Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------

Cerita 100 – Pesta di Akhir Pekan

------------------------------------------------
Chapter 8: Antara Hukuman dan Timun
------------------------------------------------

Ari bergerak cepat..
ia menyerahkan secarik kertas dan pulpen kepada masing-masing perempuan.
“Oke.. tulis nama dan jawaban masing-masing.. urutan para cowok jatah kalian nomor 1 – 4..
ayo cepat-cepat jangan lama-lama..!” Perintahnya.

Para gadis yang masih kepayahan terlihat agak enggan.
“Yah Ari.. kasih waktu dong..” protes Dinda yang nafasnya masih sedikit memburu.
“Iiya nih.. baru aja nyampe kita..” tambah Irma.

Ari garuk-garuk kepala.. “Iya iya.. 5 menit ya. Reza, itung waktunya..!”
Serunya ke Reza yang memegang stopwatch.

Jejen duduk sambil mengocok kontolnya pelan.. menjaga agar tetap tegak.
Sedangkan Asep termangu melihat pemandangan empat gadis berjilbab tapi telanjang bulat..
Yang sedang sibuk berpikir dan menulis. Seperti di kantor saja.. pikirnya.

Lima menit kemudian.. Ari mengumpulkan kertas jawaban dari peserta kuis.
Para gadis tampak cemas.. sepertinya tak satu orang pun yakin dengan jawaban mereka.

“Mudah-mudahan aku nggak kalah lagi..” Irma terpejam sambil komat-kamit berdoa.
“Elo sih malah enak-enakan nyari orgasme sendiri..”
“Nyinyir lo Dit.. Jangan sampe kalah.. Jangan sampe kalah..” Irma membalas ledekan Dita sambil terus berdoa.

Ari dan Reza kebagian mencocokkan jawaban..
Sedangkan Asep dan Jejen pergi ke kamar tempat para cowok menyimpan tas mereka.

Reza menyuruh mereka mengambil sesuatu dalam tasnya.
“Ini kali yah Sep..?” Tanya Jejen mengasongkan kantung plastik hitam di tangannya.
“Iya, katanya sih kresek item..”
Asep membuka plastik itu untuk mengecek isinya.

“Anjrit..!” Teriak Jejen dan Asep berbarengan begitu melihat isi plastik hitam itu.
“Hahay.. gile euy si Reza..!” Jejen geleng-geleng kepala sambil tertawa.

Kembali ke ruang tengah.
Para gadis tampak berjejer berdiri.. ekspresi mereka terlihat harap-harap cemas.
Ari memegang secarik kertas bersiap mengumumkan hasil penilaian.

Begitu Jejen menyerahkan plastik ke tangan Reza, Ari memulai pengumuman.
“Saudari-saudari, bagaimana kabarnya semua..? Pasti pada tegang kaaan..?”
“Ari udah ah cepetan..” protes Dinda.
“Iiya nih.. jangan basa-basi ah..” timpal Eci.

Ari tampak kesal tapi dilanjut juga..” Iyee.. udah kalo gitu langsung ajah yah.. Ahem..!”
“Jadi di antara kalian berempat.. ada satu orang yang bisa nebak semua urutan dengan benar..”
“Woooow..!”

“Ada dua orang yang nebak setengahnya dengan benar.. Dan.. Ada satu yang nebak salah semua..!”
Para gadis semakin cemas.. “Aduh mudah-mudah bukan aku plis..” gumam mereka.

“Oke langsung aja yah.. Yang berhasil menebak setengahnya adalah.. Dinda..!
“Yess..!” Dinda bersorak sambil meloncat-loncat hingga payudara sekalnya memantul-memantul indah

“Dan Mbak Dita..! Kalian berdua aman..!”
“Haaahhhh.. Sukur deh..” Dita menarik nafas panjang, lalu menyambut Dinda yang memeluknya.

Sementara Irma dan Eci semakin cemas.
Pemenang dan pecundang dari permainan ini adalah mereka.. tapi yang mana..?

“Hohoho.. saya umumin yang menang yah, berarti yang gak disebut itu yang kalah dan harus dihukum..!”
“Yakin deh si Irma yang kalah..” Dita terus meledek sahabatnya yang terlihat semakin cemas.

“Ayo Ari cepetan..!” Seru Dinda riang. Ari berdehem.
Setelah memandang semua gadis bugil di depannya, Ari mengalihkan pandangan ke arah kertas di tangannya.

“Pemenang lomba tebak kontol malam ini, dengan jawaban 100% benar adalah ..” berhenti dua detik..
“.. Irma..!!”

“Yeyyyy..!!” Irma langsung bersorak riang.. sementara di sebelahnya Eci langsung terduduk lemas.
“Yaaahh.. aku dong yang kalah..”

“Kok bisa sih..? Ah pasti lo asal tebak deh Ir..?” Protes Dita.
“Iihh, sirik aja lo Ta. Ya biarin kalo gua asal nebak.. kalo bener semua berarti emang hoki gua dong..!”
Balas Irma dengan bangga.

“Yee berarti beneran yah lo asal nebak..?”
“Tapi kok bisa sih Mbak Eci kalah..?” Tanya Dinda bingung.

“Yaa abis gimana lagi..” jawab Eci lemas. “Punyaku kan kecil banget.. Itu kontol kalian kerasanya sama aja di dalem.
Penuh sesek gak bisa bedain.. Pas yang blowjob aku gak konsen..”

Mendengarnya.. Jejen geleng-geleng kepala dan berbisik pada Asep..
“Anjrit.. padahal sering dicoblos ku aing depan belakang, masa' teu bisa ngeunalan tongkat sakti aing..?”

“Buat dia kayaknya kontol kita gak ada istimewanya kali, Jen..”
“Heu-euh, bisa jadi..”

“Udah.. cepetan ah Reza yang ganteng.. apa hukumannya..?” Tanya Irma tak sabar.
“Jiah.. pas giliran menang aja lo nyebut gua ganteng..”

Reza sewot sambil mengacungkan plastik hitam yang tadi diambil Jejen dan Asep..
“Nih, liat aja..!”

Reza membalik plastik sehingga isinya tumpah. Dan semua mata terhenyak memandang isinya.
Ada sebuah vibrator berukuran lumayan.. vibrator lain lebih kecil yang bergelombang..
Dua vibrator kecil berbentuk telur, dan semacam borgol dari kulit.

“Idiih, apaan tuh Reza..?” Yanya Dinda.
“Wew, dapet dari mana tuh..?” Timpal Dita.
“Ada deh.. Dan ini semua buat ngehukum yang kalah..!” Jelas Reza bangga.

Tapi bukannya takut, mata Eci malah berbinar..
“Wah pas banget.. padahal aku pengen nyoba yang ginian..”

Sebagai pemenang, Irma tak terima. “Ish.. malah seneng dia. Gak rela gue..
Eh mpok.. siap-siap ya kita siksa sampe mohon-mohon..”
“Ayo.. emang bisa..!?” Tantang Eci.

Dan hukuman.. yang sekarang jadi tantangan buat Eci pun dimulai.
Tangan Eci diborgol pada sebuah tiang.. sehingga dia tak bisa bergerak.

Tangannya diposisikan di atas kepalanya.. memperlihatkan ketiak mulusnya.
“Awww aku kayak lagi disandera nihh.. Tolong jangan perkosa akyu, hiks hiks..” ujar Eci genit.

Irma sepertinya mengangkat dirinya sendiri jadi eksekutor hukuman Eci.
Dengan berkacak pinggang Irma memasang tampang seram.

“Heh kamu..! Jangan berharap kamu bisa lepas dari sini..!
Mulai sekarang, kamu akan tinggal selamanya di neraka birahi ini..!”

“Ampun mamih..! Jangan perkosa akyu.. akyu masih perawan ting-ting..!” Balas Eci.
“Hmph.. kamu harus dihukum..! Heh anak buah..!”
“Siap mamih..” jawab Reza dan Ari berbarengan.

“Sumpel semua lubang tuh anak pake ini semua..!!”
Irma menunjuk ke arah vibrator yang bertebaran di sekitar mereka.

Segera Reza dan Ari menempelkan kedua vibrator telur di masing-masing puting Eci dengan bantuan selotip.
Lalu vibrator yang tipis tapi bergelombang dimasukkan ke dalam anusnya.

“Aduhh pelan pelan dong..!” Protes Eci.
“Ups.. maaf mbak.. lupa saya kasih pelumas hehe..” ujar Ari sambil nyengir.

Dan saat itu Reza langsung memasukkan vibrator yang paling gemuk..
ke dalam memek sempit Eci dengan sekali hentak.
“Ahh..!” Eci mengerang.. tapi bukan karena sakit sebab memek Eci sudah basah daritadi.

“Nah.. empat vibrator ini udah gua link secara wireless ke aplikasi di HP gua Ir..
Jadi pake HP kita bisa ngatur semuanya gak harus disetting satu-satu..”
Jelas Reza sambil menyodorkan HPnya ke Irma.

“Wiiw.. canggih juga ya. Jadi tinggal pencet aja nih..? Yang nomor satu apa ya..?” BZZZT..!
Eci menggelinjang ketika vibrator di puting kanannya bergetar memberi sensasi nikmat di bagian sensitifnya itu.

BZZT..! BZZT..! BZZT..!
Eci terus melenguh dan menggeliat ketika Irma mencoba menyalakan setiap vibrator satu demi satu.

“Wah asik juga nih. Bisa kan dinyalain semuanya sekaligus..?” Tanya Irma.
“Oh.. bisalah.. pencet tombol yang itu..”

“Aduh jangan dong..! Mampus aku kalo semuanya nyala..!” Eci memohon dengan panik.
Tapi Irma malah tersenyum sinis..” Owh, tombol yang ini yaaa..? Coba kita tekan..” BZZZTTTTTTTTTTTTT..
“Ah.. mamiiiihhhhhhhh..!” tubuh Eci berkelojotan dengan liar saat keempat vibrator di tubuhnya aktif bersamaan.

Setelah beberapa saat barulah Irma menghentikan penderitaan Eci.
“Hosh hosh.. Ampuuun dong..” ratap Eci.

“Oh iya Ir, cek deh di bawahnya ada settingan buat ngatur intensitas ngegeternya..” saran Reza.
“Hah..? Yang tadi itu belum full power..!? Oh em geee..!” Eci kembali panik.

Lagi-lagi Irma hanya tersenyum sinis. Berkat mainan Reza, Irma mendapat kepuasan menyiksa Eci.
Dengan tega dia menyetel semua vibrator di posisi max.. kemudian ketika Eci sudah di ujung orgasme..
kekuatannya langsung diturunkan atau malah dimatikan. Membuat Eci sengsara.

Siksaan itu dilakukan Irma berkali-kali.. sampai Eci memohon-mohon agar dibiarkan bisa orgasme.
Tapi Irma tak menanggapinya.. malah terus menyiksa Eci.

“Mbak Irma serem juga yah kalo kayak gitu..” bisik Asep ke Reza.
“Iya.. gua juga kaget ngeliatnya..”

“Emang dia gak pernah kayak gitu sebelumnya..?”
“Kagak..” Reza menggelengkan kepalanya.
“Lain kali kita jangan biarin si Irma menang lomba kalo kayak gini jadinya..” Asep hanya mengangguk setuju.

“Gimana Mpok..? Enak kan disumpelin vibrator..?” Tanya Irma.
“Ahh, Ir.. biarin aku nyampe, sekaliiii aja..” rengek Eci.
“Hmpph, malu-maluin ih si Mpok, orgasme sama mainan..” ledek Irma.

“Nah sekarang.. Milih mainan apa kontol asli Mpok..?”
“Yaa enakan kontol aslilah Ir..”
“Pengen..?”
“Banget..”

Irma tersenyum nakal.. ”Reza sini..!” Panggilnya.
Irma memposisikan Reza di belakang tubuhnya.. lalu mengangkat salahsatu kakinya.

Sebelah tangan Reza memeluk pinggang Irma.. sementara tangan satunya menahan paha Irma yang terangkat.
Irma sengaja mengangkat salahsatu kakinya..
agar Eci bisa melihat jelas kontol Reza keluar-masuk memeknya dalam posisi berdiri.

“Nih Mpok, ini kan kontol asli kesukaannya situ. Tapi maaf ya.. yang ini buat aku..
Situ liatin kita aja dan puasin sendiri sama mainan hohohoho..!”

“Ah Irmaaaaa tega banget sih dirimuuuu..!” Ratap Eci putus asa.
“Ayo Reza, genjot memek gua sebrutal lo bisa, Ri lo yang mainin tuh vibratornya..!”

Jadilah Irma disetubuhi Reza di depan Eci.. memanas-manasi Eci yang tersiksa oleh vibrator..
Dan merindukan kontol asli tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Sepertinya semua mengambil kesempatan langka untuk mendominasi Eci.

Asep cukup terhibur tapi tidak tertarik untuk ambil bagian.
Dilihatnya sekeliling, Ari yang memegang kendali vibrator berjongkok di dekat Eci.
Dita dan Jejen berdiri berdampingan, asyik menonton adegan penyiksaan Eci.

Tampak Dita tidak terganggu dengan tangan Jejen yang kelayapan meremas-remas bukit susunya.
Malah Dita dengan santai menggenggam dan mengocok pelan kontol Jejen.

Lalu Dinda.. Lho..? Asep melihat sekeliling, tapi dia tidak melihat Dinda.
Asep memutuskan untuk mencari Dinda.
Ini kesempatan emas untuk berduaan dengan Dinda selagi yang lain sedang sibuk.

Asep mencari di kamar mandi, nihil. Di dapur, tidak ada orang. Dicoba di setiap kamar juga tidak ada.
Hingga akhirnya Asep mendengar suara di teras belakang.

Mendekati pintu belakang yang terbuka, Asep semakin mengenali suara Dinda.
Langkahnya terhenti di pintu, agak dekat tapi tak terlihat dari posisi Dinda di kursi teras, mencoba mencuri dengar.

“Ai kamu teh lagi di mana..?”
Asep melihat Dinda sedang duduk di kursi teras, menerima telepon.
Dari nada suaranya yang manja dan mesra, Asep menebak lawan bicara Dinda adalah pacarnya, Anto.

“Penuh atuh ngumpul semua keluarga di situ.. Iiya aku lagi rame-ramean sama yang lain haha..
Biasalah cewek kalo ngumpul..” Asep tertegun di pintu.. tak tau harus berbuat apa.

Segan baginya untuk mengganggu, tapi tak ingin Asep beranjak dari situ.
Ingin rasanya Asep terus memandangi wajah Dinda yang begitu ceria.. begitu bahagia..
Begitu sumringah tersenyum lepas saat berbicara dengan kekasihnya, walau hanya lewat telepon.

Sungguh cantik Dinda saat ini di mata Asep..
bahkan sekarang Asep lebih memilih memandangi wajah Dinda..
dibanding tubuh mulus gadis itu yang terpampang jelas tanpa penutup.

Bahagia melihat orang yang disukainya bahagia walaupun dengan orang lain.
Ironis memang posisi Asep saat ini.

Hingga beberapa lama akhirnya.. ”Ahahaha masa sih yang, kan – eh..? Halo..? Haloooo..?”
Dinda menatap layar HP-nya. “Yah, kok putus tiba-tiba sih..?” gumamnya kesal

“Ahem - Oh lagi di sini toh, kirain ke mana..” kata Asep yang pura-pura baru melihat Dinda di situ.
“Hehe, iya nih lagi nerima telepon tadi..”
“Pasti si Anto yah..?” Tanya Asep yang mendekati Dinda dan duduk di sebelahnya.

“Iiya, dia lagi di Bandung ada acara keluarga. Pas kan, jadi aku bisa ikut ke sini hehe..”
“Oooh..”
“Tapi teleponnya putus ngedadak gitu, kayaknya gak ada sinyal di sana..”
“Bisa jadi..”

“Kalo Asep..?” Tanya Dinda tiba-tiba sambil menatap Asep dengan mata indahnya.
“Gak ada yang minta ditelpon malem Minggu gini Sep..?”

“A-ah gak ada kali, gua mah belum punya ..” jawab Asep gugup mencoba menghindari tatapan Dinda.
“Iihh masa, kalah tuh sama Mas Jejen..”

“Emang dia punya cewek..?”
“Iiya, anak pabrik garmen yang di perempatan itu lho..
Ayo dong Sep.. masa' gak ada yang ditaksir sih..? Di kantor kan banyak..”

Asep hanya bisa nyengir.. dia salah tingkah menghadapi Dinda yang tampak begitu penasaran.
Tentu Asep tak bisa jujur mengungkapkan siapa yang ada dalam hatinya saat ini.

“Yaa kalo cuman naksir sih ada..”
“Siapa..? Siapa..? Si Mbak Resepsionis ya..? Ciee Asep..” mata Dinda semakin berbinar.
“Wah, ketinggian itu mah. Beda level kali..”

“Ooo.. Si ibu kantin..? Janda lho dia, hahaha..”
“Enak aja, judes kayak gitu..”
Sungguh, dalam hati Asep ingin berucap yang aku suka ya dirimu, oh Dinda sayang.

“Apa mau dikenalin temen-temennya Anto..? Mau gak Sep..?” Desak Dinda yang tentu tak tau dilema hati Asep.
“Wah.. jangan dulu deh, belum lama dapet kerja..
Sekarang gua mah milih seneng-seneng dulu, yah kayak sekarang..” jawab Asep mencoba diplomatis.

“Owwhh, iiya deh kalo gitu.. Mas Jejen aja susah nyari alasan ke sini sekarang..
ceweknya rada posesif katanya..” ujar Dinda.
“Iiya sih.. emang lebih enak jadi single di pesta ini, gak ada beban hehe..”

Mendengar kalimat terakhir Dinda barusan.. Asep merasa inilah waktunya.
Dia ingin mendengar dari mulut Dinda sendiri bagaimana ceritanya dia bisa terseret pesta gila ini.
Dan apa yang Dinda pikirkan.. sehingga dia rela dijamah oleh pria lain seenaknya di belakang pacarnya.

Asep sebenarnya tak ingin mengangkat tema berat ini..
bisa jadi Dinda enggan menjawab dan suasana jadi tidak enak ditanya seperti itu.

Tapi Asep benar-benar ingin tau.. dan dia harus mengambil risiko.
Oke.. Asep mengambil keputusan. Dia menarik nafas dan..

TULULULULULUUUT..!! HaPe Dinda berdering, menandakan panggilan masuk.
“Oh, si Anto lagi..” gumam Dinda melihat layar HaPe-nya.
“Haahhhhh..” Asep menghela nafas kecewa. Hilang sudah kesempatannya.

Sudahlah.. mungkin lain kali saja.. pikirnya.
Asep berdiri.. hendak meninggalkan Dinda dengan pacarnya di telepon.

“Sep, jangan pergi..” pinta Dinda tiba-tiba, sambil memegang tangan Asep.
“Lho..?”
“Temenin atuh, sepi di sini hehe..”
“N.. Ntar gangguin teleponnya..”
“Nggak, Asep tinggal duduk aja temenin aku..”
Bingung, Asep kembali duduk di samping Dinda. Barulah Dinda menerima panggilan pacarnya.

