Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

Bimabet
:beer: .. malaM dooG
Eperibadi..

Noh di page sebelumnya Nubi posting Episode 2 Cerita 67..

Sialkan dikenyot.. :nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
Terakhir diubah:
------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 67 – Diary Reni

Tongkat Pak Satpam – Saling Merindu

Sudah hampir dua bulan
sejak persetubuhanku dengan Pak Marsan.. kami tidak melakukannya lagi.
Hal ini disebabkan karena suamiku selalu ada di rumah.

Di samping itu.. aku juga sempat dinas luar.. sehingga tidak ada kesempatan bertemu secara bebas.
Lama-lama aku merasa kangen juga dengan tongkat Pak Marsan.

Aku sudah merindukan keliarannya.. bau keringatnya dan juga kejantanannya.
Akhirnya kesempatan yang kutunggu-tunggu datang juga.

Itulah yang namanya rezeki.. tidak perlu dikejar dan tidak dapat pula ditolak.
Kalau sudah waktunya pasti akan datang dengan sendirinya.

Hari itu hari Sabtu jadi kantor libur.
Kebetulan pula suamiku sedang seminar di Pekanbaru dan pulang Minggu sore.

Karena suntuk di rumah.. aku mencoba datang ke kantor. Siapa tau ketemu Pak Marsan. Pikirku.
Sesampai di kantor.. ternyata dia tidak ada. Selidik punya selidik..

Ternyata Pak Marsan sedang mengambil cuti tahunan.. jadi ia libur selama satu minggu.
Terdorong kerinduanku, aku memberanikan diri mendatangi rumahnya.
Toh aku sudah biasa datang ke sana dan sudah kenal baik dengan istrinya.

Setelah membeli biskuit dan gula serta susu buat bayinya.. aku meluncur ke rumahnya..
yang kalau kutempuh dari kantor kira-kira memakan waktu 45 menit. Ya.. lumayan jauh juga.

Suasana tampak sepi saat mobilku memasuki halaman rumah Pak Marsan yang sudah sangat kukenal.
Aku mengenal seluk beluk rumah itu.. seluruh penghuninya dan tetangganya..
karena aku memang sering datang ke situ.

Setelah memarkir mobilku di samping rumahnya.. aku mencoba memanggil-manggil si penghuni rumah.
“Yu.. yu Sarni.. ini aku Reni..!”

Berulang-ulang kupanggil nama istri Pak Marsan.. namun tidak ada jawaban.
Rumah tidak terkunci namun tidak ada orang.

Aku lalu memutuskan untuk memutar ke belakang rumah siapa tau mereka berada di kebun belakang rumah.
Tetapi tidak ada orang satu pun di kebun belakang rumah.

Sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah Pak Marsan.
Jangan berpikiran kalau kamar mandi di perkampungan sama seperti di kota-kota.

Kamar mandi milik Pak Marsan hanya dibatasi anyaman bambu tanpa atap..
sehingga bila hujan selalu kehujanan dan kalau panas selalu kepanasan.

Untungnya lokasinya berada di bawah pohon rambutan.. sehingga agak terlindung dari panas.
Kudengar suara parau mendendangkan lagu dangdut yang tidak begitu kukenal.

Aku memang tidak suka sama musik dangdut..
jadi kurang begitu kenal dengan lagu yang dinyanyikan dengan suara fals itu.
Itu suara Pak Marsan yang sangat kukenal di telingaku.

Dengan rasa iseng kuintip Pak Marsan yang sedang mandi..
lewat celah-celah anyaman bambu yang agak longgar.
Kulihat tubuh Pak Marsan yang kekar nampak mengkilat terkena busa sabun.

Batang kemaluannya yang besar tampak menggantung..
dipenuhi busa sabun dan kelihatan lucu.. seperti badut.

Batang kemaluannya bergoyang-goyang seperti jam dinding kuno..
seiring dengan gerakan Pak Marsan yang menyabuni tubuhnya.

Pak Marsan yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku sudah duduk di bangku panjang..
yang terletak di beranda belakang rumahnya.

“Lho.. Bu Reni.. Sudah lama datangnya..?” Ia melongo seolah tak percaya dengan kedatanganku.
“Enggak, baru saja sampai kok. Orang-orang pada ke mana, kok sepi..?”

“Em.. anu, Bu Sarni sedang ke Jawa menengok ibunya. Katanya ibunya kangen sama cucunya..”
“Lho kok enggak bareng sama Pak Marsan..?”
“Enggak, soalnya biar irit ongkosnya, Bu. Silakan masuk, Bu..” ajaknya.

Aku pun lalu masuk ke rumah melalui dapur dengan diiringi Pak Marsan.
Begitu pintu ditutup.. Pak Marsan langsung memeluk tubuhku dari belakang.

Diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya. “Saya.. kangen sama Bu Reni..” bisiknya di telingaku.
Aku sendiri juga kangen dengan Pak Marsan.

Kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan tongkatnya.. tetapi aku tetap berpura-pura menjaga wibawaku.
“Ahh.. Pak Marsan bisa saja.. Kan sudah ada Yu Sarni..”

“Memang sih.. tapi benar saya kangen sama Ibu..”
Tangannya yang terampil segera melepas blazerku dan melemparkannya ke kursi.

Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli.
Ia tau benar kelemahanku.

Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas kancing baju atasanku satu demi satu..
kemudian dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar blazerku tadi.

Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku..
dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen.

Kemudian dengan mulutnya digigitnya kaitan bra ku hingga terlepas.
Tangannya yang kekar menyusup ke dalam kutangku dan meremas isinya yang penuh.
Jari-jarinya dengan lincah memainkan kedua puting payudaraku.

Setelah puas, dilepasnya kutangku dan dilemparkannya jadi satu dengan blazerku tadi.
Kini aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali.

Jilatan lidah Pak Marsan terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas.
Seolah-olah orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat.
Kumisnya yang tebal terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.

“Jangan di sini, Pak Marsan.. hhh..!!” Aku yang sudah mulai terangsang..
masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di ruang tengah yang agak terbuka.

Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di rumah itu.
Di situ tidak ada tempat tidur seperti di rumahku.

Yang ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai..
yang dilapisi karpet plastik serta lemari pakaian plastik di dekatnya.

Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamarnya.
Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas.

Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.
Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya.
Apalagi kedua payudaraku diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yang kasar.

Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas.
Aku semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku..
membuat seluruh bulu romaku berdiri.

Dari leher bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku.
Sekarang giliran payudaraku yang dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya.

Ughhh..!! Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik payudaraku.
Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.

Dengan masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampil Pak Marsan.
Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh.

Tanganku pun tak tinggal diam.. kutarik handuk yang melilit di pinggang Pak Marsan..
hingga ia telanjang bulat di depanku.
Woww..!! Rupanya ia tidak mengenakan celana dalam..!!

Batang kemaluannya yang panjang, besar dan berwarna hitam.. gagah nampak tegak berdiri.
Benar-benar jantan kelihatannya.

Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam batang kemaluannya dan meremas serta mengurutnya.
“Oughhh.. terushh, Bu..”

Pak Marsan mendengus keenakan saat kuremas-remas batang kemaluannya yang membuat aku tergila-gila.
“Akhhh.. ouchh..!!”

Kini giliranku yang mendesis kenikmatan..
saat kurasakan tangan Pak Marsan menyusup ke dalam celana dalamku..
Kemudian meremas-remas gundukan kemaluanku yang sudah basah.

Tidak Cuma itu.. jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah vaginaku..
lalu mempermainkan tonjolan kecil di celah vaginaku.

Aku semakin liar bergoyang saat jari-jari Pak Marsan semakin masuk ke dalam liang vaginaku.
Rasanya liang vaginaku semakin basah oleh cairan akibat rangsangannya itu.

Aku agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di selangkanganku.
Tangannya kini bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku.

Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku..
membuat aku kembali terangsang hebat.

Tiba-tiba Pak Marsan melepaskan tanganku dari batang kemaluannya..
kemudian bersimpuh di depanku.. yang masih berdiri.

Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah..
hingga teronggok di pergelangan kakiku.
Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku dan menendangnya jauh-jauh.

Kini mulut Pak Marsan sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku.
Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku.

Dengan bersimpuh Pak Marsan mulai menjilati labia mayoraku..
sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan..
hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.

