------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
Cerita 104 – Gejolak Gairah Terpendam..
[Part 2.1] – Akibat Lembur
PERHATIAN: Cerita ini hanya untuk hiburan semata.
Cerita ini fiktif adanya. Jika terjadi kesamaan nama, tempat dan kejadian, itu hanya sebuah kebetulan.
Cerita ini TIDAK bertujuan untuk menjelekkan/mendiskreditkan suku/etnis tertentu.
Hanya sebuah cerita yang diilhami cerita/film seks antar ras.
---------------------------------------------------------------
Pendahuluan
Sejak peristiwa tiga bulan yang lalu dengan kedua buron yang membobol rumahnya..
Kehidupan Rita menjadi agak berubah –baca: Penyusup Tengah Malam..– Terutama perilaku seksnya.
Sejak saat itu.. libidonya seperti tidak pernah terpuaskan. Selain karena suaminya jarang ada di rumah..
karena harus melakukan tugas ke luar kota.. suaminya juga sering 'menolak' berhubungan intim dengan Rita..
Dengan berbagai macam alasan.
Rita dapat mengerti, mungkin suaminya sangat lelah karena pekerjaan.
Tetapi ketika mereka ada kesempatan untuk melakukannya.. suaminya hanya mengejar kepuasannya sendiri..
Dan tidak peduli dengan Rita. Hal ini yang membuat Rita frustasi.
Untuk melupakan dan menekan libidonya.. Rita berusaha untuk menyibukkan diri dalam pekerjaannya di kantor.
Bahkan ia suka bekerja sampai larut malam.
----------ooOoo----------
Di Kantor
Waktu menunjukkan pukul 08.45.. ketika Rita tiba di kantornya yang berupa ruko berlantai 4 di daerah Jakarta Barat.
“Selamat Pagi, bu..” sapa seorang laki-laki tua berpakaian Satpam
“Selamat Pagi, juga Pak Darius..” balas Rita sambil tersenyum kepada laki-laki tua yang bernama Darius itu.
Pak Darius adalah pria Papua pensiunan tentara. Umurnya 65 tahun.
Ia sudah menduda sejak 10 tahun yang lalu, istrinya meninggal akibat penyakit malaria.
Dari istrinya, ia tidak memiliki keturunan.
Alasan itu yang mendorong Pak Darius bertekad untuk merantau ke Jakarta setelah pensiun..
Karena ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di Papua, tanah kelahirannya.
Tubuh tambunnya yang masih tegap walaupun sudah berumur dan pengalamannya sebagai tentara..
Membuat Pak Darius di terima menjadi Satpam di kantor tempat Rita bekerja sejak 2 tahun yang lalu.
Pagi itu Rita mengenakan kemeja putih yang dilapisi dengan setelan blazer dan rok span ketat bewarna hitam.
Setelah membalas sapaan Pak Darius.. Rita langsung menuju ruang kantornya yang berada di lantai 3.
Uhmm..!! Wangi parfum tubuhnya menyebarkan keharuman ketika melewati Pak Darius.. membuatnya terpana.
Sudah lama Pak Darius sangat mengagumi Rita. Selain sifat Rita yang tidak sombong dan mudah bergaul..
Kecantikan dan kemolekan tubuhnya sering membuat Pak Darius berpikiran ngeres tentang Rita..
Sehingga memancing dorongan seksual yang selama ini dipendamnya.
Tanpa terasa waktu jam dinding sudah menunjukkan pukul 19.45..
Rita tidak menyadari aktifitas di luar ruang kantornya sudah sepi.
Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan dari pintunya, dari balik pintu tampak beberapa anak muda.
“Ci, kami pulang duluan ya..!?” Kata seorang wanita muda.
“Oooo.. iya, hati-hati ya..” jawab Rita.
“Cici belum mau pulang..?” Tanya seorang lagi.
“Belum.. kalian pulang dulu deh. Gak apa-apa koq.. cici masih tanggung nih..” balas Rita.
“Kalau begitu kita duluan yaa, bye cici Rita..!!” Seru mereka bergantian.
“Bye, hati-hati ya kalian..!!” Sambung Rita
“Iya, ci.. Trimakasih..!!” Jawab mereka sambil meninggalkan ruangan kantor Rita.
Tidak lama kemudian pintu ruangan Rita kembali diketuk.
Kali ini yang muncul dari balik pintu adalah seorang pria setengah baya.
Ia adalah Pak Gunawan, atasan Rita. “Kamu belum pulang, Rit..” tanya Pak Gunawan.
“Belum, pak, tanggung..” jawab Rita.
“Kamu koq dari kemarin-kemarin jawabnya begitu terus..”
Rita hanya tersenyum kecut mendapat teguran dari atasannya.
“Kerja keras itu bagus.. dan saya menghargainya. Tetapi jika kerja sampai lupa waktu begini.. namanya sudah kebablasan.
Nanti kalau kamu sakit bagaimana.. kan bapak juga yang repot..”
“Repot kenapa, pak..?” Tanya Rita.
“Ya repot donk.. orang kepercayaan bapak nggak ada..” jawab Pak Gunawan.
Rita tersipu malu mendengar pujian dari Pak Gunawan.
“Oke.. sekarang beresin berkas-berkas kerjamu, dan pulang.. biar Pak Darius bisa kunci-kunci kantor..” perintah Pak Gunawan.
“Tapi tanggung pak, sedikit lagi selesai koq..” jawab Rita memohon.
“Baik.. tinggal sedikit lagi khan..?” Tanya Pak Gunawan menegaskan. Rita mengangguk.
“Setelah kamu selesai jangan lupa minta Pak Darius periksa dan kunci semua ruangan.
Bapak pulang dulu.. kamu nanti pulang nyetir hati-hati..” kata Pak Gunawan.
“Siap, pak..!” jawab Rita membuat Pak Gunawan tersenyum lalu meninggalkan Rita di ruangannya.
Waktu kini sudah menunjukkan pukul 20.45.. Klikk..!!
Blastt..!! Ketika tiba-tiba seseorang masuk dan mematikan lampu ruangan kerja Rita.
“Eh.. eh.. masih ada orang pak..!!” Seru Rita. Seketika lampu langsung dinyalakan kembali..
Dan orang yang mematikan lampu memperlihatkan diri dari balik pintu.
“Pak Darius.. jangan dimatiin dulu dong, Pak.. tanggung nih kerjaan saya..” kata Rita.
“Maaf, Bu Rita.. saya cuma habis ngontrol.. tadi saya pikir Pak Gunawan yang terakhir pulang..” jawab Darius.
“Memang semua orang sudah pulang pak..?” tanya Rita sekali lagi.
“Semua orang sudah pulang, bu, tinggal ibu sendiri. Makanya saya kira tadi ibu sudah pulang juga.
Melihat kantor ibu lampunya nyala.. saya pikir si Ujang lupa matiin lampu lagi..” Pak Darius menjelaskan.
“Ooo.. begitu.. bukan salah Ujang koq pak, memang saya masih ada kerjaan, jadi saya pengin selesaikan sekarang juga.”
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, bu Rita, saya mau ngecek ruangan yang lain.
Maaf kalau saya mengganggu kerja ibu..” kata Pak Darius.
"Tunggu dulu, Pak.. duduk saja dulu temenin saya sebentar.
Saya sedang nyelesaiin kerjaan nihh.. Bentar ya, Pak..?” Kata Rita.
“Silakan, Bu..”
Kemudian Rita sejenak meninggalkan pekerjaannya untuk istirahat sebentar. “Silakan duduk dulu, pak.”
Lalu Darius pun duduk di sofa panjang yang terdapat di dalam ruang kerja Rita.
“Pak, kita ngopi dulu yuk.. biar nggak ngantuk..” Rita menawarkan.
“Boleh, bu, terimakasih..” jawab Pak Darius.
“Manis atau pahit, pak..?”
“Sedang aja, bu, terimakasih..” jawab Pak Darius.
Lalu Rita membuat dua cangkir kopi.. satu untuknya dan satu lagi untuk Pak Darius.
Tidak beberapa lama berselang Rita membawa dua cangkir tersebut..
Kemudian meletakkannya di meja untuk disajikan kepada Pak Darius.
Tanpa disadarinya.. ketika dia menunduk untuk meletakkan kedua cangkir kopi ke meja..
kemeja kerjanya yang satu kancing atasnya sengaja tidak dikancing.. menjuntai ke bawah..
Membuat sebuah celah lebar yang memungkinkan siapapun yang ada di depannya dapat melihat ke dalamnya.
Secara tak sengaja mata Pak Darius menangkap pemandangan indah tersebut..
Sontak saja pak Darius seketika tertegun.. menatap apa yang ada di balik baju itu.
Sepasang payudara putih mulus dan padat dan masih terbungkus BeHa warna hitam berenda..
Tau-tau terlihat jelas menggantung indah. Belahan payudara Rita yang padat tampak sangat merangsang.
Disengaja atau tidak.. gejolak birahi Pak Darius yang sudah lama ditinggal istrinya langsung meninggi..
membuat tubuhnya panas dingin dan gemetar.
Rita tidak sadar kalau cara berpakaiannya membuat Pak Darius blingsatan..
menahan dorongan seksualnya yang setiap saat siap meledak.
Rita sendiri kemudian mulai memperhatikan kalau Pak Darius seperti sedang melamun.
Dilihatnya Pak Darius kelihatan gelisah seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
“Pak..!” Rita menegur pelan. “Bapak nggak apa-apa kan..?”
Untuk beberapa detik Pak Darius seperti melamun seolah pikirannya berada di tempat lain.
Baru setelah Rita mengulangi pertanyaannya kembali, Pak Darius langsung tersadar.
“Eeh.. iya.. ma-maaf bu, A.. apa tadi..?”
Tanyanya gugup menyembunyikan keadaan dirinya yang sesungguhnya.
“Bapak nggak sakit kan..?” Tanya Rita lagi. “Dari tadi saya lihat Bapak gelisah sekali..”
“Eh.. tidak.. um.. yah..” Pak Darius menjawab kebingungan.
“Memang.. tadi sih Bapak agak nggak enak badan..” jawabnya berbohong.
Sesekali pandangannya melirik ke tubuh sintal Rita.
“Wah.. saya jadi nggak enak, sudah mengganggu bapak.. mungkin bapak tadi pengen cepat istirahat ya..?” Kata Rita.
“Oh.. nggak.. nggak apa-apa kok, Bu..” Pak Darius menjawab cepat.
“Saya senang bisa menemani, atau kalau mungkin membantu ibu Rita..”
Katanya tenang meskipun pada saat yang sama.. otaknya mulai sibuk memikirkan sebuah siasat.
Tampak kemudian tangan Rita memegangi pundaknya.. lehernya terasa pegal..
Setelah sekian lama bekerja di depan layar laptopnya.
“Kenapa, bu..?” Tanya Pak Darius.
“Leher saya rasanya pegal-pegal, sepertinya saya terlalu lama bekerja di depan komputer..”
Jawab Rita sambil tersenyum kecut.
“Kalau begitu, biar saya pijati, Bu..” kata Pak Darius sigap.
“Orang-orang bilang, pijatan saya enak lho..” katanya lagi mempromosikan diri..
sambil kedua tangannya mengacungkan jempol.
Rita tersenyum mendengar promosinya. “Bener nih..? Boleh donk saya coba pijatannya..” jawab Rita.
Rita kemudian duduk membelakangi Pak Darius. Dari belakang Pak Darius mulai melakukan pijatan terhadap Rita.
Jari-jarinya yang besar dan hitam mulai melakukan pijatan, diawali dengan bagian kepala.
Beberapa saat kemudian tangannya turun ke bagian pundak Rita. Jari-jari Pak Darius dengan piawai melakukan pijatan.
Rita tampak menikmati pijatan Pak Darius.. dia harus mengakui pijatan Pak Darius memang mantap.
Pijatan laki-laki tua itu dapat mengendurkan ketegangan di otot leher dan bahunya.
Sambil memijat.. Pak Darius mengajak ngobrol Rita tentang kehidupannya di Papua, tentang pekerjaanya..
Dan apa saja yang bisa jadi bahan obrolan.
Demikian pula Rita. Secara diam-diam, Pak Darius memperhatikan tubuh Rita dari belakang.
Kemejanya yang yang agak ketat dapat menggambarkan kemolekan tubuhnya.
Apalagi BeHanya yang berwarna hitam tampak jelas..
membayang di balik kemeja kerjanya yang bewarna putih bersih.
Begitupula dengan pinggul dan pantatnya yang masih tertutup oleh rok span ketat bewarna hitam..
sehingga dapat memperlihatkan dengan jelas lekuk pinggulnya yang aduhai tersebut.
Seketika otak kotor Pak Darius bekerja..
Membayangkan tubuh Rita jika tanpa sehelai benangpun di tubuhnya.
Rrrrrrbbbb.. Saat itu juga, penisnya mengeras.
Setelah beberapa saat dipijat oleh Pak Darius.. Rita merasakan pegal-pegal di otot leher dan bahunya telah sirna.
Rita pun tak segan untuk memuji pijatan Pak Darius. “Waahhh.. pijatan bapak top deh..!!”
Puji Rita sambil menunjukkan jempol tangannya.
“Pegalnya sudah hilang.. terimakasih yaa, pak..”
“Kembali, bu..” jawab Pak Darius.
Sekilas Rita melihat benjolan di bawah celana di daerah selangkangan Pak Darius.
Syurr..! Ia jadi teringat milik Black yang pernah dirasakannya.
Ada hasrat kenikmatan yang dulu ia rasakan bersama kedua napi itu yang ingin diulanginya kembali.
Tapi Rita cepat-cepat membuang pikiran kotor tersebut.
Pak Darius menangkap tatapan Rita ke daerah selangkangannya.
Dari tatapannya.. ia tau Rita tampaknya juga menginginkannya.
Lalu mereka berdua kembali mengobrol. Obrolan mereka tentang apa saja.
Karena telah merasa akrab.. maka sesekali mereka ngomong ke sana ke mari..
Hingga lama kelamaan menjurus ke masalah seks.
Rita tau seharusnya ia tidak boleh membicarakan hal ini dengan Pak Darius.
Selain karena tidak pantas.. Pak Darius adalah orang asing dalam hidupnya..
Ia hanya seorang Satpam yang ia kenal di kantornya.
Namun entah mengapa kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Demikian pula Pak Darius bercerita apa adanya. Lalu Pak Darius menggeser duduknya.
Rita pun membiarkan Pak Darius duduk di sampingnya. Pak Darius tampak gugup karena sedang mencari jalan:
Dari mana ia akan mulai merayu Rita yang saat itu duduk bersamanya di sofa panjang itu.
Dalam pikiran Pak Darius terus berkecamuk mencari cara agar bisa melaksanakan keinginannya itu.
Ia terlihat gelisah dalam duduknya. Kegelisahan di wajah Pak Darius itu tertangkap oleh Rita.
“Ada apa pak..? Kelihatannya bapak gelisah ada yang dipikirkan ya?” tebaknya.
Dengan keringat yang mulai membasahi dahinya Pak Darius pun menjawab.
“Oh.. nggak apa-apa.. maksud saya nggak ada apa-apa koq..” Pak Darius tampak sedikit panik.
Untuk beberapa waktu mereka berdua terdiam cukup lama.
Setelah beberapa saat.. Pak Darius mulai membuka suara..
Memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.
Kali ini Pak Darius sudah membulatkan tekad.
Ia tidak akan berhenti apapun yang terjadi..! Ia sudah tidak tahan lagi.
Tubuh Rita terlalu indah untuk dibiarkan begitu saja melenggang di depan matanya..!
Ia harus mencicipinya..! Sekarang juga..!
Peduli amat jika nanti dia bakal diadukan Rita kepada Pak Gunawan kemudian dipecat.. atau bahkan dipenjara..!
Biar bagaimanapun Pak Darius berusaha menahan diri.. dia tetaplah seorang lelaki normal..
yang membutuhkan kehangatan seorang wanita dalam dekapannya.
Godaan yang datang dari wanita ini terlalu berat untuknya.
“Bu.. saya sebenarnya merasa bersalah jika mengatakannya.
Ibu tidak marah kan jika saya mengatakannya..?” Jawab Pak Darius.
“Lah.. nggaklah pak.. ada apa sih..?” Tanya Rita.
“Begini lho, bu..” terang Pak Darius.. “Sejak saya kenal ibu.. saya jadi mengagumi ibu.
Keramahan dan kebaikan ibu membuat saya kagum dan lama kelamaan membuat saya suka dengan ibu.
Apalagi jika saya..selalu dekat ibu.. sss.. saya jadi tidak tahan akan godaan yang selalu datang..” terangnya.
“Dan lagian ibu begitu cantik.. terus terang saya tidak tahan.. bu..” katanya polos sambil meraih tangan Rita.
Saat itu Rita masih membiarkan Pak Darius meraih tangan dan meremas jemarinya yang halus dan lembut itu.
Seketika bulu kuduknya pun merinding..
Namun ia masih mentolerir tindakan Satpamnya itu yang ia anggap orang tua yang harus ia hormati.
Namun mendengar pengakuan jujur Pak Darius itu.. mimik wajah Rita menjadi bersemu merah menahan kaget.
Ia tau maksud dari perkataan Satpamnya itu. Iapun tidak menduga kata-kata yang keluar..
dari mulut orang yang selama ini ia anggap sebagai pelindung dan pembantunya itu.
“Jangan, Pak.. masa’ bapak begitu sih..?” Kata Rita sambil melepaskan tanganya dari genggaman Pak Darius.
“Oooh.. maaf ya, Bu..” kata Pak Darius.
“Tapi saya tidak kuasa menahan gejolak rasa dalam diri saya yang selalu datang itu bu..
Apa salah saya secara langsung mengeluarkan uneg-uneg bu..?”
Jawab Pak Darius pada Rita sambil mendekat. Lalu Pak Darius melingkarkan tangannya ke bahu Rita.
Rita buru-buru melepaskan tangan Pak Darius dari bahunya. “Pak..! Apa-apaan ini..? Apa.. yang bapak inginkan pak..?
Jangan pak..! Saya tidak ingin berkhianat dan menyeleweng dari suami yang saya cintai. Saya takut pak..
Ini dosa besar pak. Apalagi kita berdua bukan suami istri..!!”
Terang Rita sambil menahan marah dan rasa kecewa yang amat dalam.
Orang yang selama ini ia kenal begitu sopan tutur katanya dan perbuatannya..
Tiba-tiba malam ini menjadi begitu kurang ajar. “Bapak tau sendiri khan..?” Tambah Rita lagi.
Mendengar kata-kata itu, Pak Darius malah terus mendekat ke arah tempat duduk Rita.
“Bu..!!” Jawab pak Darius. “Saya menyayangi ibu.. “Saya tau ibu tidak bahagia..
Saya yakin bisa mengisi kegersangan bathin.. ibu itu.. Meskipun saya tidak seganteng dan sekaya suami ibu..”
ujar pak Darius terus terang.. menekan Rita.
“Kenapa bapak bisa bilang saya tidak bahagia..? Apa hak dan urusan bapak..?
Bagi saya.. kebahagiaan itu telah saya rasakan dan saya tidak menuntut yang macam-macam..!!” Tukas Rita dengan sengit.
“Saya tau ibu tidak pernah bahagia sebagai wanita.. apalagi dengan urusan di atas ranjang.
Bathin ibu selalu gersang, benar khan..? Ibu jangan munafik dan menyembunyikan masalah itu, bu..” serang Pak Darius.
“Apa itu yang dikatakan bahagia..? Bu.. jangan ibu sembunyikan gejolak yang ibu miliki itu.
Ibu masih muda.. cantik dan berkecukupan. Saya bisa memberi apa yang tidak ibu dapatkan dari suami ibu..”
Cetus Pak Darius dengan kurang ajar.
“Dari mana bapak tau, saya tidak bahagia dalam masalah ranjang..?
Apa yang membuat bapak berpikir begitu..?” Jawab Rita ketus.
“Lah.. dari cerita ibu tadi. Pembicaraan ibu tadi menjurus-jurus ke arah sana kan..?” Jawab Pak Darius.
Mendengar jawaban Pak Darius, Rita menyesal telah membicarakan hal-hal yang menjurus ke masalah seks.
Pada kenyataannya..
Apa yang yang dikatakan pak Darius tentang hubungan di atas ranjang dengan suaminya memang benar..
Tapi Rita berusaha keras untuk menyangkalnya.
“Lagipula.. tadi saya perhatikan.. ibu ngeliatin barang saya. Saya tau.. jauh di dalam diri ibu..
ibu ingin merasakan barang saya kan..? Ibu ingin sekali merasakan kehangatan..
Yang dapat saya berikan dengan barang punya saya ini kan..?”
Sambung Pak Darius sambil memegang selangkangannya.
Rita tersentak kaget.. ia tidak menyangka Pak Darius tadi memperhatikannya ketika ia secara tidak sengaja:
Menatap daerah selangkangannya. Tapi apa yang dikatakan Pak Darius barusan juga benar.
Dalam benaknya Rita ingin sekali menikmati penis besar milik Pak Darius.
Ia ingin kembali menikmati kepuasan seksual seperti yang diperolehnya dari kedua narapidana 3 bulan yang lalu.
Lalu tiba-tiba Pak Darius berdiri dan melepaskan sabuknya.. lantas melepaskan kancing dan ritsleting celana birunya.
Srett..!! Lantas ia memelorotkannya hingga sebatas mata kaki.
Hingga tampaklah penisnya yang hitam besar sudah mengeras dan mengacung.
“Pak.. apa-apaan ini..!?” Seru Rita.. tapi matanya terus menatap selangkangan Pak Darius.
Rita terpana menatap penis Pak Darius mengacung tegak ke arahnya.
Penis hitam itu terlihat begitu kokoh dengan urat-urat di sekujur batangnya dan kepala penisnya yang hitam kemerahan.
“Ibu boleh pegang kok kalau mau..” ejek Pak Darius. Rita tak menjawab tanda menolak..
Walaupun sebenarnya Rita ingin sekali memegang penis yang besar dan panjang itu.
Tapi ia harus menjaga wibawa dan gengsinya agar Pak Darius tidak semakin melecehkannya.
Lalu Pak Darius kembali merangkulkan tangannya ke bahu wanita cantik itu dan kembali ditepis oleh Rita.
Pak Darius pun maklum.. tetapi ia tetap bertekad untuk mewujudkan impiannya..
untuk dapat menggauli Rita yang ia kagumi kemolekan tubuhnya dari dulu.
Pak Darius tidak mau menyerah, ia lalu terus mendekat ke arah Rita, sambil berkata.
“Buuuu.. Saya merasa suka dengan Ibu..” Rita hanya terdiam. Namun tangannya masih digenggam Pak Darius.
Lantas Pak Darius mendekatkan mulutnya dan ia tiupkan nafasnya ke tengkuk Rita.
Rita bergidik.. ia merasa khawatir dengan sikap orang ini. ia kenal baik dan orang ini seperti ingin sesuatu darinya.
Jelas sekali bahwa Pak Darius menghendaki hubungan yang intim antara pria dan wanita.
“Kita bisa melakukannya dengan diam-diam, bu. Selama ibu masih bisa menutup rahasia itu siapapun tidak akan tau, bu..?”
Bisik Pak Darius ke telinga Rita berusaha membujuk. Lalu Rita menjauh.
“Lagipula sudah tidak ada siapapun di gedung ini kecuali ibu dan saya.. kita bisa melakukannya di sini.
Tidak ada yang akan tau..” sambung Pak Darius.
“Saya akan memenuhi semua permintaan ibu. Kita saling membutuhkan dan menguntungkanlah.
Saya dapat memuaskan dahaga ibu.. dan ibu dapat memuaskan hasrat saya yang sudah terpendam sekian lama, bagaimana..?”
Kembali Pak Darius mencoba untuk menawar.
Sesaat Rita bimbang.. Rita kini dilanda dilema. Di satu sisi perasaan Rita berusaha mengingatkannya..
agar segera tersadar dari godaan.. dan teringat pada suaminya.. ia tidak mau mengkhianati suaminya lagi.
Rita sudah merasa berdosa..
ketika dulu telah menerima dan terhanyut dalam permainan seks liar dengan dua orang asing di rumahnya.
Namun terdapat sisi yang lain lagi.. sisi yang lebih menuntut dan lebih kuat..
mengeluarkan semua pancaran nafsu birahi yang selama ini ia simpan.
Tubuhnya membutuhkan pemuasan.. dahaga yang selama ini ia rasakan ingin sekali dilampiaskan.
Kepuasan yang ia harapkan datang dari suaminya tidak kunjung ia dapatkan.
Rita dengan ragu membiarkan Pak Darius meraih dan meremas tangannya.
Lalu Pak Darius meraih bahu Rita dan memandang matanya dalam-dalam.
Setelah itu Pak Darius kembali meraih tangannya dan menarik Rita ke pelukannya.
Rita ingin berontak namun ia segan dan merasa serba salah.
Dalam dirinya, ia ingin memuaskan nafsu birahinya yang selama ini tidak pernah terpuaskan.
Tapi di lain pihak ia tidak mau melakukan kesalahan seperti 3 bulan yang lalu.
Merasa mendapat kesempatan, Pak Darius tidak menyia-nyiakannya. Karena suasana mendukung.
Di mana hanya tinggal mereka berdua yang berada di dalam kantor berbentuk ruko 4 lantai itu..
Ditambah suasana hujan lebat di luar gedung kantor mereka..
Maka Rita mulai terhanyut dalam pelukan Pak Darius yang seusia dengan ayahnya.
Rita awalnya menolak ketika dari Pak Darius mulai memeluk tubuhnya dari belakang dan merabai sekujur tubuhnya.
Pak Darius kemudian membalikkan tubuh Rita agar memudahkan mereka untuk berciuman bibir sambil berpelukan.
Jarak mereka kini begitu dekat.. sehingga Rita bisa merasakan hembusan nafas Pak Darius pada wajahnya.
Rita menepis tangan pria itu ketika hendak meraba payudaranya.
“Kenapa Bu..? bukannya ibu juga pengen kan..?” Ejek Pak Darius. Bajingan..! Umpatnya dalam hati.
Dengan berat hati diapun membiarkan payudaranya dipegang oleh Pak Darius.
Pria itu juga mengendusi daerah lehernya yang jenjang.
Wangi badan Rita yang bercampur parfum menaikkan birahinya..
sehingga bibir tebalnya langsung menciumi pipi wanita cantik itu.
Rita memejamkan mata menahan jijik, kumis dan brewok pria tua itu yang keriting menyapu wajahnya yang mulus.
Dia memalingkan muka ke arah lain ketika bibir laki-laki tua itu makin merambat ke bibirnya.
“Jangan.. emmhh..!” Baru mau memalingkan wajah keduakalinya..
Pak Darius sudah melumat bibirnya dan meredam protesnya.
Spontan bulu kuduk Rita berdiri karena jijik, dia meronta berusaha melepaskan diri..
namun entah mengapa ada hasrat menggebu-gebu yang menginginkan tubuhnya dimanja..
Sehingga perlawanannya pun hanya setengah tenaga.
Bibirnya yang tadinya dikatupkan rapat-rapat mulai mengendur..
Sehingga lidah laki-laki tua itu masuk dan bermain-main dalam mulutnya.
Perasaan Rita campur aduk antara marah, jijik dan terangsang..
Apalagi Pak Darius terus menggerayangi tubuhnya dari luar pakaian.
Berangsur-angsur rontaannya berkurang.. sampai akhirnya pasrah menerima apapun yang dilakukan pria itu.
Rita mulai membalas cumbuan pria itu, lidahnya kini bertautan dengan lidahnya.
Desahan tertahan terdengar di antara percumbuan yang makin panas itu.
Merasa lawannya telah takluk, Pak Darius mempergencar serangannya.
Pak Darius mendorong pelan tubuh Rita.. sehingga tubuh sintal tersebut bersandar di sandaran tangan sofa.
Pagutan bibir pun kini terlihat semakin liar terjadi antara keduanya. “Aaah.. tubuh Ibu wangi..”
Pak Darius berbisik di telinga Rita setelah beberapa saat lalu menelusuri leher dan pundaknya.
“Oohh..” Rita hanya melenguh pelan karena desahan Pak Darius terasa geli dan nikmat di sekujur tubuhnya.
Mereka pun kembali berciuman. Rita memejamkan matanya..
Sementara ekspresi wajahnya memancarkan kenikmatan dan kepasrahan yang luar biasa.
Mau tidak mau.. suka tidak suka.. tubuh Rita memang merindukan sentuhan laki-laki.
Karena suaminya jarang memberikan kepuasan seksual kepadanya.
Tubuh mereka berdekapan begitu erat..
Rita dapat merasakan penis Pak Darius yang mengeras tanpa celana mengganjal selangkangannya.
Tangan Pak Darius yang tadinya cuma meremas payudara dari luar.. kini mulai menyusup masuk..
Lewat sela-sela kemeja.. yang mana satu kancingnya telah terbuka.
Kemudian langsung menyusupi cup BeHanya dan tangan satunya masih tetap meremasi pantatnya.
“Eennghh..!!” Rita makin mendesah merasakan jari-jari besar itu menyentuh putingnya serta memencetnya.
Lidahnya semakin aktif membalas lidah Pak Darius hingga masuk ke mulut pria itu menyapu rongga mulutnya.
Tangannya pun tanpa disadari memeluk tubuh tegapnya. Nafasnya makin memburu dan gairahnya makin naik.
Mulut Pak Darius turun ke dagunya, bawah telinga, dan leher.
Tangan laki-laki tua itu yang satu lagi ikut menyusup lewat bawah kemejanya.. dan kini pakaian itu setengah tersingkap.
Sambil mempermainkan kedua payudara wanita itu, Pak Darius menciumi leher jenjangnya.
Dengan penuh penghayatan disedotnya kulit leher samping yang putih mulus itu.
“Sshhh.. jangan terlalu depan Pak.. eeemm.. ntar bekasnya keliatan..” Rita mengingatkannya dengan suara lirih.
“Gak usah kuatir Bu, saya juga ngerti kok..” katanya.
Rita semakin mendesah.. pipinya bersemu merah ketika merasakan lidah pria itu yang basah pada telinganya..
Menggelitik dan memancing gairahnya. Merasa tidak ada lagi penolakkan dari Rita..
Maka Pak Darius meningkatkan serangannya ke arah payudara Rita yang masih tertutup kemeja dan BeHa itu.
Sebelah tangannya meraih payudara kiri Rita. Amat terasa sekali kelembutan dan kehalusannya.
Rita hanya memejamkan matanya. Rasa penolakan dan bangkitnya nafsu saling muncul di kepalanya.
Namun Rita seakan tidak mampu untuk mengadakan penolakan.
Iapun lalu meraih kepala Pak Darius yang berambut tipis.. keriting dan beruban.. sehingga terlihat ketuaannya itu.
Kemejanya telah acak-acakan karena kenakalan tangan Pak Darius. Ahhhh..!!
CONTIECROTT..!!
------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------