“Halo yang, kenapa tadi teh..? Gak ada sinyal..? Haha, masa' di Bandung gak ada sinyal sih..?”
Asep tak bisa berbuat apa-apa selain memandangi wajah Dinda..
Yang tampak begitu ceria mengobrol dengan pacarnya jauh di kota lain.

“Segitunya di gunung sampe gak ada sinyal, di sini full lhooo.. Apa..? Sinyal cinta..? Ah gombal..!”
Antara cemburu dan salah tingkah.. Asep hanya bisa garuk-garuk kepala sambil bengong memandang halaman..

Hingga dirasakannya sebuah tangan halus mulus menggenggam batangnya.
“Eh..!?” Asep terhenyak ketika menyadari Dinda tiba-tiba mengocok kontolnya dengan pelan.

Asep memandang Dinda.. tapi gadis itu masih terus mengoceh di telepon..
sambil memandang lurus ke depan.. tak melirik ke Asep sedikit pun.

Dikocok tangan halus seorang gadis cantik yang sedang bugil di sebelahnya, kontan senjata Asep langsung mengeras.
Dan Dinda terus mengocok kontol Asep dengan cueknya sambil menelepon.

“Hm..? Aku lagi ngapain..? Mmmm.. Aku lagi ngocok..” sekilas Dinda melirik Asep dengan ekspresi nakal.
“Iih ngocok adonan atuh.. kan kita lagi masak hahaha.. Ai kamu jorok wae ih pikirannya..!!”

Dinda tertawa sambil kembali menatap ke arah Asep..
sambil memeletkan lidah seolah mengatakan.. ”Kena deh si Anto aku kibulin..”
Asep hanya bisa nyengir.. berpura-pura senang jadi bagian permainan Dinda menggoda pacarnya.

Dan Asep semakin salah tingkah ketika Dinda dengan santainya bersandar di badan Asep..
masih sambil mengocok kontol di satu tangan dan bertelepon-ria di tangan lain.

“Ya atuh.. kamu ngocok sendiri we di sana.. Gak bisa karena banyak orang..? Hahaha, nasib nasib..”
Dinda menyandarkan kepalanya yang masih tertutup jilbab di dada Asep.

Matanya memandang ke arah kontol Asep yang masih dia kocok..
Sambil bercengkrama dengan pacarnya di telepon tanpa rasa bersalah.

Ini sebenarnya momen yang Asep bisa nikmati. Duduk berdua jauh dari yang lain, dengan Dinda di dadanya..
Tapi tentunya tanpa pacar Dinda di telepon. Kalo gini apa bedanya gua sama bantal buat Dinda..? Batin Asep.

Kesal hanya dijadikan mainan Dinda untuk menggoda pacarnya, Asep mengambil inisiatif.
Tangannya yang daritadi memeluk pinggang Dinda dengan kikuk.. sekarang mulai beraksi merayapi tubuh Dinda.

Gadis itu perlahan mulai bereaksi..
Tubuhnya menggelinjang dan mendesah pelan walaupun tidak terlalu kentara buat yang di ujung telepon sana.

Tangan Asep akhirnya bermuara di salahsatu payudara Dinda.
Perlahan diremasnya bulatan empuk itu dan jari Asep menggesek tonjolan keras di puncak susu Dinda.

“Ahhh.. Shhhhh..!” Tak ayal Dinda pun mendesah dan mendesis keras..
Menikmati puting susunya yang sedang dirangsang Asep.

“Hmm..? Oh aku kepedesan nih lagi nyobain masakan.. Shhhh.. Hahhh.. Kebanyakan cabe..”
Dinda terpejam menahan nikmat.. ketika Asep semakin giat mempermainkan puting imutnya.

“Mmmhh..? Kayak lagi horny..? Iih.. kamu teh jorok terus pikirannya..” Dinda yang keenakan semakin meracau.
Asep berharap Anto cukup bodoh tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

“Suara aku bikin horny..? Dasaaarrr.. Udah.. ngocok sana sendiri..!! Hahahahahhhhh..”
Bahkan tawa Dinda pun sudah bercampur desahan nikmat.

“Apa..? Minta dibantuin..? Ih dasar.. Ya iya dehh..” tiba-tiba Dinda menghentikan kocokannya di kontol Asep.
Lalu ia berdiri melepas tubuhnya dari pelukan Asep. “Ya udah aku ke kamar yaa.. gak enak sama yang lain..”

Dinda menoleh ke arah Asep sambil menaruh telunjuk di depan bibir.. memberi tanda.. ‘jangan berisik..’
Asep hanya bisa mengangguk walaupun bingung.

Sekarang Dinda berlutut di depan Asep.. dengan wajah manisnya persis di depan selangkangan Asep.
“Aku udah di kamar nih. Aku udah bawa.. mmm.. timun nih. Pura-puranya titit kamu, ayang.. hehehe..”

Dinda menggoda pacarnya sambil kembali mengocok ‘timun’ Asep di depannya.
“Apa..? Modal dikit pake dildo..? Yee.. kamu dong yang beliin. Udah.. nih timunnya lagi aku kocokin..

Kamu lagi ngocok di sana juga sayang..?”
Asep lagi-lagi tak bisa berbuat apa-apa selain hanya bisa memandang Dinda.
Yang sekarang memasang ekspresi luar biasa binal.

“Hmm..? Mau dijilat..? Mau dikenyot..? Iiya, bentar atuh sayang.. Mmmhhh Slurrppp..”
Seperti yang dikatakannya, Dinda mulai menjiati dan mengulum ‘timun’ Asep.

Awalnya hanya di ujung lalu perlahan semakin ke pangkal.
Asep mulai terbiasa dengan pemandangan kepala berjilbab yang maju-mundur di selangkangannya..
Tapi kali ini ditambah sambil menelepon..!? Ada-ada saja pengalaman baru Asep dalam dua hari ini.

Sementara bunyi seruputan dan decakan mulut Dinda sengaja dikeraskan gadis itu.. agar terdengar di telepon.
Slurrpppshhhtttt.. Slurrpppppp.. Cleppakk-cleppaakk..!!
Liur Dinda terus mengalir deras membasahi timun enak di mulut mungilnya

“Enwk nywpngnnn kwnttll kmmu ywwnggg..” Dinda semakin menggoda pacarnya..
Dinda menggumam tak jelas dengan kondisi mulutnya yang dipenuhi kon .. – ups, timun.

Setelah beberapa menit akhirnya.. ”Puahh..!” Dinda melepas 'timun sakti' Asep dari mulutnya.
“Gimana sayang..? Enak ngebayangin aku nyepong timun..?
Hehe iyah aku juga ngebayangin nyepong kontol beneran..”

Situasi absurd tapi menggairahkan ini benar-benar baru buat Asep.
Hati Asep merasa tidak enak pada Anto. Dia pikir.. bagaimana rasanya kalau dia di posisi Anto sekarang.

Tapi tak bisa dipungkiri, permainan ini begitu nikmat dan membangkitkan birahi.
Kepala Asep sudah mumet dan tidak kuat berpikir lagi.
Pikirnya, toh Dinda ini yang mulai; mending bantuin aja sebagai teman yang baik.

“Mmm..? Apaan sih..? Masukin timunnya ke memek aku..? Iih.. nakal ah kamu mah..!”
Gulp. Asep menelan ludah. Dia tau yang akan terjadi.

Dinda memandang Asep sambil tersenyum binal.. seakan memberi kode.
Asep hanya bisa mengangguk dan nyengir terpaksa.

“Ya udaaah.. Aku juga udah basah nih, banjir gini.. Masukin yah..!?”
Dinda lantas berdiri dan membelakangi Asep. Bersiap untuk menduduki pangkuan Asep.

“Hmmhh..? Segede apaahh..? Gedean dikit dari punya kamu sayaaang. Cemburu yahh sama timun..?”
Ucapan Dinda semakin lama semakin binal dan manja.

Asep membatin.. apa memang biasa seperti ini gaya pacaran Dinda-Anto..?
Atau karena Dinda sedang terbawa suasana pesta gila ini..?

“Udah digesek di bibir nih ujung timunnyaahhh.. Masukin gak nih yang..?
Kamu juga kan suka godain aku.. digesek terus gak dimasuk-masukinnnhhhhh..!!”

Mendengar langsung detil kebiasaan bercinta mereka.. sudah pasti Asep cemburu, tapi dia bersikap cool saja.
Walaupun sekarang Anto yang digoda Dinda dan Asep hanyalah sebuah timun..
Faktanya.. kontol Aseplah yang sekarang menggesek bibir memek Dinda sekarang, bukan Anto.

Sori bro.. tapi kontol gua yang di bibir memek cewek lo sekarang.. pikir Asep.
Biarlah saat ini dia hanya dianggap sekedar jadi timun buat mereka.

BLESSEPPH..! Kepala kontol Asep yang seperti jamur mulai masuk membelah memek Dinda.
Membuat gadis berkerudung itu mendesah nikmat seerotis mungkin.. untuk menggoda pacarnya nun jauh di sana.

“Nnngggahhh..!! Udah masuk yangggg.. Iiyah ujungnyaahhh.. Masukin semua yahhh..?”
ZLEBB..! Kontol Asep semakin masuk ke dalam lubang senggama Dinda.

Tidak seperti biasanya memek Dinda terasa lebih basah dan mencengkram..
Mungkin gadis itu sudah horny berat pikir Asep.

“Ahh.. mentok nihh yankhhh.. Mentok di memek akuu..! Mau di gerakin..? Yakiiinnn..? Heheheee..”
Goda Dinda setelah kontol Asep menerobos seluruhnya.

Asep si pemilik timun.. sangat jelas mendengar godaan Dinda yang menggairahkan itu..
Sambil disuguhi pemandangan punggung mulus dan pantat sekal Dinda di depannya.

“Mau cepet apa lambat..? Barengin yah tempo ngocoknyahhh..”
Dengan nakal Dinda meliukkan pinggulnya.. sehingga tubuhnya terangkat.

Setelah setengah kontol Asep tercabut.. slebbb.. Dinda menurunkan tubuhnya lagi..
Disertai pula dengan liukan pinggul yang sungguh binal.

Asep merasakan persetubuhan ini begitu nikmat.. rayuan nakal Dinda.. –walapun bukan ditujukan untuk dirinya..
Desahan Dinda yang begitu erotis.. dan cengkraman memek Dinda yang lain dari biasanya.
Mungkin saat ini Asep adalah timun paling bahagia di dunia.

Goyangan tubuh Dinda di atas pangkuan Asep semakin lama semakin cepat.
“Nih yankk.. aku cepetin nihhh..! Ahh.. mamah enak banget dientotin kamu yaaankkk..!!”

Dengan nakal Dinda mengarahkan HPnya ke arah selangkangannya.. tempat timun Asep menghujam kemaluannya.
Bunyi gesekan kontol dengan cairan memek Dinda yang sudah membanjir tentu terdengar jelas lewat telepon sekalipun.

“Kedengeran gak yankhh..? Iiya.. itu bunyiii memek aku dijebol kontol kamuhhh..! Ahhh.. Appaahh..!? Susu..?
Iiya yankh.. aku pengen kamu ngremes susu aku.. nyubitin pentil akuuu..”

Tangan Dinda mengarahkan tangan Asep ke dadanya.
Dengan sigap Asep kembali meremas kedua payudara Dinda dan mempermainkan putingnya.

“Ahhh.. enak banget tangan kamu di pentil aku yankhhh.. Hmmhhh.. Bisa nyampe akuhhh.. Urgghhh..”
Gerakan tubuh Dinda semakin cepat.. Asep bisa melihat punggung gadis itu berkilat oleh keringat..
walaupun mereka sedang di teras luar larut malam.

“Apa yanghh..? Kamu mau keluaaar..? Barengin yaaa.. aku juga bentar lagiihhh.. Nih aku cepetiiinn..!”
Sesuai ucapannya Dinda memompa tubuhnya dengan ritme lebih cepat.. dan tusukan pendek seperti mesin jahit.

“Appaahh..? Keluarin di dalemm..? Sok ajahh atuhh.. Crot di memek akuhh.. Ntar aku hamil lhoo..!?
Gak papa..? Iyahhh.. kalo aku hamil nanti aku jadi semok.. jadi empuk dipegangnyah.. susu aku tambah gede.
Bisa disedottt keluar susuuu.. Ahh bentar lagi yanghhhh..!”

Racauan Dinda tadi untuk Anto.. tapi Asep tak peduli.
Lebih baik buatnya untuk menganggap rayuan Dinda tadi adalah untuk dirinya.

Jadi Asep akan memberi Dinda hadiah di rahimnya. Servis tambahan dari sang timun.
“Ahhh ahhh ahhhh yankh.. aku mau nyampeee.. Ahhhhh.. Ahhhh.. Oohhhh..!!!”

Dinda memekik dan memekik lagi.. k
etika orgasmenya dan semburan peju Asep di lubang kelaminnya datang susul menyusul.
Membuat orgasme yang dinikmati gadis berjilbab itu berlipat ganda.

Asep yang juga merasa nikmat luar biasa.. mengerang tertahan.
Agar tidak sampai terdengar dan dicurigai Anto saat ejakulasi. “Ghhhrghhhh..”
Asep mencoba menahan suaranya

“Hahhh.. hahhh..” Dinda terduduk lemas di pangkuan Asep..
Sesekali tubuh rampingnya tersentak-sentak saat sisa-sisa orgasme menderanya.

Dengan lemas Dinda menaruh kembali HaPe di telinganya.
“Haloo Yank.. Kamu teh maasih di situ..? Iiya.. aku keluar tadiii.. Enak banget sumpaahhhh.. Apahh..?
Aku keras banget jeritnyaahhh..? Mmmh abis enak banget Yankhhh..”

Dinda menghela nafas sebelum melanjutkan phone sex-nya.. “Hmm..? Kamu juga keluar..?
Banyak banget gak yankhh..? Uwhhh.. bersihin ah.. ntar bau peju kamarnya hehehe..
Aku juga penuh banget nih sama yang kentel-kentel anget..” “Apa..? Yee nggaklah yank..
Aku ngebayangin pejuh kamu menuhin memek akuuhhh. Masa’ timun bisa ngecret sih..? Dasar Antohod..!”

Dinda menoleh ke arah Asep dan kembali memberi tanda ‘sssst’..
dengan telunjuk di depan bibirnya sambil tersenyum.. Asep hanya bisa membalas dengan senyum lemah.

PLOPP..!! Dinda berdiri.. sehingga kontol Asep yang sudah lemas keluar dari memeknya yang dipenuhi berbagai cairan.
“Udah ah yankh bersihin itu pejuhnyaa. Aku juga mau bebersih nih memek. Iih.. udah ah.. aku mau bobo.
Besok sore kan pulang.. jadi besok biar full aku gak mau bangun terlalu siang. Ya udah yah..”

Asep menyusul berdiri dan meregangkan badannya.. yang walaupun daritadi hanya duduk terasa lelah.
“Iiya.. tidur sana atuh.. hehe love you.. Mmuach..!” Dinda menutup telepon.

Setelah itu.. tiba-tiba Dinda tertawa terpingkal-pingkal, membuat Asep bingung
“Ahahahahahahhhhh.. Ampun deh gak ngeh dia aku kibulin hahahahahaha..!”

Dinda mengekspresikan tawanya dengan memukul-mukul tangan Asep yang hanya diam mematung.
Jadi memang tadi Asep hanyalah alat dari permainan Dinda..

Tak ada bedanya dengan vibrator Reza yang sekarang sedang mengaduk-aduk lubang Eci.
Tapi yah masih mending daripada jadi Anto yang jadi korbannya.

“Euhhh.. tadi maaf ya crot di dalem gak bilang-bilang..”
“Hmm..? Gak papa kali.. malah enak banget jadinya tadi..
Ah makasih yah Sep.. udah bantuin ngegombalin si Anto hehehe..”

“Oooh.. gak masalah. Kalo cuman jadi timun mah gampang atuh..” ujar Asep dengan senyum dipaksa.
“Hahah.. iiya.. makasih timunnya ya Sep.. mending itu daripada vibratornya si Reza.
Kapan-kapan aku pinjam lagi ya hihi..”

“Owh boleh boleh kapan aja, tinggal bilang..” tukas Asep dengan cool..
Padahal dalam hati dia berkata.. ya jadi cewek gua aja atuh.. biar bisa make nih timun tiap hari.

“Udah ah.. aku mau tidur.. biar besok bangun pagi dan full seneng-senengnya..! Daah Sep..!”
Dinda pun berjalan ke arah pintu dengan santai meninggalkan Asep sendirian.

Cukup lama Asep termenung di sana, memikirkan kegilaan barusan.
Tadi sore dia tidak bisa menjawab pertanyaan Dita.. tentang apa pandangan Asep terhadap kebinalan Dinda.

Sekarang.. Asep masih belum bisa menemukan jawabannya. Malah semakin bingung.
Mumet.. akhirnya Asep menyusul masuk ke dalam. Di sana, hukuman buat Eci masih berlanjut.

Gadis mungil itu terus menggelinjang hebat dengan berbagai mesin menempel di tubuhnya.
Sementara Irma sekarang sedang digarap Jejen.. yang keduanya terus menggoda Eci..
Yang birahinya sudah titik kritis tapi tak bisa mendapat kontol asli dan harus puas dengan mesin.

Reza sudah tepar di karpet.. sedangkan Ari masih memegang kendali dari alat-alat di tubuh Eci.
Asep melihat wajah Eci belepotan air mani. Entah punya siapa saja.. mungkin milik tiga orang tadi.

Karena sewaktu lomba tebak kontol mereka memang belum sempat keluar.
Dan sekarang dengan tega semuanya ditumpahkan di wajah Eci yang tak berdaya.

Dita menonton itu semua dari sofa agak jauh dari yang lain..
Dan begitu melihat Asep masuk, Dita langsung menghampirinya.

“Mas Asep selamat yaa..” sambut Dita setengah berbisik.
“Maksudnya apa mbak..?”

“Tadi dapet momen berdua sama Dinda akhirnya..”
“Owh.. Dinda cerita mbak..?”

“Tadi dia lewat sini terus bilang ke aku.. katanya pejuh Mas Asep banyak banget..
Sampe ngalir keluar dari memek dia..” jelas Dita.
“Hehe, yah gitulah mbak, lumayan..”

“Iih.. jangan cengengesan aja Mas Asep, ceritain gimana..?”
“Yaahhhh.. Sebenernya sih bisa jadi momen indah mbak. Cuman sayangnya ..”
“Kenapa..?”
“Sayah cuman kebagian jadi timun..”
“Hah..? Timun..?”

Asep berlalu ke arah kamar.. meninggalkan Dita yang melongo.

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------

Cerita 100 – Pesta di Akhir Pekan

-------------------------------------------------
Chapter 9: Minggu Pagi di Kamar Mandi
-------------------------------------------------

“Hoaahhhm..”
Asep menguap, lalu mengucek mata melihat jam di layar HPnya.
Berbeda dengan malam Sabtu, tadi malam Asep tidak tidur terlalu larut.

Dia juga tidak terkuras tenaganya, hanya ejakulasi satukali di memek Dinda tadi malam.
Dan dia tidur dengan nyaman di kasur empuk dengan selimut hangat.
Sehingga pagi-pagi pun dia bisa bangun dengan badan segar.

