-------------------------------------------------------------------------------
Cerita 25 – Slutty Anissa
Part 02 – Pesan Nyasar yang Bikin Lembur
Setelah kejadian di pesta kantor.. Pete belaga seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku kesel.
Enak aja dia bisa ngentotin memekku tanpa ada tanda-tanda terimakasih sedikit pun!
Aku berkali-kali mencoba mengajak ngomong bosku soal kejadian malam itu.. namun ia selalu mengelak.
Nggak usah ngobrol berdua.. satu ruangan pun dengan aku sendiri, Pete langsung mencari alasan untuk pergi..!
Aku benar-benar gemes dan kesal melihat tingkahnya.
Sekali waktu aku balik dari lunch lebih cepat daripada teman-teman yang lain.
Tidak ada siapa-siapa di satu lantai kantor kami, kecuali satu atau dua orang yang sedang asik chatting via YM di cubicle mereka.
Waktu aku melewati ruangan Pete.. sepertinya ia pun belum balik dari lunch. Aku tersenyum sendiri.
Isengin ah..! Kataku dalam hati!
Pelan-pelan aku masuk ke dalam ruangannya.
Aku tutup pintu agar tidak ada yang bisa melihat ke dalam.
Sambil nyengir jahil aku membuka G-string renda yang aku pakai hari itu..
lalu kuletakkan di atas laptop Pete yang ada di atas mejanya. Aku tertawa sendiri.
Kalau dia tetap ‘gak ingat’ juga sama malam itu sih keterlaluan..! Tawaku dalam hati.
Tetapi aku terdiam. Sepertinya ada yang masih kurang.. –surprise-ku kaya’nya belum perfect!
Aku mengambil kembali G-string-ku dan mengangkang sedikit.
Sambil sedikit jongkok aku gesek-gesek celana dalamku di permukaan memekku yang basah berlendir.
Sialan.. aku jadi konak..!
Setelah cukup basah.. aku cium G-string tersebut.. Hmmm.. Benar-benar bau memek..! Hahaha..!
Terdengar orang-orang yang kembali dari lunch.
Cepat-cepat aku taro G-string-ku di atas laptop si bos, terus aku kabur.
Aku benar-benar tidak sabar menunggu reaksinya Pete.
Ngebayangin dia mencium-cium G-string yang bekas aku pakai saja bikin aku horny sekali.
Sejam berlalu.. kuperhatikan dari cubicle-ku bahwa bosku telah mondar-mandir keluar-masuk ruangan berkali-kali.
Kok mukanya ‘lempeng’ aja ya..?
Aku benar-benar bingung. Apa dia nggak lihat..? Sepertinya nggak mungkin deh..! Aku semakin kesal dan frustrasi.
Hariku berlalu seperti biasa. Jam menunjukkan pukul enam sore.
Aku siap-siap untuk pulang waktu Emir.. seorang Junior Art Director yang jauh lebih muda dariku menghampiriku.
“Nissa, loe udah mau balik..?”
“Iya. Udah kelar semua kerjaan gue. Mo balik ah..!” Jawabku.
Aneh. Jarang sekali si Emir mengajak aku ngobrol.
“Loe mau nebeng gue..?”
“Nggak..”
Bukannya menyudahi small-talknya Emir hanya terdiam sambil nyengir-nyengir di hadapanku.
Matanya memperhatikan belahan rok mini-ku yang cukup berani.
“Nis, loe di kantor gak pernah kedinginan ya..?” Aku terdiam.
“Maksud loe..?”
“Iya, aneh aja. Orang lain bilang AC kantor kita terlalu dingin..
Kok elo malah pake buka-buka celana dalam loe segala sih..?” Ia menatapku sambil menyengir.
“Gue, gak tau, loe ngomong apa, Mir..” kataku, dan melangkah pergi dari cubicle-ku.
Tiba-tiba tangan Emir menangkap lenganku.
“Anissa.. Jangan pergi gitu dong, say. Gue tadi nemuin barang di ruangan si bos.
Kalau gue gak tahu ini barang punya siapa, kan harusnya gue kasih ke bagian HRD. Tapi gue takutnya ntar jadi bikin masalah..”
Sambil mendekatkan mulutnya ke telingaku ia berkata, sedikit bisik-bisik:
“Dan gue yakin, loe orang yang nggak suka masalah, kan..?”
Aku hanya menunduk mengalah: “Loe mau apa, Mir..?”
“Gue..? Oh.. gue maksud loe..? Enggak. Gue gak mau apa-apa kok, Nis. Lagi pengen ngobrol aja sama loe.
Gue harus begadang nih ngerjain layout buat client gue. Loe mau nemenin gue kan..?”
Aku hanya mengangguk. Kalau aku tidak menurut sama Emir, mungkin dia bisa merepotkan posisiku di kantor.
Akhirnya aku ikut ke cubicle-nya Emir. Di sana orang-orang mulai pulang satu per satu.
Aku duduk di sebelahnya, pura-pura memperhatikan apa yang Emir kerjakan di layar macintosh-nya.
Jam menunjukkan pukul 8.
Aku sudah menelepon suamiku, untuk memberitahukan aku ada kerja lembur. Dia sudah biasa.
Emir daritadi hanya sibuk dengan layoutnya, sama sekali tidak memperhatikan aku ada disana.
Jam 9. Di kantor tinggal ada Emir dan Michael.. anak magang yang disuruh ikut lembur sama Emir.
Michael, yang duduk di cubicle seberang.. adalah anak keturunan chinese yang sedikit tambun.
Lampu-lampu sudah redup. AC sudah dimatikan.
Satu-satunya cahaya adalah layar-layar komputer dan lampu-lampu gedung-gedung tinggi di luar.
“Eh.. udah malam ya..?” Tanya si Emir dengan nada dibuat-buat. “Gue sampai lupa ada elo, Nis..!”
Aku benar-benar kesal..! Maunya apa sih ini orang..?
“Ya udah deh. Loe kan mau pulang.. Mendingan loe mulai deh. Gue biasanya lama lho keluarnya..”
Aku hanya terdiam. Gila ini orang.
“Eh.. Nissa.. loe denger gak sih gue ngomong..? Ayo jongkok depan gue. Mulai loe..!”
Kasar sekali orang ini. Aku malu dan terhina.
Anak kecil ini.. yang biasanya secara hierarchy kantor di bawah aku, menyuruh-nyuruhku seperti pelacur murahan.
“Hei, bengong lu..! Buruan..!”
“Mir.. Masih ada Michael..”
“Trus emang kenapa..? Oh.. loe kasian sama dia..? Iya juga sih.. anak magang kasihan kalo kita suruh kerja rodi mlulu.
Dia kan pengen belajar juga.”
Emir memanggil Michael ke tempat kita. Aku rasanya mau pingsan. Hina sekali diriku..
“Mike, duduk sini loe..! Loe liatin ya..! Kalo loe nanti udah jadi pegawai di sini loe boleh juga diisep sama si Anissa..
Nis..! Jangan bengong loe..! Cepetan..! Gue masih banyak kerjaan nih..!”
Aku merasa seperti di dalam mimpi.. –nightmare mungkin ya..?– saat aku jongkok di depan Emir.
Aku membuka retsleting celana jinsnya dan aku keluarkan kontolnya yang hitam.
Cukup panjang juga buat orang Indonesia.. cuma kurang lebar kalau menurut seleraku.
Aku buka mulutku lebar-lebar dan memasukkan seluruh batangnya ke dalam mulutku.
Aku menyepongnya sekuat tenaga.. Maju, mundur, maju, mundur..
Dibantu dengan lidahku yang menari-nari di bagian bawah batangnya.
Aku berharap ia cepat-cepat menyemburkan spermanya ke dalam mulutku, agar aku bisa cepat pulang.
Tangan Emir meremas-remas toketku dari luar baju. Pasti terasa olehnya putingku yang mengeras.
Tetapi si brengsek ini hanya terus ngobrol sama si Michael, mengomentari layoutnya. Si Mike sepertinya sulit untuk konsentrasi..!
‘Dicuekin’ seperti itu aku merasa semakin tertantang. Tanpa kusadari aku mengocok kontolnya semakin cepat, semakin dalam..
Sekali-sekali terasa mentok di tenggorokanku. Terdengar bunyi kecipak-kecipak yang benar-benar jorok..!
Tanpa kusadari aku memainkan klitorisku. Tanganku yang kiri menumpu badanku yang sedang jongkok..
sedangkan yang kanan menggosok-gosok memekku yang sudah benar-benar licin.
“Wah, bos..” sahut Michael ke Emir. “Liat tuh.. dia memeknya kebuka banget..!”
