--------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------
Cerita 110 – Sex-Force
Part 03
Nafas Nadia kini berubah menjadi terputus-putus dan cepat. "Ohhh..! Hhh..! Thhh..! Mhh..! Ehmm..!!”
Seakan bersahut-sahutan dengan gerakan keluar masuknya jari Joko.
Joko memang sudah berpengalaman dengan tubuh wanita.. sehingga ia tau titik-titik rangsang yang jitu.
Dan ia mulai melancarkan serangan mautnya.
Dengan ibu jarinya, Joko mulai membuat gerakan melingkar-lingkar di sekitar klitoris Nadia.
Nadia kini sudah terseret dalam pusaran birahi yang sangat besar dan kuat.
Semakin lama ia semakin terseret masuk ke pusat dari pusaran itu.
Ia berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari pusaran itu namun tidak pernah berhasil.
Dalam pikirannya.. Nadia sadar benar bahwa ia seharusnya tidak boleh menikmati semuanya ini.
Bukan saja tidak boleh menikmatinya.. ia bahkan tidak boleh membiarkan Joko melakukan hal ini kepadanya.
Agar tidak terlalu menikmati rangsangan ini.. Nadia terus menerus berusaha mengingatkan dirinya sendiri:
Bahwa ia sudah menikah dengan Yusdi.
Dan seorang lelaki yang bukan suaminya sedang menikmati tubuhnya di luar kehendaknya.
Terlebih lagi lelaki ini sudah beristri pula.
Namun dalam lubuk hatinya yang terdalam.. Nadia sadar bahwa belum pernah seumur hidupnya..
Ia merasakan rangsangan birahi sekuat ini.
Masih dalam usahanya untuk berontak dari birahi terlarang ini..
Nadia merasakan tubuhnya tiba-tiba seperti tersedot naik terbang oleh kekuatan yang luar biasa.
Ternyata saat ini.. Joko sedang melancarkan jurus rahasianya pada klitoris Nadia dengan menggunakan ibu jarinya.
Detik berikutnya.. tubuh Nadia menggelepar-gelepar lalu seluruh ototnya mengejang. Matanya dipejamkannya rapat-rapat.
Ya.. dirinya baru saja dihantam oleh orgasme untuk pertamakalinya dalam hidupnya.
Pembuluh darah di sekitar leher.. bibir.. payudara.. dan vaginanya melebar. Air mata kenikmatan mengalir dari matanya.
Mulutnya terbuka lebar namun suara yang keluar hanya cericit yang tertahan.
Tiba-tiba terdengar suara Irfan di dekat sana.. "Bu Nadia tiba-tiba saja terjatuh. Apakah dia sedang sakit, Pak Yusdi..?"
Lagi asyik menikmati vagina Nadia yang sedang berkejut-kejut memijit jarinya..
Joko harus menarik jarinya keluar lantaran mendengar suara Irfan.
Setelah itu tubuh Nadia tergolek lemas kehabisan tenaga.. bersandar pada badan Joko.
Ternyata Irfan berpapasan dengan Yusdi yang baru kembali dari WC.
Yusdi pura-pura terkejut mendengar penjelasan Irfan dan bergegas mengikutinya.
Begitu melihat istrinya bersandar pada bahu Joko.. Yusdi langsung mencermati Joko.
Sambil menghampiri istrinya.. Yusdi melirik ke jari-jari Joko yang terlihat basah.
Selain itu juga tercium aroma seks yang kental di dekat istrinya.
Tanpa kesulitan Yusdi dapat menerka apa yang telah diperbuat Joko.
Tanpa sepengetahuan siapa pun.. Yusdi mematikan remote Sex-Force® dari balik kantong celananya..
Kemudian memapah istrinya yang masih setengah terpejam itu. "Nadia..! Kamu tidak apa-apa..?"
Mendengar suara suaminya, Nadia seakan terbangun dari mimpi. Mimpi yang paling erotis dalam hidupnya.
Nadia melihat ke sekelilingnya dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih.
Terlihat Irfan, Rini dan Maria berdiri berkeliling, serta Yusdi dan Joko berlutut di sampingnya.
"Kamu tidak apa-apa, Nad..?" Tanya Yusdi sekali lagi sambil mengusap bekas air mata dari pipinya.
Nadia memandangi Yusdi beberapa saat. Keringat Nadia masih mengalir dan wajahnya masih terasa panas.
Nadia membuka mulutnya sedikit hendak menjawab. Akhirnya ia mengangguk perlahan.
"Ya.. aku tidak apa-apa..” katanya dengan suara yang hampir tidak terdengar karena tenggorokannya kering.
Rini, Irfan dan Maria tersenyum lega mendengarnya. Yusdi juga berpura-pura lega mendengarnya.
Sebenarnya ia tau istrinya memang tidak memiliki masalah apa-apa.
Ia tau bahwa semuanya ini 'berkat' ulah usilnya. Ia tau sebenarnya apa yang baru terjadi atas istrinya.
Lebih tepatnya: Ia pikir ia tau apa yang terjadi. Namun pada kenyataannya ia tidak tau:
bahwa Nadia baru saja merasakan orgasme untuk pertamakali dalam hidupnya.
Ya.. orgasme yang sudah lama Yusdi usahakan atas Nadia.
Akhirnya setelah meneguk air yang diberikan Yusdi dan beristirahat beberapa menit, Nadia sudah kembali pulih.
Ia terlihat segar kembali –bahkan menurut Yusdi, Nadia terlihat jauh lebih segar dari biasanya..– .
Pipi dan lehernya masih bersemu merah.
Nadia berusaha untuk bersikap sealami mungkin untuk menutupi dan melupakan apa yang baru saja terjadi.
Akan tetapi tentu saja ia tidak dapat melupakan perbuatan Joko terhadap dirinya.
Nadia mulai menjaga jarak terhadap Joko. Hal ini dapat dirasakan oleh Joko.
Padahal Joko, dengan pikirannya yang dangkal.. mengira Nadia justru akan menjadi lebih 'dekat' padanya..
setelah mendapat 'servis' darinya.
Pada dasarnya Nadia sangat membenci perbuatan Joko terhadap dirinya..
Namun ia tidak berani untuk mengungkit masalah ini dengan Joko.
-------ooOoo-------
Hari ini akhirnya berakhir pula. Nadia belum mau juga membahas kejadian tadi dengan Yusdi.
Komunikasi terbuka adalah hal yang selalu ditekankan oleh Nadia dan Yusdi dalam keluarga kecil ini.
Nadia secara pribadi tidak ingin ada rahasia dalam rumah tangga mereka.
Tetapi di lain pihak Nadia takut dan malu untuk memberitau Yusdi apa yang sebenarnya terjadi tadi.
Pada kenyataannya, Nadia sendiri ragu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
Nadia sebelumnya tidak pernah merasakan orgasme.
Walau sedikit ragu namun ia tau bahwa yang ia rasakan tadi adalah orgasme pertamanya.
Seperti yang pernah ia baca di majalah:
Jika anda bertanya-tanya apakah anda pernah mendapatkan orgasme atau belum..
dapat dipastikan anda belum pernah mendapatkannya. Karena jika anda mendapatkan orgasme, anda pasti tau..
Hari-hari berikutnya.. kecanggungan antara Nadia dan Joko semakin terasa.
Joko akhirnya menangkap sinyal yang diberikan oleh Nadia.
Secara perlahan ia pun membatasi diri untuk tidak terlalu sering berinteraksi dengan atasannya tersebut.
Joko sebenarnya sedikit khawatir perbuatannya waktu itu dibeberkan oleh Nadia kepada jajaran manajemen perusahaan.
Irfan.. Rini dan Maria juga sudah melupakan kejadian tersebut.
Dua minggu akhirnya berlalu dengan cepat..
Tanpa Yusdi mengetahui sama sekali bahwa Nadia pada akhirnya sudah pernah merasakan orgasme.
Senin pagi ini Yusdi kembali menyiapkan rencana baru untuk Nadia.
Sehari sebelumnya –hari Minggu..– Nadia menghabiskan waktunya seharian di salon kecantikan.
Mulai dari merapikan rambut. creambath.. facial, luluran sampai spa dilakukannya.
Nadia mengatakan bahwa hari ini ia akan membawakan presentasi di hadapan manager-manager kantor mereka.
Jadi ia ingin tampil cantik dan percaya diri dalam presentasi ini.
Kebetulan manager Yusdi sedang keluar kota dan mendelegasikan Yusdi untuk ikut dalam presentasi tersebut.
Setelah bangun dari tidur, sejak pagi-pagi Yusdi sudah menyalakan remote Sex-Force® itu dan memutar tombol ke level 2.
Dalam perjalanan ke kantor Yusdi memperhatikan istrinya dan melihat adanya sedikit perubahan pada diri Nadia.
Ia terlihat lebih gelisah dibanding waktu yang lalu. Tapi mungkin ini bukan disebabkan oleh Sex-Force®.
Nadia mengenakan blazer hitam dengan bahan agak keras. Untuk bagian dalamnya.. ia mengenakan tank-top putih tipis.
Dan jika diperhatikan dengan seksama.. garis-garis BeHanya dapat terlihat dari balik tank-top tersebut.
Rok span hitam berbahan katun dipakainya dan dipadukan dengan sepatu baru berwarna hitam dengan hak yang cukup tinggi.
Rambutnya disanggul rapih dan ia mengenakan kacamata pemantas.. sehingga menambah kesan matang, bijaksana dan berwibawa.
Presentasi dimulai pada pukul 1 siang. Kali ini semua peserta datang tepat waktu;
Mungkin karena kebanyakan pesertanya dari kalangan petinggi dari perusahaan mereka.
Ada lima pria mengenakan setelan jas berdasi dan tiga wanita dengan dandanan elegan yang menghadiri presentasi ini.
Sisanya adalah tiga orang pria dengan gaya berpakaian yang berbeda dengan para petinggi itu –termasuk Yusdi..–
Jadi ada 12 orang di dalam ruang presentasi itu.
Beberapa menit kemudian, Nadia dipersilakan untuk memulai presentasinya.
Dengan senyuman yang manis Nadia memulai presentasinya. Lima menit pertama telah berlalu.
Semua peserta menyimak dengan serius presentasi tersebut. Yah, setidaknya hampir semua peserta, kecuali Yusdi.
Diam-diam ia mengeluarkan remote Sex-Force® dari dalam saku celananya.
Secara berkala –kira-kira setiap lima menit..– Yusdi menaikkan ratingnya setingkat demi setingkat.
Pada level 3, Nadia masih tidak menunjukkan reaksi yang berarti.
Level 4, lampu indikator berubah dari kuning menjadi jingga.
Nadia sempat terdiam sekitar dua detik sebelum melanjutkan lagi presentasinya.
Nadia mulai merasakan impuls-impuls seksual pada sarafnya.
Namun karena saat itu sedang konsentrasi penuh pada presentasinya.. Nadia dapat mengatasi ‘gangguan’ ini.
Level 5 dilalui Nadia dengan lebih berat.
Beberapakali Nadia salah mengucapkan kata-kata dalam presentasinya.
Ia juga beberapakali terdiam di tengah presentasinya, seakan sedang melamun berpikir jauh.
Alisnya sedikit mengernyit pada saat ia melamun.
Level 6 mulai membuat Nadia kewalahan.Nafasnya mulai tidak teratur.
Dari kening, cuping hidung dan daerah di atas bibirnya mulai keluar butir-butir keringat.
Pengucapan kata-kata yang salah semakin sering terjadi. Dan banyak peserta yang mulai jadi gelisah.
Level 7, lampu indikator berubah menjadi merah. Nadia berpegangan pada tembok dan kepalanya tertunduk.
Ia terlihat seperti sedang menahan sakit pada tubuhnya.
Namun sebenarnya Nadia sedang bergumul menghadapi rangsangan seksual yang tinggi.
Sebagai perbandingan:
Pada rating ini di waktu yang lalu Nadia mendapat orgasme pertamanya dengan bantuan permainan jari-jari nakal Joko.
Setelah lima detik berlalu, Nadia kembali melanjutkan presentasinya.
Wajahnya semakin berkeringat. Leher dan pipinya pun terlihat memerah.
Pada saat hendak berpindah dari sisi kiri ke sisi kanan dari white-board.. Nadia terpelecok..
lalu terjatuh dengan posisi lutut kirinya bertumpu pada lantai.
Hal ini menyebabkan rok span yang dikenakannya robek dari bawah ke atas di sisi kanannya..
sampai celana dalamnya yang berwarna pink dapat terlihat –walau tidak semua peserta memperhatikan ini..–
Robeknya rok ini memperlihatkan paha Nadia yang putih mulus itu ke lebih dari 5 pasang mata pria yang ada di dekatnya.
Hampir seluruh peserta bangkit dari duduk.
Sebagian bersuara kaget, sebagian lagi hanya ingin melihat apa yang terjadi dan sisanya datang untuk menolong Nadia.
Yang terdepan menghampiri Nadia adalah Pak Ardi, manager Nadia.
“Nadia, kau tak apa-apa..?” Tanyanya sambil membimbing tubuh Nadia untuk duduk di lantai.
Yusdi mematikan remote tersebut lalu bergabung dengan orang-orang yang menghampiri Nadia.
Ia berusaha untuk menyeruak dari kerumunan orang-orang yang berdiri di sekeliling Nadia.
Nadia duduk di lantai di hadapan pada Pak Ardi. Kaki kanan Nadia kini berselonjor lurus ke depan.
Kaki kirinya yang sedikit tertekuk..
membuat bagian dalam paha kanannya yang putih mulus terlihat begitu kontras dengan rok hitamnya.
Setiap lelaki yang berdiri di sekelilingnya secara insting memandangi paha Nadia yang putih mulus itu.
Dan jika mereka memperhatikan dengan seksama, mereka dapat mengintip celana dalam pinknya yang terlihat basah.
Dan memang itulah yang terlihat oleh Pak Ardi yang berada begitu dekat dengannya.
Segera Pak Ardi membangunkan Nadia untuk didudukkan pada kursi terdekat.
Tanpa disuruh, Nadia merangkul pundak Pak Ardi.
Tangan kanannya melingkar melewati belakang punggung Pak Ardi..
Sedang telapak tangannya memegang pundak kanan Pak Ardi erat-erat.
Dalam kondisinya yang terangsang.. Nadia merasakan payudaranya mengencang dan membesar.
Dan kini payudara kanannya bulat-bulat menekan dada Pak Ardi yang berbadan tegap.
Pak Ardi langsung merasakan kekenyalan bukit empuk Nadia di dadanya.
Ia jadi kikuk mendapati Nadia yang seakan sedang memeluknya dengan penuh kemesraan di depan orang banyak.
Dimulai dari melihat paha Nadia yang putih mulus.. lalu pemandangan erotis di sekitar selangkangan Nadia.
Dan dilanjutkan dengan payudaranya yang menempel di dadanya.
Jelas saja membuat batang kemaluan Pak Ardi membesar secara perlahan namun pasti.
Yusdi yang berhasil menyeruak dari kerumunan orang itu menghampiri Pak Ardi dan membantunya..
memindahkan Nadia ke kursi di dekatnya.
Kaki Nadia begitu lemas.. sehingga hampir tidak dapat ia gunakan untuk berjalan.
Karena para peserta lainnya berkerumun di sekitar sana, Pak Ardi berseru..
”Coba tolong beri ruang dan ke pinggir sedikit. Jangan berkerumun seperti ini..!”
Kerumunan sedikit merenggang.. namun Nadia masih sulit dipindahkan karena kakinya begitu lemas.
Akhirnya Pak Ardi menyuruh Yusdi untuk menggendong Nadia untuk dibawa ke bangku.
Yusdi mengambil alih rangkulan Nadia dari pundak Pak Ardi..
Lalu ia meraih bagian belakang lutut Nadia dengan tangan kirinya.
Dengan satu gerakan memutar, tubuh Nadia kini sepenuhnya dalam gendongan Yusdi.
Karena bagian kanan rok Nadia robek sampai ke atas.. maka bagian belakang roknya agak menjuntai..
sehingga belahan pantat dan celana dalamnya dapat terlihat oleh orang-orang di sekitarnya.
Beberapa pasang mata pria di sekitarnya tak dapat lepas dari belahan pantat Nadia.
Untung saja seorang wanita.. salahsatu dari peserta presentasi itu tergopoh-gopoh menghampiri mereka..
untuk menutupi pantat Nadia yang tersingkap itu.
Setelah didudukkan di kursi.. menit-menit berikutnya Nadia diberi minum..
kemudian dikipasi oleh beberapa wanita peserta presentasi. Para peserta lainnya sudah tidak berkerumun lagi.
Kebanyakan dari mereka berdiri memperhatikan dari jauh dan sebagian lagi duduk..
sambil berbincang-bincang pelan dengan topik-topik yang beragam.
–Mulai dari kurang gizi, diabetes, serangan jantung, bahkan sampai ke AIDS..–
Kebanyakan dari mereka menduga Nadia terkena serangan jantung atau kurang makan.. sehingga pingsan.
Tapi beberapa dari peserta pria di barisan depan tau bahwa Nadia bukan pingsan melainkan terjatuh.
Namun mereka percaya bahwa Nadia memang sedang tidak sehat.
“Nadia, presentasi ini ditunda dulu yah. Setelah ini lebih baik kamu pulang ke rumah dan istirahat..” kata Pak Ardi.
Lalu Pak Ardi berpaling ke Yusdi, ”Yus, kamu bisa temani istrimu pulang, kan..?
Nanti aku akan sampaikan hal ini kepada Pak Kuncoro.." –Manager Yusdi..–
“Baik. Terimakasih, Pak Ardi..”
“Terimakasih, Pak..” tambah Nadia kepada Pak Ardi.
“Ah, sama-sama, Yus, Nad. Kamu istirahat dulu, deh. Nanti kalau sudah lebih fit baru masuk kerja. Oke..?”
Kata Pak Ardi sambil menepuk bahu Yusdi namun pandangannya tertuju pada Nadia.
“Baik, Pak..” jawab Nadia.
Di dalam perjalanan pulang, Yusdi kembali berpura-pura menanyakan keadaan Nadia,
”Kamu tidak apa-apa, Sayang..? Badanmu panas dan berkeringat..”
“Aku.. aku tidak apa-apa kok, Yus. Mungkin cuma kelelahan..” kata Nadia setelah terdiam beberapa detik.
Sisa perjalanan pulang hanya Nadia gunakan untuk melamun. Ia memandang ke luar jendela di sampingnya.
Pikirannya menerawang kembali ke kejadian-kejadian yang menimpanya belakangan ini.
Akhirnya mereka sampai di rumah. Setelah membopong dan membaringkan Nadia di ranjang..
Yusdi beranjak untuk mengambil minum untuk istrinya. Namun
belum sampai keluar dari kamar, Nadia memanggilnya. Yusdi berbalik.
Ia memandang istrinya dan melihat ada begitu banyak keraguan pada wajah Nadia.
Beberapa detik kemudian Nadia mulai menangis.
Ia bangkit dari ranjang, menghampiri Yusdi lalu memeluk suaminya.
Untuk beberapa saat Nadia menangis sesenggukan seperti anak kecil di pundak Yusdi.
Heran melihat sikap istrinya, Yusdi hanya dapat memeluk balik sambil mengelus-elus punggung Nadia.
Tanpa melepas pelukannya, Nadia berkata dalam tangisan, ”Maafkan aku, Yus.. Aku telah berbohong..!”
“Aku.. Selama ini aku tidak jujur.. Ma-maafkan aku..!” lanjutnya lagi.
“Sudah, sudah.. tenangkan dirimu dulu. Yang penting sekarang kamu sudah tidak apa-apa kan..?”
Kata Yusdi berniat untuk menenangkan Nadia.
“Tidak! A-aku sudah membohongimu..!” Bantah Nadia yang dilanjutkan dengan tangisan yang semakin menjadi.
Kali ini Yusdi tidak berkata apa-apa.
Ia hanya terus mengelus-elus punggung istrinya sampai akhirnya Nadia dapat tenang dan berhenti menangis.
Setelah itu kata-kata mulai keluar dengan lancar dari mulut Nadia.
"Ada yang aneh pada diriku sejak pemeriksaan pap-smear itu, Yus.
Beberapakali aku jadi sangat terangsang pada waktu-waktu yang tak terduga..” lanjut Nadia setelah terdiam sejenak.
Melihat Yusdi hanya diam saja Nadia menjelaskan lagi..
”Iya, benar. Aku terangsang, sama seperti pada saat kita.. making love..”
Wajah Nadia merona merah saat ia mengucapkan kata-kata ‘making love’.
Yusdi mengambil bangku lalu duduk di depan Nadia yang duduk di pinggir ranjang.
“Kau masih ingat kejadian di meeting waktu itu, kan..? Pada waktu kau melihat aku tiba-tiba menjadi tegang di meeting itu..?”
Nadia menunggu jawaban Yusdi namun Yusdi hanya memandanginya saja.
“Ya. Pada waktu itu aku tiba-tiba merasakan darahku bergejolak dan kemaluanku terasa panas.
Dan ini terjadi lagi siang tadi. Hanya saja bedanya hari ini gejolak itu terasa lebih lama dan lebih intens..”
Yusdi mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia mengambil tangan Nadia lalu digenggamnya dengan penuh kasih sayang.
Mata Nadia mulai berkaca-kaca. “Aku jadi sangat terangsang dan aku tidak dapat mengontrol tubuhku, Yus.
Entah ada apa denganku ini..” katanya sambil terisak.
“Waktu terjatuh di kantor dua minggu yang lalu, saat itu aku juga sangat terangsang.
Saat itu.. saat itu Pak Joko..!” Nadia menghentikan kalimatnya. Ia sangat malu saat itu.
Tetapi karena melihat suaminya memandanginya dengan pandangan yang penuh kasih itu, ia melanjutkannya.
“Pak Joko mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan melakukan perbuatan yang tak senonoh atas diriku.
Dan aku hanya diam saja, Yus..!”
Setelah menyelesaikan kalimat itu, Nadia kembali menangis tersedu-sedu.
Sebenarnya sangat besar keinginan Yusdi untuk menanyakan secara detil apa yang dilakukan Joko atas tubuh Nadia.
Namun ia mengurungkan niatnya.. dan hanya memeluk istrinya sekali lagi sambil mengelus-elus punggungnya.
Yusdi tidak pernah mempunyai niat untuk merelakan lelaki lain untuk bersetubuh dengan istrinya.
Memang Yusdi punya kecenderungan untuk melakukan swing atau tukar pasangan..
Namun ia berada pada tingkat yang masih pemula.
Yusdi sangat suka jika istrinya terangsang oleh tangan-tangan pria lain..
Terutama saat Nadia berusaha untuk tidak menjadi terangsang.
Akan tetapi ia belum ‘berani’ untuk membiarkan mereka menyetubuhi istrinya.
Hanya dengan melihat istrinya yang frigid menjadi terangsang..
sudah dapat melipatgandakan sensasi yang Yusdi rasakan.
Dan untuk memancing saraf-saraf rangsang birahi Nadia itulah..
Yusdi membeli dan memasang Sex-Force® pada tubuh istrinya.
Dengan tubuh Nadia yang terus menerus berada dalam nuansa rangsang birahi..
Yusdi berharap dapat membantunya dalam menyuguhkan orgasme kepada istrinya.
Nadia masih terus menangis dan akhirnya ia berbisik di telinga suaminya.
“Bukan saja aku diamkan perbuatan Pak Joko itu, Yus.. aku malah menikmatinya.. Aku.. aku..!”
Nadia ragu untuk memberi tau Yusdi mengenai orgasmenya.
Akhirnya ia melanjutkan, ”Ohhhh.. maafkan aku, Yus. Aku sudah tak jujur padamu..!”
Nadia kembali menangis. Yusdi terdiam beberapa saat. ”I love you, honey..” kata Yusdi dengan jujur.
“Jangan khawatir. Kita coba periksakan hal ini ke dokter. Oke..?”
Kata Yusdi yang masih belum mau mengungkapkan penyebab rangsangan yang timbul secara acak itu.
Nadia terkejut dan melepaskan pelukan suaminya, ”Jangan. Aku tak mau ke dokter lagi..”
Nadia kembali teringat pengalamannya dengan dokter Doni, teman satu SMA-nya itu.
Untuk menutupi rasa bersalah karena tidak menceritakan tentang orgasmenya itu..
Nadia menceritakan kejadian pada saat pemeriksaan pap-smear bersama Doni.
“Waktu diperiksa oleh Doni, aku juga terangsang, Yus.
Pada saat alat yang ia gunakan untuk mengambil sampel itu masuk ke dalamku, jantungku jadi berdebar-debar.
Begitu alat itu dikeluarkan, aku merasa diriku menjadi panas dan ada keinginan agar alat itu segera dimasukkan kembali..”
“Apakah kamu yakin kalau saat itu kamu sedang terangsang, Nad..?” Yusdi akhirnya mulai berinteraksi dengan bertanya balik.
“Kamu tau kan kalau aku tidak mudah untuk terangsang, Yus..?” Nadia minta pengakuannya.
Yusdi mengangguk. Lalu Nadia melanjutkan..
”Dan aku tau jika diriku sedang terangsang atau tidak. Kamu pun harusnya tau kan, Yus..?”
Yusdi tidak langsung menjawabnya karena ia masih memikirkan jawabannya.
Lalu ia berkata, ”Yah.. yang aku tau jika kamu mulai basah di bawah sana, itu menandakan bahwa kamu mulai terangsang..”
“Nah itu..! Benar, kan..?” Cetus Nadia dengan suara yang sedikit bergetar.
CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------