Hanya mengenakan celana pendek Asep keluar dari kamar. Dilihatnya ruang tengah tampak kosong.
Kemarin Asep bangun di tengah tubuh-tubuh telanjang yang bergelimpangan di sana.
Bahkan Eci masih ada kontol Reza tertancap di lubang senggamanya.

Sekarang, ruangan itu tampak kosong dan bersih.
Selain Reza dan Ari yang masih mendengkur berselimut sarung di dua sofa ruang tengah.

“Hmm.. serasa acara nginep yang biasa kalo gini suasananya mah..” gumam Asep.
Tentu suasana itu tak bertahan lama.

Saat Asep berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum.. terdengar suara erangan dan desahan wanita.
Dari suaranya, Asep bisa menebak siapa pemilik suara itu.

Tebakan Asep benar. Tampak Eci bertumpu di meja makan.. –di sana dapur merangkap ruang makan–
Sementara Jejen menggenjot memek Eci dengan brutal dari belakang.
Persis seperti waktu Dita disodomi Jejen kemarin pagi.

“Ouhhh.. Ahhh.. Mas Jejeeeennn yang kenceeeng..!!” Eci meracau dan mendesah-desah nikmat.
Jejen tidak menjawab.. nafasnya tampak terengah-engah. Keringat mengucur deras di dahinya.

Eci juga sama.. tubuh mungil tapi semok gadis itu tampak mengkilat oleh keringat..
Sementara jilbabnya pun tampak lepek dan basah.

Gilanya lagi, wajah Eci dipenuhi sesuatu yang seperti kerak-kerak dari air mani yang mengering.
Jadi tadi malam, Eci tertidur begitu saja dengan sperma membanjiri wajah dan jilbabnya.

Dan sekarang dia lebih memilih langsung ngentot daripada cuci muka dulu.
Asep hanya bisa geleng-geleng kepala.

Tak mau menarik perhatian mereka..
Asep mencoba mengambil air secara diam-diam tapi Jejen keburu melihatnya.

“Sep, urang geus nyieun jamu tuh jang maraneh..!”
Serunya sambil menunjuk ke meja dapur dengan dagunya.

Asep melihat tiga gelas berisi cairan yang selalu disiapkan Jejen untuk mereka..
Dengan satu gelas jatah Jejen sendiri yang sudah kosong.

Jadi Jejen yang bangun paling pagi untuk membuat jamu..
Sehingga bisa ‘disergap’ oleh Eci.. Asep mencoba merunut kejadian.

Tanpa banyak bicara Asep meminumnya sampai habis.. tapi dia merasa ada sesuatu yang aneh.
“Perasaan pekat banget ini Jen..?”

“Heu-euh.. dobel dosis soalna, fiuuhhhh..!”
Jawab Jejen sambil mengelap keringat di dahinya dan terus menggenjot Eci.

“Hah..? Dobel dosis..? Kan gak nyampe malem hari ini mah..?”
“Perintah si Mbak Eci yeuh, ntar dijelasin cenah..”

Jejen menunjuk gadis mungil bugil yang tersentak-sentak di depannya.
Asep tidak bertanya lagi.. dia hendak pergi dari sana ketika didengarnya perintah aneh dari Eci.

“Mas Jejennnn nyalainnnnhhh..!”
“Okehhhh..!”
Jejen pun memencet layar HP yang daritadi dipegang tangan kirinya.

Dan bunyi BZZTTTT pun terdengar.. berbarengan dengan jeritan liar Eci.
“Ahhhhh..!!! Serassa ditusuk depan belakangggghhhh..!!” Racau Eci keenakan.

Ternyata ada satu vibrator yang masih bersarang di anus Eci.
Dan Jejen menyalakannya saat kontolnya sedang berada di dalam memek Eci.

Jadi bukan hanya Eci saja yang merasakan sensasi DP.. Getaran dinding anus Eci pun menjalar ke memek..
Memberi efek getar ke kontol Jejen yang bercokol di dalamnya.

Jejen nampak merem melek menikmati sensasi barunya.
“Ahhh, anjrit..! Sep, cobaan siah..! Ngeunah pisan euy..!” Ajaknya sambil cengengesan
Asep menolak secara halus.. ”Gua mau mandi dulu ah, badan serasa lengket nih..”

Melewati kamar mandi.. terlihat olehnya kamar mandi itu masih kosong.
Asep lalu mengambil handuknya di kamar.. tapi sial..
Ketika kembali.. pintu kamar mandi tertutup.. menandakan ada orang di dalam.

TOK TOK..!!
“Siapa di dalem..?”
“Gue, Ari..” jawab suara di dalam.
“Ngapain lu..? Gua mau mandi juga ah..”
“Lagi boker Sep, mules nih..”
“Cepetan oy.. nanggung nih udah bawa anduk..”
“Yah.. masih lama nih.. baru aja mulai. Di kamar mandi yang lain aja..!”

Asep menggerutu, tapi tak ada gunanya berdebat.
Asep pun meninggalkan tempat itu sambil berpikir hendak mengambil kamar mandi yang mana.

Di lantai atas ada kamar mandi, tapi Asep malas naik tangga.
Hingga Asep akhirnya ingat di kamar utama tempat para cewek biasanya tidur punya kamar mandi sendiri.
Di situ aja ah.. siapa tau ada Dinda di sana.. hehe pikir Asep.

TOK TOK..!! Asep mengetuk pintu, disambut suara.. ”Yaa bentar..!” Dari balik pintu.
CKLEK..! Asep tertegun. Di depannya.. Dita membukakan pintu.

Gadis itu mengenakan piyama yang sama dengan kemarin sore waktu mereka ngobrol.
Tapi bedanya gadis itu tidak mengenakan jilbab sekarang.

Asep bisa melihat rambut hitam sebahu Dita yang sedang dia sisir.
Beda dengan Asep.. Dita tampak cuek saja.

“Ada apa Mas Asep..?”
“Umm.. anu.. mau numpang mandi.. S-si Ari lagi make yang deket dapur..”

Asep yang masih terpana juga gugup karena hanya bercelana kolor.
Dia merasa tidak enak hati di depan Dita yang tampak manis dan rapi.

“Oh sok aja, jangan malu-malu..”
“I-iya, makasih Mbak..” untungnya Dita tak bertanya kenapa Asep tak memakai yang di lantai atas.

“Gak usah sungkan-sungkan, cuman ada aku kok. Dinda sama Irma lagi belanja di pasar dulu..”
Jelas Dita yang membuat Asep sedikit kecewa. Tapi tak apalah.. toh itu bukan tujuan utamanya.

Asep mengikuti Dita masuk ke dalam kamar sambil mencuri-curi pandang ke arah Dita.
Dengan potongan rambut seperti itu Dita tampak begitu muda.. begitu polos.

Apalagi dengan piyama imut yang dia kenakan.
Tinggal ditambah memeluk boneka beruang cocok deh imejnya.

“Mas Asep bisa kan nyalain showernya..?” Tanya Dita begitu mereka sampai di depan kamar mandi.
“Hmm..? A-ah bisa dong..”

Asep mencoba mengalihkan matanya dari leher Dita yang begitu putih dan mengundang untuk dicupang.
“Yakin..? Ya udah yaa.. Panggil aku aja kalo ada apa-apa.. aku gak akan ke mana-mana kok hehe..”

“Gak mau ikut Mbak Eci sama si Jejen di dapur..?”
“Ogah ah.. si Mpok suka rewel kalo lagi gila kontol kayak gitu..”

Mendengar kalimat vulgar dari wajah polos seperti itu..
Asep hanya nyengir dan mengangguk ramah sambil menutup pintu.. tapi tiba-tiba ditahan Dita.

“Oh iiya..! Mas Asep belum cerita yang tadi malam..! Soal timun itu lho..!” Seru Dita dengan mata berbinar
Asep sebisa mungkin mencoba menolak antusiasme Dita dengan halus.

“Aduh maaf ya Mbak, nanti aja deh.. saya janji ceritain nanti ya, suwer..!”
Cengir Asep membuat tanda ‘V’ dengan dua jari..

Hingga akhirnya dia berhasil menutup pintu meninggalkan Dita yang cemberut manyun.
“Okee, tapi janji yaa..!”
Seru Dita dari balik pintu yang dibalas.. ”Iyaa..!” Oleh Asep.

Terdengar langkah Dita menjauh dari pintu dan Asep bersyukur Dita tidak berdiam di sana..
Karena.. Asep tidak tau caranya mengunci pintu kamar mandi dari dalam.
“Ah sial..” Asep menggaruk-garuk kepalanya.. ”Ini gimana nguncinya..?”

Setelah beberapa lama, Asep pun menyerah. Dibiarkannya pintu tak terkunci.
Biarlah.. toh cuman ada Dita di luar.. pikirnya lagi merasa aman.

Asep pun mencopot celana pendeknya dan menggantungkannya bersama handuk.
Tapi masalah Asep tak berhenti sampai di situ.

Seperti yang dia khawatirkan.. kamar mandi di dalam kamar utama itu adalah tipe modern.
Dengan bathtub.. bilik shower.. toilet duduk dan wastafel bercermin besar.
Tak nampak bak atau ember berisi air dan gayung.

Inilah kenapa Asep lebih memilih kamar mandi dekat dapur yang tradisional..
Yang lebih cocok buat orang kampung seperti dirinya.

Dan celakanya.. sistem di kamar mandi itu adalah sistem canggih yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Pantas tadi Dita meragukan kemampuan Asep menyalakan shower.

“Mana ini kerannya.. Gimana nyalainnya..!?” Asep garuk-garuk kepala sambil menggumam frustrasi.
Tak terasa beberapa menit telah berlalu dan Asep masih frustrasi hingga akhirnya.. CKLEK..!

Pintu kamar mandi terbuka. Tampak kepala Dita terjulur sambil tersenyum mengejek di pintu.
“Mas Asep kok belum mulai..? Gak bisa ya nyalain showernya..?”

“A-ah bisa kok, cuman belum mulai aja..”
“Hmm..? Emang lagi ngapain dulu..? Luluran..? Maskeran..? Nyukur jembut..?
Ngunci pintu aja gak bisa kan hahaha..”

Asep mati kutu.. tapi sebelum dia bisa merespon, Dita sudah melangkah masuk.
Gadis itu hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya.

Dan segera dilepas memperlihatkan tubuh telanjang putih mulus Dita..
yang sudah familiar buat Asep.. kecuali dari leher ke atas.

“Jangan marah Mas Asep.. hehe.. Sini aku tunjukkin.. sekalian kita mandi bareng aja yuks..!?”
Ujar Dita sambil menggantungkan handuknya dengan cuek.

“Mandi.. Bareng.. Sama.. Mbak..?” Asep tertegun melihat pemandangan indah di depannya.
“Hmm..? Emang kenapa..? Mas Asep kayak gak pernah ngeliat aku bugil aja..” tanya Dita.
Mata sipitnya memandang Asep dengan pandangan heran.. sebelum gadis itu sadar.

“Oh iiya..! Mas Asep belom pernah liat aku gak pake kerudung ya..? Biasa aja kalee..!”
Dita tersenyum nakal sambil memainkan ujung rambutnya.

“Kayak artis Korea Mbak..” Asep memuji.
“Masa’..? Banyak yang bilang aku kayak artis bokep Jepang loh.. apalagi kalo bugil gini haha..”

Mendengar kata ‘banyak’.. Asep langsung teringat cerita Dita kemarin mengenai masa lalu kelamnya..
ketika dulu digilir sana-sini satu kampus.
Tapi anehnya gadis itu tampak ringan mengatakan kalimat barusan.

“Cape deh aku terus ditanyain ‘situ warga keturunan ya, Panlok ya’ padahal aku asli Jakarta lho..”
Dita mencerocos, setengah curhat.. dan Asep hanya bisa manggut-manggut.

Hingga akhirnya Dita diam dan memandang selangkangan Asep.
Mengikuti Dita.. Asep melihat ke bawah. Dia baru sadar kontolnya sudah mengacung tegak perkasa.

“Ehh.. udah ngaceng aja Mas Asep..?” Sindir Dita.
“Ya wajarlah hehehe..”

“Udah minum jamunya Mas Jejen..?”
“Udah..”

Dita mendekati Asep.. memepetkan tubuhnya..
Sehingga salahsatu payudara empuknya menempel di dada berbulu Asep.

“Mas Asep mau mandi dulu apa.. ngentot dulu..?” Tanya Dita nakal sambil mengocok kontol Asep pelan.
“M-mandi dulu aja deh Mbak, kotor pastinya, keringetan..” jawab Asep sambil menelan ludah.

“Tapi aku lebih suka kalo masih bau cowok. Kontol yang udah disabunin suka gak ada rasanya..”
Gila.. nih cewek super binal.. pikir Asep. Berbanding terbalik dengan tampangnya yang innocent.

“Ya udah aku sepong dulu aja yaah..!?” Dita mengambil keputusan sepihak.
“Mas Asep duduk di situ..” Sesuai perintah.. Asep lalu duduk di atas toilet.

Tutup toilet duduk dari marmer itu terasa dingin di pantat Asep.
Dita meminta Asep mengangkangkan kakinya, dan gadis itu lalu jongkok di depan selangkangan Asep.

SLURP..! Dita mulai menjilati batang Asep sambil memandang binal ke atas.
“Emmhh.. Slurrrpp.. Baunyah.. Kuat bangethhh.. Slurrpphhh.. Bikin pusinghhh..” desah Dita.

Hap..! Bibir tipis Dita lalu mencaplok kontol Asep sepenuhnya, menyesaki mulut mungil gadis bermata sipit itu.
Sesekali matanya memandang binal ke arah Asep, membuat si pemilik kontol semakin panas-dingin.

Slllrrpp.. Crroppp.. Shhhhtrrpppp.. Prrrtttttt..!
Bunyi kuluman dan sedotan Dinda bergema di kamar mandi itu.

Asep kelojotan menikmatinya.. dan tanpa sadar tangannya sudah berada di kepala Dita.
Saking nikmatnya.. Asep mengekspresikannya dengan mengacak-acak rambut Dita.

Tapi Dita sendiri tidak merasakan. Dengan lahap disedotnya terus kontol Asep..
Semakin lama semakin cepat.. membuat bunyi khas blowjob semakin keras bergema di kamar mandi.

Gerakan kepala Dita begitu cepat hingga payudara empuknya terayun-ayun indah.
“Argghhhh.. Mbak Dita..!” Asep menggeram nikmat.

Dirasakannya kepala kontolnya menyentuh dinding lunak tenggorokan Dita.
Mungkin Asep tak tau istilah deepthroat.. tapi dia sedang merasakannya sekarang.

“Aaahhh udah Mbakk..! Saya mau muncrat.. Nanti keselekk..!” Asep semakin gelagapan.
Tapi mengindahkan peringatan Asep.. Dita tidak melepas sedotannya.

Malah semakin agresif.. sehingga Asep tak punya pilihan lain. CROTTT..!
Tubuh Asep gemetar dan tersentak-sentak saat kontolnya menembakkan air mani dalam jumlah banyak.

“Mmmmmpprrhhh..” Dita mengerang tertahan sambil melotot ketika Asep ejakulasi di mulutnya.
Tapi kontol Asep masih dipertahankan di mulutnya..
Tak peduli dengan si pemilik kontol yang kelojotan ngilu-ngilu nikmat.

Setelah pistol Asep kehabisan amunisi.. barulah Dita melepas batang daging dari mulutnya.
“Puahhh..! Uhuk uhuk..!” Dita terengah-engah dan terbatuk-batuk kecil.

“Hahhh.. Hahhhh tuh kan Mbak keselek kan..!?” ujar Asep yang juga terengah-engah.
Tapi Dita mengangkat tangannya memberi isyarat 'tidak apa-apa'.

Lalu gadis itu menengadah sambil terpejam.. sebelah tangannya memegang lehernya lalu.. CEGLUK..!
Asep melihat Dita menelan sesuatu. Dan apalagi kalo bukan pejunya Asep..?
Melihatnya.. Asep terpana dan menelan ludah.

“Gila.. banyak banget ihh Mas Asep..” ujar Dita santai sambil mengelap bibirnya dengan tangan.
“Ampir aja gak ketelen semua..” sambungnya.

“Y-ya namanya juga yang pertama di hari ini Mbak, terus si Jejen ngasih jamu dosis dobel pula..”
“Wah, pantesan itu masih ngaceng..” tunjuk Dita.

Asep memandang ke bawah. Tak mungkin, pikirnya. Batangnya masih mengeras perkasa..!!
Padahal barusan tadi sudah muntah-muntah dalam jumlah banyak tadi.

“Yuk, udah pulih lagi kan..?” Dita berdiri, diikuti Asep..
“Mas Asep pasti belum pernah nyobain yang ini deh..”

Dita melangkah mendekati wastafel. Gadis itu berkumur sebentar..
Lalu memeluk Asep dan mulai mencium bibirnya.

Asep menyambutnya dengan hangat..
dan sempat turun untuk menciumi leher Dita yang baru bisa dia akses sekarang.

Dita mendesah manja.. tapi sebelum percumbuan itu semakin panas, Dita melepas pelukannya.
“Emang kita mau ngapain sih Mbak..?” Tanya Asep yang bingung.

Dita hanya tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke cermin.
Dia lalu memegang pinggiran wastafel, dan membungkukkan tubuhnya..

Sehingga posisinya siap disodok dari belakang.
Asep paham maksud Dita, bercinta di depan cermin..!

“Nah Mas Asep bisa ngeliat ekspresi aku pas lagi disodok dan.. Iih.. kok rambut aku jadi kusut gini..?”
Dita baru sadar rambutnya acak-acakan ketika melihat cermin.

“Aduh maaf Mbak, tadi gak sadar ngacakin rambutnya Mbak, abis enak banget hehe..” Asep cengar-cengir.
“Yah gak papalah, ntar juga mau mandi.. Ayo Mas Asep, mulai aja..”

Asep mengangguk.. lalu mulai memposisikan dirinya di belakang pantat Dita.
Asep bisa melihat bayangan dirinya di cermin.
Juga Dita dengan bukit susunya yang tergantung bebas dengan indah.

Melihat pantat putih Dita, Asep jadi iseng. PLAK..!!
“Awhh..!! Mas Asep iih..!” Asep bisa melihat ekspresi kaget Dita di cermin.

“Hehe.. sori Mbak.. buat pemanasan aja. Sekarang beneran yaa..!?” Asep cengar-cengir.
Walaupun belum distimulasi.. memek Dita ternyata sudah sangat banjir.

C;lebb..! Blessepp..! Tanpa bisa kesulitan.. kontol Asep sudah melesak ke dalam lubang nikmat Dita.
Kedutan dan cengkraman khas memek Dita dirasakan Asep..
Menggelitik syaraf-syaraf super sensitif di kulit kontolnya.

“Ahhhhh..!!” Dita mendesah pelan.. dan Asep bisa melihat ekspresi gadis itu dengan bibir setengah terbuka.
Matanya setengah terpejam dan alis tipisnya terangkat.. menyiratkan kenikmatan.

Memulai genjotannya.. Asep bisa melihat perubahan ekspresi Dita.
Kadang dia menggigit bibir.. kadang bibirnya membentuk huruf O..

Kadang bibirnya dikatupkan seperti menahan sesuatu.
Tapi seringnya sih dibiarkan terbuka atau setengah terbuka.. untuk mengeluarkan desahan dan lenguhan nikmat.

Sementara mata Dita kadang terpejam.. kadang melotot.. kadang sayu.. kadang mendelik kanan-kiri atas-bawah.
Dipadukan gerakan alis tipisnya.. Asep bisa melihat lebih banyak ekspresi Dita saat ini..
Daripada selama tiga bulan bekerja dengan Dita.

Di kantor.. gadis itu pendiam dan jarang berinteraksi dengan bagian lain kalau tidak perlu.
Di kantor.. Dita biasanya baru bisa tertawa lepas bila bersama Irma sahabatnya.
Siapa sangka.. Dita ternyata lebih ekspresif saat merasakan nikmatnya disenggamai pria.

“Mas Asephh gak dikerasin ngegenjotnyahhhh..?” Tanya Dita sambil menengok ke belakang.
“Yakin Mbak..?”

“Mas Asephh gak mau liat tampang aku kalo lagi digenjot kasaaarhhh..?
Atau ngeliat susu akuhh goyang-goyangh lebih kencenghh..?”
“Wah iya yah, boleh juga tuh..!” Asep mengangguk setuju.

“Ouuwwhhh..!!” Dita melenguh keras ketika Asep mulai menghujamkan kontolnya dengan keras.
Terlihat di cermin wajah Dita menegang dengan mulut menganga dan mata membelalak.

Asep mulai menggenjot tubuh Dita dengan buas..
Sampai-sampai terdengar bebunyian seperti tamparan..
saat pantat mulus Dita beradu dengan tubuh Asep di belakangnya.

Asep bisa melihat ekspresi lain sekarang.
Dilihatnya gadis itu sesekali meringis atau matanya terpejam rapat.

Ekspresi kenikmatan Dita semakin intens..
seiring lenguhan dan erangannya.. yang bergema di kamar mandi itu.

Seperti yang dibilang Dita..
payudara putih mulus nan menggemaskan miliknya terayun-ayun dengan liar seiring genjotan Asep.

Tak tahan.. Asep mengulurkan tangannnya untuk meremas pabrik susu Dita yang kenyal seperti jelly..
Membuat gadis itu semakin mengerang nikmat.. sebelum akhirnya memekik keras dan menggelinjang..
menikmati puncak kenikmatannya.. walau Asep dengan tega terus meyodoknya tanpa ampun.

Entah berapa lama.. Asep seperti terhipnotis memompa memek Dita..
sambil terus menatap pemandangan erotis di cermin.
Empotan khas memek Dita seperti tidak dipedulikannya.

Dita sendiri juga menikmati bayangan dirinya yang dimabuk birahi di cermin.
Sudah duakali tadi dia melihat dirinya orgasme di depan cermin.

Rambutnya semakin acak-acakan karena lepek oleh keringat.. tampangnya semakin kusut.
Dan bahkan dia tidak bisa menahan liurnya mengalir dari mulutnya yang selalu terbuka..
Karena tak henti mengerang. Tapi anehnya Dita merasa dirinya sangat seksi saat ini.

Sementara Asep sudah di ujung pertahanannya. Sesaat lagi tanggulnya jebol.
“Mbaakkkk.. M-mau muncrattthhh..!”

“Barenginhhh.. Di dalem Mas Asephhh..!”
Dita memberi perintah di antara lenguhan dan rintihannya

“Ahhhhh.. Keluarr..!” Asep menggeram.
“Aaaaahhhh..!!” Dita memekik nyaring.

CROT..! CROT..! CROT..! Baik Dita dan Asep kelojotan menikmati orgasme berbarengan mereka.
Kedua insan itu terdiam beberapa saat lamanya.

Setelah rasa itu reda, hanya terdengar nafas ngos-ngosan di ruangan itu.
Asep hendak mencabut kontolnya ketika dia merasakan sesuatu yang aneh.

“Hahh.. Hahh.. Mas Asep kok masih keras sih di dalem..?” Tanya Dita.
“Wah.. si Jejen kebangetan bikin dosisnya kalo kayak gini..” Asep garuk-garuk kepala.

“Padahal tadi banyak banget keluarnyaa.. Mau lanjut lagi..?”
Asep menggeleng.. lalu dicabutnya tombak saktinya dari memek Dita yang dipenuhi berbagai cairan.

“Kita mandi aja deh Mbak, keringetan gini..” saran Asep.
“Lah itu gimana..?” Dita menunjuk kontol Asep yang masih mengacung
“Biarin ajalah..” sahut Asep.

Mereka lalu masuk ke bilik shower.
Dita menjelaskan cara mengoperasikan shower ke Asep yang hanya bisa melongo.

“Kakak iparnya si Irma distributor peralatan rumah tangga high-end kayak gini Mas Asep..
Makanya bisa dipasang di sini..” jelas Dita

“Oooh gitu.. tapi kalo saya mah lebih milih ember sama gayung ajah..”
Ujar Asep polos yang membuat Dita tertawa.

Aliran air shower hangat segera membasahi tubuh mereka.
Tubuh Dita yang begitu putih tampak berkilau di bawah sinar lampu..
ditambah tetesan-tetesan air di tubuh telanjangnya.

“Nah Mas Asep.. kita lanjutin obrolan yang kemaren yuk..” Dita membuka suara.
“Lah masa' pas lagi mandi gini..?”

“Justru katanya kalo orang lagi telanjang dia gak akan nyimpen rahasia..” jelas Dita.
Walau tak masuk logika di Asep.. dia hanya mengangguk saja.

“Tapiiii.. Mas Asep cerita dulu dong soal timun kemarin.. aku gak sempet nanya Dinda..”
Didesak seperti itu mau tak mau Asep menceritakan kejadian semalam.

Dita tertawa-tawa mendengarnya hingga payudaranya pun bergerak riang.
“Hahahahahhh.. Parah banget ihh Dinda..”

“Iyah, kasian sayah sama si Anto..”
“Loh..? Bukannya Anto saingannya Mas Asep..?”

“Wah, sayah gak mungkin merebut hati Dinda dari Anto, Mbak..”
“Lah.. kalau Mas Asep udah nerima kenyataan gak bakal bisa dapetin Dinda..
Terus Mas Asep selama ini galaunya kenapa..?” Tanya Dita sambil menatap tajam mata Asep.

Asep terdiam. Iya juga ya.. pikirnya. Menunggu Asep memberi jawaban..
Dita mematikan shower, mengambil sabun cair dan membuat busa di tangannya.

Lalu dia mulai menyabuni tubuh Asep.. membuat pria itu terhenyak.
“Ayo.. dipikir Mas Asep, fokus di inti masalahnya..” saran Dita sambil menyabuni Asep dengan santai.

Asep melanjutkan berpikir.. walaupun tangan Dita sesekali menyentuh bagian tubuh yang membuatnya geli..
Atau ketika kontolnya yang masih tegak perkasa iseng dikocok tangan bersabun Dita.

“Saya..” Asep membuka suara..
“Sayah gak tau nih perasaan saya sama dia itu wujudnya apa..”
“Balik badan Mas Asep..” perintah Dita cuek, yang lalu menyabuni punggung Asep.

“Truss..?”
“Rasanya aneh deh Mbak.. saya udah ngeliat sisi liarnya Dinda.. yang tega maen gila..
sama banyak cowok di belakang pacarnya.. tapi kok saya gak jadi kecewa atau ilfil gitu Mbak..”

“Jadi apa yang dirasain Mas Asep setelah ngeliat Dinda sekarang..?”
Dita mengulangi pertanyaan kemarin sore. Asep menggeleng..

“Bingung saya Mbak, makanya saya gak bisa jawab kemarin. Mungkin saya butuh waktu..”
Asep berbalik ketika dirasakan tangan Dita tak lagi menyabuninya.

Dita menunjuk ke arah sabun cair.
Asep mengerti.. segera disapukannya busa lembut itu ke tubuh Dita yang basah.

Ini adalah sesi curhat teraneh yang pernah dialami Asep.
Curhat ke seorang cewek sambil mandi bareng, membicarakan cewek lain.

Agak memecah konsentrasi juga sih, apalagi ketika tangan Asep sampai di payudara Dita.
Dengan permukaan licin karena sabun.. dua benda kenyal itu makin serasa jelly.

Dita membiarkan Asep bermain-main dengan payudara dan putingnya sebelum buka suara.
“Mas Asep gak butuh waktu. Kalo Mas Asep gak bisa jawab pertanyaan itu..
mending Mas Asep menuhin apa yang diharepin Dinda dari Mas Asep..”

“Emang Mbak Dita tau..?” Tanya Asep ragu. Dita menarik nafas..

“Kita masukin Mas Asep ke sini atas kesepakatan bersama.. termasuk Dinda.
Berarti Dinda percaya sama Mas Asep.
Dinda percaya Mas Asep bisa menjaga rahasia dia dan kita semua.
Dinda berani ngeliatin sisi rahasianya karena dia percaya sama Mas Asep..”

“Jadi saya harus membayar kepercayaannya Dinda dengan menjadi member grup yang baik yah Mbak..?”
Tanya Asep sambil jongkok menyabuni kaki Dita.
“Iiya, dan .. –aduh..!”
Segumpal cairan kental tampak terjatuh dari selangkangan Dita.

“Waduh, pejunya Mas Asep yang tadi keluar juga hehe..” ujar Dita santai.
Benar-benar sesi curhat paling aneh.. batin Asep.

“Ehem..! Dan sayangnya.. fakta bahwa Dinda setuju Mas Asep masuk sini..
berarti dia emang gak punya rasa sama Mas Asep..”

Asep langsung menghentikan kegiatannya dan memandang Dita. “Mbak tau dari mana..?”
“Yaa logikanya.. kalo Dinda ada rasa sama Mas Asep..
pasti dia gak akan mau Mas Asep ngeliat sisi liarnya kan..?” Jawab Dita sambil tersenyum tipis.

Asep terpekur. Selama ini pikirannya tidak pernah sampai ke situ.
Tapi logikanya memang masuk akal.. mau tak mau Asep harus mengakui.

“Mas Asep kenapa..? Katanya udah nyerah ngejar Dinda..?” Dita berbalik dan menunjuk punggungnya.
“Yahhh.. kan rasa ini masih ada Mbak.. biarpun gak jelas wujudnya..”
Jawab Asep pelan sambil mulai menyabuni punggung Dita.

“Mungkin memang sayah harus ngilangin nih rasa dan jadi anggota grup yang baik..
daripada ngecewain yang lain yang udah ngasih sayah kesempatan..”

Dita tiba-tiba berbalik, senyuman tersungging di bibir tipisnya.
“Inget gak yang aku bilang kemaren..?”
“Eh..?”
“Aku bilang ‘Aku gak bilang itu gak baik Mas Asep’..”
“Errr.. Mungkin bisa disederhanakan lagi Mbak..? Agak njelimet soalnya heheh..”

Dita menghela nafas.
“Maksud aku.. kalo memang ada untungnya buat Mas Asep kenapa nggak, asal gak ngerugiin yang lain..”
“Ah.. gak ada baiknya Mbak. Saya jadi kepikiran terus dan cemburu kalo liat dia dipake sama yang lain..”

“Yakin gak ada baiknya..?”
“Iyah saya yakin.. kalo menurut Mbak..?” Asep balik bertanya.

“Hmm.. kalo cemburu sama yang lain itu emang gak baik.. toh Mas Asep emang siapanya Dinda. Hehe..
Tapi itu sih gampang.. Mas Asep tinggal terbiasa aja.. lama-lama juga gak bakal cemburu kok..”

“Tapi ada kok baiknya.. Mas Asep gak nyadar aja..” lanjut Dita.
“Kayak apa Mbak..?”

“Inget waktu lomba gendong..? Mas Asep semangat banget pingin menang biar Dinda hepi.
Trus tadi malem Mas Asep mau aja dijadiin timun.. padahal gak enaknya pasti setengah mati..”

Asep berpikir keras..
”Jadi perasaan saya ini.. biar gak jelas juntrungannya bisa bikin Dinda bahagia biarpun caranya gak biasa..?”

“Iiya, tapi bukan Dinda ajja.. Mas Asep juga kan ngerasa lain kalo kebagian sama Dinda..?
Mas Asep punya sesuatu buat diharepin.. Walaupun gak bisa dimiliki sih.
Yah, aku kan bilang asal gak ngerugiin yang lain atau ngerusak suasana..”

“Ah tapi.. saya gak enak kalo gitu. Gak adil sama yang lain. Sama Mbak Dita.. atau Mbak Irma dan Mbak Eci juga..
kalo harus ngebedain Dinda sama mereka.. biarpun mereka gak tau..”

“Yaa jalanin ajalah.. kan dengan iven ini kita semakin akrab kan, daripada di kantor..”
Asep mengangguk setuju.. walaupun dalam hatinya dia berujar.. Ini sih terlalu akrab..!!

“Mungkin nanti seiring waktu Mas Asep bakal lebih mengenal kita.
Sekarang aja Mas Asep bisa curhat gini kan sama aku. Nanti kalo udah semakin akrab..
perasaan Mas Asep sama Dinda bisa ke semua cewek juga.. asal jangan rasa ingin memiliki aja hehe..”

Asep semakin berpikir keras.. tapi dari wajahnya.. Dita bisa melihat Asep sudah mendapat pencerahan.
“Jadi intinya sayah memang udah nyerah ngejar Dinda buat dijadiin pacar.
Terus saya tau Dinda gak ada rasa sama saya.. Oke.
Tapi Dinda juga naruh kepercayaan ke sayah buat jadi anggota grup, yang harus saya bayar.
Dan soal perasaan sayah ini.. tinggal dibuang jeleknya..
diambil baiknya.. selama gak ngerugiin yang lain, gitu kan Mbak..?”

“Mas Asep merasa plong gak dengan kesimpulan itu..?”
Asep tidak menjawab.. tapi menarik nafas dalam-dalam dan mengembuskannnya dengan lega.
Lalu mengangguk mantap.

“Ternyata solusinya gampang ya.. saya aja yang bego dan gampang kebawa perasaan..”
Dita mengangguk setuju
“Gak apa-apa Mas Asep.. asal perasaannya gak bikin mumet dan galau terus..”

Asep menepuk dadanya.. “Mulai sekarang.. kalopun saya kebawa perasaan..
saya usahakan buat kepentingan seluruh anggota grup ini..” Dita hanya tertawa mendengarnya

“Dan saya jadi punya rasa nih sama Mbak Dita..” tambah Asep tiba-tiba dengan tampang serius.
“Ehh..?” Dita terhenyak.. pipinya yang bersemu pink karena air hangat semakin memerah.

“Iyah.. saya merasa hormat dan berterimakasih sama Mbak..
Yang udah mau ngedengerin masalah saya dan ngasih solusi..” lanjut Asep masih dengan tampang serius.

Dita terdiam beberapa saat lamanya sebelum tertawa terbahak-bahak.
Susunya yang dipenuhi busa sabun kembali bergoyang-goyang.

“Yee Mbak.. malah ketawa. Saya serius nih..!” Seru Asep agak kesal.
“Ahahahhh.. Mas Aseeppp.. Kirain apaan sih ah..!” Tawa Dita masih berderai.

Asep yang tidak peka dengan perasaan wanita jadi bingung dengan reaksi Dita.
“Haahhhh.. Mas Asep biasa aja deh, aku cuman nolongin biar nih grup gak ada konflik..”

“Yaa.. tapi kalo gak ada Mbak Dita konflik batin sayah pasti gak akan selesai Mbak..”
Dita menghela nafas..

“OK deh, kalo Mas Asep mau berterimakasih, aku punya request nih..”
“Apa Mbak..?”

“Hmmm.. Irma sama Dinda belum pulang, Mas Asep masih ngaceng, jadi ..”
Dita memandang mata Asep dengan tatapan binal.

“Aku pengen Mas Asep ngentotin aku sepuasnya di sini.. sampai yang lain pulang..”
Bersamaan dengan itu.. Dita kembali menyalakan shower yang langsung membasuh busa dari tubuhnya.

Asep dan Dita berciuman dengan ganas di dalam bilik shower itu..
dengan air masih mengalir membasahi tubuh telanjang mereka.

Lidah Dita dan Asep saling berbelit, seperti halnya tangan masing-masing yang sibuk meraba-raba pasangannya.
Lidah Asep kemudian turun ke leher Dita.. membuat gadis itu menggeliat nikmat.

Asep menciumi leher Dita sebelum mengangkat sebelah tangannya..
lalu menjilati tetesan air di ketiak mulus Dita, membuat gadis itu menggelinjang geli-geli nikmat.

Tangan Asep yang satunya meremas payudara Nita dan menggesek-gesek putingnya.
Dita mendesah-desah.. meluapkan kenikmatan dari rangsangan di seluruh tubuhnya.

Tangan Dita memegang erat lengan kekar khas pekerja kasar milik Asep.
Keduanya kembali berciuman..
Sesekali melepas pagutan mereka untuk saling bertatapan sebelum kembali memagut bibir.

Tapi kemudian tiba-tiba Asep mendorong Dita hingga punggungnya terhempas di dinding bilik shower.
“Kyaa..!!” Pekik Dita kaget. Asep langsung memepet tubuh Dita, merapatkan tubuhnya..
Sehingga puting susu Dita bergesekan dengan dada berbulu Asep.

Kembali mereka berciuman dengan ganas di posisi itu.
Asep lalu menggunakan satu tangannya untuk mengangkat salahsatu kaki Dita..
sehingga memek gadis itu siap diterobos oleh senjata Asep.

Slepp.. slepp.. Dita merasakan kepala kontol Asep sudah menggesek-gesek bibir belahan memeknya.
Hingga saat yang dinantinya tiba. Jlebb..!

“Ngaahhhh..!” Dita mengerang saat kontol Asep kembali menembus memeknya pagi ini.
Dita memejamkan mata sambil mendongak, yang membuat lehernya menjadi sasaran cumbuan Asep.

Asep menggenjot memek Dita dengan kontolnya yang sudah didoping jamu Jejen dengan posisi berdiri.
Jlebb-clebb-clebb-jlebb-clebb-jlebb..!! Langsung dengan tempo cepat tanpa pelan-pelan dulu.

Gemericik air shower pun tak bisa menutupi lenguhan dan erangan erotis Dita yang semakin nyaring.
Dita menggeliat dan mengejang di pelukan Asep ketika gadis itu meraih orgasmenya.

Tapi Asep terus menyodoknya tanpa kenal ampun..
Membuat Dita semakin blingsatan oleh orgasme yang datang susul menyusul.

Bahkan empotan memeknya yang dia gunakan untuk memperlambat genjotan Asep seolah tak berarti.
Akhirnya Dita hanya bisa pasrah didera gelombang kenikmatan tiada henti.

Setelah beberapa waktu yang terasa sangat lama bagi Dita.. crrtt.. crett.. crett.. crett..!!
Akhirnya Asep menyemburkan cairan kental hangat dalam rahimnya..
yang mau tidak mau membuatnya orgasme lagi.

Tapi Dita belum bisa bernafas lega.. karena kontol Asep masih terasa keras memenuhi rongga syahwatnya.
“.. Masih keras Mbak..” bisik Asep.
“Iiya.. Lanjut..?” Asep mengangguk.

Setelah kontolnya lepas dari memek Dita.. Asep memutar badan Dita.. sehingga membelakanginya.
Lalu Asep menghimpit Dita hingga tubuh bagian depan gadis itu menekan dinding kaca bilik shower.
Termasuk payudara dan puting Dita yang menggesek dinding kaca yang halus tapi bermotif itu.

Merasakan putingnya yang sensitif bersentuhan dengan kaca itu saja sudah membuat Dita terangsang.
Dilihat dari luar bilik.. payudara Dita yang menjeplak di kaca buram itu pasti terlihat sangat erotis..
Sayang tidak ada yang menonton mereka.

Dengan Asep menekan punggungnya, posisi ini kurang lebih mirip dengan yang tadi.
Dita kembali merasakan kontol Asep di selangkangannya.. siap menembus memeknya lagi.

Dita pasrah.. memejamkan mata..
Bersiap menikmati sodokan kontol Asep yang akan memberinya orgasme tak terhitung jumlahnya.

Sementara gemericik air shower masih terus membasahi tempat mengadu birahi mereka.
-------ooOoo-------

Satu jam kemudian,.. Asep sedang berendam di bathtub di kamar mandi yang sama.
Dita duduk di pangkuannya ikut berendam.. seperti seorang bapak yang sedang memandikan anaknya.

“Lama juga ya mereka” ujar Dita merujuk ke Irma dan Dinda.
“Nyasar kali di pasar..” timpal Asep sekenanya.

“Hahaha.. padahal kita ngentot lama banget deh tadi..”
“Iyah, puas saya bisa nyoba segala gaya..” Asep cengengesan.

“Mas Asep keluar berapakali..?”
“Wah, gak ngitung sayah. Tapi yang penting sih udah gak ngaceng lagi. Kalo Mbak..?”
“Iih.. apalagi aku.. gak keitung. Eh.. liat tuh Mas Asep..!”
Dita menunjuk gumpalan cairan kental yang mengambang di permukaan air bathtub.

“Masih ada aja peju Mas Asep yang keluar dari memek aku..!” Seru Dita riang.
Seolah air mani Asep yang memenuhi rahimnya barusan hanyalah mainan.

Asep melingkarkan tangannya di dada Dita..
sehingga susu kenyal nan hangat Dita menempel di lengannya.

“Tapi beneran lho Mbak, terimakasih banget. Rasanya kepala saya ini udah plong dari segala galau..”
“Udah deh Mas Asep.. gak dibahas lagi. Yang penting Mas Asep gak galau lagi, sayang soalnya..”

“Maksudnya..?”
“Liat aja tadi Mas Asep bisa maen lepas banget sampe bikin aku klenger.
Atau pas lawan kita bertiga.. Mpok Eci aja bisa kelojotan gitu.
Atau malam sebelumnya yang bikin si Irma takluk.
Kalau Mas Asep gak terbebani pikiran.. Mas Asep maennya gila lho..”
“Oh..”

“Tapi masih ada satu orang yang belum ngerasain potensi Mas Asep sepenuhnya..”
“Dinda..? Karena dia sumber kegalauan sayah..?”

“Yup.. tapi sekarang galaunya Mas Asep udah hilang kan...? Dan ini hari terakhir jadiii ..”
Percakapan mereka terhenti ketika samar-samar terdengar bunyi klakson dari luar.

“Ah.. itu mobilnya si Irma. Udah pada balik mereka. Yuk ah..!”
Dita berdiri meninggalkan bathtub diikuti oleh Asep.

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------

Cerita 100 – Pesta di Akhir Pekan

----------------------------------------------------------------

Bonus Chapter: Eksekusi Dinda –Part 2: Main Course–
----------------------------------------------------------------

Dinda Fitriani Anjani kecil yang masih duduk di bangku SMP terbangun menjelang tengah malam.
Tadi siang dia bekerja keras menjadi pagar ayu di pernikahan kakak perempuannya..
Dan juga membantu keluarganya di resepsi ala rumahan yang tanpa EO dan berlangsung sampai sore.

Sehingga selepas maghrib Dinda tidur begitu saja.. setelah membersihkan make-up dan berganti baju.
Terlewat makan malam.. gadis cilik itu sekarang bangun dengan perut lapar.

Tapi rasa laparnya hilang seketika begitu telinganya mendengar sesuatu yang aneh dari kamar di sebelahnya.
Kamar kakaknya sang pengantin baru.

Dinda mendengar suara yang dia yakini berasal dari kakaknya..
Tapi dengan nada yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.

Seperti campuran antara suara mengaduh..
dengan suara yang kakaknya sering keluarkan ketika keenakan dipijat Dinda.

Entah kenapa suara itu seperti memicu insting terdalam Dinda..
Itu membuatnya penasaran setengah mati dan melupakan rasa lapar di perutnya.

Dengan jantung berdebar.. Dinda memanjat meja belajarnya mengintip melalui celah antar kamar..
yang waktu kecil sering mereka gunakan untuk saling melempar ular-ularan karet.

Dinda tak tau.. pemandangan yang akan dia lihat..
akan mengubah hidup gadis sederhana dari pinggiran kota kecil itu untuk selamanya.

Begitu sadar dari lamunan masa kecilnya.. Dinda sudah mendapati dirinya terduduk di tengah ranjang.
Dengan tiga lelaki dari kantornya mengelilingi tubuhnya yang telanjang bulat..
Kecuali kepalanya yang masih tertutup jilbab. Itupun sudah lepek oleh keringat dan belepotan sperma.

Wajah cantiknya yang juga belepotan sperma memandang tiga kontol yang mengacung keras di depan mukanya.
Benda yang sekarang sudah sangat familiar baginya.
Benda yang dimiliki oleh Anto.. pria spesial di hatinya dan juga dimiliki oleh seluruh pria di dunia ini.

Dan Dinda, gadis cilik nan polos itu..
Sekarang tumbuh menjadi gadis yang menginginkan semua kontol di dunia ini untuk mengisi lubang-lubang nikmatnya.
Dan menginginkan tangan-tangan kasar mereka untuk menggerayangi tubuh ranumnya.

“Hammmpphhhhhfhhhhhspppplllrrff..!” Dinda melahap kontol hitam di depannya.. tak peduli punya siapa.
Mengulangi sesi blowjob sebelumnya..
Dinda mengulum satu kontol bergantian.. sementara kedua tangannya mengocok dua kontol sisanya.

Bedanya sekarang Dinda jauh lebih agresif.. seolah-olah kelaparan ingin melahap semua kontol yang disajikan.
“Ceu, mau kontol..?” Tanya Reza.
“Mauuu.. Hssslurrpppppcpppptt..” jawab Dinda di antara sedotan dan kocokannya.

“Mau dientot..?”
“Iyarghhhghfhfhghghggh..”

“Apa..? Keluarin dulu atuh kontolnya dari mulut..”
“Phuaahhh.. Iiyaaa mauuu..!” Jawab Dinda dengan nada seperti anak kecil merajuk minta permen.

“Dientot di manaaa..?” Timpal Ari dengan muka mengejek.
“Memek akuuu.. Plis masukin kontol ke memek akuuu..!”
Dinda mencungak menatap ke arah tiga pria dengan tatapan memohon.

Sesuai janji para pria..
Sekarang saatnya menu utama. Dinda sudah dipuaskan oleh appetizer sebelumnya.
Formasi lingkaran kontol itu bubar..
kemudian seorang yang berada di belakang Dinda mendorong gadis itu hingga menungging.

“Aahhh..! Aduh..!” Dinda mengaduh diperlakukan seperti itu. Sekarang gadis itu pasrah bertumpu pada siku dan lututnya.
Dinda menurut saja ketika pria di belakangnya menaikkan pantatnya.. sehingga tubuhnya semakin menungging.

Segera dirasakannya ada sesuatu yang menggelitik bibir kelaminnya yang sangat basah.
Tapi bukan jari. Dinda hafal betul dengan sensasi ini.

“Ah si Dinda mah hanjakal euy awewe teh. Geulis-geulis beuki kontol..”
Dinda mendengar ejekan Jejen di belakang tubuhnya..
yang hanya menggesek-gesek bibir memek Dinda dengan kepala kontolnya.

“Masukin aja Mas Jejennn..” pinta Dinda lirih.
“Naooooonn..?” Tanya Jejen pura-pura tak mendengar dengan ekspresi menyebalkan.

“Masukiiiiiiin kontolnyaaaaaahhh..! Akku pengen dientot.. iiiih..!” teriak Dinda frustrasi.
Para cowok tertawa terbahak-bahak mendengar Dinda putus asa.

“Cup cup cup, tong ceurik geulis..”
Goda Jejen seperti menenangkan anak kecil yang merajuk.. lalu setelahnya.. BLESSEPH..!

“Ngrahhhhkkkhhhhhh..!”
Dinda mengerang keras ketika kontol kokoh Jejen menghujam memeknya.

“Enaaakkkk neng Dindaaaa..?”
“Enak.. Ahhh.. Bbangeettt.. Shhhh..”

“Gerak moal yeuh..?”
“Gerakiiinnn.. Yang kencengh Mas Jejennhhhh.. Ahhh..!”

Jejen mulai mengocok memek Dinda dengan brutal, membuat gadis itu melenguh dan menjerit-jerit nikmat.
Matanya terpejam erat menikmati genjotan kontol Jejen di memeknya.

Hingga terdengar suara..” Ceu, buka matanya coba..”
Tahu-tau di depan mukanya sudah ada satu kelamin pria lagi yang mengacung tegak.

Dinda memandang ke atas melihat tampang jelek Reza yang menyeringai lebar.
Tanpa protes Dinda pun melahap kontol Reza..
Dan sekarang lengkap sudah.. Dinda ditusuk depan belakang.

Jejen lalu menggenjot memek Dinda dengan semakin brutal..
Setiap sodokan membuat wajah Dinda semakin terbenam dalam selangkangan Reza.

“Grrggglllhhllpppppgrrrrgggggghhhh..!!”
Lenguhan Dinda tertahan sumbatan kontol dalam mulutnya.

Serangan ketiga dimulai oleh Ari yang merebahkan dirinya..
kemudian menggeserkan kepalanya ke bawah tubuh Dinda.

Seperti montir yang masuk ke bawah kolong mobil. Tapi bukan untuk ganti oli..
Ari mencucup payudara Dinda yang menggelantung indah dan berguncang hebat..
seiring sodokan Jejen di memek Dinda.

Puting susu Dinda yang berwarna coklat muda sudah mengeras sempurna..
Ari tinggal menjulurkan lidahnya menyapu puting itu yang maju-mundur dengan sendirinya.

Terasa asin karena keringat oleh Ari, dan terasa sangat nikmat bagi Dinda.
Apalagi ketika Ari mencaplok seluruh bukit susunya dan menyedot-nyedotnya seperti bayi.

“Uoohhh.. Anjing..! Ngempot.. Sempit.. Awe.. we.. Bangor.. Siah.. Dinda..!”
Jejen meracau di antara genjotannya dan PLAK..! Jejen menampar pantat Dinda..
Membuat gadis itu memekik sakit-sakit nikmat.. tapi tertahan kontol Reza dalam mulutnya.

Diserang gencar seperti itu tentu Dinda tak tahan.
Tubuhnya yang terpontang-panting antara tiga lelaki menegang..
Ia bersiap menyambut ledakan birahi yang segera tiba.

Dan mata indah Dinda membelalak ketika gelombang kenikmatan akhirnya menyapu seluruh tubuhnya.
Di saat bersamaan Reza mencabut kontolnya..

Sehingga Dinda bisa menjerit keras meluapkan klimaks pertamanya dalam sesi main course ini.
“A-a-akkuuu k-kke.. Nggggraaaaaaaaaaaahhhhh..!!” Jerit Dinda sambil mengejang.

“Anjing yeuh memek banjirrrrr..!” Geram Jejen
Merasakan kontolnya disiram cairan kewanitaan Dinda yang membanjir seiring orgasme gadis itu.

Tubuh Dinda tersentak-sentak tanpa kendali.. seluruh tubuhnya seperti dialiri listrik ribuan volt.
Sensasi klimaksnya kali ini jauh lebih dahsyat daripada waktu sesi foreplay tadi.

Hingga setelah beberapa lama akhirnya aliran listrik itu hilang dan tubuhnya kehilangan tenaga.
Ari menarik kepalanya tepat waktu sebelum tubuh Dinda ambruk.. siku gadis berjilbab itu sudah lemas..
tak mampu menahan tubuhnya yang kembali digenjot Jejen tanpa ampun.

“Mas Jejennnn.. Udahhh.. Aku.. Memek aku udahh.. Baru ajahh-Ahhhh..!”
Dinda melenguh lirih.. wajahnya yang sudah berantakan menempel di atas sprei kasur.

Jejen tau kalau Dinda sudah mencapai puncak kenikmatannya..
Tapi ia tidak berniat membiarkan gadis itu istirahat.
Tidak sampai dia menyiram rahim gadis itu dengan benihnya.

Pria buruk rupa itu mendengus seperti babi hutan dan mulai menggenjot Dinda dengan tusukan-tusukan panjang.
Gadis itu sudah terjerembab di kasur.. tangannya hanya bisa meremas kain sprei dengan kuat.

Dinda melenguh-lenguh pasrah menikmati rasa yang menjulur di seluruh tubuhnya.
Tanpa ada rehat dari orgasme sebelumnya.. kenikmatan yang dialami Dinda semakin naik, naik, dan siap meledak lagi.

“Jen.. kayaknya si Dinda mau keluar lagi tuh..” lapor Reza setelah mengamati bahasa tubuh Dinda.
“Nyaho aing ge.. Ugghhh..! Ngempotna ajibb beuhhh..!” Jejen mengelap keringat di dahinya.

“Crot di dalem Jen, abis itu kita gantian..” ujar Ari yang dibalas anggukan Jejen yang tampak semakin kepayahan..
Berusaha menahan ejakulasinya.. hingga akhirnya dia memaki dengan suara menggeram.. “Anjing..!”

CROTT..!! Cairan putih kental hangat menyembur deras dari ujung kontol Jejen.. langsung menyirami rahim Dinda.
Sensasi semburan cairan hangat itu memicu serangkaian proses dalam sistem syaraf Dinda..

Yang bereaksi dalam sepersekian detik mengalirkan hormon pemicu euforia ke seluruh tubuhnya.
Dinda kembali dilanda orgasme dahsyat seiring sang pejantan menanam benih di tubuhnya.

Tak peduli pejantan itu adalah Jejen yang hitam dan buruk rupa..
Yang hobi menggoda perempuan di kantor dengan rayuan basi dan kampungan.

Tapi sekarang kontol Jejen sudah mengaduk-aduk memek Dinda dan membuktikan kejantanannya.
“Hhhh-Oohhhhhhhh..!” Dinda melenguh panjang sambil membelalak, tangannya mencengkram sprei erat-erat

“Nghh..!” Pekikan kecil terdengar ketika Jejen mencabut kontolnya dari gua Dinda yang banjir berbagai jenis cairan.
Sementara Jejen beristirahat, Reza dan Ari mengamati dari dekat memek Dinda yang habis digempur Jejen.

Gadis itu masih menungging.. masih sesekali tersentak-sentak merasakan sisa-sisa klimaksnya.
“Za, liat yeuh. Nyemprot keluar gitu dikit-dikit..” tunjuk Ari.
Terlihat jelas dari luar memek Dinda tampak berkedut-kedut.
Sesekali kedutan itu menyemprotkan cairan cinta bercampur peju Jejen seperti gunung berapi.

Melihatnya, timbul ide di kepala Reza. PLAK..! Terdengar Dinda mengaduh saat Reza menampar pantatnya..
Dan di saat bersamaan memek Dinda kembali memuntahkan cairan dari dalam.

Mendapat mainan baru..
Tanpa belas kasihan Ari dan Reza menampar-nampar pantat Dinda memicu erupsi dari memek Dinda.
Lenguhan dan erangan Dinda yang meminta mereka berhenti tak diindahkan.

“Jen..! Liat nih, memek si Dinda bisa muncratin peju kayak kontol..!”
Seru Ari menunjuk memek Dinda yang terus memuncratkan peju Jejen yang tadi baru disetor ke sana.

Hingga tenaga Dinda sedikit pulih.. sehingga ia bisa bangkit dan segera berbalik melindungi pantatnya.
“Udah ih kalian mah..! Sakit tau..!”
Sergah Dinda dengan cemberut.. tapi Reza dan Ari hanya tertawa yang membuat Dinda semakin manyun.

“Udahlah Ceu.. jangan cemberut gitu sayang.. Yuk kita enjut-enjutan lagi..!?” Rayu Reza.
“Ogah..!” Tolak Dinda sambil membuang muka.

“Wah.. jual mahal nih cewek..!” Seru Ari.
“Iye nih.. harus ditangkep dulu ini mah.. Rrragh..!”
Reza tiba-tiba meloncat ke arah Dinda, membuat gadis itu menjerit tapi masih bisa menghindar.

Sambil tertawa-tawa Dinda mencoba menghindar dari kejaran Reza sebisanya..
dengan cara merangkak melingkari kasur king size itu.

Reza mengejar di belakang diikuti Ari. Sementara Jejen hanya menonton di tengah.
“Kena..!” Teriak Reza setelah berhasil menangkap Dinda.
“Kyaa..! Ahahhahahhha..!” Dinda tertelungkup di atas kasur dengan Reza menindihnya.

Setelah derai tawa mereka habis.. dengan nafas masih sedikit terengah-engah Reza berujar sesuatu di telinga Dinda.
“Ceu.. sekarang jatahnya gua sama Ari. Lo mau gak kita DP..?”
“Hah..? Di-DP..? Kayak biasa Mbak Eci..? Waduh..!!”

“Kenape..? Lo bukannya pernah dianal Jejen dulu..?”
“Iiya sih, tapi udah lama.. Apalagi kalo depan-belakang aku belom pernah..”
“Makanya nyobain sekarang, kapan lagi coba..?”

Jantung Dinda berdebar kencang. Dia akan merasakan sebuah sensasi baru.
Sekaligus pencapaian baru dalam kehidupan seksnya. Semakin lama gadis itu semakin binal saja.

Debar jantungnya saat ini mengingatkan masa lalunya..
Hari itu sobat karib Dinda di SMA membawa kabar. Ada warnet baru di kota kecamatan.

Bedanya dengan yang sudah ada.. Warnet satu-satunya yang mereka tau..
Adalah: Warnet baru itu punya bilik tertutup.. dan juga tidak memblok situs ‘aneh-aneh’.

Penasaran.. pulang sekolah mereka menyempatkan diri mampir ke sana.
Walaupun harus menempuh perjalanan cukup jauh dari sekolah.

Setelah berhaha-hihi mengecek dan mengupdate status alay mereka di facebook..
keduanya dengan jantung berdebar mencoba mencari sesuatu yang anak laki-laki sekelas mereka sebut ‘bokep’.

Namanya internet.. dua remaja desa yang Gaptek sekalipun bisa mengakses konten terlarang dari belahan dunia lain.
Mereka hanya mengharapkan adegan seperti yang biasa mereka lihat di film-film hollywood.

Tapi yang mereka lihat lebih dari itu. Adegan ekstrem tanpa sensor.. tanpa penghalang..
Dengan alat kelamin yang di-zoom dari jarak dekat.

Teman Dinda tak kuat melihatnya dan menutup wajahnya dengan tangan..
Tapi Dinda malah memandang tak berkedip ke arah pemandangan di layar.

Debaran jantungnya saat itu adalah kombinasi dari rasa takut.. takjub.. penasaran.. sekaligus bahagia.
Setelah beberapa tahun sebelumnya menyaksikan sendiri..
Hubungan antara pria dan wanita dewasa di rumahnya.. Dinda semakin penasaran dengan seks.

Hanya karena lingkungan dan keluarga yang melindungi dirinya dari liarnya dunia modern..
Dinda kecil masih bisa tumbuh sebagai gadis polos.

“Jadi siapa yang dapet belakang..?” Tanya Ari memecah lamunan Dinda.
“Ya masa si Jejen lagi, jadi gue aja Ri. Lo dapet memek..”
“Okeeh..!”

“Setuju gak Dinceu..? Bool lo buat gua ya..”
“Pelan-pelan tapinya ah, jangan bikin sakit..” rajuk Dinda manja.
“Yee pasti sakit dikit awalnya. Udah.. ayo mulai..!!”

Ari berbaring telentang di ranjang. Dinda memposisikan tubuhnya di atas selangkangan Ari.
Perlahan.. dia menurunkan tubuhnya hingga kontol Ari melesak menembus memek legitnya.

“Nghhh..!!” Dinda mendesah pelan sambil memejamkan mata.
Akhirnya batang Ari sudah mentok di dalam gua basah Dinda.

Tapi posisi cowgirl ini bukanlah tujuan utama Dinda. Perlahan sambil menggigit bibir..
Gadis itu memiringkan tubuhnya ke depan.. semakin lama semakin sejajar dengan tubuh Ari.

Berhati-hati agar kontol Ari tidak lepas lagi.. Dinda pun sekarang menindih tubuh Ari.
Payudara kenyal dan sekalnya menempel di dada berbulu Ari.. memberi sensasi empuk-empuk hangat.

Reza memandang puas ke pemandangan indah di depannya. Pantat Dinda terangkat..
Memperlihatkan lubang anusnya.. sementara di bawahnya tampak memek Dinda yang sudah tersumpal kontol Ari.

Sekarang saatnya. Double Penetration pertama buat Dinda.
Glug..! Dinda menelan ludah ketika dia merasakan jari Reza di anusnya.

Lalu jari itu berganti dengan ujung kontol.. ketika Reza sudah memposisikan tubuhnya di belakang pantat Dinda.
“Ri, mending lo panasin si Dinda dulu..” ujar Reza.
“Siap..!”
“Panasin..? Emang aku mo- .. Ahh..!!”

Dinda melenguh ketika Ari menggerakkan pinggulnya naik-turun hingga kontolnya mulai memompa memek Dinda.
Terangsang.. gadis itu ikut mencari kenikmatan dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan sodokan kontol Ari.

“Ahhh ahhh aaaahhhhhmmmmmmffhhhcuphhhhhhfhhh..” Dinda mendesah erotis sebelum bibirnya dikecup oleh Ari.
Putingnya yang ikut bergerak maju-mundur bergesekan dengan dada kasar Ari.. memberinya kenikmatan lebih.

“Nah udah rileks kan Ceu..? Tuh bool lu juga keliatan kembang kempis gitu minta dicolok..”
Dinda kembali merasakan ujung kontol menggesek lubang anus imutnya.
Tapi berkat genjotan dan rangsangan Ari.. Dinda sekarang tidak gugup lagi. Bahkan sudah tidak sabar.

“Mmmfhh.. Ahhh.. Reza pelan-pelan yah..” pintanya dengan suara lirih sambil terus mendesah.
“Iyee, tenang aja, cuh..!” Reza meludahi lubang yang akan segera ditembusnya.

Dan.. BLESSEPH..! Dinda memekik.. mukanya tampak tegang. “Adududuh Reza, sakiitttt..!” Erangnya.
“Sabaaar.. bentar lagi juga ilaaaang..” Reza menenangkan.. tapi dia sendiri tidak tenang..
Karena sulit memaksakan kontolnya masuk ke dalam lubang anus Dinda tanpa menyakiti gadis itu.

Ari yang mengurangi tempo genjotannya.. untuk memudahkan penetrasi Reza..
Ia mengelusi punggung dan kepala berjilbab Dinda untuk mengurangi rasa sakitnya.

“Fiuuuh.. masuk nih semua..” Reza mengusap keringat di dahinya.
“Eh.. jadi gimana nih.. kita genjotnya bareng atau berlawanan arahnya..?” Tanya Ari.
“Hmm gimana ya..? Gua juga bingung..”

Jejen yang daritadi menonton memberi saran.. ”Gerak aja we saurang, ngke nu lain tinggal ngikut..”
Benar kata Jejen.. Reza dan Ari dengan sendirinya bisa sinkron tanpa harus dipikir.

Dinda masih meringis ketika Reza mulai menggerakkan kontolnya.
Pertamakali dalam hidupnya.. dua lubangnya terisi penuh dalam waktu yang sama.
Sensasi yang tak mungkin dirasakannya kalau Dinda hanya bercinta dengan Anto saja.

“Awhhh.. Ssshhhh penuh bangetttt.. Ughhhh..” erangnya.
“Masih sakit Ceu..?”
“Dikittt.. Aww.. Tapi udah mendingan..”

Ari kembali memagut bibir Dinda untuk menenangkannya. Sementara Dinda juga mulai terbiasa.
Pinggulnya kembali bergerak menyambut sodokan kontol Ari di memeknya.

Lama-lama Reza merasa pinggul Dinda juga sesekali merespon sodokan di anus.
Pelan-pelan tempo genjotannya dipercepat.. tapi tak ada reaksi penolakan dari Dinda.

Malah lenguhan dan erangannya terdengar nikmat tanpa rasa sakit ketika Ari melepas ciumannya.
“Ahhh gilaaa.. Aku disandwichhh.. Pantat akuhhh.. Memek akuhhhh.. Ngaaahhhh..!” Racau Dinda.

Jejen yang menonton dari samping terkekeh. “Yey.. si Dinda budak bageur teh jadi dijepit oge euy..!”
Lalu dengan seenaknya dia mencolek pipi Dinda dengan kontolnya yang sudah keras kembali.

“Sakalian lubang yang ini nih ehuehuehue..” perintahnya.
Dinda hanya memandang sayu pada kontol hitam Jejen di depan mukanya.

Tanpa protes.. dilahapnya ke dalam mulut mungilnya.
Sekarang lengkap sudah tiga lubangnya terisi kontol.
-------ooOoo-------

Hari itu di warnet kota kecamatan..
Dinda remaja tak pernah menyangka pemandangan ekstrim di monitor yang dilihatnya akan dialaminya sendiri.

Bertahun-tahun kemudian.. Dinda sendiri yang disetubuhi dengan brutal di semua lubang.
Rasa sakit dan canggung hilang sudah.

Dinda merasakan kenikmatan tiada tara digenjot dua kontol sekaligus depan belakang.
Sebentar lagi klimaksnya akan segera meledak.. setelah birahinya terus naik dan naik distimulasi di semua tempat.

Bahkan dia jadi kurang konsentrasi mengulum kontol Jejen..
HIngga beberapakali kontol pria buruk rupa itu lepas dari mulut Dinda.

Tapi selain Dinda, Reza juga merasakan ejakulasinya sebentar lagi.
Tak terbiasa dengan sempitnya anus Dinda.. Reza tak bisa bertahan selama biasanya.

“Arrghh anjing gak kuat gua..! Gua keluarin di pantat lo ya Dinda, gua muncratin bool lo-Arrgghhh..!”
Reza mengggeram sambil mengejang.. crott..!! Menyemburkan cairan kental hangat dalam anus Dinda.

Sensasi disembur plus hentakan ejakulasi Reza tak ayal mengantar Dinda ke orgasmenya.
Orgasme pertama Dinda dari penetrasi ganda.

“Ngahhhhhhkkkkkhhhh..!” Dinda memekik.. kontol Jejen terlepas dari mulutnya.
Lagi-lagi tubuh Dinda mengejang dan tersentak-sentak dilanda orgasme hebat.

Ari merasa kontolnya dalam memek Dinda seperti kebanjiran.
Sodokannya dihentikan sejenak untuk membiarkan Dinda menikmati puncak kenikmatannya.

“Auuhhh..!” Dinda melenguh manja ketika Reza menarik kontolnya dari lubang pantat Dinda dengan sekali tarik.
Tampak lubang itu menganga sekarang.. dengan peju Reza mengalir keluar dari sana.

Dinda yang masih menindih tubuh Ari mengatur nafas.
Matanya sayu.. wajah cantiknya acak-cakan dengan keringat dan sisa-sisa sperma bercampur baur di sana.

Jilbabnya sudah lepek total oleh keringat. Sekarang gadis itu berusaha mengumpulkan akal sehatnya kembali.
Tapi di luar dugaannya.. sesi double penetration hari itu tidak selesai hanya dengan keluarnya Reza.

Dinda menjerit kaget ketika ada kontol lain yang tiba-tiba menerobos pantatnya.
Lebih mudah.. karena anusnya sudah menganga dan ada sperma Reza di sana.

“Ahh Mas Jejennnnn..!” Protesnya.
Jejen tidak peduli. Dia terus menusukkan kontolnya ke dalam lubang anus Dinda sampai mentok.

“Ri, cengkat geura..” perintahnya yang segera dituruti Ari.
Sekarang Ari di posisi duduk.. dengan Dinda di pangkuannya.

Sementara Jejen menyodok pantat Dinda dari belakang.
Lagi-lagi Dinda dijepit.. tapi kali ini dengan posisi berpangkuan.

“Lebih gampang euy nyodok memek di posisi gini mah..” ujar Ari.
“Bener pan.. si Dinda na ge bisa gerak..” timpal Jejen.

Dinda sendiri mencoba bergerak, mengangkat tubuhnya naik-turun..
Memompa kedua kontol yang menyumbat kedua lubangnya.

Walaupun sulit.. Dinda yang sudah dimabuk birahi tidak peduli. Tubuhnya bergerak liar.
Bibirnya sesekali berciuman ganas dengan Ari di depannya..
Atau menengok ke belakang untuk menyambut bibir dan lidah Jejen.

Tubuh ketiga manusia itu saling bergesekan..
keringat yang mengucur dari tubuh masing-masing jadi seperti pelumas.

Bila tidak menempel dan menggesek dada Ari, payudara ranum Dinda diremas-remas Jejen dari belakang.
Putingnya yang sudah keras maksimal dipilin-pilin.. dipelintir-pelintir..

Dicubit.. dipermainkan Jejen sesuka hati.. membuat Dinda semakin tak tahan. “Aaahhhhh..!”
Dinda kembali memekik sambil mengejang, merasakan orgasme dahsyatnya yang kesekiankali hari itu.

Tapi Jejen seperti biasa cuek saja terus menggenjot pantat Dinda tanpa ampun.
Begitu juga Ari yang nanggung sebentar lagi gilirannya orgasme.

Kedutan dan banjirnya memek Dinda semakin membuatnya tak tahan.
Saat tubuh Dinda masih menggelinjang.. Ari mencabut kontolnya..

Membuka sumbat yang segera mengalirkan cairan cinta Dinda keluar. SPLURT..! SPLURT..! SPLURT..!
Semburan cairan kental hangat dari Ari menyembur keluar beberapa detik kemudian.

Semua semburan mengenai payudara Dinda.. yang kemudian meleleh turun ke puting susu..
Dan terus ke perutnya.. bercampur dengan keringat yang membasahi kulit mulusnya.

Dengan Ari out.. tinggal Jejen yang tersisa.
Tanpa mengubah posisi, tangan Jejen mencengkram bahu Dinda.

Tanpa belas kasih.. digerakkannya tubuh Dinda naik-turun..
mengocok kontolnya menggunakan jepitan lubang pantat Dinda.

Pinggul Jejen ikut bergerak menyambut pantat Dinda..
Yang kini hanya bisa pasrah saja dijadikan boneka seks oleh Jejen.

“Aaahhhh..! Ahhh Mas Jejennhhhhhh.. Nggghhhh..!”
Boneka itu hanya bisa menjerit-jerit histeris disodomi dengan brutal oleh Jejen.

Sekarang sudah tidak ada bedanya lagi antara digenjot di memek atau di lubang pantat buat Dinda.
Saat pantatnya digenjot Jejen.. memeknya terus mengeluarkan cairan cinta..
mengalir deras di lubang yang sekarang sudah kosong itu.

Tak heran ketika kemudian orgasmenya yang kesekiankalinya hari itu..
bisa diraih hanya dengan pompaan kontol di anusnya.

Jejen mencabut kontolnya ketika tubuh Dinda mulai menegang menandakan klimaksnya.
Dinda pun terjerembab.. telungkup di atas kasur sambil mengejang dan mengeluarkan lenguhan panjang.

Di atas tubuh Dinda yang masih tersentak-sentak.. Jejen mengocok kontolnya sendiri..
Dan akhirnya memuncratkan ejakulasinya yang ke-3 di atas punggung Dinda.

Lalu menyingkir begitu saja..
Meninggalkan Dinda yang masih telungkup banjir keringat merasakan sisa-sisa orgasmenya di tengah kasur.

Antara sadar dan tidak.. Dinda teringat saat-saat keperawanannya hilang di tangan Anto.
Seksnya yang pertama.. yang baru bisa dia rasakan setelah bekerja dan hidup sendiri jauh dari keluarga.

Walaupun Dinda sudah penasaran dengan seks sejak SMP.
Tidak sesakit yang dia kira.. dan rasanya seperti yang dia harapkan.. mungkin lebih.

Tapi saat itu seperti ada sesuatu yang bangkit dari dalam Dinda.
Sesuatu yang membuatnya menyadari.. ada potensi yang tak terbatas dari yang namanya seks ini.
Ada kenikmatan yang lebih dari yang bisa dia bayangkan di luar sana.. jika Dinda mau bereksplorasi.

Dinda dan Anto saling bertukar kata mesra..
Saling berjanji sehabis seks pertama mereka saat itu.. dan Dinda memang mencintai pria itu dari hati.
Tapi di lubuk hatinya ada suara yang lain.

“Fuuh, Jen lo keluarin di punggungya si Dinceu..?” Suara Reza memecah lamunan Dinda.
“Hahhhh.. Iyeh, si Ari di susu..”

“Hmm.. coba itung. Gua keluar di mulut.. ditelen sama si Dinceu. Lo crot di mukanya.. Ari di jilbab.
Trus elo ngecrot dalem memek.. gua dalem pantat.. Ari di toket.. terakhir lo di punggung..”
“Yey.. kita sukses ngecrotin si Dinda di segala tempat.. haha..!”

Mendengar pembicaraan mereka.. Dinda tidak tersinggung. Seulas senyum malah tersimpul di wajahnya.
Teringat kata hatinya waktu itu .. Maaf ya sayang.. tapi aku ingin lebih..!

Bonus Chapter End
CONTIECROTT..!!

-----------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

Cerita 100 – Pesta di Akhir Pekan


-----------------------------------------
Chapter 10: Serangan Mendadak
-----------------------------------------


Asep dan Dita keluar dari kamar mandi mendapati Eci yang sudah memegang handuk.
Melihat mereka berdua, Eci langsung tersenyum mengejek.

"Mas Asep yaaa.. Bilangnya mau mandi padahal aslinya enjot-enjotan sama Dita.." ledeknya.
"Eh, beneran kok Mbak niat awal saya cuman numpang mandi ajah..
Cuman saya harus diajarin Mbak Dita buat nyalain showernya hehe.." Asep membela diri.

"Owh.. jadi sekalian lo ngambil kesempatan buat mandi bareng dan dientot Mas Asep kan Ta..?"
Ledekan Eci beralih ke Dita.. yang dibalas gadis bermata sipit itu dengan memeletkan lidahnya.

"Situ bangun-bangun langsung ngentot aja.. gak cuci muka dulu. Berapakali dicrot sama Mas Jejen..?"
Sindir Dita sambil menunjuk ke arah cairan kental yang mengalir di paha Eci.
"Lumayanlah, dapet banyak hehe, ada si Ari juga.."

"Huu.. si mpok maruk amat sih.."
"Lah, elo monopoli Mas Asep gitu.. siapa yang maruk coba..?"

Tak ingin berlama-lama di antara keduanya.. Asep segera pamit.
"Makasih yah Mbak udah dipinjemin kamar mandinya.. permisi.."

Asep masih mendengar ledekan Eci di belakangnya saat dia meninggalkan kamar.
"Gak sekalian terimakasih sama Dita buat minjemin memeknya, Mas Asep..?"
Asep hanya tersenyum simpul.

Memang sih ada yang membuat Asep berterimakasih pada Dita.. cuma bukan seperti yang dibayangkan Eci.
Setelah mengenakan kaos dan celana pendek baru, Asep bergabung yang lain di dapur.

Para cowok berkumpul di meja makan sementara Dinda dan Irma mengeluarkan belanjaan mereka di meja dapur.
"Lama amat belanjanya, beli apa aja..?" Sapa Asep ke mereka.
"Iye, lama banget perasaan, emang pasarnya jauh yah..?" Timpal Ari penasaran.

"Nih si Dinda matanya jelalatan, semuanya mau dibeli.." jawab Irma, yang membuat Dinda tertawa.
"Hahaha.. abis sayurnya keliatan seger-seger banget, jadi inget di kampung dulu ih.."
"Wew.. si Dinceu rindu kampung halaman euy.." goda Reza.

Dita yang sudah berpakaian menyusul.
Ditambah Eci tak lama kemudian yang sudah selesai mandi dan berpakaian.
Ya.. kalau memang hanya mandi tanpa diselingi sesi ngentot dan curhat tak akan selama Asep dan Dita tadi.

Sementara para cewek memasak.. Asep dan yang lain duduk-duduk di meja makan sambil ngobrol ngalor-ngidul.
Lagi-lagi Asep merasa suasananya seperti kumpul-kumpul yang biasa.. sesama rekan kerja tanpa aktivitas absurd.

Tapi suasana damai itu dirusak oleh Reza, yang usil mengajukan usul kepada para gadis.
"Eh cuaca udah mulai anget nih, ya gak Ir..?"

"Apaa sih Reza jeleeeek.. gak jelas banget.." jawab Irma yang sedang mencuci sayur dengan asal.
"Mumpung udah gak dingin.. gimana kalo kalian masaknya sambil bugil..?"

Langsung semua menghentikan aktivitasnya dan memandang Reza yang hanya cengar-cengir.
"Iih.. apaan sih Reza.." tukas Dinda.
"Hmm.. kalo gak dingin sih..” Dita setuju tapi sedikit tak yakin.

Sementara mata Eci malah berbinar.
"Oh iyaa, ini kan hari terakhir..! Yuks ah.. kita semuanya telenji sampe waktunya pulang..!" Teriaknya ceria.
"Serius Mbak..? Ah.. susah deh kalo si Mpok udah heboh gitu.." gerutu Irma.

Dengan tangkas Eci melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat.. menyisakan jilbab dan kacamatanya saja.
"Eh Mpok.. kan tadi malam ketiduran belom pake baju sampe tadi mau mandi..
Jadi dari semalam cuman pake baju berapa lama..?" Tanya Dita sambil memelorotkan celana piyamanya.

"Hmm.. dari abis mandi tadi.. kurang dari setengah jam kali yee, hehe.." jawab Eci cuek.
"Heh.. cowoknya juga dong..!" Seru Irma.
"Iya nih, biar adil.." timpal Dinda.

Reza yang dengan semangat melepas pakaiannya sendiri..
Menengok ke belakang mendapati teman-temannya malah malas-malasan untuk membuka baju.

"Ya elah kok pada gak semangat gini.. katanya lo bikin jamu dosis dobel Jen..?"
"Lu sih baru bangun.. kita mah udah dapet jatah tadi.." jawab Ari.

"Heu-euh, geus ngecrot aing jeung si Ari mah.." timpal Jejen.
"Wah parah lo pade, nyuri start gitu.. Kalo lo Sep..?"

Tapi belum sempat Asep menjawab, Eci sudah keburu menyahut.
"Udah tuh.. Mas Asep sama Dita mesra-mesraan berdua di kamar mandi.. modusnya sih numpang mandi hahahaha.."

Dita yang sedang melingkarkan ujung jilbabnya di leher hanya cemberut. Sementara
Irma dan Dinda jadi heboh. "Woow.. Mas Asep yaaa, ternyata..”

"Haha coba kalo kita gak ke pasar ya Mbak Ir.. bisa jadi kita bertiga digarap sekaligus sama Asep hahaha..”
Dinda berkata dengan ringannya yang membuat Asep teringat..
Hari ini kesempatannya yang terakhir buat menggarap Dinda.. dengan mindset baru yang sudah ditanamkan Dita.

"Wah curang ah kalian.. pada nyolong start.." Reza yang masih tak terima terus menggerutu.
"Yee.. salah sendiri lo kebluk baru bangun tadi.." Asep membela diri.
"Iya, padahal tidur paling duluan tadi malem.." tambah Ari.

Di-skakmat seperti itu Reza akhirnya diam juga. Tapi yang penting idenya terwujud..
Para gadis dengan rela memasak sambil berbugil ria dan teman-temannya mau ikut bugil juga.

Setelah menyimpan pakaian mereka..
para gadis melanjutkan acara memasak mereka tanpa sehelai benang pun dari leher ke bawah.
Tanpa canggung sedikit pun.. karena mereka memang sudah sering bertelanjang di depan para lelaki.

Sementara bagi Asep dan yang lain..
meskipun sudah terbiasa dengan tubuh telanjang Dinda.. Dita.. Irma.. dan Eci..
Tapi pemandangan indah di depan mereka tak urung membuat birahi mereka bangkit.

Bahkan buat tiga orang yang sudah duluan 'dikuras' kelelakiannya.
"Mantep juga nih.." ujar Asep dengan suara pelan.
"Ide gua gito loch.. kapan lagi ngeliat mereka masak sambil bugil.." Reza sesumbar bangga.

"Bayangin lo jadi raja minyak.. terus mereka tuh istri-istri lo yang tiap hari hilir mudik di rumah gak pake apa-apa.."
Tambah Reza yang membuat para cowok larut dalam lamunan masing-masing.

"Hmm, gak kebayang ah.." Ari membuka suara setelah beberapa lama.
"Lha, kenapa..?"
"Kalo gua raja minyak kaya raya.. ngapain gua harus telanjang juga sama 3 cowok lain..?"
"Ah payah lo.. ya jangan dibayanginlah.. pake imajinasi napa..?"

Sementara para cowok sibuk berfantasi.. para cewek lebih santai bertelanjang-ria.
Walaupun ada sensasi tersendiri yang membuat acara masak ini lebih seru.

Tanpa disadari.. kelamin mereka yang tidak terhalang kain mulai basah..
Dan puting susu indah mereka mulai menegang.. walau udara sudah tidak dingin lagi.

"Yah aku mau ngegoreng nih, kalo minyaknya mercik gimana..?" Tanya Dita khawatir sambil menyalakan kompor.
"Pake celemek aja Ta.. perasaan ada deh di laci sana.." saran Irma.
"Ah iya.. ada nih.."

Para lelaki langsung melotot begitu melihat Dita memakai celemek di atas tubuh telanjangnya.
Celemek berwarna biru tua itu begitu kontras dengan kulit Dita yang putih mulus.

Dari samping terlihat sebagian buah dada Dita yang begitu menggoda seperti buah ranum di pohon yang tertutup daun.
Spoiler: Ilustrasi –celemeknya doang bukan ilustrasi bodinya Dita ya..–

"Anjrit.. ini mah lebih seksi daripada bugil doang.." gumam Ari.
"Setuju.." timpal Asep.
"Idem.." tambah Jejen nyaris tak berkedip.
Sementara Reza hanya melotot sambil menelan ludah.

Kontolnya yang sudah didoping jamu Jejen dosis dobel belum sempat beraksi hari ini..
Dan sekarang berteriak-teriak minta dijepit memek. Akhirnya Reza berdiri dan berjalan mendekati Dita.

Belum sempat dia melaksanakan niatnya.. Dita sudah menolaknya.
"Mas Reza mau ngapain..?"

"Gak tahan Mbak, liat Mbak seksi banget pake celemek.. satu ronde aja ya Mbak..?" Reza memohon.
"Aduh, aku mau ngegoreng Mas Reza, bahaya nanti.."
Dita menunjuk ke arah wajan yang minyaknya mulai mendidih.

Mengalah, Reza beralih ke yang lain.
"Din, lu aja deh ya..?"
Permintannya dibalas acungan pisau oleh Dinda. "Lagi motong-motong daging ini, bahaya tau..!"

Reza mundur sambil refleks melindungi selangkangannya. Dia beralih ke Eci.. tapi langsung mundur..
begitu melihat gadis mungil itu sedang memotong-motong sosis besar seukuran kontolnya.

Akhirnya Reza memilih Irma yang sedang mencuci sesuatu di wastafel, aktivitas paling tak berbahaya.
"Yah, sama si Irma lagi deh.." keluhnya.

"Maksud lo..? Udah bosen sama memek gua..? Ya udah.. coli aja sendiri sana..!" Balas Irma ketus.
"Yee sori Ir.. jangan marah gitu dong.. Pinjemin memek lo dong, ya..? Ya..?"

"Ya udah.. kalo mau pake aja sono.." jawab Irma santai.. tapi sikap cueknya tak bertahan lama..
Saat Reza memeluknya dari belakang..
Membuatnya agak menungging sebelum Reza dengan paksa memasukkan kontolnya dalam memek Irma.

"Ahhh Rezaaa..! Barbar banget sih lo, maen coblos aja..!" Protes Irma.
"Hah.. protes aja..! Ini memek udah banjir gini.. lo sebenernya juga pengen kan..!?"
Balas Reza yang mulai menyodok Irma dengan kasar.

Dan hanya dengan begitu saja kedua manusia itu bersetubuh menuntaskan nafsu birahi masing-masing.
Asep tercengang melihat begitu mudahnya hal itu terjadi.
Tapi dia tidak bingung atau kalut lagi sekarang mencerna pemandangan di depan matanya.

"Rek ngiluan si Reza moal tuh Ri..?" Tanya Jejen menunjuk adegan panas Reza-Irma.
"Nggak ah.. kasian ntar masaknya gak beres-beres, kita gak bisa makan.." jawab Ari.
"Maneh kumaha Sep..?"
"Ntar aja abis makan.. santai dulu isi perut biar ada tenaga.." jawab Asep diplomatis.

Jadilah ketiganya menonton pemandangan di depan mereka.
Tiga orang perempuan asyik memasak dalam kondisi bugil..
Sementara di antara mereka ada satu orang lagi yang sedang digenjot memeknya dengan brutal.

Bunyi desisan minyak dari penggorengan dan pisau yang bertemu talenan..
Bercampur dengan pekikan dan lenguhan nikmat dari Irma yang kelojotan menghadapi gempuran kontol Reza.

Dan akhirnya setelah cukup lama, makanan mereka pun siap.
Irma yang orgasme limakali terduduk lemas di lantai.. sementara Reza yang sudah ngecrot duakali..
panik melihat kontolnya yang masih tegak perkasa.

"Anjrit Jen.. parah lo dosisnya, ini masih ngaceng gini aja..!"
"Udahlah Reza.. biarin aja dulu. Kita makan yuks.." ujar Eci tenang sambil mengatur piring di meja.

Jadilah mereka semua makan bersama di meja makan yang untungnya cukup besar menampung delapan orang itu.
Sudah agak siang jadi bukan sarapan, tapi juga belum waktunya makan siang.. –istilah kerennya 'brunch'–

Dengan bertelanjang bulat mereka makan dengan tenang..
Walaupun kontol para cowok sudah menegang dan memek para cewek sudah merekah basah.
Hanya Irma dan Reza yang tampak berkeringat dengan tampang awut-awutan sehabis pertempuran mereka tadi.

"Nah.. temen-temen, jadi nanti kita pulang jam .. eh berapa sih Ir..?" Eci membuka percakapan.
"Jam 5 aja.. tapi jam 4 udah mulai bersih-bersih vila ya.." jawab Irma dengan mulut penuh nasi.

"Yup.. dan karenanya hari ini gak ada games ya, waktu bebas aja sampai pulang.." lanjut Eci.
Hmm.. kesempatan.. pikir Asep.

"Nah. makanya aku minta Mas Jejen bikin jamu dobel dosis tadi pagi, biar jadi tantangan buat kalian.."
"Maksudnya..?" Tanya Ari.

"Ya kalo sampe jam 4 kalian kurang banyak ngecrot.. ya bawa aja pulang tuh kontol.
Emang enak naek motor kontol masih ngaceng gitu..?" Jelas Eci yang membuat para lelaki saling berpandangan.

"Wah.. Jen, lo mau-maunya aja disuruh gitu.. enak di mereka rugi di kita.." protes Reza.
"Lah.. nya disuruh sama si Mbak Eci.. nurut we urang mah.." bela Jejen.

"Sekalinya ngaceng susah lagi lho buat turunnya.. yang bertiga nyuri start pasti tau kan.." lanjut Eci.
"Ya udahlah Mbak.. abis ini kita langsung mulai aja. Di ruang tengah..? Apa mau di luar lagi..?"

"Eits.. sabar Reza. Sebelum meminta hak.. lakukan dulu kewajiban.."
"Maksudnya Mbak..?"

Eci tidak menjawab, dia hanya memandang sekeliling. "Udah pada beres makannya gals..?
Nah.. para cowok bagian yang nyuci piring sama beresin meja ya.." ujar Eci cuek sambil berdiri.

"Iya.. sekalian bersihin nih dapur.. ama buang sampahnya sekalian.." tambah Irma.
Para gadis dengan kompak berdiri dan berjalan ke arah ruang tengah.

"Lah kok kita ditinggalin gitu aja..!?" Protes Ari.
"Yee udah dimasakin juga.. gantian atuh.." ledek Dinda.

"Yup.. kalian udah nginep gratis, dikasih makan gratis, sekarang kerja sono..!" Timpal Irma.
"Lah.. emang ini biasanya kerjaan kalian kan di kantor..?" Ujar Eci ketus..
Yang langsung membuat para cowok tersadar dengan status mereka.

"Kalian kan pelayan kita-kita, jadi gak usah protes deh.." cerocos Eci yang membuat telinga para lelaki panas.
"Tapi ini gimana Mbak.. kita udah ngaceng.." protes Reza menunjuk kontolnya sendiri.

"Bodo amat. Jangan nyamperin kita sebelum semuanya beres.. kalo gak kuat, coli aja sendiri yaa.."
Eci tersenyum mengejek sebelum berbalik.

"Daaagh yaaa.. kita tunggu di ruang tengah..!!"
Para cewek melambaikan tangan dan meninggalkan para cowok bengong di dapur.

"Wah, tega euy..” gumam Jejen sambil terus memandangi pantat-pantat mulus yang semakin menjauh.
"Curiga si Mbak Eci bales dendam abis dikerjain abis-abisan tadi malam.." ujar Ari berspekulasi.

"Anjrit.. jahat bener mereka bikin ngaceng gini trus ninggalin kita.
Tambah jamu lo bikin ini gak bisa turun Jen.." Reza mengomel.
"Lah, kan ide lo yang nyuruh mereka bugil..!?" Debat Ari.

Asep hanya diam sambil mulai membersihkan meja. "Udah kita mulai aja, biar cepet beresnya.." sarannya.
"Lo gak marah digituin Sep..?"

"Ya gua juga kesel nih udah sama-sama saling ngasih enak, eh masih dianggap pelayan sama mereka.."
"Yah emang kenyataanya gitu sih.. tapi kayaknya cuman Mbak Eci doang deh yang kebangetan.." tambah Ari.

"Yaa kalo mereka minta kontol.. ya udah.. kita kasih kontol. Gampang kan.." ujar Asep santai.
"Yee.. enak di mereka. Kita yang sengsara ngaceng terus.."

"Nah itu dia.. kita liatin ke mereka apa akibatnya bikin kita ngaceng terus kayak gini.."
"Iye Za.. kalo udah beres kita kasih pelajaran mereka.. kita entotin sampe kelenger..
Mumpung senjata kita lagi didoping.." tambah Ari.

"Hmmm, okelah. Kesel gua sama si Mbak Eci. Kita bikin dia teriak-teriak minta ampun nanti.."
"Si Mbak Eci rek di-DP yeuh..? Hayulah..!" Seru Jejen semangat.

"Sama si Ari aja Jen.. gua pengen ngentotin Mbak Dita yang pake celemek heheheh..” tukas Reza.
"Lah lu yang kesel sama si Mbak Eci kok malah milih yang lain..?" Protes Ari.
"Biarin.. lu berdua juga kesel sama si Mbak Eci kan..? Nah jadi gini ..”

Sementara teman-temannya berkonspirasi.. Asep hanya bersiul sambil menaruh piring kotor di wastafel.
"Sep, lo bagian sisanya..! Si Dinda sama Irma.."
"Okeehh..!" Asep hanya mengacungkan jempol walau dalam hati dia bersorak, pas banget..!

Dengan rencana di kepala.. para cowok menyelesaikan tugasnya dengan semangat.
Tak lama.. setelah dapur bersih keempat pria itu mengendap-endap tanpa suara ke arah ruang tengah.

"Lapor..! Semua target operasi sedang berkumpul di depan TV, menonton acara gosip.."
Bisik Ari pada Reza setelah mengintip dari sudut tembok. Yang lain kompak ikut mengintip melihat suasana.

"Hmm.. lagi pada fokus kayaknya, bisa kita sergap dari belakang.." bisik Asep.
"Ah.. dasar awewe..” gumam Jejen.

"Sep, kebetulan Dinda sama Irma duduknya deketan, lu bisa kan nanganin dua orang..?"
"Siap komandan..!" Jawab Asep sambil memberi tanda hormat.
"Saya serahkan mereka padamu, prajurit..!" Balas Reza dengan mimik serius.

Dan operasi senyap pun dimulai.
Keempat pria bugil dengan kontol yang daritadi sudah terhunus tegang.. mendekati target masing-masing.

"Baaaaaaaaa..!"
"Kekok..!"
Belum sempat menoleh.. keempat gadis yang sedang menonton TV sambil bugil itu..
sudah diterkam oleh para predator seksual.. hingga mereka pun menjerit kaget

"Kyaaaa..! Aduh apaan nih..!?" Jerit Dita yang dipeluk Reza dari belakang.
"Ahh..! Kalian ngapaiiinnnn..!?" Pekik Eci yang diserang dari dua arah oleh Jejen dan Ari.

Sementara Dinda dan Irma dirangkul dari belakang sekaligus oleh Asep.
Mereka yang sepertinya sedang membaca sesuatu dari HaPe Dinda ikut memekik kaget.

Tangan Asep masing-masing mencengkram salahsatu dari payudara kedua gadis itu.
Asep sebenarnya hanya ingin mengagetkan mereka berdua..
Karena tak mungkin dia menahan dua gadis sekaligus.

Dengan lembut Asep meremas dan merangsang dua daging hangat empuk yang dia pegang..
Yang membuat para pemilik daging itu mendesah manja.. menggantikan pekikan kaget mereka.

Sementara yang lain sepertinya terobsesi mendominasi target operasi mereka.
Dita meronta-ronta dalam cengkraman Reza.. walaupun erangannya terdengar seperti menikmati.

Eci lebih parah.. gadis berkacamata itu diserang di semua lini pertahanannya oleh Ari dan Jejen.
Memek mungilnya dikobel jari Ari dengan ganas.. hingga cairan cintanya memercik keluar.

Mulut Ari sendiri sedang asyik menyedot-nyedot payudara Eci.
Jejen meremas dan mencubit puting Eci yang satunya lagi sedangkan bibir dowernya memagut bibir Eci..
sehingga jeritan gadis itu terbungkam.

"Iih.. parah banget mereka.." ujar Dinda melihat pemandangan brutal di sebelahnya.
"Mas Asep jangan kasar-kasar ah.." pinta Irma sedikit takut.
"Tenang, kalian berdua mah aman di tangan sayah.." jawab Asep dengan bangga.

"Beuh emang bisa Asep muasin kita berdua..?" Tantang Dinda.
"Wah.. nantang nih anak. Mbak Ir.. ceritain yang kemarin sayah naklukin kalian bertiga.."
"Ah iya.. Mas Asep emang dahsyat kalo udah panas.."

"Heeee, kalo sekarang Asep udah panas..? Mana coba buktiin..?"
Dinda memandang Asep dengan mata bulatnya yang indah.. membuat jantung Asep bedetak lebih kencang.
Tapi bedanya.. sekarang tidak ada rasa grogi sama sekali.

"Oh udah dooong.. Nihhh..!"
Asep tiba-tiba mencaplok bukit susu Dinda yang membuat gadis itu memekik sambil tertawa.

Asep lalu beralih ke sisi lain, ke payudara Irma. Bergantian Asep mencaplok bukit kembar di kanan-kirinya.
Sementara tangannya turun dan terus turun hingga mencapai klitoris milik kedua gadis.

Dirangsang seperti itu, Dinda dan Irma menggelinjang dalam rangkulan Asep.
Di sebelah mereka Dita sudah menungging pasrah dengan Reza masih merangkulnya dari belakang.

Gadis berjilbab itu mendesah nikmat saat Reza menciumi punggungnya..
dan meremas-remas payudara kenyalnya yang menggelantung.

