan payudara Mpok Encum.
Kemudian Mpok Encum melepaskan pelukannya. Mpok Encum melepaskan rok panjangnya dan membuka celana dalamnya. Sedangkan aku melepaskan seluruh pakaianku sehingga aku dan Mpok Encum sama-sama telanjang bulat.
Kejadian yang tak kusangka-sangka, aku dan Mpok Encum bertelanjang bulat, padahal tujuan utamaku tadi ke warung Mpok Encum hanyalah untuk membeli air minum.
Bang Rasyid, suami Mpok Encum setiap seminggu sekali harus kontrol kesehatan ke dokter. Bang Rasyid terkena penyakit diabetes sehingga ia tidak mampu memuaskan nafsu birahi Mpok Encum yang sangat besar. Umur Bang Rasyid 48 tahun, sedang umur Mpok Encum 45 tahun
Wajah Mpok Encum lumayan cantik, kulitnya putih bersih, tinggi badannya kira-kira 160 cm, dan mempunyai 2 orang anak, satu cewek satu cowok. Anak yang cewek sudah menikah, sedangkan anak cowok kuliah baru semester 3 di sebuah universitas swasta.
Mpok Encum berjongkok. Penisku yang sudah mengeras itu dimasukkan ke dalam mulutnya. Penisku dihisap oleh Mpok Encum dengan gerakan kepala maju-mundur. Aku pegang kepala Mpok Encum yang masih berjilbab, lalu kukocok-kocok penisku di mulut Mpok Encum yang basah.
“Oouhhhhh... yeeaahhh... enak banget... aaahh... hhhhh...” desahku dengan penuh kenikmatan.
Gantian Mpok Encum berdiri dan menaruh satu kakinya di atas pinggiran sofa.
Setelah itu aku menjilati vagina Mpok Encum yang berbau anyir. Bulu kemaluannya tidak lebat dan empat jariku masuk sekaligus ke dalam lubang vagina Mpok Encum yang basah dengan cairan birahinya itu. Terus kukocok-kocok. Mpok Encum pun mengerang dan teriak pelan dengan penuh kenikmatan.
“Aauuucchhhhh... aaahhhh... ooooohhh... mmmfffhh... hhh... terusss Zul... teruuuusssss... ooohhhhh...” rintihan Mpok Encum membuatku semakin terpacu untuk memuaskan birahi seksualnya.
Dan benar saja, tak lama akhirnya Mpok Encum orgasme. Ia pun menjatuhkan dirinya ke sofa dengan posisi terlentang. Aku tidak tinggal diam.
Segera saja aku melebarkan paha Mpok Encum dan aku masukkan penisku ke dalam vagina Mpok Encum. Blesss... penisku masuk tanpa hambatan yang berarti. Dengan gerakan maju-mundur, aku memompa dengan pelan lubang vagina Mpok Encum yang nikmat itu, lalu semakin lama semakin cepat gerakanku.
“Aaahhh... uuuhhh... oohhhh... yeeahh... terus Zul... terusssss... enak banget...” erang Mpok Encum.
Ketika aku hampir klimaks, aku menghentikan sejenak gerakkanku. Aku berciuman dengan Mpok Encum. Setelah itu, kembali aku melanjutkan gerakanku yang tadi.
“Berhenti dulu Zul... aku mau balik badan dulu...” pinta Mpok Encum.
Kemudian Mpok Encum membalikkan tubuhnya. Dengan posisi “doggy style” aku kembali menggenjot vagina Mpok Encum. Jika aku terasa capek maka Mpok Encum gantian yang melakukan gerakan maju-mundur.
“Ooohhhhh... uuhhhh... hhhhhhh... aaahhhhh... yeeaahh...” desah Mpok Encum.
Gerakan yang dilakukan Mpok Encum makin hebat. Dengan gerakan memutar dan menekan yang dilakukan Mpok Encum maka tak lama kemudian pertahananku pun jebol.
“Ooohhhh... aku mau keluaaaaarrrrr...” rintihku sambil mendorong penisku dalam-dalam. Croottt... croottt... croottt... serr... air maniku tumpah ruah di dalam liang vaginanya Mpok Encum.
Setelah itu, Mpok Encum membalik tubuhnya memeluk aku. Aku dan Mpok Encum berpelukan dengan tubuh basah berkeringat. Benar-benar pertempuran yang sungguh melelahkan.
Mpok Encum memandangi aku sambil tersenyum. “Kamu memang hebat Zul... aku puas banget...” kata Mpok Encum.
“Iya Mpok... aku juga...” jawabku.
“Yuk ah... aku mau mandi dulu biar Bang Rasyid gak curiga...” kata Mpok Encum.
“Boleh mandi bareng gak Mpok?” tanyaku.
“Emmmmm... lain kesempatan aja ya? Buruan pake baju kamu, terus perginya lewat pintu belakang.” jawab Mpok Encum.
“Oke Mpok...” kataku.
Aku segera mengambil pakaianku lalu menuju ke belakang rumah Mpok Encum. Di sana aku memakai kembali pakaianku. Setelah selesai, aku melangkah pulang ke rumahku dengan tersenyum penuh kepuasan.
Kini Mpok Encum menjadi bagian dari hidupku, karena skandal ini terus kami lakukan setiap minggu. (14082017)