––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Cerita 073 – Direktris Itu ..
[Part 4] Better In the Second Time
“Awas kamu ya..” Maria meremas dadaku dan menggoyangkan pinggulnya berputar-putar..
Ahhhhh.. Hercules kecilku serasa bagaikan dipelintir dengan lembut..
Kulumat puting susunya dengan bibirku.. Maria menggelinjang dan merintih..
Sambil menggoyang berputar pinggulnya bergerak naik perlahan..
Batang Hercules kecilku bergerak keluar hingga hanya kepalanya saja yang tertinggal di dalam..
Perlahan-lahan pinggul Maria bergerak turun.. hingga mentok ke bagian dasar..
Kemudian naik lagi dengan gerakan berputar.. turun lagi.. begitu seterusnya..
Erghhhh... Bukan kepalang nikmat yang kurasakan.. tubuhnya naik-turun perlahan-lahan..
seiring dengan desah dan rintihannya.. kedua tangannya tak henti-henti meraba dadaku..
Terkadang ia memilin kedua puting susuku dengan jarinya..
Terkadang ia mengerang ketika Hercules kecilku yang sudah mencapai dasar liangnya masih kutekan lebih jauh ke atas lagi..
Pikiranku kembali melayang-layang.. terombang-ambing di tengah samudera birahi..
Seluruh indera tubuhku seakan terpaku kepada kenikmatan syahwat yang sedang menjajahku..
Menyaksikan seorang wanita yang cantik dengan tubuh mulus seksi bergerak naik-turun..
memompakan kenikmatan demi kenikmatan ke sekujur tubuhku..
Kurasakan Hercules kecil bagaikan seorang narapidana yang tersekap di penjara.. meronta.. menerjang-nerjang..
mengerahkan seluruh kekuatannya untuk bertahan..
Namun himpitan dinding penjara itu lebih banyak mengendalikannya.. membuatnya semakin lama semakin tak berdaya..
Kurasakan waktu baginya sudah tak lama lagi.. kukerahkan segenap kemampuanku untuk bertahan..
Kucoba mengatur napasku yang terengah-engah.. Maria melumat bibirku..
Aahhhh.. betotan nafsu yang dipompakannya lebih berkuasa ketimbang akal pikiranku..
Nikmat yang kurasakan semakin memuncak.. kucoba untuk memasukkan segala sesuatu ke dalam otakku..
Sistem analisis.. struktur organisasi.. komputer.. design.. 2×2=4,4×4=16.. 16×16= ..
Terlambat.. kurasakan Hercules kecilku sudah berdenyut-denyut..
“Ahhhhh.. biarin.. biarinnDra.. ssshh.. let it go.. mmmhhh..” bisiknya sambil mendesah.
Rupanya ia mengerti aku sedang berjuang untuk menahan ejakulasiku.. ketika dilihatnya aku terdiam dengan mata terpejam.
Maria kemudian memeluk dengan erat leherku.. menarikku hingga tubuh kami melekat dan menyatu..
Sesaat kemudian bibirnya merapat ke bibirku.. kami saling melumat bibir..
Maria sesaat kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya tanpa menaik turunkan pantatnya..
Dan kurasakan Hercules kecilku bagaikan dikocok-kocok oleh sebuah tangan yang sangat lunak dan licin..
Terkadang terasa ada remasan-remasan lembut..
Maria juga seakan terbawa oleh kenikmatan yang diberikan kepadaku.. Ia merintih dan mengerang di telingaku..
Kurasakan waktuku sudah semakin sempit.. kupeluk tubuhnya dengan sejadi-jadinya..
Kenikmatan sudah berada di pinggir puncaknya.. Herculesku bergetar-getar semakin keras dan.. satu.. dua..
“Yahhhh.. lepasin.. ahhhhh.. lepasinn.. Dra..!!” Getaran itu semakin keras.. tiga.. empat..
“Ahhh.. mmhhhh.. c’mon lover.. mmhhhhh..” bisiknya.
Seluruh tubuhku kini bergetar dengan keras.. lima.. jebol.. crrrtt.. crettt.. crrrtt.. crrrtt..!!
Hercules kecilku memuntahkan isi perutnya.. menyembur-nyembur.. membasahi bagian dasar rongga kenikmatan Maria..
Tak kusadari aku sudah mengangkat tubuhku berikut tubuh Maria lepas dari sofa.. setengah berdiri..
Perlahan aku menurunkan tubuhku duduk kembali.. kusandarkan kepalaku..
menikmati sisa-sisa gelombang kenikmatan yang baru saja kualami.
Napasku terengah-engah, begitu pula Maria.
“Ouchh.. hhhhhh.. thats right.. mmhhh.. so beautiful..” bisik Maria sambil mengecupi bibir dan keningku.
Namun kenikmatan itu berbaur dengan kekecewaan di dalam hatiku.
Chicken boy..! Loyo..! Kampungan..!!
Gerutuku dalam hati mengutuk diriku yang tak mampu memberikan kepuasan kepada seorang wanita.
Aku tau Maria belum sampai ke puncak kenikmatannya.
Maria tak bergeming dari posisinya..
Hercules kecilku yang masih berada di dalam rongga kenikmatannya kini kurasakan sedikit melembek.
“You’re so good.. that was sonice Maria. Sorry.. aku mengecewakan kamu..” bisikku meminta maaf.
“It’s okay..” bisiknya kemudian mengecup lembut bibirku.
Maria kemudian menjulurkan tangannya meraih gelas di meja yang masih beirisi sisa minumannya.
Ia meneguknya sesaat.. kemudian menyorongkannya ke bibirku.. kuteguk hingga habis sisa minumannya.
Minuman dingin itu begitu nikmat membasahi kerongkonganku yang kering setelah ‘berolah raga’.
Maria kemudian mencoba merengkuh tubuhku.. kutau keinginannya untuk berpelukan.
Kusorongkan tubuhku.. kedua tanganku kulingkarkan ke punggungnya. Kami berpelukan erat.
Tak lama kemudian.. ada rasa dingin kurasakan pada punggungku..
Rupanya Maria menempelkan gelas yang tinggal berisi es batu itu ke punggungku.
Rasa dingin itu perlahan-lahan bergeser naik ke atas dan berhenti di tengkukku.. nikmat rasanya.
Sesekali tangannya yang lain memijit-mijit. Tak lama kemudian seluruh tubuhku terasa segar kembali.
Rasa dingin dari gelas dan pijitan-pijitan Maria itu telah mengusir rasa penat setelah bercinta yang kurasakan.
Kurasakan bibir Maria yang sejak tadi berada di leherku kini mulai mengecupinya..
Saling berganti dengan lidahnya yang juga mulai bereaksi.. mengalirkan rasa hangat ke dalam tubuhku..
Silih berganti dengan rasa dingin pada tengkukku..
Amboii.. kuresapi nikmatnya perlakuan Maria pada diriku itu..
Wait..!!! Ada sesuatu yang kurasakan pada bagian bawah tubuhku..
Ahhh.. kurasakan pada Hercules kecilku yang sudah melembek itu ada sesuatu yang meremas-remasnya..
Serrr.. seketika darahku berdesir.. menyadari apa yang dilakukan Maria dengan menggunakan rongga kenikmatannya..
pada Hercules kecilku di dalamnya sana..
Remasan-remasan itu semakin terasa.. seiring dengan mulai tegapnya tubuh Hercules kecilku..
Satu duakali terkadang Maria menggerakkan pinggulnya..
Drrrttt.. Hercules kecilku semakin tegap.. salahsatu tangan Maria bergerak ke belakang tubuhnya..
Turun mengusap kantong perbekalan Hercules kecilku.. Gladiator kecilku mulai meregang keperkasaannya..
Otot-otot di seluruh tubuhnya mulai kembali meregang.. bak binaragawan yang sedang berlomba..
Kepalanya semakin lama semakin menjulur ke atas..
Maria semakin menggoyangkan pinggulnya.. dan.. Happ..!!!
Kepala Hercules kecilku menyentuh bagian dasar gua kenikmatan Maria.
“Unghhhh..!!” Tubuh Maria tergetar sesaat. “Yesss..!!! I knew it..! I really knew it..!!”
Sorak Maria dengan suara berbisik, matanya berbinar-binar.
“Apaan sih..?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Nggak usah tanya-tanya, ah..! You’re really my lover. Jagoan..! Hebat kamu, cuman semenit udah.. hihihi..” Maria terkekeh.
Aku hanya tersenyum.. dalam hati aku benar-benar angkat topi kepadanya.
Ia benar-benar pandai menghargai perasaan pasangannya.
Padahal kalau kupikir-pikir.. sebenarnya kalau nggak dari upayanya yang lihai itu..
mana mungkin aku bisa siap ‘tanding-ulang’ dalam waktu secepat itu.
Kebiasaanku paling tidak butuh setengah jam.. itupun kalau nggak ketiduran.
Maria menjulurkan tangannya untuk meletakkan gelas minumannya di meja.
Ia menggerakkan tubuhnya naik.. perlahan-lahan mengeluarkan Hercules kecilku dari rongga kenikmatannya..
Dan sebelum bagian kepalanya terlepas ia menggenggam bagian bawahnya..
Kemudian ia melanjutkannya hingga tinggal ujung kepala Hercules kecilku yang masih menempel di mulut gua kenikmatannya.
Maria terdiam beberapa saat dalam posisi seperti itu.. dan perlahan-lahan cairan muntahan Hercules kecilku keluar dari dalam guanya..
Menetes dan jatuh ke kepala Hercules kecilku.. kemudian mengalir ke bawah membasahi pangkal pahaku.
Setelah tak ada lagi yang menetes keluar.. Maria mengambil tissue yang ada di atas meja.
Perlahan-lahan ia membersihkan cairan yang membasahi pangkal pahaku itu..
tanpa membuat ujung kepala Hercules kecilku terlepas dari bibir liang syahwatnya.
Sesaat kemudian ia membuang tissue itu dan menggerakkan tubuhnya turun..
Slebb.. membenamkan kembali Hercules kecilku untuk masuk ke dalam kehangatan rongga yang licin itu..
"Ungghhh..” erangnya halus.. semabri menggigit bibir bawahnya..
Dan bagiku itu adalah suatu tanda untuk memulai lagi perjalanan bahtera birahi kami.
Kurengkuh tubuhnya dan tanpa memisahkan tubuh kami yang sudah menyatu.. perlahan kubaringkan ia pada sofa itu.
Kuletakkan kepalanya pada sandaran tangan sofa. Tubuhku bertumpu pada siku menindih tubuhnya..
Kami saling berpandangan.. kubelai rambutnya.. ia mengusap dadaku..
“Kamu luar biasa..” bisikku dengan nada kagum kepadanya.
“
That’s nothing.. I know that guys always better in the second round, coba lihat nanti..” ucapnya dengan tersenyum menggoda.
“Hmmm.. you should be a goddess..” ujarku memuji.
“Which one, Venus atau Aphrodite..?” Tanyanya bercanda.
“Both..!!” Balasku bercanda.
“Enough of this chit-chat..!” Sergah Maria.. bibirnya melumat bibirku.
Aku mulai menarik mundur prajuritku.. perlahan-lahan.. Maria semakin ganas melumat bibirku..
Kudorong maju lagi.. mundur.. maju.. semuanya dengan perlahan-lahan..
Kedua tangan Maria pun tak tinggal diam.. berkeliaran di belakang tubuhku..
Ia melepaskan lumatannya pada bibirku dengan napas terengah-engah..
Dan sesaat kemudian telah berubah menjadi desah dan rintihan.. tubuhnya mulai menggelinjang..
Sesaat kemudian ia menumpangkan salahsatu kakinya ke atas sandaran sofa.. mengangkang lebih lebar..
Kedua tangannya kemudian merayap ke pantatku.. meremas dan menekannya..
Setiapkali bergerak naik ke atas ia selalu menekannya kembali..
Kucoba agak mempercepat gerak naik-turunku.. ia kini melepaskan tekanan tangannya..
Kusadari keinginannya.. kuturunkan salahsatu kakiku memijak lantai..
Perpaduan posisi tubuh kami kini membuatku lebih leluasa untuk bergerak makin cepat..
Pinggul Maria mulai bergerak mengimbangi.. kupercepat gerakanku.. Kupercepat lagi hingga batas yang memungkinkan..
Kupertahankan kecepatan itu tanpa mengurangi atau melebihinya..
Kurasakan rongga kenikmatan Maria semakin membasah dan licin..
"Shhh.. esshhh.. ahhh.. ahhh.. sshhh.." Mulutnya tak henti-hentinya mendesah.. merintih.. mengerang..
Kukerahkan seluruh tenagaku untuk memompakan terus kenikmatan demi kenikmatan kepadanya..
Kurasakan kebenaran ucapannya..
Guys always better in the second time..
Tak ada sama sekali tanda-tanda kekalahan pada Hercules kecilku..
Ia begitu perkasa.. meregangkan seluruh otot-otot di tubuhnya untuk bertempur dengan gegap gempita..
mendesak.. menerjang ke sana ke mari.. tak memberi kesempatan sedikitpun kepada musuh untuk menguasai jalannya pertempuran..
memporak-porandakan seluruh pertahanan musuh..
Maria semakin larut dalam kenikmatan.. bagian belakang tubuhku mulai dari punggung hingga pantat habis diremas-remasnnya..
Ia kemudian menaikkan kedua kakinya melingkari pinggangku.. kedua tumitnya saling mengait.. mengunci tubuhku..
Kedua tangannya menarik dan menekan pantatku.. pinggulnya naik bergerak ke atas menyambut setiap gerak turun tubuhku..
seolah ingin membantu menghujamkan Hercules kecilku lebih dalam lagi ke dasar liang kenikmatannya..
Keringat mulai mengucur di seluruh tubuhku jatuh dan bercampur dengan keringat tubuhnya..
Kedua tubuh kami bagaikan di hempas gelombang badai.. terbanting-banting ke sofa..
Tulang pubic kami secara ritmis saling bertabrakan.. menerbitkan pekikan-pekikan lirih dari mulutnya..
Wajahnya kian memerah.. kedua alisnya semakin mengernyit..
Kurasakan dinding-dinding rongga kenikmatannya semakin lama semakin menghimpit..
Otot-otot di dalamnya semakin terasa meremas-remas.. Kulihat kedua matanya sudah setengah terpejam..
Mulutnya setengah terbuka dengan lidah mengambang di tengah-tengahnya..
Ia rupanya sudah berada di ambang puncak kepuasannya.
Tak lama kemudian ia memeluk diriku sejadi-jadinya.. Kubalas dengan memeluk erat tubuhnya..
Jlebb..!! Kubenamkan Hercules kecilku sedalam-dalamnya.. hingga menyentuh dasar.. dan kubiarkan terdiam menekannya..
Kunanti saat-saat yang paling mengesankan itu.. hingga tak lama kemudian..
Ddrrttt.. drrttt.. drrttt.. dinding-dinding rongga kenikmatannya mulai berkontraksi..
Semakin lama semakin keras.. dan semakin keras.. berkontraksi dengan hebat..
"Oghhhhh..!!" Maria memekik lirih.. kugerakkan pinggulku maju-mundur perlahan-lahan..
sambil menekan tulang pubicnya dengan bertenaga.. kudekap dengan erat bongkahan pantatnya..
Kontraksi itu semakin berkelanjutan.. seiring dengan gerakan pinggulku.. dibarengi oleh pekikan-pekikan lirih Maria..
Seluruh tubuhnya bergetar hebat.. entah sudah berapakali ia meneriakkan namaku di sela-sela pekikannya..
hingga ia tak sanggup lagi meneriakkan pekik nikmatnya itu..
Agaknya kenikmatan itu terlalu memuncak baginya.. Maria menggigit bahuku..
Beberapa detik lamanya.. hingga akhirnya pelukannya mulai mengendur..
Tangannya menahan pinggulku untuk menghentikan gerakannya.. tubuhnya terkulai..
Kusandarkan kembali kepalanya.. ia terpejam dengan napas terengah-engah..
Mungkin hampir dua menit lamanya ia dalam keadaan seperti itu.
Kubiarkan ia menikmati sisa-sisa kenikmatan yang barusan dirasakannya.
Napasnya semakin teratur dan tak lama kemudian ia membuka kedua matanya. “Beautiful..” bisiknya lirih.
Aku hanya tersenyum, kuusap keningnya yang basah oleh keringat.. kemudian kukecup dengan lembut.
Kedua tangannya kemudian mengusap punggungku.. menyapu keringat yang membasahi di sana.. kemudian wajahku.. dadaku..
Jari tangannya bagaikan otomatis memilin puting dadaku.. membuatku meggelinjang..
Hercules kecilku yang masih berdiri tegar dan kokoh menggeliat di dalam benaman rongga kenikmatannya..
“I want more..” bisiknya dengan suara mendesah.
“My pleasure lady..” sahutku dan kemudian mulai mengecup dan melumat bibirnya.
Sesaat kemudian aku mulai bergerak lagi.. memompakan kenikmatan bagi kami berdua.. yang semakin lama semakin memuncak..
Desah dan rintihannya kembali menggema memenuhi ruangan.. seiring dengan gelinjang dan geliatan tubuhnya..
Pinggulnya menari-nari mengimbangi setiap ayunan tubuhku.. kurasakan dinding-dinding rongga kenikmatannya semakin sensitif..
hampir dalam setiap gerakan tubuhku disambutnya dengan remasan-remasan..
Otot-ototnya mencengkeram dan melepas bergantian.. seiring dengan keluar-masuknya Hercules kecilku..
Mencengkeram di saat ia hendak keluar.. dan melepaskannya ketika masuk.. begitu nikmat..
Dan kenikmatan itu begitu terasa menguasai seluruh urat syarafku.. nyaris kembali membobolkan pertahananku..
Namun Maria tak membiarkannya.. ia menekan pinggulku untuk berhenti bergerak dan terdiam beberapa saat..
untuk mengendorkan serbuan rasa nikmat yang menguasai diriku..
Hingga aku mampu mengontrol kembali diriku.. dan bergerak lagi.. menabuh irama birahi bersamanya..
Menarikan tarian nafsu birahi.. menggelinjang.. menggeliat.. merintih.. mendesah.. mengerang..
Silih berganti.. dan menghentikannya di saat aku mulai kehilangan kendali.. demikian seterusnya.
Entah sudah berapakali aku terhenti untuk mengendalikan diriku.. terkadang aku sendiri mampu mengontrolnya..
Namun tak jarang pula Maria dengan piawainya mengetahui dan menghentikan irama percintaan kami..
Akan tetapi.. dengan cara bercinta seperti itu.. yang jelas sudah beberapakali kurasakan serangkaian kontraksi..
pada dinding liang kenikmatannya yang diiringi pekik-pekik lirihnya.
Maria benar-benar mengendalikan diriku.. aku bagaikan ‘sex-machine’ baginya..
Bagaikan ‘kuda Troja’ yang ditunggangi untuk mengantarnya berkali-kali ke puncak kenikmatannya.
Namun aku tak peduli.. karena kenikmatan yang kurasakan juga benar-benar membuai diriku..
Begitu lama.. begitu panjang.. membuatku lupa akan dunia nyata.. lupa waktu.. lupa berada di mana.
Yang ada hanya diriku dan dirinya di suatu tempat yang kutak tau di mana dan apa namanya.. semuanya begitu maya.
Tubuhku dan tubuhnya sudah bersimbah peluh hasil olah asmara kami..
namun semua itu tidak kami pedulikan.. kami terus bergerak dan bergerak.
Maria kemudian berbisik di telingaku meminta untuk berada di atas..
ketika dilihatnya kedua tanganku yang menopang tubuhku tak kusadari sudah gemetaran.
Dengan serta merta kuangkat tubuhnya untuk duduk di pangkuanku.. Maria membalas dengan memeluk erat tubuhku..
Kemudian dengan berhati-hati kuputar posisi tubuhku dan perlahan-lahan rebah bersandar menggantikan tempat Maria..
tanpa melepaskan sedikitpun pertautan tubuh kami.
Maria kemudian mulai menggerakkan pinggulnya.. kedua tangannya bertumpu pada dadaku..
Sesekali tubuhnya membungkuk mendekat dan kemudian bibirnya melumat bibirku..
Lidahnya terkadang menyelinap masuk dan memilin lidahku.. Dan jika tubuhnya menjauh dengan serta merta kuciumi buah dadanya..
Kuisap-isap puting susunya.. membuatnya semakin mengerang-erang nikmat..
Kedua tanganku tak henti-henti menjalari seluruh tubuhnya.. punggungnya.. pinggulnya..
Kedua bukit pantatnya.. dan meremas-remas di sana.. menyentuh dan meraba rectumnya..
Tubuhnya semakin hebat menggelinjang dan menggeliat..
dan serta merta pula kurasakan remasan-remasan pada sekujur tubuh Hercules kecilku semakin menjadi-jadi..
Kami bagaikan sepasang pendaki yang sedang menjelajahi rimba asmara.. bergegas.. berpacu..
mengerahkan seluruh tenaga.. untuk bersama-sama menuju ke puncak kenikmatan..
Terkadang salah satu di antara kami tertinggal.. maka yang lain menunggu dan menggapai untuk kembali berpacu bersama..
Saling memacu.. saling menunggu.. seolah ada kata sepakat yang tak diucapkan..
Hasrat yang tak tersirat.. yaitu ingin meraih puncak itu secara bersama-sama.
.Kata-kata “Tunggu..!” “Wait..!!” “Not now..!” Dan semacamnya.. silih berganti terucap oleh kami berdua..
Upaya itu akhirnya tak sia-sia..
ketika Maria melihatku meregang menahan nikmat dan kurasakan pula kontraksi liang kenikmatannya mulai terasa..
Dengan satu jeritan lirih ia menghujamkan pantatnya ke bawah sejauh-jauhnya..
Jlebb..!! Hercules kecilku terasa melesak masuk hingga ke akar-akarnya..
Maria kemudian merebahkan tubuhnya menindih tubuhku.. ia memeluk dan membenamkan wajahnya di samping wajahku..
Kupeluk dengan erat punggungnya.. kedua kakinya tak lama kemudian merapat..
Drrrtt... dinding rongga kenikmatannya semakin hebat menghimpit seluruh tubuh Hercules kecilku..
Ia kemudian menggerakkan pinggulnya naik-turun dengan hanya mengkontraksikan otot yang ada di pantat dan pinggulnya..
mengocok dan meremas batang tubuh Hercules kecilku di dalam liang nikmatnya sana..
Perlahan-lahan.. denyut-denyut di sekujur tubuh Hercules kecilku bagaikan saling sahut menyahut dengan kontraksi liang kenikmatannya..
semakin lama semakin intens..
Maria mengerahkan segala kemampuannya untuk menggiring gelora kenikmatan kami selama mungkin..
tak sekalipun ia mempercepat gerakan pinggulnya.. tetap perlahan-lahan.. menggecak.. meremas.. mengocok..
Rintihan dari mulutnya semakin menjadi-jadi.. silih berganti dengan namaku yang disebut-sebutnya.
Tubuhku dan tubuhnya semakin meregang.. otot-otot di seluruh tubuhku seakan dibetot keluar secara perlahan-lahan..
Semakin lama pelukan kami semakin menggila..
kami berdua terengah-engah berusaha menarik napas yang semakin lama semakin sulit..
Seiring dengan kenikmatan yang sudah di ambang batas puncaknya.. sejengkal demi sejengkal.. langkah demi langkah..
berusaha meraih puncak kenikmatan..
Efffhh..!! Kutahan napasku.. dan mungkin juga sudah tak mampu bernapas lagi.. hingga akhirnya..
Byarrr..!!! Srrrrr.. srrrr.. srrrr.. srrrr.. srrrr..!!
Crttt.. crrttt.. crrett.. crrrtt.. crrrttt..!! Tergapailah puncak kenikmatan itu..
Gelombang demi gelombang kenikmatan menerpa tubuh kami berdua..
Maria menjerit-jerit histeris.. saling memeluk dan merengkuh dengan diriku..
Seakan hendak meluluh lantakkan masing-masing tubuh kami..
Gelombang itu tak surut-surutnya melempar-lemparkan kedua tubuh kami ke dalam samudera kenikmatan..
bagaikan pusaran air.. mengisap dan menelan tubuh kami ke dalamnya..
Hingga akhirnya kurasakan mataku berkunang-kunang.. pikiranku melayang-layang..
Sekelilingku serasa buram.. samar-samar.. yang ada hanya nikmat yang kurasakan menggedor-gedor seluruh jiwaku..
Tak kusadari lagi semua yang ada di luar diriku.. bahkan tubuhku sendiri sudah tak terasa lagi.. entah ada entah tiada..
Entah berapa lama aku dalam keadaan ‘collaps’ seperti itu..
hingga akhirnya perlahan-lahan kurasakan sakit pada bahuku seiring dengan kesadaranku yang kembali pulih.
Saat itulah kusadari ternyata aku masih menahan napasku dan serta merta dengan tersengal-sengal kutarik napas sebanyak-banyaknya.
Kulihat bahuku yang berdarah dan bertanda bekas gigitan.
Samar-samar kudengar suara isakan tangis yang tertahan dari bibir Maria.. yang memeluk dan menyandarkan kepalanya di dadaku.
(. ) ( .)
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
END OF CERITA 073..
Sampai Jumpa di Cerita Lainnya.. Adios..