“Eh.. loe..! Lagi gue ajarin ngelay-out.. perhatiin dong..! Dasar anak magang..!
Susah deh emang kalo udah ada pelacur di kantor..! Jadi gak ada yang bisa konsentrasi..”
Aku sudah bodo amat. Memekku terasa menegang dan berdenyut-denyut.
Tanganku yang tadinya hanya memainkan klitoris.. kini aku sumpel dalam-dalam ke liang memekku.
Seperti orang yang lagi dientot, aku merasa memekku mencengkram jari-jariku.
Tidak lama kemudian aku orgasme..! “Ummmmmmpff..!”
Aku tidak bisa teriak karena kontolnya Emir yang menyumbat tenggorokanku.
“Sialan ini perek..!” Umpat Emir.
“Belom gue suruh udah keluar..! Paling males gue ngewe sama cewek yang memeknya udah keseringan dientot..”
Emir menampar pipiku yang masih saja mengisap-isap kontolnya.
“Bangun loe..! Nggak enak banget disepong sama loe..! Sini nungging di meja..! Buang waktu gue aja loe..!”
Aku udah seperti orang dungu mengikutinya.
Aku lantas menungging dengan badan atasku terlungkup di atas meja kantor yang dingin.
Kulihat Michael yang memegang-megang kontolnya dari luar celana. Mukanya sudah merah sekali.
Emir mengangkat rok miniku. “Wah.. udah ngira gue..! Lihat nih pantat. Udah sering dipake juga nih..”
Dengan kasarnya ia menusukkan jarinya ke dalam anusku. Aku menjerit kecil.
Tapi, iya.. memang. Siapa saja yang telah melihat bentuk lobang pantatku pasti bakal tau, kalau aku sering sekali disodomi.
Terutama oleh Tom, suamiku.
Aku merasa penuh sekali dengan dua jari Emir yang keluar masuk lubang pantatku.
“Please.. udahan dong..” rengekku.
“Dasar perek. Mikirin diri sendiri aja loe..!”
Jari-jarinya ditarik keluar. Terasa udara dingin di sekitar lubang pantatku yang sekarang terbuka menganga.
Tetapi anusku tidak lama kosong. Slebb..
Terasa ujung kontolnya Emir menusuk dengan kasar.. membuka lebih lebar lagi lubang pantatku.
“Aghhhhhh.. Entot pantat gue, Mir..!”
“Diem lu.. Pelacur..! Pasti gaji loe gede karena suka ngentot sama si bule deh..! Perek..!”
Sambil memaki-makiku Emir memukul-mukul buah pantatku.
Aku hanya memaju-mundurkan pantatku agar ia cepat keluar.
Untuk menghilangkan rasa nyeri di pantatku, aku gesek-gesek klitorisku lagi.
Aku merasa hina sekali. Ternyata aku terangsang juga ‘diperkosa’ seperti ini.
“Perek bule loe, Nis..! Ini bakal gue certain ke semua anak di kantor.. biar loe tahu rasa dientot sama satu kantor..!
Agghhhhhhh..” Emir menegang dan terasa kontolnya mengeluarkan sperma ke dalam lubang pantatku.
Aku pun keluar sekali lagi. Biarpun orgasmeku tidak sehebat sebelumnya.. aku mengerang cukup keras.
Hangat terasa cairan spermanya yang langsung mengalir keluar lagi.. seiring dengan dicabutnya kontol yang panjang itu.
Aku lelah sekali. Terdiam aku di posisi nunggingku..
sambil memain-mainkan memekku yang memar serta sperma yang menetes ke lantai.
“Perek..!” sahut Emir. Ia meludah ke arah lubang pantatku.
Sepertinya ia punya dendam terhadapku. Aneh, padahal aku jarang sekali bicara dengannya.
Masih lemas sekali terdengar olehku bisik-bisik antara Michael dan Emir.
“Terserah loe, Mike..! Loe mau keluarin di mana kek.. Emang gue peduli..?” Katanya sambil tertawa.
Aku menoleh ke belakang dan kulihat Michael sedang mengocok kontolnya yang kecil namun sudah tegang sekali.
Ia mengarahkan kontolnya ke arah lubang pantatku.
Aku hanya memejamkan mata. Crott.. crott.. crott..
Terasa cipratan spermanya mengenai lubang pantatku yang terbuka menganga. Be ContieCrott..
-------------------------------------------------------------------------------