Daritadi kontol Reza terus menggesek-gesek bibir memek Dita.. tapi belum dimasukkan juga.
Lama-lama Dita tak tahan juga. "Aaahh Mas Reza kok cuman digesek teruuss..?” Rajuknya manja.

"Hmmm..? Apa Mbak..? Mau dimasukkin..?"
"Iiyaaa.. masukkin kontolnya ke memek akuuuu..!" Pinta Dita tanpa mempedulikan harga dirinya lagi.

"Iyaa Mbak, saya masukin deh.. Tapi ada syaratnya.."
"Apaan..?"
"Nih, pake dong Mbak.."

"Eh..!?" Dita terheran ketika Reza menyodorinya sesuatu.. dan ia baru mengerti..
ketika menyadari bahwa yang berada di tangan Reza adalah celemek biru yang dipakainya tadi di dapur.

Beralih ke sebelah.. Eci sekarang sudah pasrah di pangkuan Jejen yang terus meremas-remas kedua pabrik susunya.
Sementara di bawah sana.. Ari asyik menjilati dan menyedot lubang nikmat Eci.

"Wew.. untung bersih Jen.. gak ada sisa peju kita yang tadi pagi.."
"Pas mandi tadi dikeluarin yah Mbak..?"
"Hmmhhh.." Eci yang keenakan tidak menjawab.

"Ri.. mending dikobel nepi ka muncrat.. trus urang ewe bareng si Mbak Eci.." saran Jejen.
Ari yang setuju lalu kembali menggunakan dua jarinya untuk mengobrak-abrik memek Eci.

Langsung diserang di titik sensitifnya, Eci mengerang dan menjerit nikmat.
Tubuh mungilnya menggeliat liar tapi ditahan tangan kekar Jejen.

Cairan bening semakin banyak memercik dari kobelan Ari di memek Eci..
menandakan birahi gadis itu semakin naik dan naik menuju puncak.

"Ahhh.. Kalian tegaaaaaa..! Nghhhaaaaahhhhh..!" Eci memekik semakin histeris. Tubuhnya kelojotan..
Hingga akhirnya cairan cintanya menyemprot dengan deras seperti keran diiringi lolongan panjang.

Asep tak mempedulikan kehebohan di dekatnya karena sedang asyik mengadu bibir dengan Irma..
Lalu segera beralih ke sisi lain untuk saling membelit lidah dengan Dinda.

Kedua tangannya sibuk mengobel memek kedua gadis..
Dan sebagai balasannya.. kontolnya dikocok oleh dua tangan halus milik Dinda dan Irma.

"Aah Asep jarinya nakal iiiih.." desah Dinda.
"Ini mau pada nyobain yang lebih enak dari jari gak nih..?" Tantang Asep.
"Mmmmhhh.. Ayo Mas Asep, kita udah siap nihhh.." jawab Irma yang merem melek keenakan.

Asep pun menyuruh mereka nungging berdampingan..
Hingga pemandangan indah dari dua pantat mulus dengan lubang basah merekah terpampang di depan mata Asep.

Sesekali diremas dan ditepuk pelan.. membuat para pemilik pantat mendesah..
Dan semakin nikmat ketika Asep kembali menusukkan jarinya di masing-masing memek.

"Iiih.. Asep kok masukin jari lagi ah..!?" Protes Dinda.
"Sabar.. sabar.. Oh iya.. ngomong-ngomong daritadi malem belum dientot lagi yah..?"
"Iiya.. cuman aku doang yang belum kemasukan kontoool. Ayo dong Sep..!"

"Ayo apa nih..?"
"Ah Asep mah rewel iih.." gerutu Dinda.

"Owh ya udah.. kalo gitu gua mah ngegenjot Mbak Irma dulu yah.."
Ujar Asep santai yang diiringi pekikan Irma saat kontol Asep tiba-tiba menerobos memek basahnya.

"Ahhh.. aaaahhh.. Mas Asep mantepppp..!!" Erangnya keenakan..
Ketika Asep mulai menggenjot memeknya dengan intens.

"Yah Asep kok ke situ dulu siiih..!?" Dinda yang kecewa mengomel. Tapi inilah yang dinanti Asep.
Saat Dinda lengah karena kecewa memeknya tidak terpilih.. seketika Asep mencabut kontolnya dari lubang Irma..

Jlebb..! Dengan cepat ditusukkan ke miliknya Dinda..
Hingga gadis berbulu mata lentik itu terbelalak dan menjerit kaget.

"Aaah Asseeeeppppp..! Kok gak bilang-bi .. Ahhhh..!"
"Emang harus bilang-bilang dulu yah..?" Tanya Asep nakal sambil mulai memompa memek Dinda.

"Ahh.. dasaaarrr.. Nghhh.. Anjrit.. akhirnya dapet kontol lagiiiii..!!!"
Racau Dinda dengan tubuh tersentak-sentak digenjot Asep dari belakang.

Kembali ke sebelah.. Dita menggoyangkan pinggulnya seirama tusukan kontol Reza di memek legitnya.
Gadis bermata sipit itu sekarang di posisi berpangkuan membelakangi Reza.

Posisi ini memudahkan Reza untuk menyelipkan tangannya di balik celemek biru Dita..
dan meremas-remas kedua buntalan susu hangat di sana.

Bercinta dengan kostum baru ini tidak hanya membuat Reza semakin bernafsu..
tapi juga memberi sensasi baru buat Dita.

Kadang Reza mengeluarkan tangannya dan mempermainkan dari luar puting susu Dita yang menonjol.
Sensasi gesekan kain di putingnya yang sensitif menambah kenikmatan yang dialami gadis itu.

Apalagi pompaan kontol Reza juga semakin menjadi-jadi.
Tampaknya pria kurus itu begitu terangsang dengan pemandangan Dita yang memakai celemek.

Hingga tak lama bagi Dita untuk mencapai puncak kenikmatan.
Diiringi lenguhan panjang tubuh putih mulusnya mengejang..
dan keringat mengalir deras membasahi celemek biru dan jilbab hitamnya.

Sementara Eci juga hampir mencapai orgasme keduanya, atau yang pertama dengan kontol siang itu.
Tubuh telanjangnya berbaring telentang di karpet dan Ari menggempur memeknya dengan ganas..
membuat payudara empuknya berguncang hebat.

Gerakan tubuhnya yang tak terkendali membuat kontol Jejen yang daritadi dikulumnya terlepas.
Ketika Ari mengubah tusukannya menjadi tusukan-tusukan panjang dan dalam, Eci tak tahan lagi.

Gadis mungil itu orgasme hebat.. begitu hebat sampai mulutnya menganga lebar..
dan matanya hanya menampakkan bagian putihnya saja.

Diurut dinding memek Eci, Ari pun menyemprotkan cairan kejantanannya dalam memek Eci yang masih orgasme.
Setelah pistolnya kehabisan amunisi.. Ari mencabut senjatanya dan dengan sigap Jejen mengganti posisinya.

Tak peduli dengan Eci yang masih mengejang dilandai badai kenikmatan..
Jejen menghujamkan kontol hitamnya ke memek Eci.

Yang sontak membuat gadis itu semakin histeris menjerit-jerit meminta ampun.
"Ngaahhhhkkkkhhhh..! Amphuuuunnhhhh memhek akuuuuhhh..!"

Eci tak tahan dengan gelombang orgasme yang terus mendera tubuhnya tanpa henti.
Eci tak tau bahwa sesi itu masih pemanasan.. dari awal tujuan akhir keduanya adalah menaklukkan Eci..
Dengan mengisi kedua lubang milik gadis itu bersamaan.

Tapi karena waktu pulang masih lama dan efek jamu Jejen masih kuat..
Mereka pun bergantian dulu melampiaskan nafsu dan kekesalan mereka pada Eci.

Ari dan Jejen rela berbagi Eci.. membiarkan Asep bebas menggarap Dinda dan Irma sekaligus.
Secara bergantian Asep menggenjot memek keduanya dari belakang.

Bosan dengan lubang yang satu.. tinggal beralih ke yang satunya lagi..
dengan jarinya mengorek lubang yang sudah kosong.

Dengan tubuh penuh energi sehabis makan dan pikiran bebas dari galau..
Asep menggempur lubang kedua gadis itu dengan gagah perkasa.

Irma mencapai puncak kenikmatannya saat bagiannya tiba.
Asep bisa merasakannya langsung dari kedutan dan jepitan memek Irma.

Saat tubuh Irma mengejang dan menggelinjang.. Asep langsung mencabut kontolnya..
dan menghantam lubang Dinda yang disambut dengan lenguhan mesra gadis itu.

Membiarkan Irma menikmati orgasmenya dulu, Asep menggenjot Dinda lebih lama.
Berkat konseling dari Dita.. sekarang Asep bisa lepas.. bahkan saat dengan Dinda sekalipun.

Dia bisa dengan tenang menggarap Dinda, dan juga Irma tanpa terbebani apapun.
Dan Dinda pun akhirnya meraih orgasmenya berkat tusukan Asep.

"Ahhhnghhhhh..!" Pekiknya sambil terpejam..
menikmati orgasme pertamanya hari ini hasil persetubuhan yang begitu liar

Meninggalkan tubuh Dinda yang kelojotan.. Asep kembali mencoblos memek Irma..
Yang disambut lenguhan serak-serak basahnya yang khas. "Ahh Mas Asephhh..”

Lenguhannya berubah menjadi jeritan..
ketika Asep menarik tangannya seperti tali kekang dan memompa memeknya dengan brutal.

Sebentar lagi Asep merasa akan ejakulasi.. dan dia memilih Irma untuk menampung cairan kelelakiannya.
Karena dia punya rencana sendiri untuk Dinda. PLAK..! PLAK..! PLAK..! PLAK..!

Tusukan panjang tapi dalam dari kontol Asep.. membuat bunyi yang keras seperti tepukan..
saat perut bawah Asep menabrak pantat empuk Irma.

Belum lama orgasme, Irma sudah tak tahan lagi. Rasa nikmat itu semakin membuncah hingga akhirnya meledak.
Tepat di puncak kenikmatannya.. Asep menyembur rahim Irma dengan cairan kental hangat.

Seketika kenikmatan baru datang susul menyusul.
"Aaahhhh aku dap .. Ehh..!? Ahh.. Ahhh.. Ahhhh Mas Asephhhhh..!!!" Jeritnya histeris.

Asep menggeram menikmati ejakulasinya dan juga dari jepitan liar memek Irma.
Tapi bukannya dicabut.. setelah semprotannya habis Asep malah mulai menggerakkan kontolnya kembali.
Rasa ngilu yang dirasakannya tak dipedulikan.

Kembali dipompanya memek Irma yang sudah dipenuhi berbagai jenis cairan termasuk pejunya sendiri.
Irma yang sudah setengah sadar dimabuk orgasme beruntun hanya bisa pasrah diperlakukan seperti itu.

"Ngghh Mas Aseeeppp.. Memhek akuu.. Ahh..! Memek aku masihhh.. Ahhh..!" Erangnya histeris seperti menangis.
Hingga tak lama kemudian Irma kembali menjerit sambil mengejang. "Aaaahhh kok ak-akhu laghiiiii..!"

Beralih sebentar ke pasangan lain. Dita bergoyang di atas tubuh Reza dengan posisi WOT.
Celemek birunya sudah acak-acakan.
Salahsatu payudaranya menyembul keluar, terlihat bergoyang naik-turun seiring gerakan tubuhnya.

Kondisi Dita yang semrawut ini justru membuat Reza semakin bernafsu.
Sesekali tangannya kelayapan menggerayangi buntalan empuk hangat milik Dita.

Sementara Dita sendiri sudah lupa diri, dia mengejar kenikmatannya dengan variasi gerakan pinggulnya.
Tak sekedar naik-turun.. kadang memutar seperti ulekan sambal.
Dan tak lupa empotan memeknya yang khas menyiksa kontol Reza di dalamnya.

Mata sipit Dita menatap mata Reza dengan tatapan penuh nafsu dan ekspresi yang sangat erotis.
Bibir tipisnya terus mengeluarkan desahan di antara nafasnya yang memburu.

Saking larutnya Dita dalam nafsu.. bila tangan Reza sedang tak di sana..
Dita meremas-remas payudaranya sendiri untuk merangsang dirinya lebih jauh.

Usahanya berhasil.. karena Dita berkali-kali klimaks dalam posisi itu.
Tapi Dita tak berhenti, dia ingin lebih dan lebih.

Bahkan ketika dia merasa ada cairan kental hangat yang menyembur kewanitaannya.
Dita masih ingin terus mendapat kenikmatan dari kontol Reza yang tetap keras setelah crot.

Tapi setelah orgasmenya yang entah keberapa, Dita tumbang. Tubuhnya ambruk menindih tubuh Reza..
Dan membiarkan pria tongos itu menciumi bibir tipisnya. Mereka berpelukan erat.
Susu Dita yang sebagian masih tertutup celemek menempel di dada Reza.

Lalu Reza menggulingkan badannya.. sehingga sekarang Dita berada di bawah.
Tanpa ba-bi-bu lagi..
Reza kembali menggenjot Dita yang sekarang pasrah di tangan pejantan yang menindih tubuhnya.

Sementara tak jauh dari situ Eci juga sedang ditindih oleh Jejen.
Tubuh Eci yang kuning langsat kontras dengan kulit hitam Jejen.

Didera klimaks tiada henti, Eci hanya bisa terbaring lemah setengah sadar.
Dibiarkannya Jejen menggenjot memek mungilnya dengan brutal..

Batang kontol Jejen menyodok-menyodok hingga bagian terdalam kewanitaannya..
Mulut Eci setengah terbuka mengeluarkan erangan lirih.. terlalu lemas untuk merespon ciuman bibir tebal Jejen.

Eci sekarang sudah seperti boneka seks di tangan Jejen..
Yang sepertinya begitu bernafsu memperlihatkan apa akibatnya kalau para lelaki diberi jamu dosis dobel.

"Nghhhhhhhhaaaahhh..!" Eci memekik..
sambil membelalakkan matanya, lagi-lagi orgasmenya yang entah keberapakali mendera tubuhnya.

"Yah Jen.. belom juga kita DP udah lemes gini.." ujar Ari sambil mengangkat tangan Eci yang sudah lunglai.
"Hah baelah.. hajar we terus.." jawab Jejen cuek.
"Hayoh Jen, crot atuh biar kita bisa mulai.."
"Sabar, ieu rek crot.. Ughhh..!"

Eci hanya melenguh lirih merasakan memek sempitnya kembali dipenuhi air mani laki-laki.
Ruangnya yang kecil terasa penuh oleh 'sumbangan' Ari dan Jejen.

Untungnya Jejen segera mencabut kontolnya dari ruang sempit itu.
Eci mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Tadi pagi dia sudah merasakan kontol Jejen dan Ari.. tapi entah kenapa kali ini situasinya berbeda.
Eci takluk di tangan mereka berdua.

Dan gadis itu tak mengerti kenapa tadi keduanya begitu brutal menyetubuhinya tanpa ampun.
"Ahh Ariii jangaaan.. aku masih lemes..” erang Eci lirih ketika Ari menarik tubuh Eci hingga berdiri.

Dengan Eci di pelukannya.. Ari mengangkat salahsatu kaki Eci..
Kemudian mulai memasukkan kontolnya dalam lubang gadis mungil berjilbab itu.

Eci yang refleks menggantungkan tangannya di leher Ari hanya mendesah pasrah.
Juga ketika tangan Ari mengangkat kakinya yang satu lagi..

Sehingga posisi mereka seperti waktu lomba 'balap sambil ngentot' kemarin siang..
Yang mereka tidak ikuti karena menjadi wasit.

Tapi Eci kaget ketika dia merasakan ada Jejen di belakang tubuhnya..
Dengan ujung kontolnya sudah menggesek lubang pantat mungilnya.

"Aaah kalian mau ngapaiiiin..!? Jangan sekarang pliiiss..” pinta Eci yang tau apa yang akan mereka lakukan.
"Lho.. situ bukannya seneng ditusuk depan belakang..?" Tanya Jejen sambil tersenyum mengejek..
Yang langsung memasukkan batangnya dalam anus Eci sekali tusuk, diiringi jeritan membahana gadis itu.

Kembali ke Asep dan Irma.
Walaupun gadis yang dientotnya menjerit-jerit minta ampun, Asep tetap tidak mengurangi temponya.

Dia tidak peduli walaupun Irma mengalami multi-orgasme susul menyusul.
Memek Irma yang sudah banjir bandang terus Asep bombardir.

Bahkan ketika Asep merasa dirinya hendak ejakulasi lagi. Tusukan Asep semakin dalam..
Seolah-olah hendak menggaruk-garuk semua bagian dinding memek Irma.. membuat gadis itu semakin semaput.

Irma yang berada di awang-awang karena klimaksnya yang tak kunjung reda..
akhirnya menjerit seperti binatang liar saat Asep kembali menyembur rahimnya.

Semprotan cairan kental Asep memicu orgasmenya yang entah kesekiankalinya..
Yang terdahsyat.. dan sepertinya yang terakhir.

Karena setelah jeritannya yang tadi, Irma tiba-tiba terdiam.
Tubuhnya yang dipegang Asep lunglai, dan saat Asep melepas tubuhnya, Irma ambruk begitu saja.

"Aduh itu Mbak Irma kenapa..?" Dinda yang daritadi menonton khawatir melihat Irma tak sadarkan diri
"Tenang.. itu cuman kecapean aja.." jawab Asep.

"Beneran..? Kok aku kasian ya ngeliatnya.."
"Iya.. abis istirahat bentar pasti pulih lagi kok.." Asep menunjuk Irma yang nafasnya mulai teratur.

Dinda menghela nafas lega, lalu ujarnya.. "Asep.. aku kok rada serem ya ngeliat Asep tadi..?"
"Wah.. serem kenapa..?"

"Abis Asep brutal banget sih maennya, gak nyangka hehehe.. Selama ini kirain Asep orangnya pasif gitu.."
Mendengar komentar Dinda, otak Asep langsung flashback.

Pertama dengan Dinda, dia masih canggung. Sabtu pagi dengan Dinda, dia melakukannya dengan lembut.
Kemudian pas lomba. Dan terakhir pas jadi timun.
Benar juga kata Dita.. justru Dinda yang belum pernah merasakan 'kebuasan' Asep.

"Yee situ gak tau aja. Emangnya sayah ini cuman bisa jadi timun doang..?"
"Hahaha sori Sep.. gak usah marah gitu atuh.. hahaha.." Dinda tertawa renyah.

Keduanya menoleh begitu Dita dan Eci menjerit nikmat di tangan para pejantan mereka.
"Tapi tadi kayaknya gua mah emang kebawa suasana..”
"Iiya kali yaa.. Eh tapi Sep .."
"Apa..?"
"Jadi.. Itu timun masih ngaceng.. Mau diterusin kan..?"

Dinda melirik Asep dengan pandangan nakal. Asep menyeringai lebar.
Dalam hati dia bersorak gembira.. rencananya 'menyingkirkan' Irma terlebih dahulu berhasil.

Dan sekarang.. sampai waktunya pulang nanti dia bisa menikmati tubuh Dinda sendiri.. tanpa gangguan.
"Pastinyaaaa..!! Sini.. gua liatin nih timun bisa apa..”

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd