Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 077 – Lust in Broken Home

Chapter 5 – Konspirasi Birahi

Aku dan Dulah
mulai dengan posisi saling mengisap.. kata Dulah itu posisi 69.
Aku mulai terbiasa dengan aroma penis.. jadi akupun menikmati penis Dulah. Lama sekali kami dalam posisi itu.

“Wah moy.. lu ngacret ya..? Kerasa tuh memek lu ada yang nyembur.. enak, tapi asem..”
Wajahku mungkin memerah mendengar kata Dulah.

Ya.. tentu saja aku malu ketauan menikmati permainan Dulah..
tapi tubuhku tak dapat menutupi harga diriku di hadapan Dulah.

“Sekarang giliran gua yang ngecrot ya.. gua mau dikeluarin di dalem biar hemat kondom.
Kan kata papa lu juga kita harus hemat.. biar kaya..!” Dulah ngomong seenaknya.

“Jangan terlalu sering bang, saya ga mau hamil..” kataku perlahan.
“Gua ga peduli lu hamil atau kaga, yang penting gua puas, paling papa lu jadi punya cucu haram..”
Kata Dulah sambil bersiap memasukkan penisnya dalam vaginaku.

Aku memejamkan mataku. Hatiku mengeluh mendengar kebencian Dulah pada keluargaku.
Padahal dia sendiri hidup dari bekerja pada papa.

Tapi sekali lagi kepala penisnya yang besar telah meruntuhkan pemikiranku.
Lagi-lagi aku menyerah pada kenikmatan penis buruhku ini.

Clebb.. blesskk..!! Penis Dulah segera memasuki rahimku..
karena memang lubang vaginaku sudah membasah hingga memudahkan proses penetrasi.

Aku melenguh pelan merasakan kenikmatan saat penis Dulah menyentuh dinding rahimku.. mengaduk-aduk isi vaginaku.
Kakiku yang terkangkang tanpa sadar telah menjepit pinggang Dulah..
seolah aku tak mengizinkan penisnya lepas dari vaginaku.. padahal hatiku berkata yang sebaliknya.

“Mmmmh.. enak sekali bang, terussss..” lenguhku pelan sampai akhirnya terasa vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan..
Ahhh.. aku orgasme.. sementara Dulah terus menggenjotku cepat sekali.. lalu pelan.

Begitu seterusnya berirama.. hingga suatu saat kurasakan penisnya menegang keras sekali..
Ohh.. aku tau dia akan orgasme, lalu aku menarik pantatku supaya spermanya keluar di luar tubuhku.

“Heh mau ke mana lu moy..? Pejuh gua harus gua tanem di badan lu..!”
Teriak Dulah sambil malah menekan tubuhnya ke arah tubuhku.

Tentu saja niatku gagal.. dan terasalah dalam rahimku cairan hangat yang muncrat-muncrat memenuhi rongga vaginaku.
Kulihat Dulah tersenyum puas, dia tak segera mencabut penisnya, sampai mengecil barulah dia cabut dari vaginaku.

Seiring dengan keluarnya penis Dulah.. keluar pula cairan dari vaginaku bercampur dengan sperma Dulah.
Aku memejamkan mataku lagi merasakan sensasi kenikmatan saat penis dicabut..
dan melelehnya semua cairan hingga membasahi kasurku.

“Gila,, lu enak amat moy. Gua jadi demen ngentot sama lu. Lu jadi simpenan gua aja, mau ga..?”
“Jangan gila bang.. saya gak mau..!” Kataku ketus.

“Udah gua kasih enak masih ga mau juga.. daripada pacar lu kan ga bisa apa-apa.
Lagian papa lu juga dulu simpenannya banyak cewek-cewek pribumi sampe dia impoten sama istrinya sendiri.
Hahaha.. apa salahnya kalau anaknya juga jadi simpenan gua, kan adil..”

“Pokoknya ga mau, masa depan bisa suram..” kataku bersikeras.
“Heh lu amoy jangan menghina gua, lu liat aja nanti semua sodara lu bakal kita perkosa.. termasuk mama lu.
Kita liat siapa yang mohon-mohon minta gua kawinin. Hehehe..” ancamnya.

Bergidik aku mendengarnya.. terdengar begitu menyeramkan Aku berusaha memperbaiki kata-kataku
“Jangan gitu dong bang, jangan bawa-bawa cici dan adik saya, cukup saya sama mama saja.
Lagian mungkin suatu saat saya juga berubah pikiran, tapi harus resmi nikah, ga mau jadi simpenan..”
kataku melunak ketakutan.

“Hahaha akhirnya lu nyerah juga, gua heran, kenapa sih amoy-amoy kayak lu semuanya sombong-sombong.
Baru udah dientotin nyerahnya kayak lu, mama lu aja udah kena pelet baru nyerah sama mang Nurdin.

Pokoknya sekarang lu musti tidur bugil bareng gua malem ini.. biar kalau nanti malem gua pengen ngentot lagi bisa langsung..
Atau gua bangunin seisi rumah ini..!!”

Tentu saja aku lebih memilih tidur bareng Dulah.. meskipun terpaksa karena badannya bau sekali.. karena jarang mandi..
daripada seisi rumahku tau kelakuanku dengan buruhku ini.
-----ooOoo-----

Begitulah sekelumit kisah hidupku. Hari-hari kulalui dengan penuh hasrat seksual..
dengan duabelas orang pria kasar yang selalu ingin menikmati tubuhku.
Hingga akupun menjadi selalu ketagihan akan adukan penis-penis pria itu di dalam rahimku.

Meskipun aku tau bahwa kemungkinan besar aku terkena ilmu pelet.. –guna-guna..–
entah siapa dari mereka yang mengerjaiku dengan cara itu.. hingga aku benar-benar takluk pada mereka.

Sejak awal aku memang sudah ingin merasakan enaknya bersetubuh dengan pria.
Tapi Albert tidak dapat kuharapkan melakukan itu padaku.. karena dia memang bukan tipe pria yang berjiwa petualang.

Bagai gayung bersambut mungkin keadaanku itu.. ditambah ilmu pelet yang ditujukan buruh-buruh itu padaku..
membuatku benar-benar menikmatinya hingga tidak bisa lepas dari mereka.

Padahal dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin menjalani kehidupan normal seperti sebelum ada kejadian itu yang menimpaku.
Kini aku harus dengan sukarela menyerahkan tubuhku untuk dinikmati bersama oleh para buruh sekaligus preman di daerahku.

Namun hingga saat itu belum ada satupun dari keluargaku yang mengetahui kejadian ini.
Termasuk mama.. entahlah. Hingga suatu saat ..
-----ooOoo-----

Hari demi hari berlalu dengan lambatnya, bentuk tubuhku sekarang agak berubah.
Ukuran bra yang semula 32 menjadi 34. Pangkal pahaku mulai sedikit membesar.

Banyak yang bilang tubuhku sekarang menjadi agak montok.. tapi kulitku malah terlihat lebih bagus..
–putih cerah berkilat.–

Kadang aku suka membandingkan dengan kulit Evelyn adikku.. ternyata sudah mendekati kulitnya.
Tekstur kulit Evelyn bagiku terlalu lembut untuk ditiru, karena nyaris tanpa terlihat pori-porinya.
Dia memang rajin sekali perawatan kulit sejak duduk dibangku SMP, sedangkan aku dan cici mulai merawat kulit mulai SMA.

Tapi pada dasarnya kami bertiga mempunyai kulit yang bagus.. putih mulus tanpa noda sedikitpun..
kecuali tahi lalat di dada yang turun temurun diwarisi oleh anak wanita di keluargaku.

Kami bertiga mempunyai wajah yang lebih mirip gadis Jepang modern daripada wajah Chinesse.
Mungkin dari darah mama yang konon ada turunan Jepangnya.. tapi entahlah.

Keluargaku sangat tertutup.. terutama terhadap orang-orang pribumi.
Tapi papa sengaja memilih tinggal di lingkungan kumuh seperti ini..
karena semua buruh diambil dari orang-orang di daerah kumuh ini.

Tentu saja agar papa tidak perlu lagi memberi uang transport.
Untuk buruh yang asalnya jauhpun papa menyediakan mess di belakang rumah kami.
Ya.. papa memang sangat hemat dalam masalah uang.

Tentu saja rumahku adalah yang terbesar dan termewah di daerah kami..
karena selain rumah tinggal rumah kami juga dipakai papa sebagai pabrik garment home industri..
yang meskipun kecil-kecilan tapi omzetnya lumayan lancar.

Akibatnya kami.. ketiga putri papa harus sering merasa ketakutan.. terutama jika kebetulan sedang keluar rumah..
ataupun di dalam rumah.. karena seringkali mendapat godaan ataupun pelecehan dari para penduduk pria di sekitar..
atau buruh-buruh yang kerja di rumahku.

Keluargaku mulai retak setelah mamaku selingkuh dengan sopirnya. Parahnya papaku diam saja..
karena ternyata dia penderita impoten akut. Kami bertiga sudah tau hal itu, bahkan semua buruhkupun mengetahuinya.
Ahhh.. Benar-benar aib dalam keluarga.

Mungkin karena itu pula buruh-buruh itu semakin berani pada kami, karena mereka tau kelemahan papa dan mama.
Tidak jarang mereka mencolek-colekku atau ciciku ataupun adikku dengan amat kurang ajarnya.

Tapi lami cuma bisa melotot tanpa dapat melakukan apapun.. karena posisiku yang memang hanya sebagai putri bos..
yang sering ditinggal papa yang sibuk ke luar kota.. ataupun mama yang sibuk di luar dengan mang Nurdin..
entah apa yang mereka lakukan.

Sampai akhirnya akupun ikut terhanyut dalam suasana birahi mamaku..
karena aku selalu dibuat penasaran dengan berita tentang mama..
akupun jadi rajin mengintip kejadian di kamar mama dengan nurdin yang sedang bersetubuh.

Aku sering mendengar mama merintih-rintih di bawah tindihan Nurdin yang umurnya terpaut 10 tahun dengan mama.
Sesuatu yang tidak pernah kudengar kalau mama bersama papa sebelum papa impotent.

Memang konon sejak kecil Nurdin kerja dikungkung.. –Ortu mama..– dan gosipnya sejak dulu Nurdin menyukai mama..
tapi mama menolaknya karena Ortunya tidak mengizinkan mama didapatkan oleh pria pribumi seperti Nurdin.