“Akhh. Terushhh..ohhh..!!” Aku hanya bisa merintih..
saat lidah Pak Marsan menyeruak ke dalam liang kemaluanku yang sudah sangat licin.

Ditekankannya wajahnya ke selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam..
menyeruak ke dalam liang kemaluanku.

Aku semakin menggelinjang saat lidah Pak Marsan dengan nakalnya mempermainkan kelentitku.
Sesekali ia menyedot kelentitku dan mengosek-kosek kelentitku dengan lidahnya.

Gila.. tubuhku mulai mengejang..
dan perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan.

Pak Marsan sudah tidak peduli dengan keadaanku yang kepayahan menahan nikmat.
Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di ujung atas liang vaginaku.

Akhirnya.. aku tak mampu menahan gempuran badai birahi yang melandaku.
Tubuhku berkelojotan. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat.
Tubuhku melayang.. “Akhhh.. .terr..ushhhh..!!”

Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik puncaknya..
hingga kurasakan ada sesuatu yang meledak di dalam sana.

Oughhhh..!! Tubuhku melemas seolah tak bertenaga.
Aku hanya bersandar dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi.

Pak Marsan lalu berdiri di hadapanku. “Bagaimana, Bu..?” Bisiknya di telingaku.
“Ohh.. luar biasa.. Pak Marsan hebbb..bathh..” desahku.

Masih dengan posisi berdiri dengan aku menyandar dinding.. Pak Marsan menyergap bibirku lagi.
Pak Marsan menempatkan dirinya di antara kedua pahaku yang terbuka..
lalu dicucukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku yang sudah sangat basah.

Dengan tangannya Pak Marsan menggosok-gosokkan kepala kemaluannya ke lubang kemaluanku.
Tubuhku kembali bergetar. Aku mulai terangsang lagi..
saat kepala kemaluan Pak Marsan menggesek-gesek tonjolan kecil di lubang kemaluanku.

Dengan perlahan Pak Marsan mendorong pantatnya ke depan..
hingga batang kemaluannya menyeruak ke dalam liang kemaluanku.

Slebbb..!! Jlebb..!! “Hmmhh..!!” Hampir bersamaan kami mendengus..
saat batang kemaluan Pak Marsan menerobos liang kemaluanku..
kemudian menggesek dinding liang vaginaku yang sudah sangat licin.

Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan saling melumat.
Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantat Pak Marsan.

Pak Marsan terus menekan dan mendorong pantatnya..
menghujamkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku dengan posisi berdiri.

Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman..
tiba-tiba Pak Marsan mencabut batang kemaluannya yang terjepit liang kemaluanku.

Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku.
Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok.

Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar.. lalu slebbb.. ditusukkannya batang kemaluannya..
ke lubang kemaluanku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.

Kedua tangan Pak Marsan meremas dan memegang erat pantatku..
sambil mengayunkan pantatnya maju mundur.

Batang kemaluannya semakin lancar keluar masuk liang kemaluanku yang sudah sangat licin.
“Ughh..ughhh..” Kudengar Pak Marsan mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak.

Aku pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pak Marsan..
dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor.

Napas Pak Marsan semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku.
Batang kemaluannya seperti kupilin dalam jepitan liang kemaluanku.

Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora.
Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan.

Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan batang kemaluan Pak Marsan.
“Terusss.. Buu.. terusshhh..!!” Pak Marsan mendesis-desis..
dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.

“Arghh..arghhh.. akhhh.. say..saya.. keluarhhh, Buuu..!!” Kudengar Pak Marsan menggeram..
saat batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku.

Aku pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar..
Dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang.. menyongsong tusukan Pak Marsan.. Jlebb..!!
hingga batang kemaluannya melesak sedalam-dalamnya.. seolah-olah menumbuk mulut rahimku.

Ughhhh..!! Aku seperti melayang begitu puncak kenikmatan itu datang mengaliri sekujur tubuhku.
Baru saja aku menikmati orgasmeku..
kurasakan ada semburan cairan hangat dari batang kemaluan Pak Marsan di dalam liang vaginaku.

Crat.. crrtt..crutt.. crttt..crott..!!
Banyak sekali cairan sperma Pak Marsan yang tersembur menyiram rahimku..
hingga sebagian menetes ke karpet kamar tidurnya.

Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan Pak Marsan memeluk dadaku..
dan batang kemaluannya masih mengedut-ngedut.. terangguk-angguk di laing vaginaku..
menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam liang kemaluanku.

Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur kumal yang biasa ditiduri Pak Marsan dan istrinya.
Kami berbaring dengan Pak Marsan masih memeluk tubuhku dari belakang.

Batang kemaluan Pak Marsan yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku.
Kurasakan ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari batang kemaluan Pak Marsan.

Aku tak tau dengan kain apa Pak Marsan menyeka lubang kemaluanku..
untuk membersihkan cairan sperma yang menetes dari labia mayoraku.

Aku terlalu lemas untuk memperhatikan.
Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah digempur habis-habisan oleh Pak Marsan.
-----oOo-----

Aku tidak tau berapa lama aku telah tertidur di kasur Pak Marsan.
Aku tersadar saat ada sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku.

Saat kulirik aku terkejut ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi..
adalah batang kemaluan Pak Marsan yang sudah setengah ereksi.

Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangi mukaku.
Tangannya memegangi batang kemaluannya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku.

Begitu melihat aku terbangun, serta-merta Pak Marsan memegang bagian belakang kepalaku..
dan mencoba memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku.

Aku menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori batang kemaluan laki-laki..!!
Gila. Aku pun tak mempunyai pilihan lain kecuali menyambutnya dengan mulut terbuka..

Kurasakan ada sedikit asin-asin yang agak aneh..
saat bibirku mulai mengulum batang kemaluan Pak Marsan yang disodorkan padaku.

Belakangan aku baru tau.. bahwa Pak Marsan langsung kencing ke belakang begitu bangun.
Sekembalinya ke kamar..
ia langsung terangsang melihat diriku yang masih tertidur dalam keadaan bugil.

Demikianlah.. selanjutnya.. ia membangunkanku dengan memukul-mukulkan penisnya ke mukaku..
supaya aku bisa segera memuaskan nafsunya kembali.

Walau pun sedikit gelagapan.. tentu saja aku melakukannya dengan setulus hati.
Sedikit demi sedikit batang kemaluan itu semakin mengeras dalam kulumanku.

Beberapa saat kemudian Pak Marsan membalikkan posisinya.
Batang kemaluannya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya..
dan wajahnya kini menghadap selangkanganku.

Dibentangkannya kedua pahaku.. clrupp.. slrupp.. slrupp..
kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluanku.

Aku semakin gelagapan karena merasa kegelian di selangkanganku..
sementara mulutku tersumpal batang kemaluan Pak Marsan.

Aku ikut menyedot batang kemaluannya saat Pak Marsan menyedot kemaluanku.
Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing..
dengan posisi pak wajah Marsan menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi Pak Marsan.

Aku semakin menggelinjang liar saat lidah Pak Marsan mengais-ngais lubang anusku..
dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya itu.

Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang vaginaku.
Aku tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang kemaluannya.
Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku.

Pak Marsan dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang kemaluanku..
dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labia mayoraku ke arah berlawanan.

Aku tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu.
Tubuhku mengejan dan berkelejat seperti cacing kepanasan.

Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam.
Aku mengalami orgasme lagi dengan cepatnya.

Pak Marsan masih membiarkan batang kemaluannya menyumpal mulutku..
sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku.

Setelah aku mulai dapat mengatur napasku..
Pak Marsan menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya.

Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya..
hingga posisinya kini setengah duduk.

Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku..
Dan slebb.. jlebb..!! Dicucukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku.

Slebbb..!! Dengan pelan aku menurunkan pantatku..
hingga batang kemaluan Pak Marsan secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku.

Aku menahan napas menikmati gesekan batang kemaluannya di dinding lubang kemaluanku.
Setelah beberapa kocokan yang kulakukan..
akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku.

Kini aku duduk di atas perut Pak Marsan yang setengah duduk dengan punggung diganjal bantal.
Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan.

Sementara itu tangan Pak Marsan mencengkeram pantatku..
membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek payudaraku.

Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku.
Karena dengan posisi ini aku dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku..
dengan batang kemaluan laki-laki yang menancap di lubang kemaluanku.

“Akhh.. shhh.. terushhh.. Pak Mar..sanhhh..!!” Aku mendesis-desis penuh nikmat..
saat Pak Marsan ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua payudaraku..
hingga kedua putingku masuk ke dalam mulut Pak Marsan.

Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat.
Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan Pak Marsan.

Tubuhku kembali mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik.
“Terusshhh..terusshhh .. ouchhh..!!”

Aku semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak.
Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada Pak Marsan.

Pak Marsan lalu bangkit dan berganti menindihku..
dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan lubang kemaluanku.

Bantal yang tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku..
hingga gundukan kemaluanku semakin membukit.
Aku yang sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang kemaluannya.

Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap..
memompa batang kemaluannya menusuk-nusuk lubang kemaluanku.

Kedua tangan Pak Marsan mengganjal bongkahan pantatku..
hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku.

“Ughh..ughhh.. putarrrhhh.. Buu.. putarrrhhh.. ugghhh..!!”
Kudengar Pak Marsan mendengus memerintahku memutar pantatku.

Aku mematuhi perintahnya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.
“Terushhh.. terushhh ter.. oughhhh..!!”

Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Pak Marsan berkelojotan.
Tubuhnya tersentak-sentak dan hujaman batang kemaluannya serasa menghantam sangat dalam..
karena didorong sekuat tenaga olehnya.

Batang kemaluannya berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku. Crottt.. crott..crott..!!
Batang kemaluannya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam liang kemaluanku.

Dapat urasakan ada desiran hangat menyembur beberapakali dalam lubang kemaluanku.
Oghhh..!! Nikmat sekali rasanya.

Tubuh Pak Marsan masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam.
“Oughh.. Bu.. Ren..ni hebattthhhh..” bisiknya di telingaku dengan napas yang masih ngos-ngosan.

Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku.
Batang kemaluannya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan liang kemaluanku.

Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih.
------oOo------

Hari sudah menjelang sore saat aku bangun dari kasur Pak Marsan.
Aku kaget saat mau kupakai celana dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang masih menempel.

Rupanya tadi Pak Marsan menyeka lubang vaginaku dengan celana dalamku..!
Sialan juga.. terpaksa aku tidak memakai celana dalam.

Dengan memakai celana dan baju atasanku aku keluar ke kamar mandi dan cebok..
membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa lendir sehabis persetubuhan tadi.

Aku baru saja mau berdiri dan menaikkan celanaku..
saat tiba-tiba Pak Marsan yang hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi.

Belum selesai membanahi celanaku..
lagi-lagi Pak Marsan merangsekku di kamar mandinya yang terbuka.

Diturunkannya lagi celanaku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang.
Bibirnya dengan ganas dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku..
hingga gairahku mulai terbangkit lagi.

Melihat aku sudah dalam genggamannya, dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang bulat.
Batang kemaluannya yang sudah setengah keras menempel ketat di belahan pantatku.

Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang kemaluannya..
semakin terbenam di antara kedua belah buah pantatku.

Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.
Setelah keras.. clebb.. dicucukkannya batang kemaluannya ke celah-celah sempit..
di gundukan bukit kemaluanku lalu dikosek-kosekkannya ujungnya ke alur sempit itu yang sudah mulai basah.

Sekali lagi kami bersetubuh dengan hanya menurunkan celana panjangku sebatas lutut..
dan Pak Marsan menggenjotku lagi dengan posisi berdiri.

Aku harus bertumpu pada bak mandi yang terbuat dari gentong tanah..
sambil setengah nungging sementara Pak Marsan menggenjot dari belakang.

Gila..!! Pak Satpam satu ini memang gila..! Bagaimana tidak..
Ia punya dua tongkat satu dapat membuat orang kesakitan..

Sedangkan yang satunya dapat membuat orang merem-melek keenakan..!!
Aku pun jadi ketagihan dibuatnya.. hingga resmilah kini Pak Marsan menjadi kekasih gelapku. (. ) ( .)
----------------------------------------------------oOo------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd