---------------------------------------------------------------------------
Cerita 34 – Sekretarisku Tercinta
Rita
Aku baru saja merekrut sekretaris baru..
karena sekretarisku yang lama sudah malas-malasan dan kurang profesional.. apalagi setelah dia menikah.
Oh ya.. hampir lupa.. aku bekerja di sebuah perusahaan swasta yang sedang naik daun.. tepatnya di sebuah bank swasta.
Tak kuduga.. sekretaris baruku itu memang bukan saja masih perawan..
Tapi juga rajin.. pintar dan yang paling penting lagi adalah bodinya yang montok dan parasnya yang cantik..
dengan kulit putih bersih tanpa cela.
Dari pandangan mata pertamakali ketika kuwawancarai aku langsung terpikat..
dan dari sorot matanya serta sikapnya terhadapku.. aku juga paham jika dia suka padaku.
Wah.. cocok deh.. rasanya pada minggu pertama hari-hari di kantor begitu indah dan rasanya sangat cepat berjalan.
Namanya Indah Rita Purwati. Oh.. rasanya kerjaku semakin bersemangat.
Setiapkali dia datang ke kamar kerjaku membawa surat atau minumanku.. aku mulai menancapkan busur-busur asmaraku..
Dari mulai menggenggam tangannya.. mencium hidung dan keningnya..
tetapi masih cukup sopan.. jangan sampai dia kaget atau marah.
Tapi aku yakin dia pun ingin diperlakukan demikian.. karena ternyata dia tak menolak.
Bahkan kerjanya semakin rajin dan cekatan bahkan tak pernah bolos..
–termasuk ketika datang matahari.. eh datang bulan..–
Kupikir tak apa.. malah aku senang. Toh aku belum mau pakai.. yang penting bisa mencium bibirnya..
hidungnya.. keningnya dan dari hari ke hari kami semakin tenggelam dalam asmara.
Ketika itu.. –tahun 1982..– dia sudah punya pacar.. bahkan pacarnya terus memintanya untuk segera menikah.
Herannya.. menurut pengakuannya.. dia semakin benci dan tidak berniat kawin dengan pacarnya itu.
Weleh-weleh-weleh.. rupanya jerat cintaku telah merasuki jiwanya.
Sampai suatu hari.. –3 bulan kemudian..– aku memberanikan diri untuk mengajaknya pergi ke luar kota di hari Minggu..
karena tidak mungkin kami mencurahkan cinta kasih kami di kantor.
Dia setuju dan berjanji untuk menungguku di sebuah pasar swalayan tak jauh dari rumahnya.
Maka ketika mobil kami meluncur di toll Jagorawi menuju Bogor dan kemudian ke Pelabuhan Ratu Sukabumi.
Hati kami semakin berbunga-bunga sebab kami akan dapat mencurahkan segalanya..
tanpa takut diketahui orang atau pegawai lain di kantor..
Maklum.. kedudukanku sebagai kepala cabang bank swasta terkemuka.. disamping sudah beristeri dan beranak dua.
"Rit..” kataku pelan ketika mobilku keluar pintu tol.
"Ya.. ada apa Pak..?” Rita menjawab manis, sambil melirikku.
"Sekarang jangan panggil bapak.. panggil saja Papah.. biar nanti orang mengira kita ini suami-isteri..”
Dia mencubit pahaku sambil tersenyum manja dan tangannya kutahan untuk tetap memegang pahaku..
dia mendelik manja tapi juga setuju.
"Pah.. kamu nakal deh..” sambil mencubit sekali lagi pahaku.
Wah.. rasanya aku seperti terbang ke langit mendengar Rita mengatakan ‘Papah’ seperti yang kuminta.
Sebaliknya.. aku pun mulai saat itu memanggil Rita dengan sebutan ‘Mamah’..
dan kami saling memagut cinta sepanjang perjalanan ke Pelabuhan Ratu itu..
Laksana sepasang sejoli yang sedang mabuk cinta atau pengantin baru yang akan ‘ber-honey-moon’..
sehingga tak terasa mobilku sudah memasuki halaman Hotel Samudera Beach.
Pelabuan Ratu yang berada di tepi Samudra Hindia dengan ombaknya yang terkenal garang.
Laksana suami isteri, aku dan Rita masuk dan menuju ‘reception desk’ untuk check-in minta satu kamar yang menghadap ke laut lepas.
Petugas resepsi dengan ramah dan tanpa rewel..
–mungkin karena aku ber-Mamah-Papah dan terlihat sebagai suami isteri yang sangat serasi, sama ganteng dan cantiknya..–
segera memberikan kunci kamar.. sambil minta seorang room-boy mengantar kami ke ruangan hotel di lantai tiga kalau aku tak salah.
Segera kututup pintu kamar, di-lock sekaligus dan pesan supaya kami tidak diganggu karena mau beristirahat.
Aku dan Rita duduk berhadapan di pinggir tempat tidur sambil tersenyum mesra penuh kemenangan.
Akhirnya, angan-angan yang selalu kuimpikan untuk berdua-duaan dengan Rita ternyata terlaksana juga.
Kukecup hidungnya, keningnya, telinganya, Rita menggelinjang geli.
Kusodorkan mulutku untuk meraih mulutnya, dia terpejam manja dan ketika bibir kami bersentuhan..
kuulurkan lidahku ke bibirnya, ternyata dia langsung menyedot dan melumat lidahku dalam-dalam.
"Ooohhgghh, Paahh..” Rita mulai terangsang dan merebahkan badannya..
aku segera saja menggumulinya dan menaiki badannya.
Rita melenguh dan terpejam.. slepp.. slepp..
Kemaluanku bergesekan dengan selangkangannya dan bau harum parfumnya semakin merangsang nafsuku.
"Paahh, kita buka pakaiannya dulu, nanti lecek..”
Oh.. harum sekali mulutnya, kulumat habis wajahnya, kupingnya, jidatnya dan mulutnya.
"Paahh, bandel nih.. kita buka dulu bajunya..!”
Aku masih terengah-engah menahan nafsuku yang membara.. kemaluanku semakin menegang menggesek selangkangannya.
"OK Mahh.. yuuk dibuka dulu..”
Karena sudah sama-sama ngebet.. kami saling membukakan pakaian..
dan setelah T-Shirt-nya kulepas, terlihat sepasang gunung menyembul putih dan mulus sekali.
Kami berpandangan setelah tak selembar benang pun menempel.
Kudekap Rita yang mulus, putih, harum itu.. kujilati semuanya sambil berdiri..
sementara kemaluanku sudah tegang memerah.
Apalagi ketika Rita mulai meraba dan meremas batang kemaluanku.
Kutelentangkan dia di tempat tidur. Ohh.. betapa mulusnya badan Rita.. sempurna sekali seperti bidadari.
Pinggulnya yang montok.. buah dadanya yang putih kencang dengan puting merona merah.
Kemaluannya yang dijalari rambut kemaluan yang tidak terlalu lebat jelas.. menampakkan bentuknya yang sempurna tanpa cacat.
Kemudian kelentit yang merah.. terlihat rapi dan belum menonjol keluar.. karena memang Rita masih perawan.
Slrupp.. slrupp.. Kujilati dari ujung kaki sampai ujung jidatnya yang mulus, naik ke atas.
Lalu berhenti lama di bawah kemaluannya. Kumainkan lidahku di antara selangkangannya.
Rita melenguh.. terus kukulum-kulum kemaluannya.. klitorisnya yang merah dan beraroma harum..
tambah lama tambah merambah ke dalam lubang kemaluannya yang merah.
"Ogghh, Paahh, gelii.. teruss Pahh, ogghh, tapi jangan terlalu dalam Pahh.. saakiit..”
"Yaa, sayangg..” sambil terus lidah dan mulutku mengulum kemaluan dan kelentitnya..
Ehmm.. mulai terasa agak asin karena cairan kemaluan Rita mulai keluar.
"Ogghh, Paah.. adduuhh, Paahh, gelii, Pahh, Mamah kayaak maauu.. ogghh..”
Aku terus menjilati seluruh kemaluannya dengan membabi buta.. kuhirup seluruh cairannya yang wangi itu.
Sekali-kali lubang pantatnya kujilati dan Rita menggelinjang dan merintih setiap kali kujilat pantatnya.
Penisku semakin tegang dan keras, urat-uratnya terlihat jelas menegang, aku tahan terus supaya tidak ejakulasi duluan.
Aku ingin memuaskan Ritaku yang tentunya baru merasakan kenikmatan surga dunia ini bersama lelaki yang dicintainya.
"Paahh, eemmgghh.. teruss.. Paahh, geellii.. oogghh.. Pappaahh jaahhaatt..!” Protesnya manja.
Aku masih saja terus melumat, memamah.. menggigit-gigit kecil lubang kemaluan dan klitorisnya..
merah dan beraroma wangi dan pantat Rita semakin cepat naik turun..
Ahh.. sepertinya ia mau agar lidahku semakin masuk ke lubang kemaluannya.
"Paahh, naik Paahh, udaahh donnkk, Mamahh nggak tahaan..” sambil menarik tanganku.
Matanya terpejam ayam.. buah dadanya yang putih, mulus dan mengkel terlihat naik turun.
Aku menaiki badannya dan penisku yang sudah seperti besi terasa menggesek bulu kemaluannya..
menempel hangat di sela-sela kemaluannya yang semakin basah oleh ludahku dan cairan vaginanya.
Kuremas dan kuisap buah dadanya.. kukulum puting susunya yang merah muda..
Ughhh.. terasa sedap dan manis. Rita menggelinjang dan semakin melenguh.
"Maahh, masukin yaa, penis Papah..” dia mengangguk sambil tetap terpejam.
Kubidikkan penisku yang sudah keras itu ke lubang kemaluannya..
Clebb.. pelan kujajaki sedikit-sedikit lubangnya. Maklum.. Rita masih perawan.. aku tak ingin menyakitinya.
"PPaahh, masukkaan cepatt.. Mamah nggak tahan Paah aahh..” Pintanya.. semakin terangsang.
Slebbb.. Kutancapkan penisku lebih dalam.. Rita merintih nikmat..
Pantatku naik-turun untuk mencari lubang kemaluannya yang masih belum tertembus penis itu.
"Nggghh aahh.. paahhh.." Rita terus menggoyangkan pantatnya naik turun sambil terus merintih.
"Maahh, penis Papahh udahh masuukk.. Oogghh mahh.. vaginanya lezat, menyedot-nyedott.. penis..”
Ugghh.. aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa.. karena disamping Rita masih perawan..
ternyata vaginanya juga punya keistimewaan yang sering disebut ‘empot-empot ayam’ itu.
Semakin lama penisku tambah melesak jauh ke dalam vagina Rita.. terasa ada beberapa tetes darah..
sebagai tanda keperawanannya diberikan kepadaku, boss-nya, kekasih barunya. Oh.. betapa bahagianya hati ini.
"Paahh.. saakkiitt Paahh.. tapi enaak, oogghh.. Paahh.. terus, goyang paahh.. Ooghh, cepeetiinn paahh..”
Aku semakin mempercepat goyangan pantatku naik turun dan penisku sudah bisa masuk semuanya ke lubang kemaluan Rita.
Aku bangun dan duduk sambil kupeluk Rita untuk duduk berhadap-hadapan dengan tidak melepaskan penisku.
Rita lantas duduk di pangkuanku dengan kaki melonjor ke belakang pantatku.
Penisku terus menancap di vaginanya dan Rita mulai menaik-turunkan pantatnya.
"Paahh, ogghh.. pahh..” sambil melumat bibirku dan menggigitnya.
"Mmmaahh, oogghh, aememmhh.. maahh, goyang teruss.. Papah mau keluarr..”
Rita semakin beraksi menaik-turunkan pinggulnya yang bahenol dan putih bersih.
Aku pun meladeninya dengan menaik-turunkan pantat dan penisku semakin kencang juga.
"Pppaahh.. Papahh harus tanggungjawab yaa kalau Rita hamil..” ucapnya di sela-sela nafasnya yang semakin ngos-ngosan.
"Ritaa.. emmhhgg, sayang Pappaahh.. biarin mengandung anak Papaah..” manjanya.
Aku mengangguk saja sebab aku sangat mencintainya.
"Paahh.. oogghh.. emmgghh.. Ritaa mauu.. keluaarr.. oomhh..”
"Papahh.. jugaa.. sayangg.."jawabku sambil telentang lagi.. sedangkan Rita tetap nongkrong berada di atas badanku.
Sementara vagina serta pantatnya naik turun semakin cepat melumat habis batang penisku.
"Paahh.. Mamahh.. ooghh.. ssakitt, oogghh.. tapii.. ennaakk..” lenguh Rita keenakan..
ketika kubalikkan badannya dan kutancapkan penisku dari belakang.
Clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb.. Kugenjot terus penisku keluar-masuk lubang kemaluannya..
sambil kuremas-remas pinggulnya yang mulus dan montok seperti gitar itu.
Rita semakin merintih.. aku juga semakin tersengal-sengal menahan nafasku dan penisku yang semakin liar.
Waktu sudah berjalan sekitar 50 menit sejak kami masuk kamar.
Kuat juga.. pikirku.. mungkin berkat latihan yogaku yang cukup teratur.. sehingga bisa menahan emosi dan cukup nafas.
Aku memang rada jago juga dalam bermain asmara di ranjang.
"Terruuss.. Paahh.. eemmhh.. ogghh.. Paahh.. Paahh, gghh.. Mamahh maaoo keluaarr.. oogghh.. bareng Paahh..”
Kucabut dulu penisku dan Rita kuminta untuk telentang kembali.. lantas kutindih lagi..
sebab aku ingin menatap dan menciumi wajah kekasihku ketika kami sama-sama mencapai puncak nikmat.. orgasme.
Clebb..! Kutancapkan kembali penisku ke vaginanya yang terlihat semakin memerah..
Kujilati dulu lendir-lendir di kemaluannya sampai lumat dan kutelan dengan nikmat. Dia menggeliat,
"Cepat dong masukan lagi penisnya Pah..!” Bbblesspp..!!
Ooh.. nikmat sekali rasanya vagina perawanku tercinta ini. Aku seperti di awang-awang, saling mencintai dan dicintai.
Kugoyang terus pantatku semakin lama semakin kencang dan penisku keluar-masuk vaginanya dengan gagah.
Rita terus melenguh kenikmatan sambil tangannya memilin-milin puting susuku semakin membawa nikmat.
Rita semakin menggila goyangannya mengimbangi keluar-masuk penisku ke vaginanya..
penisku terasa disedot-sedot dan dijepit dengan daging lunak yang ngepres sekali.
Keringat kami semakin bercucuran dan semakin membangkitkan gairah cinta..
kemudian tiba pada puncak gairah cinta dan surga dunia kami yang paling indah.. paling
berkesan sekali.. disaksikan laut kidul dan kami berdua serempak berteriak dan mengejang.
"Paahh.. Maahh.. oogghh.. mauu keluuarr.. ogghh.. baarreengg.. yuu.. ooghh.. sayaang..”
Kami sama-sama mengejang, mengerang.. merengkuh apa pun yang bisa direngkuh..
Sebuah klimaks dua manusia yang saling mencintai dan baru dipertemukan..
meskipun sudah agak telat karena aku sudah berkeluarga.
Sejak itu, aku terus memadu kasih kapan dan di mana saja.. –kebanyakan di luar kota..–
Sampai Rita akhirnya menikah dan keluar dari perusahaanku.
Anak-anaknya adalah anak-anakku juga.. bahkan wajahnya mirip wajahku.
Kadang-kadang kami masih bertemu memadu kasih.. karena kami tidak bisa melupakan saat-saat indah itu.
Kapan akan berakhir perselingkuhan ini..? Kami tidak tau. Sebab cinta kami sangat mendalam.
-----oOo-----
Rita telah keluar dari kantor cabang bank yang kupimpin di bilangan Slipi..
karena dia dipaksa kawin dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya.
Namun sebagai anak yang patuh sama orangtua, terpaksa harus mengikuti keinginan orangtuanya..
dan ikut bersama suaminya setelah itu ke Bandung, karena suaminya bertugas di kantor pajak Jawa Barat.
Sebulan sebelum menikah dia kuajak ke Singapore untuk operasi selaput dara..
karena aku tidak ingin Ritaku bermasalah dengan suaminya pada malam pengantinnya.
Kami menginap di sebuah hotel di kawasan Orchard Road yang ramai dan penuh pertokoan selama tiga malam.
Dan satu malam lainnya aku menungguinya di Rumah Sakit Elizabeth yang terkenal.
Langsung ditangani oleh dr. Lie Tek Shih.. spesialis operasi plastik, kenalan lama saya.
Malam sebelum operasi selaput dara.. kami menumpahkan seluruh kasih sayang semalam suntuk..
di hotel bintang empat itu dan malam itu merupakan malam yang ke 24..
–karena Rita rajin mencatat setiap pertemuan kami..–
Kami memadu kasih dan terlarut dalam kebersamaan yang tiada tara sejak yang pertama di ‘Samudera Beach’ Pelabuhan Ratu.
"Papah..” Rita bersender manja di dadaku di kamar hotel itu.
"Apa sayang..?” Jawabku sambil mencium rambutnya yang harum.
"Mamah.. Mamah nggak mau kawin dan meninggalkan Papah..” rengeknya manja.
"Memangnya kenapa sayang..?” jawabku sambil mengusap sayang payudaranya yang putih ranum.
"Mamah nggak cinta sama calon suami pilihan Bapak, lagipula Mamah nggak mau meninggalkan Papah sendirian di Jakarta..”
matanya terlihat mulai berkaca-kaca..
"Mamah sangat sayaang sekali sama Papah. Mamah cintaa sekali sama Papah.
Mamah tak rela tubuh dan segala milik Mamah dijamah dan dimiliki orang lain selain Papah..
Achh.. kenapa Tuhan mempertemukan kita baru sekarang..? Setelah Papah punya isteri dan anak..?”
Rita terus bergumam sambil membelai dadaku dan sesekali mempermainkan puting susuku yang semakin keras.
"Mahh, sudahlah.. itu sudah diatur dari sananya begitu. Kalau dipikir.. Papah pun nggak rela kamu dijamah laki-laki lain.
Papah tak kuasa membayangkan bagaimana malam pengantinmu nanti.
Tapi semuanya sudah akan menjadi kenyataan yang tidak mungkin kita ubah..”
Aku menciumi seluruh mukanya dengan segenap kasing sayang.. seakan kami tidak ingin terpisahkan.
Airmata kami berlinangan campur menjadi satu dalam kesenduan dan kemesraan yang tak pernah berakhir setiapkali kami memadu kasih.
"Papaahh, nikmatilah Ritamu sepuasmu Pahh, sebelum orang lain menjamah tubuhku..”
Rita menarik tanganku ke buah dadanya dan merebahkan badannya ke kasur empuk sebuah double-bed.
Aku beringsut mendekatinya, sambil kurebahkan badanku di samping tubuhnya yang putih mulus dan seksi itu.
Kuusap-usap penuh mesra dan kasih sayang buah dadanya yang putih ranum dengan putingnya yang merona merah.
Kujulurkan mulut dan lidahku ke puting buah dada kirinya yang menurutnya cepat membuat rangsangan berahinya timbul.
"Paahh.. gellii.. sayaang.. oogghh, Paahh.. naikin Mamaahh.. Paahh..” Matanya merem ayam dan dadanya semakin turun naik.
"Iyyaa, yaanng..” aku segera menindihi badannya dan penisku mulai kembali tegang.
Tiba-tiba Rita membalikkan badannya dan mendadak merenggangkan kedua kakiku.
Tak sampai satu menit, Rita sudah mengulum penisku yang semakin mengeras dan mengkilat..
kepalanya sampai batangnya amblas semua ke dalam mulutnya.
"Oogghh, Paahh, sudah assiinn, Papah sudah ngiler nih, tapi nikmat kok, Mamah suka..?”
Aku semakin merem melek,
"Ogghh, Mmaahh, geellii, sayaang, nikmaatt, ogghh..”
Rita mengenyot biji pelirku dan menggigit-gigit sayang, hingga aku menggelinjang geli dan nikmat.
Rita memang pintar, hebat, telaten dan cantik.
Aku terkadang tak suka dan tak rela dia nanti ditiduri dan dijamah lelaki lain, walaupun itu suaminya.
Aku terpikir untuk menggodanya. "Mah, apa nanti suamimu juga dijilati begini..?”
Rita berhenti melumat dan menjilat penis dan buah pelirku sejenak.
Matanya mendelik dan mencubit pantatku keras sekali. "Jangan menyakiti hati Mamah ya Pah.
Mamah sumpah nggak akan seperti ini, seperti main sama Papah, meskipun nanti lelaki itu resmi jadi suamiku..”
Rita iseng mengusap-usap penisku penuh sayang sambil nyerocos lagi.
"Percaya dech pah, Rita cuma cinta sama Papah, paling-paling kalau main nanti sama dia sekedar karena kewajiban.
Biar saja kayak gedebong pisang..”
"Benar ya Mah, Papah nggak rela kalau kamu main sama dia dirasain, terus ikut goyang dan melenguh.
Papah pasti merasakannya..” kataku menimpali.
"Nggak bakal sayang. Mamah hanya manja dan menikmati semua kalau ngewe sama Papah, percaya dech sayang..”
Rita kembali naik di atas badanku dan penisku terus diusap-usapnya dan sesekali dikocoknya persis di bagian kepalanya..
sehingga langsung tegang dan berdiri perkasa menampakkan otot-ototnya.
Rita mengangkat sedikit pantatnya ke atas dan menyelipkan penisku yang semakin perkasa..
ke lubang kemaluannya yang mulai basah dan licin.
Penisku nggak begitu panjang memang, paling sekitar 15 sentimeter.. tapi kerasnya seperti besi.
Rita selalu menikmati klimaks dengan sangat bahagia.
Bahkan bisa berkali-kali klimaks dalam setiap kali berhubungan denganku.
Pantatnya mulai bekerja naik turun dan pantatku juga mengimbanginya dengan menekan-nekan ke atas..
sehingga Rita semakin merem melek keasyikan.
"Ppaahh, aagghh.. terus teken sayaang.. Mamaahh eennaakk adduuhh Paahh.. oogghh.. Mamaahh, cintaa.. yaangg..”
Selalu saja Rita nyerocos mulutnya kalau lagi keasyikan vaginanya melumat penisku.
Vaginanya mulai lagi menyedot-nyedot penisku dengan ‘empot ayamnya’ yang tak bisa kulupakan.
"Mmmaahh.. oogghh.. aduuhh, Maahh, nikmaat, sayaang.. teruuss Maahh, goyaanng..”
Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Kuremas-remas buah dada dan putingnya, hingga dia kegelian..
dan semakin kencang menaik-turunkan pantatnya, sampai bunyi gesekan penis dan vaginanya semakin terdengar.
Rita membalikkan badannya dan membelakangiku..
tapi dengan posisi tetap di atas tubuhku tanpa mengeluarkan penisku dari kemaluannya.
Aku paling bernafsu kalau melihat pantat Rita yang putih mulus dan bahenol turun naik di depan mataku..
sambil vaginanya terus mengisap-isap batang penisku sampai amblas semuanya ke dasar kemaluannya.
Tiba-tiba.. "Pppaahh, ogghh, Papaahh, Mamahh maoo keluaarr.. ooghh.. Papaahh..
Aaa.. aa.. aagghh aagghh, Mamaahh duluaann Pahh..”
Rita terkulai lemas sambil menyubit keras pantatku dan berbalik kembali menindih tubuhku..
sambil memegang penisku yang masih berdiri tegak dan belepotan lendirnya.
"Bandel nich.. ayo cepeten masukin lagi, Mamah yang di bawah..!”
Perintahnya manja sambil menciumi wajahku.
Kedua tubuh kami mandi keringat, rasanya puas sekali setiap bersetubuh dengan Ritaku sayang.
---oOo---
Aku tersenyum puas. Aku memang nggak egois.. biar Ritaku dulu yang terkulai lemas menikmati klimaksnya..
aku bisa menyusul kemudian dan Rita selalu melayaniku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Kubalikkan tubuhnya.. kujilati dengan kulumat lendir-lendir di vaginanya kujilat..
kugigit sayang klitoris dan vaginanya, dia menggelinjang kegelian.
Kutelan semua lendir Ritaku, sementara itu penisku masih berdiri tegak.
"Cepat masukin penisnya sayang, Mamah mau bobo nich.. lemas, ngantuk..” kicaunya.
Setelah kubersihkan vaginanya dengan handuk kecil, kumasukkan lagi penisku..
Slebb..! Aduh.. ternyata lubang vaginanya menyempit kering lagi.. menambah nikmat terasa di penisku.
"Mmaahh, eennaak.. Maahh, oogghh, sempit lagi Maahh..” sambil terus kutekan ke atas dan ke bawah penisku.
Aku sedikit mengangkat badanku tanpa mencabut penisku yang terbenam penuh di vagina Rita..
kemudian kaki kanan Rita kuangkat ke atas dan aku duduk setengah badan dengan tumpuan kedua dengkulku.
Rita memiringkan sedikit badannya dengan posisi kaki kanannya kuangkat ke atas.
Dengan posisi demikian, kusodok terus penisku ke luar dan ke dalam lubang vaginanya yang merah basah.
Rita mulai melenguh kembali dan aku semakin bernafsu menusukkan penisku sampai dasar vaginanya.
"Oogghh, Maahh, oogghh.. nikmat sekali sayang..” lenguhku sambil memejamkan mataku..
merasakan kenikmatan vagina Rita yang menyut-menyut dan menyedot-nyedot.
"Paahh.. Mamah enaak lagi, oogghh.. Paahh..” dia mulai melenguh lagi keenakan.
Aku semakin bersemangat menusukkan penisku yang semakin tegang..
Dan rasanya air maniku sudah naik ke ujung penisku untuk kusemburkan di dalam kemaluan Rita yang hangat membara.
Kubalikkan tubuhnya supaya tengkurap dan dengan bertumpu pada kedua dengkulnya..
Aku mau bersenggama dengan doggy style..
Supaya penisku bisa kutusukkan ke vaginanya dari belakang sambil melihat pinggul dan pantatnya yang putih dan indah.
Dalam posisi senggama menungging begitu.. aku dan Rita merasakan kenikmatan yang sangat sempurna dan dahsyat.
Apalagi aku merasakan lubang vaginanya semakin sempit menjepit batang penisku dan sedotannya semakin menjadi-jadi.
"Paahh.. teruuss genjoott.. Paahh..” Rita mulai mengerang lagi keenakan..
Pantatnya semakin mundur maju.. sehingga lubang vaginanya terlihat jelas melahap semua batang penisku.
Blleess, shhoott.. bleess.. sroott.. sreett crreeckk.. gesekan penisku dan vaginanya semakin asyik terdengar..
bercampur lenguhan yang semakin nyaring dari dua anak manusia yang saling dilanda cinta.
"Maahh, oogghh.. adduuhh, Yaangg.. emghh, Papah enaakk, ooghh..!”
Aku tergoncang-goncang dan dengkulku semakin lemas menahan kenikmatan dan nafsuku yang semakin menggelegak.
Sementara itu keringatku semakin bercucuran membasahi kasur meskipun AC cukup dingin di kamar hotel itu.
"Paahh, oogghh, teruuss tusuuk Paahh..” Rita merintih-rintih keasyikan.. kelihatannya akan klimaks lagi.
Rupanya Rita nggak mau tau kalau posisi persetubuhan saat itu akan berakhir 2-1 untuk kemenanganku..
Dan entah akan menghasilkan skor berapa sampai pagi hari nanti. Soalnya mumpung ketemu sebelum dia dikawinkan.
Rita memintaku untuk telentang lagi dan sementara dia berada jongkok di depanku..
sehingga vaginanya yang merah basah sampai ke bulu-bulunya terlihat jelas di depan mataku.
Aku memberi kode agar Rita mendekatkan vaginanya ke mukaku.
Sesaat kemudian vaginanya sudah ditindihkan di mulutku dan kulumat habis cairan asin bercampur manis..
yang ada di selangkangan dan mulut vagina dan bulunya.
Kujilati habis dan kutelan dalam-dalam. Rita melenguh keasyikan sambil menggoyangkan pinggulnya ke atas ke bawah
Dan membenamkan vaginanya ke mukaku.
"Paahh.. ooghh, Paahh.. nikmaatt, yaangg.. teruuss, aduuhh.. oogghh, eemmhh, gilaa.. emmhh..”
Mulai ramai lagi dia dengan lenguhannya yang semakin menambah semangatku untuk terus melumat.. menjilat..
menggigit-gigit kecil kemaluan dan klitorisnya.
Lidahku terus menggapai-gapai ke dalam kemaluannya dan sesekali menjilat lubang pantatnya..
Sehingga dia menggeliat dan melenguh keenakan.
Lenguhan Rita kalau sedang senggama itu tak bisa kulupakan sampai saat ini.
Ritaku adalah isteriku yang sesungguhnya.. meskipun secara resmi tidak dapat dilakukan karena keadaan kami masing-masing.
Terkadang kami bingung apakah cinta kasih kami akan terus tanpa akhir sampai takdir memisahkan kami berdua..?
Rita kembali kuminta celentang.. karena sudah kebiasaanku kalau aku klimaks harus melihat wajahnya..
juga mendengar lenguhannya di depan mataku.
Rasanya semua perasaan cintaku dan spermaku tumpah ruah di dalam vaginanya kalau aku ejakulasi..
sambil berada di atas tubuhnya yang mulus montok.. terkadang sambil meremas buah dadanya yang putih padat.
Slebb.. Kumasukkan lagi segera penisku yang sekeras besi dan berwarna coklat mengkilap itu ke lubang vaginanya..
Blleeskks..!! Aku sudah tak tahan lagi menahan desakan gumpalan spermaku di ujung penisku.
Jlebb.. jlebb.. jlebb..! Kugenjot penisku keluar-masuk vaginanya sampai ke ujung batang penisku..
sehingga rambut kemaluan kami terasa bergesekan membuat semakin geli dan nikmat rasanya.
Kuangkat kaki kanan Rita ke atas.. sehingga aku semakin mudah dan bernafsu memaju-mundurkan pinggulku dan penisku.
Rita meringis dan melenguh keenakan.
"Paahh.. teruuss Paahh.. oogghh, penis Papah eaakk.. oogghh, eemmhh.. emmhh.. aduuhh..”
Keringat kami semakin bercucuran membasahi sprei, masa bodoh sudah bayar mahal ini.
Aku semakin bernafsu menyodok dan menarik batang penisku dari vagina Rita yang semakin licin tapi tetap sempit seperti perawan.
"Ooogghh.. Maahh.. oogghh.. Maahh.. ikut goyang dong Sayaang.. ooghh.. Papaahh maauu keluuaarr..”
Aku semakin gila saja dibuatnya, keringat semakin bercucuran.. nikmat dan nikmat sekali setiap bersetubuh dengan Ritaku sayang.
Air maniku rasanya tinggal menunggu komando saja untuk disemprotkan habis-habisan ke lubang vagina Rita.
"Paahh, aduuhh, bareng yuu.. Paahh.. Mamah mmoo keluaarr lagi..”
Rita minta aku menindihnya dan menciumnya.
Segera kutimpa dia dari atas sambil melumat mulut.. bibir dan lidahnya.
"Ooogghh.. yuukk.. baraeeng.. Paahh.. aiiaaogghh.. aduhh.. yuu Maahh.. Paahh..”
Badan kami saling meregang.. berpelukan erat seakan tak mau lepas lagi. Crett.. crett.. crett.. crett..
Air maniku kusemprotkan dalam-dalam ke lubang vagina Rita.. rasanya nggak ada lagi tersisa.
Kami terkulai lemas dalam pelukan hangat dan puas sekali.
Sesekali penisku kutusukkan ke dalam vaginanya, Rita menggelinjang geli dan melenguh..
"Paahh.. udaahh.. Mamahh geli..” matanya terpejam puas.
Kuciumi dia.. kubersihkan lagi vaginanya dengan jilatan lidah dan mulutku, ketimbang pakai handuk.
Vaginanya tetap harum, manis dan wangi laksana melati.
Sepulang dari Singapore, aku dan Rita masih selalu bertemu di beberapa motel di Jakarta dan sekitar Botabek.
Aku seakan tidak rela melepas kekasihku untuk dikawinkan dengan lelaki lain.
Tapi memang tidak ada jalan lain, sebab meskipun Rita telah menyatakan keikhlasannya untuk menjadi isteri keduaku..
namun aku juga sangat cinta keluarga terutama anak-anakku yang masih butuh perhatian.
Rita sangat maklum hal itu. Namun dia juga tidak bisa menolak keinginan orangtuanya untuk segera menikah..
mengingat hal itu bagi seorang wanita adalah sesuatu yang harus mempunyai kepastian karena usianya yang semakin meningkat.
Waktu itu Rita sudah berusia hampir 26 tahun dan untuk wanita seusia itu pantas untuk segera berumah tangga.
Tanpa terasa hari pernikahan Rita sudah tinggal tersisa satu bulan lagi.
Bahkan undangan pesta pernikahan sudah mulai dicetak.
Dia memberitahukan aku bahwa resepsi pernikahannya akan diselenggarakan di Balai Kartini.
Hatiku semakin merasa kesepian, dari hari ke hari aku semakin sentimentil dan sering marah-marah termasuk kepada Rita.
Aku begitu tak rela dan rasanya merasa cemburu dan dikalahkan oleh seorang laki-laki lain calon suami Rita yang sebenarnya tidak dia cintai.
Tapi itulah sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan. Itulah adat ketimuran kita, adat leluhur dan moyang kita.
Barangkali kalau aku dan Rita hidup di sebuah negara berkebudayaan barat.. hal ini tidak bakalan terjadi.
Sebab Rita bisa menentukan pilihannya sendiri untuk hidup bahagia bersamaku di sebuah flat.
Tanpa bisik-bisik tetangga dan handai-taulan di sekitar kita. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------oOo---------------------------------