Aku jadi semakin terobsesi dengan pria pribumi jantan yang selama ini selalu dipojokkan oleh keluargaku.
Tubuhku mulai merasakan birahi pertama sebagai gadis yang baru dewasa.

Aku ingin memecahkan paradigma.. bahwa kami anak gadis dari keluarga keturunan Chinesse bebas menentukan pasangan sendiri.
Aku ingin memberontak pada tradisi keluarga dengan cara berhubungan dengan pria-pria pribumi..
yang notabene selama ini kami dilarang untuk berhubungan.

Dan suatu saat aku menyerahkan keperawananku pada buruh-buruhku sendiri..
diiringi oleh pelecehan total mereka padaku sebagai putri majikannya.. –baca lust in broken home 1–
Itulah titik balik kehidupanku dan keluargaku.

Tak kukira.. ternyata dalam hati mereka begitu tidak sukanya pada orang-orang Chinesse kaya seperti papa..
dan ternyata mereka juga punya hasrat terpendam dengan anak-anak gadis berkulit putih dan berwajah oriental sepertiku.

Aku sempat dibuat kaget oleh pengakuan Oman.. sopir pengantar barang keluargaku di suatu sore..
saat dia kebetulan menjemputku dari kampus karena mobilku sedang diperbaiki di bengkel.

Oman mengaku bahwa dia sejak lama sudah menyukai ciciku.. –kalau tidak salah dengar sejak ciciku SMA..–
Tapi Oman tidak berani.. karena merasa derajatnya berbeda.. dan lagi umurnya yang memang terpaut 10 tahun dari ciciku.
–Mirip kisah hidup mama dengan Nurdin..–

Saat itu aku memang telah akrab dengan para buruh di rumahku.. karena mereka sering sekali menggauliku..
hingga dalam hatikupun telah ada ikatan emosional dengan mereka.

Meskipun mereka sering melecehkanku..
aku malah bisa senyum-senyum menikmati kelainan emosiku yang sejak semula senang dilecehkan.

Malah aku pernah ditelanjangi di dalam rumah dengan semua pintu kamar terkunci..
lalu aku disuruh masak untuk para buruh itu dalam keadaan bugil.. kemudian digilir sampai mereka puas.

Aku mendukung Oman untuk mendekati ciciku.
Kalau mamaku saja bisa dengan Nurdin.. kenapa Oman tidak bisa mendapatkan ciciku..? Pikirku.

Meskipun Oman sering ikut menikmati tubuhku, aku rela kalau ciciku bisa menikah dengannya.
Ciciku pasti puas.. karena dalam urusan seks Oman memang jenis pejantan tangguh.. dengan penis yang lumayan besar..
Meskipun tidak sebesar penis Dulah.

Oman meminta bantuanku untuk mendapatkan cici dengan cara apapun.
"Boleh aja koq bang.. Fei mah setuju saja asal cici ga ngerasa terpaksa, pasti saya bantuin. Tapi gimana caranya..?”
Tanyaku di sela obrolan kami.
Aku bingung.. karena ciciku itu terkenal rasis dan juga jutek pada cowok.. apalagi kalau belum kenal lama.

"Saya punya caranya neng. Tapi cuma neng Carline yang bisa bantu. Kakak neng itu kan benci sekali sama kita-kita.. saya tau itu.
Tapi saya ga seperti si Dulah dan teman-temannya yang sering mengolok-olok kalian.. karena itu neng Carline harus bantu.
Nanti kan kita jadi saudara ipar.." Oman menatapku sambil cengar-cengir.

Bah.. pikirku di depan kami bertiga memang si Oman ini terlihat jinak..
tapi di luaran aku tau.. dari dia ini provokator pelecehan di belakangku.

Bahkan pernah menyebarkan foto Evelyn adikku dengan pose seksi ke preman terminal..
yang terdiri dari anak-anak punk dan para gank motor..

Sampai-sampai Evelyn menangis karena diganggu anak-anak punk waktu pulang sekolah.. dan mobilnya lecet-lecet.
Tapi aku diam saja.. pura-pura tidak tau.

Mungkin ini akibat kedekatanku dengan mereka.. hingga buruh-buruh ini makin memandang sebelah mata pada adikku..
Mungkin pikir mereka akan bisa mendapatkan adikku juga semudah mendapatkanku.

"Iya bang.. tapi bagaimana caranya..? Fei masih belum ngerti.." kataku memang tidak mengerti rencana Oman.
"Kalau neng Carline mikir.. kenapa mama neng bisa ada main sama mang Nurdin..? Atau kenapa neng jadi ketagihan kita entotin..?"

Deg..!! Hatiku berdebar-debar. Ini pertanyaan hatiku selama ini. banyak dugaan yang aku pikirkan tentang hal ini..
dan sekarang Oman malah dengan enteng membicarakannya denganku. Tentu saja aku sangat antusias mendengarnya.

"Memang kenapa gitu bang..? Kalau Fei mah memang suka dengan perlakuan kalian, mungkin Fei ada kelainan ya bang..?
Tapi kalau mama, Fei juga ga tau koq bisa ya.. padahal mama juga agak rasis sama kalian.."

Tiba-tiba Usep yang sejak tadi tiduran di sebelahku bangun.. rupanya dia mendengar pembicaraan kami sejak tadi.
"Itu namanya kalian tuh cewek munafik. Kalau udah ngerasain enak.. baru nyerah.. sampai diapain juga mau.
Tapi memek lu memang enak koq moy.. gua jadi ketagihan nih.." Usep dengan kasar mencubit pahaku seenaknya.

"Auuu..!! Iiiih.. pura-pura tidur ya..? Sakit tau..!" Teriakku kaget.
"Hahaha, sakit tapi enak ya, biar gua yang kasi tau lu rahasia kita selama ini, boleh kan Kang..?”

"Yah bolehlah.. tapi jangan kasar sama calon adik ipar gua donk.."
Kata Oman sambil juga tangannya mengelus pahaku yang bekas dicubit..

Huuuh, dasar sopir sama kernetnya sama saja, mesum..! Umpatku dalam hati.

"Lu sama mama lu tuh udah kita pellet. Lu inget kan air yang lu minum..?
Itu udah bercampur sperma kita semua yang udah dimanterai. Kata gurunya si Ahmed.. cewek manapun pasti bertekuk lutut..
kalau udah minum tuh sperma. Makanya lu betah kita entotin.. wong spermanya udah lu minum..! Hahaha kaget ya..?
Mama lu juga sama. Kita semua kan saudara seperguruan dalam memelet cewek cantik kayak lu. Anak bos lagi..
Hahaha ga nyesel kan..?” Kedua orang itu sontak tertawa-tawa penuh kemenangan..

Haaah..!? Pantas saja air yang kuminum di kamarku waktu itu rasanya beda.
Rupanya telah diracik dengan campuran sperma mereka semua..!!


Seketika lemaslah kakiku mendengar pengakuan ini. Namun apa daya.. nasi sudah menjadi bubur.
Kegadisanku sudah hancur.. namakupun mungkin sudah tersebar di sekitar rumahku..

Ditambah dengan adanya video rekaman itu benar-benar membuatku tidak bisa berkutik.. selain menuruti kemauan mereka.
Dan lagi ingatanku akan gairah kenikmatan itu membuatku semakin hanyut dalam permainan mereka.. entah sampai kapan.

Bayangan Albertpun semakin menjauh dari pikiranku.
Apalagi setelah melihat kejadian beberapa waktu lalu.. kejantanan mereka jauh di atas Albert..!!

Aku tertunduk.. mukaku terasa memerah panas.. aku malu mengakui telah kena pelet buruh-buruhku..
Perasaan menyesal bercampur aduk.
"Makanya Neng, jadi cewek jangan sombong, dulu Neng kan yang sering menghina kita ke semua teman-teman Neng.."

"Udah deh.. sekarang lu nikmatin aja kontol kita-kita. Toh kalau cowok lain belum tentu mau sama lu..
apalagi kalau nonton rekaman party kita hahaha.."
Usep setengah mengancam.. namun dia benar juga.. ooohh masa depanku sudah hancur.

"Hahahaha begitu rupanya kalian mempermainkan mama, tapi Fei ga nyesel koq..
Fei juga udah kalian puasin sampe ketagihan kayak gini.. kalau gak.. mana mau Fei diraba-raba orang macam kalian..”
Kataku berusaha menutupi rasa sesalku.

Memang sesal tidak ada gunanya.. kepalang basah mending kuteruskan saja permainan ini. Toh akupun senang.. ya kan..?
"Nah, nanti sore, neng Carline harus bantu masukin cairan spermaku ke minuman kakak neng..
sampai tujuhkali minum nanti kita lihat reaksinya.."

Oman lalu menyodorkan sebotol kecil cairan keputihan namun encer kehadapanku.
"Ini cuma sperma abang aja kan..?” Tanyaku takut semua buruh memasukkan spermanya..
nanti malah ciciku dipakai mereka bersama lagi.

"Iya dong neng.. masa’ calon istri dibagi-bagi sama orang..?" Kata-kata Oman ini agak menyinggung harga diriku.
Tapi betul juga.. bagaimana dengan masa depanku..? Akupun ingin menjadi istri seseorang.. tapi koq malah jadi piala bergilir..?

Ahh.. persetan..!! Dengan fisik sepertiku aku pasti mudah mendapatkan suami.
Kalau perlu aku akan mengikuti jejak mama.. bersuamikan buruhkupun tidak apa
.. kataku dalam hati.

"Iya deh bang.. nanti Fei atur cairan ini bisa masuk keminumannya cici.. Fei juga mau tau reaksi cici gimana.
Pokoknya Fei dukung kalau abang bisa dapetin cici, mumpung lagi putus sama pacarnya tuh"

Deg tiba-tiba aku ingat pengakuan cici bahwa dia sudah tidak perawan lagi. Waduh.. gimana kalau Oman sampai tau..?
Tapi biarlah dia mengetahuinya dari ciciku sendiri.

"Baguslah kalau gitu.. neng Carline memang baek sekali ternyata ya Sep..!?" Seru Oman kegirangan.
"Sebagai hadiahnya nanti kita bikin non amoy ini puas di ranjangnya malam ini.. okeh kan non..?”
Usep pun kegirangan tapi wajahnya tetap saja mesum.

Aku tersenyum pada mereka. Aku harus memikirkan cara supaya mereka tidak selalu memerasku begini.. kataku membatin.
Biarpun aku menyukai permainan mereka.. tapi pantang bagiku kalau harus dikendalikan oleh para bawahan papaku ini.

Tapi untuk saat ini belum terpikir caranya.. namun aku yakin pasti suatu saat kutemukan.
Aku mengangguk lemah merespon ajakan mereka yang setengah memerintah itu.

"O iya nanti malam lu yang harus datang ke mess kita.. masa' kita terus yang ke kamar lu..
dan ingat.. pakai baju yang seseksi mungkin.. karena ada kejutan buat lu..!"
Usep sambil melirik ke arah Oman. Oman menimpali sambil tersenyum penuh arti

"Yah.. jangan dibilang sekarang atuh Jang.. nanti buka kejutan lagi.
Pokoknya neng Carline harus datang jam 9 malam atau menyesal.."

"Ada apa gitu bang..? Kejutan apa..?” Aku penasaran sekali
"Makanya lu datang aja.. jangan banyak bacot, pokoknya enak.."
Akhirnya aku harus mengalah menunggu kejutan yang entah apa telah mereka siapkan untukku.

Sorenya.. sebagaimana telah direncanakan.. aku mencampur minuman susu coklat kegemaran ci Christine..
dengan ramuan sperma Oman.. katanya butuh tujuhkali pencampuran untuk dapat melihat dampaknya.

Aku memang penasaran sekali mencoba resep pelet dari gurunya Ahmed ini..
yang katanya telah berhasil memelet aku dan mama.

Akupun ingin menghibur ciciku agar tidak terlalu sedih memikirkan mantan pacarnya.
Kuharap ciciku bisa lebih bersenang-senang seperti aku dan mama.

Gairah pemberontakan terhadap tradisi keluargapun kembali muncul.
Apa salahnya kalau aku atau ciciku memberikan tubuhnya untuk dinikmati oleh golongan bawah seperti mereka..?

Aku benci kemunafikan mama yang selalu melarangku bergaul..
tapi mama sendiri malah rela jadi budak nafsu buruhnya sendiri.

Tak lama kemudian ciciku pun pulang dari kuliahnya.. sengaja aku mengikutinya sampai ke kamar sambil bergurau.
"Ci, cape yah, koq sore amat pulangnya..?"
"Biasa juga jam segini koq.. kamu saja yang jarang perhatian sama cici.. perhatiannya sama Albert terus sich.." sindir ci Christine.

"Aah cici mah suka gitu.. aku sama Albert lagi break koq. Bosen nih ci.. pengen ganti suasana baru.
Cici punya temen cowok yang masih jomblo ga..? Kenalin donk.. lumayan tambah-tambah teman.
Siapa tau aja ada yang cocok.." kataku tersenyum berusaha cari kesempatan.

"Wow.. koq bisa bosen gitu..? Kalian kurang komunikasi kali..?” Cici langsung menjatuhkan dirinya ke kasurnya
"Yah entahlah ci.. pokoknya akunya lagi bosen tuh.."

"Yah sudahlah.. cici ga akan bahas. Tapi cici gak punya teman dekat cowok yang masih jomblo tuh..
semua rata-rata sudah ada monyetnya. Nantilah.. cici cari info dulu. Mungkin ada tapi cici gak tau..
Eh.. tolong ambilin minuman cici di atas meja dong, haus nih..!"
Kata ci Christine sambil menunjuk minumannya yang telah kuberi ramuan di atas mejanya.

Segera aku mengambil dan memberikannya pada cici.
Glug.. glug.. glug.. Dalam hitungan detik seluruh minuman itu telah pindah ke perutnya.

"Wah haus yah Ci, koq rakus amat minumnya..?”
"Iya nih.. di luar tadi panas banget.. sengaja tiap hari cici siapin dulu minuman di atas meja biar bisa langsung minum kalau pulang.."
"Ooooh sama dong Ci.. aku juga suka gitu koq.." kataku sambil memperhatikan mungkin ada perubahan pada Ci Christin setelah minum.

Ternyata tidak ada yang berubah.. mungkin cici saking hausnya tidak memperhatikan ada yang sedikit beda dari rasa minumannya..
atau mungkin rasanya sama saja..? Entahlah.

Yang jelas minuman berisi ramuan Oman pertama telah masuk dalam tubuh ci Christin.
Tinggal menunggu 6 hari lagi sebelum aku bisa melihat efek pelet Oman.

"Ci, aku mau mandi dulu ya, udah sore nih.."
"Iya.. sana mandi. Tapi di kamar sendiri ya.. jangan di sini. Soalnya cici juga mau mandi.."

Aku segera pergi dari kamar ciciku menuju kamarku sendiri untuk mandi. Kamarku memang ada kamar mandinya sendiri.
Aku sengaja mandi pakai air dingin.. biar tubuhku terasa lebih segar untuk malam nanti.

Tak lupa aku keramas dan luluran badanku. Dalam kaca besar di kamar mandiku aku memperhatikan bentuk tubuhku sendiri..
"HHmmm.. memang putih banget. Dan memang ada sedikit yang berubah.. tapi aku belum tau apa itu.

Mungkin ukuran dada atau pinggul. Yang jelas aku bangga punya tubuh seksi seperti ini.
Dan aku berniat akan terus merawat tubuhku seseksi mungkin.. dengan senam atau yoga.

CONTIECROT..!!
---------------------------------
---------------------------------------------------------------------------
 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 077 – Lust in Broken Home

Chapter 6 – Gairah Birahi..

Tak terasa
sudah setengah jam lamanya aku mandi berendam dalam air, segar sekali rasanya.
Segera aku mengeringkan badan, aku tak mau sakit gara-gara masuk angin.

Tak terasa pula sudah jam 20.30.. aku malah menyibukkan diri main computer. Hahhh.. aku harus ganti baju.
Koleksi baju ******* banyak sekali karena sejak lama aku memang gemar memakai baju-baju modis seperti itu.

Dulu papa sering melarangku memakai baju seperti itu..
tapi aku tetap membeli dengan uangku sendiri sampai papapun kehabisan kata-kata.
Apalagi ternyata cici dan adikku pun punya kesenangan yang sama.

Aku memilih baju tanktop pink dengan tali yang dihubungkan ke punggung yang agak terbuka.
Untuk bawahan.. aku memilih rok mini cream kesayanganku yang 10 cm di atas lutut.
Pokoknya malam ini aku harus mendapatkan kepuasan.

Aku kangen pada rasa orgasme.. setelah satu minggu kemarin aku mendapat haid.. jadi tidak berhubungan seks..
Huuh.. rasanya lama sekali. Baru malam ini aku serasa bebas dari darah bulanan di vaginaku..

Tanpa menemui kesulitan yang berarti.. aku berhasil keluar rumah..
tapi aku terlambat 30 menit dari yang dijanjikan gara-gara tadi memilih baju..
Buru-buru aku memutar ke belakang rumahku lewat tikungan sekitar 10 meter dari rumah menuju mess karyawan.

Di atas tanah seluas 150 meter persegi itu dulu papa membangun mess karyawan yang terdiri dari 5 kamar tidur..
karena dari dulu karyawan papa memang tidak terlalu banyak.. maklum usaha kecil-kecilan.
2 kamar mandi dan 1 ruang TV bersama..

Aku termenung di depan mess.. kotor sekali mess ini.. jauh beda dengan rumahku.
Pelan-pelan aku masuk lalu kututup gerbang mess.. senyap sekali.

Penasaran.. aku masuk ke dalam rumah.. sayup namun jelas kudengar suara perempuan sedang berbicara dengan sekumpulan pria.
Aku tidak langsung masuk menemui buruh-buruh itu.. tapi aku sengaja mendengarkan pembicaraan mereka.

"Ini anak kita kang.. aku sudah hamil 2 bulan.." kata si perempuan.
"Darimana aku tau itu anakku..? Cici kan pernah juga main sama si Abdul.. Somad dan Tirta waktu kita ke Jakarta..
kan waktunya juga tepat.." terdengar suara si pria dengan datar.

"Tapi waktu itu kang Nurdin yang pertama.. kan sudah kubilang aku lagi masa subur. Mana tanggungjawabmu..?
Dulu kang Nurdin mau tanggungjawab kalau ada apa-apa denganku.. termasuk waktu sama Abdul..
bukankah kang Nurdin yang memaksaku..?” Senyap sejenak setelah wanita itu bicara.

Hatiku berdebar keras. Nurdin..? Suara wanita itupun kukenal sekali.. Mama..!? Hamil..?!
Sringg..!! Kepalaku terasa panas dan berputar-putar sejenak.

"Akibat permainan itu aku hamil sekarang. Aku tidak mau tau anak siapapun ini..
pokoknya kang Nurdin yang harus tanggungjawab.." mama setengah teriak karena emosi.

"Jangan teriak Ci.. siapa tau itu anak aku juga. Kenapa gak sama aku aja..?” Suara pria lainnya terdengar
"Gak mau. Kamu itu siapa..? Cuma preman Jakarta yang kelainan..!" Teriak mamaku menimpalinya.

"Hahahaha si enci ini bisanya teriak-teriak. Kenapa emang kalau sama preman..?
Dulu juga kamu malah merintih-rintih keenakan waktu kita double.." pria lain terdengar malah bercanda.

"Pokoknya gak mau. Nurdin.. kamu harus tanggungjawab.. ini kan yang kamu mau dari aku sejak dulu..?"
"Iya ci.. memang sejak dulu aku ingin memperistrimu. Tapi orangtuamu itu kelewatan sekali sombongnya.
Nah.. bagaimana dengan suamimu sekarang..? Cici cerai dulu saja.. tapi jangan bilang kalau cici hamil.
Nanti saya bisa masuk bui.." suara Nurdin melemah.

"Aku tau itu kang. Aku sudah bilang suamiku sejak minggu lalu.. tapi dia sibuk sekali.
Aku tidak tau dia sudah mengurusnya atau belum.." mamaku terdengar lega mendengarnya.

"Din, lu yakin mau kawin sama si enci ini..? Jadiin gundik aja.. jadi kita juga bisa nyicipin.. hehehehe lu suka juga kan ci..?”
Kurang ajar sekali orang itu sama mama.

"Aku sih terserah si cicinya aja.. kalau mau main sama kalian ya terserah. Toh dulupun sudah pernah main.. masa’ aku larang..
Suami macam apa aku ini kalau melarang kesukaan istrinya.." Nurdin berkata tak kalah kurang ajarnya.

"Koq kang Nurdin gitu sih..? Masa’ istrimu sendiri kau berikan pada teman-temanmu..!?” Suara mama terdengar tajam.
"Maaf ya ci, aku memang kelainan.. tapi ini semua aku.. Abdul.. Somad dan Tirta lakukan atas persetujuan bersama.
Akupun pernah main sama istri Somad di kampungnya koq. Nah.. sebagai istri yang baik.. cici harus biasa nurut sama suami.."
Nurdin akhirnya mempunyai alasan.

Mama terdiam.. pasti mama terpukul mendengar itu.. Sebagai sesama wanita aku bisa merasakannya..
"Din.. gua lagi kepingin lagi nih liat muka calon bini lu.. bikin kontol gua ngaceng..”

Ctap..!! Tiba-tiba ada tangan dingin memegang tengkukku.
"Ssssshhh.. jangan berisik non. Hehehe.. lagi asik dengerin mama ya..? Kita ke ruang sebelah yuk.
Semua udah pada kumpul tuh nungguin non Carline.." suara bisikan Odet terdengar dekat di telingaku.

"Nanti bang, aku mau tau mamaku dulu.." sahutku.
"Di kamar sebelah juga suaranya jelas non. Lagian gak baik nguping obrolan orang. Mending kita ngewe yuk.. enakkkk.."
bisik Odet sambil menarik tanganku ke kamar terdekat.

Rupanya ini kejutan dari buruhku. Ternyata mama ada di sini.
Dalam kamar ternyata sudah lengkap ketujuh buruh itu tampak sudah bertelanjang dada.
Siap mempermainkanku malam ini.

"Bang semuanya, bisa gak acaranya ditunda sampai besok.. Fei lagi banyak pikiran nih.
Lagian ada mama di sebelah, gawat kalau ketauan.." kataku setengah berbisik.

Maklum.. antara aku dan mama hanya terpisah 1 kamar kosong.
Bisa celaka kalau aku ketauan mama ada main dengan para buruh ini.

Bagiku juga 7 orang pria terlalu banyak.. tak terbayang kalau aku harus melayani mereka semua. Aku bisa pingsan.
Lebih baik kutunda saja hasratku ini untuk besok.

Pikiranku memang sedang kalut memikirkan pembicaraan mama tadi..
Mama hamil..! Mau cerai..!? HAMIL..! CERAI..! Dua kata itu menghantui pikiranku.

"Yah tanggung neng.. kita semua udah siap-siap gini. Barang si Ahmed udah kita borong nih buat kita main malam ini..
Neng pasti puas. Gak bakal hamil koq.. kita udah beliin kapsulnya.." Suhe tampak sedikit kecewa.

Tiba-tiba di luar terdengar bunyi petir.. keras sekali disusul oleh gemricik air hujan gerimis mengenai genting mess.
"Nah kan.. di luar udah hujan lagi non. Mending kita hangat-hangatan di sini bareng aa' semua..!"
Arman bersemangat sekali mendengar rintik hujan.

Tiba-tiba Dulah mengangkat tubuhku.. "Udah.. kalian jangan banyak omong. Ni amoy banyak alesan.. tapi sebenernya mau.
Coba nanti liat memeknya pasti udah basah.. gua berani taruhan.." Selanjutnya aku dengan kasar dibaringkan di dipan mereka.

"Koq tegang gitu Neng..? Tenang aja.. mama Neng ga bakalan ke sini. Dia juga lagi asik entotan sama mang Nurdin dan temennya.
Asal Neng jangan teriak keras aja.. nanti kita ketauan. Lagian di luar hujannya sudah lumayan besar.
Ayo Neng.. mamang buka bajunya yah..?" Tangan Komar sudah siap-siap akan membuka bajuku.

Tiba-tiba terdengar tepat di luar kamarku suara mama.. "Jangan sekarang kang.. aku lagi hamil muda..
Nanti bisa keguguran kalau dipaksa.. nanti saja 3 bulan lagi baru boleh kalau kandungannya sudah kuat"
Lirih memang suara mama karena di luar suara hujan mengalahkan suara mama.

Namun sayup-sayup kedengar suara paksaan dari para pria itu. Entah apalagi yang mereka bicarakan.
Tapi rupanya mereka sudah pindah ke kamar sebelah kamarku..
Sekali-sekali terdengar suara tawa Abdul.. preman botak yang dulu pernah ikut menyetubuhiku.

Rupanya aku terlena mendengar suara mama di kamar sebelah.. Waktu aku tersadar.. baju atasku sudah berserakan di bawah dipan..
Tampak pula Oman dan Usep sedang masturbasi sambil menontonku dikerumuni Komar, Odet, Dulah, Armand dan Suhe.

"Bang jangan sekarang..!!" Aku meronta sekali lagi, tapi waktu aku meronta, rok yang kupakai malah terlepas,
Dulah tertawa senang.. "Gua horny banget kalau lagi telanjangin ni cewek. Badan lu koq makin bagus aja moy..?
Makin cantik dan seksi kalau lagi ditelanjangin gini.."

Rupanya daritadi ia sudah melepas kancing rokku, jelas saja sekali aku meronta.. malah rokku yang lepas dari pinggangku.
"Hei, Fei gak mood hari ini..!" Teriakku di tengah gelegar bunyi petir.

"Man.. cepet lu lepas roknya sekalian celana dalamnya juga.." Odet dan Dulah malah memegangi tangan dan kakiku..
sementara Armand dan Suhe sibuk melepas rok dan celana dalamku.

Aku kalah tenaga tentunya.. dalam waktu tidak kurang dari satu menit aku sudah telanjang bulat di tengah dipan.
Dalam ketakutan.. gairahku mulai timbul kembali,. Buruh-buruh bejat ini memang pandai sekali membangkitkan gairahku.

Ciuman di mulutku.. cupangan di leherku.. sedotan di payudaraku..
Juga jilatan di vagina dan pahaku terasa sekali dilakukan oleh kelima buruhku.

Lidah Mang Komar bermain-main di mulutku.. mengisap cairan mulutku tanpa sungkan.
Ughhh.. aku terpejam.. diam-diam kunikmati saat ada jari yang mulai mengorek vaginaku dan mengocoknya.
Tak lama kemudian aku orgasme dibuatnya, nikmat sekali.

"Hehehe gimana neng..? Enak kan..? Mau diterusin..?”
Suhe berbisik di belakang telingaku, rupanya dia yang menyupang leherku.
Seperti peristiwa sebelumnya, lagi-lagi aku menyerah pada nafsuku sendiri.

Sementara di luar kamarku tak terdengar suara apapun.. mungkin mama sudah pulang..
atau malah sedang dikerjai Nurdin.. entahlah. Yang jelas hujan bertambah deras di luar sana..

Tapi di kamar ini malah panas oleh gairah buruhku yang menggebu.
Aku mengangguk mengiyakan supaya permainan ini diteruskan.

"Kita bikin undian yuk.. siapa yang dapet jatah duluan, Sep.. lu jangan coli terus. Nikmatin nih memek anak bos kita.."
"Udah.. siapa sajalah yang penting giliran.. jadi semua kebagian. Jaga jangan sampai ada yang ngacret duluan.
Nanti kita ngecrot sama-sama.." entah siapa yang bicara aku sudah tidak memperhatikannya lagi.

Vaginaku terasa sudah banjir oleh cairan mani yang tadi aku keluarkan.. sementara buruh-buruh itu mulai menbuka bajunya.
Tinggallah tujuh orang pria bugil mengerubungiku.

"Neng, sini naik ke atas.." Odet berkata sambil telentang di atas dipan.. menyuruhku menaikinya.
Dulah membantu mengangkatku.. lalu mendudukkanku di atas badan Odet.

Odet yang sedari tadi memegangi penisnya.. mengarahkannya pada vaginaku.
Clebb.. slebbb.. Sedikit demi sedikit penisnya menyeruak masuk dalam vaginaku..
Setelahnya pinggul Odet naik turun membuat tubuhkupun ikut naik turun berirama, makin lama makin cepat.

"Nih non kulum kontol aa'.." Suhe mendekatkan penisnya ke wajahku.. penis berukuran sedang..
namun kepalanya telah berkilat oleh cairan pelumas.. pertanda Suhe telah terangsang.

Pelan-pelan aku menjilat kepala penis Suhe.. terasa aroma penis di lidahku.
Suhe dengan sendirinya memasukkan penisnya dalam mulutku.
"Ayo non, semuanya aja di kulum masa cuma kepalanya" perintah Suhe.

Dengan tubuh bergetar menahan gejolak nafsu.. aku bergerak naik turun seperti naik kuda..
sambil mulutku menyedot-nyedot penis Suhe.

Arman kini sedang mengagumi keindahan pahaku yang jenjang dan mulus di atas tubuh Odet yang coklat tua.
Tangannya tak henti-hentinya mengelusi pahaku.

"Neng, pahanya mulus amat...putih lagi.." puji Arman sambil menjilatnya..
Tentu saja ini menimbulkan sensasi tersendiri bagiku.

Dulah sibuk mengenyot payudara kananku.
Tangannya membimbing tanganku untuk memegang penisnya yang telah tegak sempurna.

Aku menengadah dengan mata terpejam..
mulutku mengap-mengap mengeluarkan desahan sambil menikmati asinnya penis Suhe.

Saat itu aku telah mabuk birahi.. tubuhku menggelinjang saat Dulah sedikit menggigit bagian bawah payudaraku.
Jantungku berdebar-debar dan mataku terpejam menikmati perlakuan itu.

Dulah mencium dan menjilat leherku sambil meremas-remas payudara satunya lagi..
lalu ciumannya bergerak ke atas menggelikitik kupingku..
menyebabkan aku hampir saja menggigit penis Suhe yang masih maju mundur dimulutku.

Aku sudah tidak merasa risih lagi dengan para buruh ini..
yang kurasakan sekarang adalah birahi yang menggebu-gebu.

Aku mulai aktif mengocok penis Dulah. Penis yang hitam berurat itu terlihat besar sekali..
dengan cairan pelumas yang mulai menetes dari kepala penis yang mirip jamur itu.

Arman masih menjilati kedua pahaku.. kini kedua kakiku ditariknya hingga aku menduduki Odet secara total.
Penis Odet otomatis terlepas dari vaginaku.

"Sekarang gentian Det.. gua yang ngentot si non.."
Arman menarik kakiku hingga kebahunya lalu dia mencoblos vaginaku dari bawah.
Odet yang masih di bawahku.. memeluk perutku dari bawah.. lalu membantu Arman mengangkat kedua kakiku.

Dulah agaknya masih belum puas bermain-main dengan tubuhku.
Sekarang dia sedang membelai-belai kedua pahaku yang sedang naik diagonal ke bahu Arman.

Dia mengangkat paha kiriku. lalu menciumi mulai lutut sampai pantatku.
Sementara Komar.. setelah tadi ber-kissing denganku menunggu gilirannya.. sambil mengocok-ngocok penisnya..
bersama dengan Oman dan Usep. Mereka tentunya sedang enak nonton live-show sambil ngocok.

Kini Aku menjilati secara bergantian penis Dulah dan Suhe..
sementara Arman menetralkan kakiku di atas dipan.. sambil terus menggenjotku.
Odet yang betah ditindih sesekali membuka kedua pahaku yang kadang tanpa kusadari tertutup.

"Hehehe.. enak ya neng ya.. rame-rame gini..?" Bisik Odet di telingaku.
"Hmmmmmh..." desahku tak menjawab.

Tak lama kemudian kami berganti posisi.. sekarang giliran Komar yang sedari tadi ngocok mulai meminta jatahnya.
Dulah menghentikan jilatannya dan merentangkan pahaku lebih lebar.

"Wah.. memeknya becek amat. Lu keenakan ya moy..? Tuh Mar.. sekarang giliran lu. Ingat, jangan sampe ngacret di dalem..!"
Aku menghentikan sejenak oral seksnya.. menatap penis komar yang makin mendekati bibir vaginaku dengan deg-degan.

Slebbb..!! Nampaknya Mang Komar tidak mengalami kesulitan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.
Karena selain ukurannya yang standar.. vaginakupun telah licin oleh cairanku sendiri.

Maka dia lakukan itu dengan gerakan tarik-dorong. slepp.. clepp.. slepp.. clepp.. slepp.. clepp..
"Aakkhh.. nggghhh..!" Rintihku menahan rasa nikmat.. karena penis itu sudah masuk seluruhnya.

"Kalau ibu lu di sebelah tau anaknya udah kita jadiin lonte.. dia pasti pingsan. Hehehe..
Tapi sayangnya ibu lu juga mungkin lagi merintih-rintih mirip lu sekarang.."
Dulah masih saja menghinaku sambil terus meremas-remas payudaraku.

"Si Neng ini koq memeknya kecil terus ya..? Padahal udah sering kita entotin. Apa rahasianya neng..?”
Tanya Mang Komar cengengesan.

Dulah dengan mulutnya yang lebar menelan seluruh susu kananku yang disedot dan dikulum dengan rakus.
Arman menelusuri tubuhku dengan lidahnya, bagian-bagian sensitif tubuhkupun tidak luput dari jilatannya.

"Nghhh.. aahhh.. ahhh.. ohhh.. ughhh.. uuhh.. sshhh.. ahhh.."
Aku mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan kepala..

Tubuhku menggelinjang hebat dan aku kembali orgasme dibuatnya.
Badanku menegang dan menekuk ke atas.. namun Mang Komar masih belum keluar.

Melihatku orgasme.. Slepp.. Komar manarik penisnya. "Saatnya gentian ya Neng.. sekarang giliran bang Dulah.."
Dia lantas menyuruhku menungging sambil meregangkan kedua kakiku.

Slepp.. Jlebb..!! Dengan sekali genjot penis Dulah terasa melesak dalam vaginaku dengan gaya dogy.
Dia memacu tubuhnya makin cepat.. sampai menimbulkan bunyi kecipak dalam vaginaku.

Sementara Suhe menunggu giliran mencicipi vaginaku. Mula-mula dia mendekati kepalaku..
lalu kembali penisnya minta aku kulum.. setelah dikulum sebentar Suhe mulai bergerak maju-mundur di depan mulutku.

Aku yang memang suka penis Dulah.. menaik-turunkan pinggangku sendiri.
Tentu saja melihat ini Dulah tertawa dan kembali melecehkanku.. "Anjrit.. lu kayaknya keenakan ya gua entotin..?
Demen ya sama kontol gua..?”

Entah kenapa ,mendengar ledekan bahkan pelecehan itu gairahkupun semakin berkobar..
Apalagi setelah terasa suatu kenikmatan yang tiada tara di dalam rahimku yang seakan meledak-ledak minta terus disodok.

ulah tiba-tiba menggulingkan tubuhnya.. sehingga aku ikut terguling menyamping.
Clebb.. slebb.. crebb.. creb.. crebb.. Dia lalu mengaduk-aduk vaginaku dengan gaya menyamping.

Kulihat matanya merem-melek dan mulutnya mengeluarkan desahan nikmat.
Keringat telah membasahi tubuhnya, menempel di dadanya yang bertatoo.

Arrgghhhh..!! Aku tak kuat menahan gelembung kenikmatan dalam rahimku..
Srrr.. srrrr.. srrr.. nyutt.. nyutt.. kembali vaginaku orgasme untuk yang kesekian kalinya.

"Sekarang giliran lu.." Dulah menyerahkan aku begitu saja pada Suhe yang penisnya masih ada dalam mulutku.
Plop..! Suhe segera melepaskan penisnya dari mulutku.. Lalu.. Jlebb..! Crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb..

Tanpa membuang waktu ia segera memompa vaginaku dengan gaya standar..
tapi tak lama kemudian.. "Gilaaa.. gua gak kuat.. mau keluar nihh..!!" Teriaknya.
Plopp..!! Diapun segera melepas kembali penisnya.

Sementara di luar masih hujan dengan derasnya.. menambah tinggi tensi birahiku.

"Man.. sep.. kalian gak mau coba ngentotin non Carline ini..? Tuh dia masih mau ditusuk-tusuk lho.."
Komar bertanya pada Oman dan Usep yang sejak tadi hanya mengocok-ngocok penisnya saja.

Akupun heran.. tapi tak ambil peduli.. karena meskipun mereka tidak ikut.. tetap saja ada yang menyetubuhiku.
"Gak ah.. gua lagi bayangin lagi ngentotin kakaknya.. gak nahannn.." Oman tetap mengocok penisnya.
"Hahaha.. beritanya lu naksir kakaknya ya..? Padahal nikmatin dulu saja adiknya.. tapi terserah kalianlah.."

"Nahhhh.. sekarang saatnya kita ngecrot sama-sama..!! Ayo.. pilih sendiri mau keluarin di mana..?"
Suhe yang nampak tidak sabar menuntaskan birahinya.

Mereka masing-masing menempati posisi pilihannya. Kali ini Odet memilih dalam vaginaku..
Dulah di payudaraku. Komar memilih dalam mulutku.. Arman mengurut penisnya di depan wajahku..
Sementara Suhe berniat keluar di perut atau pahaku.

Merekapun melancarkan aksinya.. clobb.. clob.. crobb.. crobb.. clobb.. clobb..
Odet menggenjotku dalam sekali.. sementara Komar menjejelkan penisnya dalam mulutku.

Dulah mengangkangiku untuk menjepitkan penisnya di kedua payudaraku..
Sedangkan Suhe menggesek-gesekkan penisnya di pahaku yang putih.

Beberapa menit kemudian.. srott.. crott.. crrrtt.. crutt..!!
Berbagai jenis sperma menyembur masing-masing di tempatnya.
Wuahhh..!! Agak kaget aku menerimanya.. namun nikmat sekali.

Dimulai dengan Arman yang menyemburkan spermanya di wajahku..
Belum tuntas kagetku melihat cairan putih kental mengenai wajahku.. Suhe menuntaskan hasratnya di pahaku..

Uhh.. terasa basah dan hangat. Lalu penis Dulah yang sengaja dijepit di payudaraku meluncurkan spermanya..
Crott..!! Hingga muncrat sampai ke daguku.

Kekagetanku disusul adanya cairan hambar berbau khas di lidahku.. membuatku gelagapan.
"Telen aja non, sekalian bersihin ya.." Komar malah menyuruhku menelannya

Dengan sedikit tercekat.. perlahan aku menelannya sedikit demi sedikit sampai habis. Lalu aku menjilati penis komar sampai bersih..
Selagi aku menjilatinya.. terasa lagi rasa hangat menjalariku. Kali ini Odet yang menyemprotkan spermanya dalam rahimku..
sambil terus mengenjotku sampai terasa penisnya mengecil, baru Odet mencabutnya.

"Uuuhh.. Neng.. enaknyaahhhh.. mmm.. hhhh.." Desah Odet sehabis melepas hajatnya dalam tubuhku.
Aku yang masih terhanyut dalam lautan birahi..
tidak malu-malu lagi mengemuti semua sisa-sisa sperma pada masing-masing penis buruhku.

Akhirnya Oman dan Usep secara bersamaan menumpahkan spermanya di atas kepalaku dan di luar vaginaku.
Di ruangan itu kami bertumpang tindih melepas sisa kenikmatan.
Tubuhku belepotan oleh sperma-sperma, dari vaginakupun setelah kukorek baru mengalir sperma kental milik Odet.

Saat kami semua melepas lelah.. tiba-tiba pintu terbuka dengan kerasnya.
Tampak mama dalam keadaan acak-acakan.. matanya sembab merah.

Aku hampir pingsan dibuatnya.. tidak ada jalan untuk sembunyi.
Aku hanya bisa menutupi tubuhku dengan kedua tanganku seadanya..

"Fei Chen, mama sudah lihat semuanya..!! Bisa-bisanya kamu lakukan ini semua.
Teganya kalian berbuat ini pada anakku..!" Teriak mama.

Anehnya semua buruhku tampak santai-santai saja.. biasanya mereka panik kalau tau bakal kena marah mama.
Lemaslah sekujur tubuhku.. kini mama sudah tau seluruh perbuatanku.. apa yang harus kulakukan.

Aku terdiam.. tak terasa airmataku mulai menggenang di pelupuk mataku.
"Maafin Fei Chen ma.." hanya itu yang terlontar dari mulutku.. lidahku serasa tercekat, tak mampu bicara banyak.

Di belakang mamaku muncullah 4 orang pria setengah baya.. yang dua kukenal sebagai Nurdin dan si Abdul botak.
Tapi dua lagi aku tidak mengenalnya.

"Hahahaha apa kabarmu moy..? Udah puas belum entotannya..? O iya.. ini gua kembaliin celana dalam lu..
Itu.. yang waktu itu lu tinggaalin.." Abdul melemparkan celana dalamku yang minggu lalu diambilnya.
Duhh.. hatiku perih sekali saat itu.

"Tuh ci.. jangan marah gitu.. anakmu ini kan mirip cici waktu muda dulu. Anak kan ga akan beda jauh dari induknya.."
Nurdin bicara dengan dingin

"Kalian semua.. pakai baju kalian..! Permainan sudah selesai..!!" Abdul berteriak pada para buruhku..
yang dengan patuh langsung memakai kembali bajunya masing-masing..
Sementara bajuku tergeletak jauh dari jangkauanku.

Untuk mencapainya.. tentu aku harus berjalan mendekati dua pria yang tak kukenal itu.
Dan itu tak mungkin kulakukan.. karena tubuhku dalam keadaan polos. Mamaku tampak terpukul berat melihat keadaanku.

"Buset, Dul.. badannya mulus banget. Ini amoy yang lu ceritain itu..?"
"Iya.. putihnya mirip ibunya ya..? Ini malah lebih putih.. karena mash muda. Ayo Mad.. lu jangan bengong gitu..!
Beresin semua kamera di kamar ini.. jangan sampe ada yang ketinggalan.."

Somad lalu mendatangi tiap pojok kamar dan mengambil benda hitam bercahaya merah.. yang rupanya adalah kamera tersembunyi..
Astaga.. jangan-jangan ..!? Desahku dalam hati.

Mama mendekatiku.. lalu Plakk..!! Sambil terisak dia menamparku.
"Anak gak tau diri..! Mama lahirin kamu bukan untuk jadi pelacur..!
Semua perbuatan kalian tadi mama lihat..! Mama gak nyangka kamu sudah begini..!" Teriak mamaku penuh amarah.

CONTIECROT..!!
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 077 – Lust in Broken Home

Chapter 7 – Solusi Birahi..

Nurdin kembali menengahi kami.
"Sudahlah ci.. Ingat, sebelum kawin sama suamimu dulu kita juga pernah kayak gini.
Gak usah marah-marah, terima saja anakmu ini. Gini-gini juga ini calon anakku juga.."
Katanya sembari mengelus punggung mama. Mama kembali terisak. Dia terdiam mendengar kata-kata Nurdin.

"Fei, siapa yang pertamakali berbuat ini..?” Tanya mama padaku.
"Maksud mama apa..?” Tanyaku bingung harus menjawab apa.

"Siapa yang pertamakali berbuat sama kamu..?” Mama mengulanginya lagi.
Aku terdiam sesaat.. apa yang harus kujawab.

Aku sendiri tidak tau siapa yang menyetubuhiku pertamakali.. mataku ditutup kain waktu itu terjadi.
"Fei gak tau ma.. waktu itu mata Fei ditutup. Jadi ga tau siapa yang duluan. Mama tanya sama mereka aja.."

Aku melihat mama hampir histeris mendengarnya.. lalu dia memandang buruh itu satu per satu.
"Siapa yang pertamakali menyentuh anakku..?” Tanyanya datar.
Aku melirik Dulah.. karena aku merasa dia yang mengambil keperawananku dulu.

"Wah ci.. kami waktu itu lagi teler.. jadi gak inget siapa yang berbuat.
Lagian non Carlinenya juga mau koq kami gilir.." Komar mengajukan pembelaannya.

"Pokoknya salahsatu dari kalian harus bertanggungjawab kalau sampai anakku hamil. Atau aku akan tuntut kalian semua..!"
Para buruhku saling pandang lalu Nurdin berkata pada mama.. "Sebaiknya kita tanya saja baik-baik mereka.. jangan kasar begitu.
Tanya juga anakmu.."

"Kalian.. siapa yang mau tanggungjawab..? Harus ada salahsatu yang mau mengawini Carline.."
Mama malah seakan menawarkan aku pada para buruhku..

Aku mengerling pada Dulah.. dalam hatiku aku tau dia yang harus bertanggungjawab.
"Wah ci.. ga bisa gitu dong. Kita semua sudah punya istri di kampung.

Gimana kalau kita jadiin simpenan aja..? Boleh gak..? Iya gak teman-teman..?” Dulah memberi komando.
"Iya ci.. begitu ajalah tanggungjawab dari kita mah.
Kan kejadiannya juga atas dasar suka sama suka.. iyakan neng..?” Odet menimpali sambil memandangku.

Aku tidak bergeming. Sungguh harga diriku sudah hancur.
Mamaku sendiri seakan menjualku pada buruh-buruh ini.

"Dia tidak akan hamil koq ci. Kita sudah kasih obat pelunturnya koq.
Tapi kalau hamil.. biar aku yang tanggungjawab deh. Aku bersedia koq kawin sama non Carline.."

Bergidik aku mendengar kata-kata Odet itu..
sementara Dulah malah tertawa-tawa puas diikuti yang lainnya.. termasuk Odet sendiri.

"Baiklah kalau begitu.. ingat kata-katamu itu. Yang lain jadi saksi..!
Kalau suatu saat anakku hamil oleh perbuatan kalian.. kamu yang harus bertanggungjawab..!"

Mama memberikan pengumumannya sambil menunjuk Odet.. yang tentu saja terlihat senang sekali.
"Beres ci, kalau neng Carline ini hamil, saya yang tanggungjawab..
asal neng Carlinenya mau dijadiin istri ketiga saja, gimana..?" Tawar Odet.

Mama termenung lalu dia berkata..
"Ga bisa. Masa’ anakku jadi istri ketiga..? Kamu harus ceraikan dulu semua istrimu..!"

"Yehh si cici ini malah ngatur. di sini kita yang bikin aturannya ci.. masih untung anakmu ada yang mau tanggungjawab.
Kalau sama gua sih dijadiin gundik aja atau sekalian gua jadiin pecun di daerah terminal..
toh anak enci aja malah seneng diewe rame-rame, iya ga..?"

Dulah malah mendekatiku lalu dengan kasar dia membuka lubang vaginaku di depan semua orang termasuk mama..
"Tuh ci.. liat sendiri.. memek anak enci malah banjir. Artinya dia masih mau dientot..! Hahhahaa.."
Semua pria di ruangan itu tertawa kesenangan.

Aku tertunduk malu sekali.. tidak bisa mengontrol cairan dalam vaginaku yang sudah bercampur sperma ini.
Pandangan mata mama terlihat jijik sekali melihatku seperti itu.

"Kalau dia mau seperti itu, ya terserah kalianlah.. masa bodo dengan kalian.
Fei chen.. kalau kamu ga suka, bilang sekarang..!" Bentak mama berharap kepastian dariku.

Aku tidak menyadari hal ini.. malah terus menunduk. Aku tak mampu menjawab mama.
Perasaan bersalah.. malu.. menyesal.. takut bercampur jadi satu.. hingga aku benar-benar diam seribu bahasa.

"Udah ci.. relain aja anak lu jadi gundik anak-anak di sini. Anak juga kan gimana ibunya. Toh lu juga gundik kita..
meskipun nanti lu dikawin sama si Nurdin ini.." Pria bertato yang bernama Somad tiba-tiba angkat bicara..

Dan rupanya omongannya ini sangat mengena di hati mama.
Akupun sempat kaget mendengarnya meskipun sudah kuduga sebelumnya.

Sebelum mama berkata sesuatu.. Abdul mendahuluinya.. "Tuh.. karena anak lu juga diam.. berarti setuju usulan si Odet itu.
Sudahlah ci.. ga usah disesali punya anak pecun kayak lu.. Lu harusnya bangga anak lu tu digemari kita-kita.
Artinya anak lu tu enak buat dientot. Nah.. sekarang daripada kita rebut-ribut.. masalahnya kan udah selesai..
mending kita kasih kesempatan anak lu nerusin entotannya. Kasian tuh memeknya keliatan ngacai terus minta disodok.
Belum puas kan neng..?”

Dengan kurang ajarnya Abdul berkata begitu sembari mencium dada mama..
Sambil pula menurunkan baju atasan mama.. sampai payudaranya terlihat jelas.

Tentu saja mama teriak marah.. tapi apa daya. Dia tidak bisa lagi membetulkan bajunya..
karena Somad pun malah membantu Abdul melucuti pakaian mama.. sementara Nurdin menontonnya sambil tersenyum

"Jangan di sini Mad.. di kamar sebelah aja, kita terusin lagi permainan kita.."
Akhirnya mama dipanggul ke kamar sebelah.. dan selanjutnya aku tidak tau lagi apa yang terjadi di sebelah.

Aku hanya mendengar teriakan mama memarahi Nurdin.
Lalu suaranya berubah pelan dan lama-lama menjadi rintihan. Suaranya cukup jelas.. karena di luar hujan sudah berhenti.

Sepeninggal mama dan keempat pria itu.. terdengar riuh sekali di ruanganku. Sesekali tawa buruh-buruh itu meledak.
"Gilaa.. gua bisa juga ngawinin amoy majikan kita.. hahahaha.. biarpun memeknya udah kalian cicipin juga.. tapi gua ga nyesel.."
Odet dengan senangnya berceloteh

"Jangan seneng dulu Det.. itu kan kalo neng Carline hamil. Mana mau dia kita hamilin.. apalagi udah tau bakal lu kawinin..
Dia pasti minta pelunturnya ke si Ahmed.. hehehehe jangan mimpi lu.." Suhe mengingatkan Odet.

Tanpa sadar Suhe mengingatkan aku akan Ahmed. Yaa.. tentu saja aku tidak mau sembarangan dihamili mereka.
Aku masih punya Ahmed dengan anti hamilnya yang mujarab itu. Hati dan pikirankupun menjadi lebih tenang.
Kini satu-satunya yang mengganggu pikiranku hanya masalah mama.. bagaimana sikapnya padaku setelah tau masalah ini..?

"Nih moy.. lu pake baju lu sekarang.. udah cukup malem ini.. kita udah puas. Kecuali kalau lu masih mau lagi..
Lu boleh telanjang di sini semaleman.. kita semua mau minum-minum dulu di depan rumah sambil main gaple.
Siapa tau gua kepingin lagi.." Dulah melemparkan pakaianku yang tadinya tergeletak di ujung kamar.

"Non Carline sebaiknya jangan pulang dulu.., hari udah larut malam. Nanti di luar ada yang ngentotin lagi kan cape.
Itung-itung nunggu mama non yang lagi keenakan di ruang sebelah.. tuh udah kita siapin nasi goreng kalo non lapar.
Kalau mau mandi.. non masak air panas sendiri ya.. di sini gak ada pembantu kayak di rumah non.."
jelas Arman panjang lebar.. orang tersopan di antara semua buruh-buruhku.

Aku mengangguk kelelahan sambil cepat-cepat berpakaian.
Selesai berpakaian.. ketujuh buruhku sudah tak terlihat di ruanganku.. tapi suaranya masih terdengar ramai di beranda mess ini.

Memang.. mereka sering nongkrong di depan mess sambil merokok.. main gitar.. main kartu atau malah mabuk.
Inilah contoh kebiasaan masyarakat kumuh di sekitar rumahku.. yang sangat membuat kami sekeluarga tidak berani keluar rumah..
karena banyak tindak kriminal yang terjadi di daerah ini.

Aku merasa sendiri terkurung dalam mess papaku.. aku tidak berani pulang..
karena takut para preman yang mungkin sedang berkeliaran.. tapi aku juga tidak nyaman dalam mess..
karena mama ada di sini bersama Nurdin dan teman-temannya.

Aku lalu memasak air panas untuk mandi.. badanku terasa lelah sekali.. sementara mataku malah penasaran..
ingin melihat apa yang mama lakukan di kamar itu. Ahh.. benar-benar kebiasaan yang sulit dihentikan.
Akupun mandi dengan penuh rasa ingin tau keadaan mama.. Aku berniat mengintipnya setelah mandi nanti..

Lagi asik-asik mandi membersihkan badan.. tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, padahal rasanya sudah kukunci.
"Bener Dul.. anaknya lebih mulus dari ibunya euy.. hehehe lagi mandi ya neng..?" Seringai pria yang bernama Tirta.

"Iya.. udah gua bilang. Kalau ibunya lagi ga bisa.. sekalian aja kita kerjain anaknya juga.. biar lu ga penasaran.
Gua sih udah coba. Wuih.. enak banget. Yuk.. kita bawa ke kamar bareng mamanya.
Ayo neng.. kita ngamar lagi nemenin mama lu.."

Aku tidak sempat menutupi tubuhku.. karena bajuku di gantung di balik pintu kamar mandi.
Sementara sekarang pintunya malah terbuka.. otomatis bajuku tertutup pintu yang menuju tembok.

"Jangan Pak.. aku capek.." ringisku sambil berusaha menutupi kemaluanku dengan tangan kiri..
dan dadaku dengan tangan kanan. Tapi kedua orang itu malah menerobos ke dalam kamar mandi

"Ga apa neng.. nanti juga semanget lagi. Kita two in one yuk..? Udah pernah belum..? Mama neng suka sekali gaya ini.."
Abdul berkata sambil tangannya memondongku.

Aneh sekali.. tubuhku malah menjadi lemas tanpa tenaga waktu tangannya menyentuhku.
Dengan sekali hentakan.. akupun dibopongnya diikuti oleh Tirta yang bersiul kurang ajar.

Hatiku dag-dig-dug tak karuan saat pintu kamar dibuka dari dalam.
Terlihat mamaku dalam keadaan telanjang bulat sedang mengoral Nurdin yang telentang di ranjangnya.

Somad tampak gembira melihatku dibopong masuk.. "Weleh-weleh.. anaknyapun mau ikutan..
Bakalan asik nih,. Ayo Dul.. cepat bawa masuk.. taruh aja di sebelah ibunya.. ntar kita gilir lagi.."

Abdul lalu meletakkanku di samping mama yang sedang berlutut mengoral Nurdin.. melihatku dia tampak kaget.
"Lho.. koq anakku dibawa ke sini bang..?” Tanya mama pada Somad.

"Ya ga papa dong ci.. kan status anak lu sama dengan lu.. gundik juga. Jadi kita semua bebas pake.
Lagian gua penasaran sama anak lu ini.. boleh kan Din..?” Tirta yang rupanya menginginkanku balik bertanya pada Nurdin.

Pria setengah baya itu tampak nanar menatapku.. penisnya masih terlihat basah sehabis dioral mama.
"I..iya tentu boleh.. Aduh ci.. mirip kamu waktu muda yaaa..? Mulus banget.. gua juga jadi kepingin nyicipin.."
Nurdin seakan tanpa sadar berkata demikian..

Mama langsung bangun dari ranjang.. dia segera mengambil bajunya..
Namun tindakannya itu dihalangi Somad yang langsung menindihnya di sampingku.

"Udah ci.. kita ngentot sama-sama aja. Kalian punya bakat yang sama koq. Ga usah malu sama anak sendiri.."
Kata-katanya membuatku bergidik.. namun tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali..
hanya mataku saja memandang mama dengan takut.

Akhirnya mamapun terlihat lemas lagi di sampingku.. setelah Nurdin mengisap vaginanya.
Kini kami berdua tergolek di ranjang yang sama..
Sementara empat pasang mata memperhatikan sekujur tubuh kami dengan mata melotot.

"Ci.. kulit anak lu lebih kencang ya.. lebih putih lagi. Putingnya lebih merah.. cuma susunya lebih kecil.."
Nurdin kembali dioral mama.. sementara vagina mama dijilati Abdul.. Somad dan Tirta mengerubutiku.
Giliran Titra yang minta kuoral dan Somad menjilati vaginaku.

Beberapa saat kemudian.. mama terdengar sedang mengalami orgasme.
"Ibunya udah muncrat nih Din.. gua entot aja ya..? Gak nahan nih.." Abdul meminta persetujuan Nurdin.

"Eh, jangan dul.. dia kan lagi hamil.. biar aja bayinya lahir dulu.. atau tunggu hamil tua.
Tuh anaknya aja lu kerjain. Lagi lumayan kan, daun muda..!" Cegah Nurdin spontan.

"Eh.. belum tentu juga itu anak lu Din.. Masa' sama temen lu tega demi anak haram dia..?" Abdul tetap memaksa.
"Gak apa bang.. saya juga gak terlalu kepingin punya anak lagi. Siapa tau bisa langsung gugur.."
Mama berkata dis ela pembicaraan mereka. "Tuh kan Din.. si encinya juga udah kepingin dientot gini.."

"Jangan..! Nanti suaminya gak bakal mau cerai. Bisa batal rencana gua ngawinin dia.
Kita kan teman.. harus bagi senang atau susah bersama.. nanti juga gua bagi lagi koq. Siapa tau itu anak lu juga.."
Nurdin rupanya tak ingin kandungan mama gagal.

"Udahlah Dul.. lu demen amat sama si enci sih..? Nih.. kan ada anaknya.. lebih ranum juga lagi.
Lu ngalah dulu dah demi temen... kita garap aja anaknya rame-rame sampe hamil.. kan asik. .hahahaha.."
Somad menengahi perdebatan itu.

"Wuah.. bosen gua sama amoy ABG gini. Stok gua udah banyak di Jakarta.
Terakhir tuh si Lingling anak toko emas yang pernah kita rampok.. sampe sekarang masih betah kita culik..
sampe gak mau pulang. Giliran kita juga yang repot ngentotin dia mulu kan..? Sampe bosen guanya juga.."
kata Abdul pada semuanya.

"Hahaha.. rupanya teman kita ini lagi bosen amoy yaa..? Padahal kan si Lingling itu bulan lalu udah lu jual ke Batam..
ke tempatnya si Romli.." Somad malah mengumumkan rahasia mereka.

"Yee.. gua jual juga karena kita semua udah bosen kan. Daripada gua balikin ke tokonya.. mending gua jual.
Ya sudahlah.. gua ewe juga ni amoy anak lu ci.."

"Jangan bang, sama aku saja.. kasian a Chen.." mama memandangku dengan mata memelas.
Akupun jadi tidak tega membiarkan mama yang sedang hamil harus melayani mereka berempat.
Ternyata dari tadi sore mereka hanya bercumbu dan oral seks.. pantas saja begitu melihatku seakan singa mendapat mangsa.

"Biar aja ma.. mama istirahat aja. Biar saya yang lakuin buat mama.." kataku memberanikan diri.
"Ternyata anak lu baik juga ci. Demi mamanya rela dientot.. hehehe.. Atau sifat lonte anak lu udah parah ya.. hahaha..
Biar deh.. kita nyicip memeknya ya.." Somad semangat sekali sekaligus melecehkanku.
Untung aku sudah sering dilecehkan.. jadi biasa saja bagiku. Namun karena ada mama aku jadi sedikit merasa segan dan malu.

"Biar gua yang pertama. Neng.. lu nungging sekarang..!" Perintah Tirta. Setelah posisiku sesuai permintaannya..
Maka.. Jlebb..!! Serta merta penisnya yang telah berpengalaman itu di jejalkan dalam vaginaku dengan gaya dogy.
Uhh.. aku merasakan sensasi yang lain dengan yang pernah kurasakan.

Sementara ketiga penis lainnya telah tampak teracung mengkilat-kilat kehitaman.
Somad mempunyai penis yang terbesar dari yang pernah kulihat.

Mereka bertiga termasuk Nurdin.. menyuruhku mengoral penis mereka sambil vaginaku diaduk-aduk penis Tirta.
Tidak butuh waktu lama bagiku untuk orgasme. Rongga vaginaku sudah licin dan basah oleh cairan orgasmeku.

"Hei ci, liat sini dong.. masa' baliknya ke arah tembok begitu..? Ayo.. liat aja anak cici nih lagi keenakan.
Kalian memang mirip kalau lagi gini.." Abdul membalikkan tubuh mama.. yang rupanya tidak tega melihatku dikerjai mereka.
Ajaib sekali.. mama langsung menurut saja begitu Abdul menepuk punggungnya.

Begitu mama berbalik.. Tirta yang sehabis mengaduk vaginaku dan melihatku orgasme.. mencabut penisnya..
Lalu menyuruh mamaku untuk menjilati penisnya.

Posisi sekarang berganti. Somad telah berbaring di ranjang.. dan menyuruhku menduduki penisnya yang tegak teracung itu.
Erghh.. agak bergidik juga aku meihat ukuran penis Somad. Namun gairah membuatku menuruti semuanya.

Dengan posisi duduk aku disetubuhi Somad dari bawah.. Nurdin membantu tubuhku supaya dapat naik turun dengan nyaman.
"Mad, bikin dia nungging dikit atuh.. gua mau coba boolnya.."
Abdul sekarang berada di belakangku.. sambil meremas-remas payudaraku.

Kemudian.. tanpa banyak bicara Somad memelukku ke arahnya.. sehingga lubang anusku terpampang ke arah Abdul.
Aku berontak.. aku agak trauma dengan posisi ini.. sebab terakhir melakukannya semua badanku terasa sakit terutama anusku.

Tapi dengan tepukan di punggungku.. tanpa sadar aku berhenti memberontak..
Malah tanpa kusadari aku lantaas memajukan lubang anusku ke arah penis Abdul.

Dengan terkekeh-kekeh dia.. clupp.. memasukkan kepala penisnya ke anusku.
"Sakit pak, jangan di situ.." keluhku.
"Tenang aja non.. gak akan sakit.. malah enak. Mama non aja hoby koq.."

Abdul sambil meludah ke anusku lalu pelan-pelan menjejalkan kepala penisnya..
Aneh tapi nyata.. penis itu sedikit demi sedikit masuk dengan mulusnya tanpa terasa sakit sedikitpun.

Tentu saja hal ini makin merangsang gairah birahiku.. kedua lubang di tubuhku terasa penuh saling bergesekan berganti-ganti.
"Ahhhh.. oooowhhh..!!" Rintihku.. Sementara mama kulirik masih menjilati penis Tirta yang basah oleh cairan orgasmeku.

Mama kulihat asyik sekali mengulum dan menjilati penis Tirta.. sambil sesekali matanya melihatku.
Ahh.. akhirnya aku dan mama sama-sama menikmati disetubuhi oleh buruh dan preman-preman temannya.
Aku yakin sekarang dan selanjutnya mama tidak akan bermasalah denganku dalam masalah ini.

Jlebb..!! Satu hentakan Somad di rahimku membuatku melambung dalam kenikmatan yang tak dapat kutuliskan.
Disusul lagi oleh hentakan Abdul.. bergantian menghantarku pada orgasme berikutnya.

Tubuhku mengejang.. diam sesaat untuk membiarkan cairanku keluar.
"Enak ya neng. Ayo.. sekarang sama Bapak.. mumpung gua belum resmi jadi bapakmu.." Nurdin meminta gilirannya padaku.

Plop..! Plep..! Somad dan Abdul mengeluarkan penisnya masing-masing.. dari lubang anus dan liang vaginaku.
Sekarang aku terbaring telentang.. menunggu penis Nurdin yang mungkin nanti jadi bapak tiriku.

Mama terlihat akan mengatakan sesuatu pada Nurdin.. tapi sesaat kemudian sperma Tirta muncrat memenuhi mulut mama..
sehingga untuk beberapa saat mama tidak dapat berkata-kata.. karena mulutnya masih dipenuhi penis Tirta dan spermanya juga.

"Telen aja ci.. biar gak kotor kasurnya..!" Perintah Tirta. Mamaku segera menelan sperma itu..
Lalu dengan cepat dia berkata.. "Din.. kalau mau harus pake kondom.." rupanya mama tidak mau aku hamil oleh Nurdin.

Hehehe.. rupanya mama tidak tau aku bisa mendapatkan anti hamil kalau aku mau.
Tapi kubiarkan saja.. karena Nurdin pun tanpa mama suruh telah menyiapkan kondom.

Akupun dikerjai Nurdin. Agak riskan memang disetubuhi oleh calon bapak tiri..
apalagi sambil ditonton mama yang mulutnya kembali dijejali penis Abdul dan Somad bergantian..

Nurdin dalam beberapa genjotan saja menghentikan genjotannya..
rupanya dia telah orgasme di dalam tubuhku.. untunglah memakai kondom.

"Gila ci.. anakmu ini rasanya mirip cici waktu muda dulu.. enak bener. Jadi inget lagi nih ci..
Gua jadi cepet ngacret dah..!" Teriak Nurdin di sela-sela orgasmenya.

"Gak salah tuh anak-anak milih anak lu jadi gundik mereka.."
Puji Nurdin padaku yang sekaligus membuat mukaku merah harga diriku kembali terinjak.

Kulihat Somad kembali padaku sambil mengocok-ngocok penisnya di depan wajahku..
Lalu disusul Abdul yang juga mendekatkan penisnya ke mulutku.

Aku tau keinginan mereka.. tanganku mengocok penis besar Somad dan lidahku mengulum penis Abdul.
Tak berapa lama kemudian merekapun menyemprotkan sperma di tempatnya masing-masing.

Wajahku kembali belepotan sperma.. kali ini mulutkupun dipenuhi sperma dan sama seperti mama.
Merekapun ramai-ramai menyuruhku menelan sperma Abdul.

Setelah kutelan selesailah permainan mereka denganku malam itu.
Kulihat sudah pukul 3 dinihari.. mama memasak air untuk aku mandi dan kamipun akhirnya mandi bersama.

Mama memelukku. "Chen.. sekarang kamu sudah jadi wanita dewasa. Mama harap kamu bisa ketemu jodohmu..
kalau bisa jangan dengan buruh itu. Kamu harus jaga jangan sampai hamil seperti mama.." kata mama padaku.
"Iya ma.. Fei tau koq. Maafin Fei juga ma.. Fei dulu kebawa nafsu.. sampai jatuh ke tangan mereka.." kataku juga.

"Iya sudahlah Chen.. mama sudah ngerti. Memang seks itu kebutuhan semua orang.. kita wanita juga butuh kepuasan.
Mama gak akan nyalahin kamu koq.. tapi for fun aja yah.. jangan sampai kebablasan.
Mama gak mau punya menantu orang-orang semacam mereka.."

"Iya ma.. nasehat mama akan Fei ingat. Tapi mama gak marah kan Fei main sama pak Nurdin..?” Tanyaku kuatir.
Mama tersenyum.. "Kalau mama marah gimana..? Hehehe.. ya enggalah.. namanya juga for fun. Asal dia pake kondom aja..
kalau gak nanti mama punya anak sekaligus cucu donk.." mama tertawa kecil.

Aku mencubit mama.. "Iiih.. mama gitu. Masa’ Fei mau punya anak dari pak Nurdin..? Amit-amit dehhhh.. hihihi..
Eh ma.. sebentar lagi Fei punya adik lagi dong..?"
Kataku kemudian sambil mengelus perut mama yang masih belum membesar itu

"Bener kan mama hamil..?” Tanyaku juga. Mama mengangguk.. tampak wajahnya jadi kuatir.
"Iya Fei.. kemarin-kemarin mama sudah bilang papamu. Dia marah besar. Entahlah.. sampai sekarang dia belum mau bicara..
mama sudah siap cerai koq. Habis papamu tidak bisa memenuhi nafkah batin mama.."

"Fei sudah tau cerita itu ma.. tapi koq mama pilih Pak Nurdin..? Apa gak ada pria lain..?” Tanyaku penasaran.
"Yah apa boleh buat, cuma dia yang dari dulu dampingin mama sebelum ketemu papa kamu.
Mama sempat lakuin seperti yang kamu lakuin sama pegawai kita.. tapi mama cuma sama Nurdin aja.."
kata mama menatapku dengan mata nakal.

Kembali aku cubit paha mama.. "Idih.. mama gitu deh.. Fei juga kan gara-gara mama yang hot banget sama Pak Nurdin.." belaku.
"Hahaha.. tapi enak kannnn..??” Goda mama kembali.

"Udahlah ma.. jangan diungkit terus, Fei kan jadi malu.." kataku.. mungkin dengan wajah merah.
Aku senang ternyata mama bisa menerimaku.. mungkin karena kami senasib.

Tiba-tiba terdengar Nurdin di depan pintu kamar mandi
"Ayo cici cepat mandinya, sudah 1 jam nih, nanti masuk angin..!" Aku dan mamapun cekikikan di dalam kamar mandi.

Pagi harinya aku dan mama diantar pulang oleh Nurdin menggunakan mobil mama.
Pakaianku tampak lusuh sekali.. begitu juga dengan mama.

Sepanjang jalan aku melamun di samping mama yang sebelah tangannya memeluk bahuku.
Aku teringat masalah Oman yang naksir cici Christine, apakah aku harus memberitau mama..?
Juga masalah cairan yang harus rutin kuberikan pada minuman cici..?

Belum lagi masalah adikku Evelyn yang akhir-akhir ini sering digoda anak-anak punk..
Memang itu aku tau gara-gara Oman atau Usep.. yang menyebarkan foto Evelyn secara sembunyi-sembunyi..?

Mungkin untuk saat ini belum mau kuungkap di depan mama.
Hari ini terlalu banyak kekagetan yang terjadi, meskipun semuanya berakhir dengan baik.

Aku pun saat itu masih menunggu kabar perceraian mama.. pasti itu sangan mengganggu pikirannya.
Ditambah lagi dengan kehamilan mama di usianya yang ke 38 ini. Begitu banyak yang kupikirkan saat di perjalanan.

Aku menghela nafas panjang.. biarlah semuanya terjadi seperti apa adanya. Yang penting tidak ada yang merasa dirugikan.
Apakah ciciku dirugikan..? Entahlah.. itu tergantung tanggapannya di kemudian hari..

Aku sebagai adiknya cuma membantu perjodohan cici. Masalah jodoh sebenarnya kan rahasia Tuhan.
Jadi apapun yang kulakukan.. jodoh ciciku tak akan lari ke mana-mana.. hehehehe tunggu saja.. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
By: Carline

End of Cerita 77..
Sampai Jumpa di Lain Cerita.. Adios..!! :ciao:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd