Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku Melalui Dating Apps dan On the Spot Hunting

Baru beres marathon baca dari awal dan sadar bahwa butuh update terbaru
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mohon maaf akibat tekanan kerja RL update jadi terhambat. Bener2 blank utk menulis lagi. Ini udah mulai menulis dan menyelesaikan session dengan Cici ...🙏
 
*
Kini kembali pada pertemuan dengan Cici seperti kisah di awal sekuel ini.
…………………
Kami bersalaman dan duduk berhadapan. Ia senyum-senyum menatapku.
“Sekarang dinas dimana Mas?”
“Di Kalimantan”.
Kamipun segera terlibat dalam obrolan kesana kemari bercerita dan saling menanyakan keadaan masing-masing, teman yang masih kontak dan lain-lain. Pikiranku teringat peristiwa belasan tahun silam, setahun atau dua tahun setelah lulus SMA. Cici ini dari mulai SMP terkenal genit ke cowok baik teman sebaya maupun yang usianya di atas kami.
………………….

“Ngomong-ngomong ini kamu libur berapa hari?” tanyanya
“Cuti 12 hari ditambah extra libur 4 hari, total 16 hari,” jawabku.
“Asyik dong, lumayan lama libur di rumah. Sama nyonya dan anak-anak juga kah?”
“Iya, kan anak-anak juga libur sekolahnya”.
“Ini udah berapa hari disini?”
“Sekarang hari ketiga”.
“Masih lama dong,” katanya perlahan sambil menatapku sambil senyum-senyum.
“Ya gitu deh. Seminggu disini kemudian ke tempat mertua 4-5 hari, balik lagi kesini”.
“Engghhhh….Uhhhhmmmmm….,” katanya bergumam.
“Kenapa Ci?” tanyaku.
“Nanti malam ada acara ga?”
“Ga, di rumah saja. Kenapa emangnya?”
“Ga sihh…. Ehhh nanti malam kita jalan mau ga?”
“Kemana?” tanyaku. AKu sudah bisa menduga ini akan mengarah kemana.
Duduknya terlihat seperti gelisah.
“Ehhh udah lama aku ga gini,” katanya sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur. Persis seperti gerakan sekian tahun lalu.
“Lalu…,” pancingku.
“Kita ke hotel yuk!”
“Dimana?”
“Ambil yang jam-jaman saja. Ada di dekat pasar besar”.
Dari kampungku ke pasar besar sekitar 15 km, kalau malam sepertinya aman saja. Kecil resiko akan kepergok kenalan atau teman.
“Di Hotel M itu lho mas. Tau kan?”
“Oh ya tau. Emang disana bisa jam-jaman?”
“Bisa mas”.
Hmmmm….. Rupanya belum pensiun jadi player juga dia.
“Tapi aku lagi ga ada kendaraan nih”.
“Pakai motorku saja. Kita boncengan. Kamu tunggu jam 6.15 di ujung lapangan bola. Ga papa kamu jalan kesana khan?”
“Ya udah nanti aku nunggu disana jam 6.15”.
“Eh mas, aku sekarang KB. Ga usah pake balon yaa”.
Hmmm…. Aku berpikir sebentar.
“Ok, nanti lihat saja gimana enaknya”.
“Ahh mas… Ga enak mas”.
*****

Jam 6.10 aku sudah ada di ujung lapangan bola. Suasana sudah mulai gelap dan tidak ada orang lagi di sekitar sana. Tidak lama Cici pun datang naik motor. Aku ambil alih motornya dan kamipun segera berangkat menuju Hotel M. Sekitar 20 menit kemudian kamipun sampai ke tujuan kami. Masuk ke halaman hotel dan langsung ada karyawan hotel yang mengarahkan kami berdua. Atas permintaan Cici, motor aku naikkan ke teras kamar. Mengurangi resiko ada yang tahu dan hafal motornya, ujarnya. Setelah selesai membayar kamar untuk 6 jam, kamipun masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar kami berbaring bersebelahan sambil bercerita kesana kemari. Sekitar 15 menit kemudian aku mulai meraih tubuh Cici dan mulai mencium bibirnya. Cicipun membalasnya, dari mulai ciuman lembut dan akhirnya mulai memanas. Kami saling melepaskan pakaian dan melemparkannya di meja kecil dekat ranjang.
Cici berada di atasku sambil mencium bibir, leher dan dadaku, lalu bibirnya menyusuri perutku terus ke bawah sampai di selangkanganku. Penisku yang mulai berdiri dikecupnya sebentar dan mulutnya terus menciumi menyusuri pahaku sampai ke lutut. Ia menciumi bagian dalam pahaku.

Kulebarkan kakiku supaya ia mudah mengeksplorasi pahaku. Tangannya mengusap dan mengocok penisku. Sebentar kemudian penisku sudah masuk ke dalam mulutnya. Ia menyedot penisku dengan perlahan, menjilati helm di ujung penisku sampai ke lekukan antara helm dengan batang penisku. Permainan mulutnya semakin membuat penisku mengeras. Ia terus memberikan rangsangan ke penisku dengan mencium, menjilati dan mengisap penisku.
Setelah dirasanya penisku cukup keras, maka Cici mengambil posisi jongkok di atas pahaku dan mengarahkan penisku ke liang vaginanya. Ketika kepala penisku sudah berada di bibir vaginanya, ia menurunkan pantatnya dan peniskupun perlahan masuk ke dalam vaginanya.
Blesshhhhhh………….
“Ouuhhhh…….,” Cici mulai mendesah.
Dalam posisi berjongkok ia menggerakkan menggerakkan pantatnya naik turun. Aku mengimbanginya menggerakkan pantatku dengan menyesuaikan gerakannya.
Plok…plok…plokkk
Bunyi khas pertemuan antara pantatnya dengan pahaku mulai terdengar. Beberapa menit ia terus melakukan gerakan memompa di atas selangkanganku. Nafasnya mulai tersengal. Ia meluruskan kakinya dan berbaring merapatkan tubuhnya di atasku.
“Huuhhh…. capeeee,” katanya pelan.

Kini aku yang aktif memompa vaginanya dari bawah. Ia tidak bergerak, hanya menyambut hunjaman penisku dari bawah. Ketika nafasnya mulai teratur ia mengimbangi gerakanku dengan menggoyangkan pinggulnya. Aliran kenikmatan semakin menjalari tubuh kami.
“Aahhhh……,” ia memekik pelan ketika aku melakukan dorongan keras ke dalam vaginanya.
“Enak?” tanyaku
“Hee…ehhh,” jawabnya sambil terus menggoyangkan pinggulnya.
Aku yang mulai kelelahan juga menurunkan tempo. Kini gentian Cici yang kembali lebih aktif bergerak. Sampai akhirnya ia memberi isyarat agar berganti posisi.

Cici bergulir ke samping dan berbaring telentang. Aku mengambil posisi di atasnya dan tanpa kesulitan peniskupun kembali menembus vaginanya. Aku bergerak naik turun dengan perlahan sambil menciumi bibir dan payudaranya. Ia memencet gundukan payudaranya dan mengarahkan putingnya untuk kukulum. Aku mulai mengulum dan mengisap payudaranya. Kuberikan gigitan kecil di bagian bawah gundukan payudaranya.
“Aiihhhhssss……,” ia menggelinjang ketika aku mengisap putingnya dengan kuat.
Betisnya mengunci betisku. Gerakan naik turunku menjadi semakin cepat. Bibirnya mencari-cari bibirku dan segera kusambut dengan ciuman panas. Aku terus mempercepat gerakanku sampai kemudian Cici memekik perlahan…
“Aku dapattthhhh…..keluarrrr”.
Ia mencoba meredam suaranya dengan menggigit dadaku. Aku tidak mau ada bekas cupang di dadaku. Kutahan kepalanya agar ia tidak menggigit dadaku. Aku terus menggerakkan pantatku. Vaginanya menjadi becek setelah ia mencapai klimaks.
Crokkk……crookkkk….croooppp…. bunyi gesekan penisku dengan vaginanya.
“Sudah Too, aku istirahat dulu… Ngilu memekku,” katanya sambil mencoba menahan gerakanku.
“Tanggung, udah mau keluar juga. Nanti lama lagi keluarnya,” kataku.

Ketika desakan dalam saluran penisku sudah mencapai ujungnya, maka aku selesaikan permainan ini dengan satu hentakan dalam.
“Cicihhhh…… Ouuuhhhhh,” desahku sambil mencium bibirnya.
Badanku mengejang sesaat dan melesatlah cairan kental dari penisku.
“Huffttttt…..”.
Nafasku tersengal-sengal dan perlahan kembali normal.

Setelah masing-masing membersihkan tubuh dan kelamin, kami kembali berbaring di atas ranjang tanpa mengenakan pakaian. Tiga puluh menit kemudian kami isi dengan obrolan tak penting tentang perkembangan daerah dan teman-teman masa kecil kami. Ketika kurasakan energiku telah berkumpul kembali aku mulai menggerayangi tubuhnya. Aku berbaring di samping kirinya. Cici terlentang dan aku miring menghadap ke arahnya. Kuusap pundak, di dada dan memberikan sedikit remasan dengan tangan kiriku di bukit payudaranya dan kupilin putingnya dan terus ke bawah sampai lipatan pangkal pahanya. Ia tersenyum dan membuka kedua pahanya memberikan jalan untuk tanganku masuk ke dalam lubang vaginanya. Ia menarik kepalaku dan segera memberikan ciuman ganas dibibirku. Aku mengimbanginya saja, tidak berusaha mengambil inisiatif lebih lagi.

Kulepaskan bibirnya dari bibirku dan kemudian beralih ke lehernya. Bibirku menyusuri lehernya dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Ia seperti menahan geli sehingga kepalanya menunduk, membuatku susah untuk mengeksplorasi lehernya. Kupegang seberkas rambut di bagian belakang kepalanya dan kutarik supaya kepalanya mendongak. Kini lehernya terpapar di depan wajahku dan aku bebas untuk menjilati, menciumi dan mengecupnya. Ia menggelinjang ketika kucium dan kugigit ujung bawah gelambir telinganya.
“Ihhh Mass….geliiii ahhh,” desisnya.
Bibirku kemudian berpindah ke area dadanya. Kukecupi gundukan payudara kirinya sampai ke batas areolanya. Cici mengangkat dadanya dan menggerakkan tubuhnya supaya bibirku berhenti di putingnya. Kutangkap puting kirinya dan kuisap perlahan sambil kupilin-pilin dengan lidahku. Kini ia memiringkan badannya ke kiri dan memencet payudara kanannya dengan tangan kanannya.
“Gantian yang sebelah Mas….”.
Kuberikan sedikit gigitan kecil di bagian atas payudaranya. Ketika kulepaskan terlihat ada bintik merah di bekas gigitanku.

Kusambut payudara kanannya yang disodorkan ke mulutku. Putingnya terlihat menonjol akibat gencetan tangan pada gundukan payudaranya. Aku langsung mengisap keras puting kanannya.
“Aaauhhhhhh…….Aaahhhhh… enak Masshhh,” ia mulai mengeluarkan suara dengan keras.
Dilepaskannya gencetan tangan pada payudaranya namun ia menekankan dadanya kearah mukaku sehingga membuatku tidak nyaman untuk bernafas. Payudaranya sedang saja, namun tekanan pada hidungku membuatku sedikit gelagapan. Kutahan supaya ia tidak terlalu menekan hidungku.
Tangan kiriku tetap melakukan aktivitas di pangkal pahanya. Jari tengahku bergerak keluar masuk menusuk-nusuk liang vaginanya. Sesekali kuselingi dengan menggesek dan menekan klitorisnya. Ia semakin membuka pahanya dan kurasakan vaginanya mulai basah.

Cici mendorong tubuhku sehingga aku terlentang. Kini ia naik ke atas tubuhku, mencium bibirku dan mendorong lidahnya masuk ke rongga mulutku. Aku masih tetap saja mengimbangi ciumannya. Ia melepaskan ciumannya dan menjilati dada, perut, turun sampai ke selangkanganku. Tangannya mengusap penisku yang masih setengah berdiri dan bibirnya menciumi bagian lipatan pangkal pahaku. Aku merasakan kegelian dan sekaligus rangsangan di penisku yang semakin kokoh tegak dan mengeras. Tangannya bergeser mengusap bagian bawah buah zakarku dan mulutnya mulai menyusuri batang penisku dari pangkal sampai ke ujung kepalanya. Ia mengecup kepala penisku beberapa kali sebelum mengulum dan menjilatinya. Ia mengulum penisku semakin dalam, sampai setengahnya masuk ke dalam mulutnya. Kepalanya bergerak maju mundur membuat mulutnya mengocok penisku. Sesekali aku menahan kepalanya ketika kurasakan giginya mengenai permukaan penisku.
“Cikk… pelan. Kena gigi,” kataku.
“Hmmmm…. Maawwfffff,” sahutnya sambil terus memainkan penisku di mulutnya.
Ia menggerakkan badannya memutar. Sepertinya ia akan meminta posisi 69. Entah rasanya aku tidak berminat untuk memberikan service oral ke vaginanya. Sebelum badannya berputar lebih jauh, kuminta ia untuk memasukkan penisku ke vaginanya.
“Masukin Ci…,” kataku.
“Emmhh…….,” jawabnya. Sepertinya ia tetap akan meminta posisi 69.
“Sekarang masukin,” kataku dengan nada memberikan tekanan untuk segera melakukannya.

Badannya bergerak ke atas dan memberikan ciuman kembali kepadaku. Belahan vaginanya sudah mengangkangi penisku yang tebak dan rebah ke arah pusar. Sambil menggerakkan pinggang, tangannya meraih penisku dan menempatkan ujungnya pada belahan vaginanya. Ketika kepala penisku tepat berada di lubang vaginanya dengan gerakan pinggul menekan maka penisku mulai masuk tertelan vaginanya. Aku membantunya dengan mengangkat pantatku.
“Ouuhhh…..Eerrghhhhhh,” ia meracau ketika penisku sudah masuk tertelan sepenuhnya dalam vaginanya.
Dalam posisi menduduki pinggangku Cici menggerakkan pinggulnya naik turun. Aku mengimbanginya dengan melawan gerakannya sehingga ketika pinggulnya bergerak turun aku menyambutnya ke atas. Ia menggerakkan pinggulnya dengan pelan namun bertenaga. Ketika bergerak ke atas maka tinggallah ujung kepala penisku saja yang ada dalam vaginanya. Dilakukannya berkali-kali dan terciptalah kenikmatan dari mulai kepala penisku kemudian menjalar ke seluruh bagian penisku. Ia mengubah gerakannya menjadi maju mundur dan akupun menyesuaikan gerakan tubuhku dengan gerakannya.

Nafasnya mulai memburu ketika ia merebahkan tubuhnya ke tubuhku dan gerakannya mulai melemah. Ia memberikan beberapa kecupan ringan ke bibirku sementara aku yang lebih aktif menggerakkan pinggulku untuk memompakan penisku di dalam vaginanya. Ia sedikit menegakkan tubuhnya sehingga payudaranya terayun-ayun mengikuti irama gerakan kami. Kusambar payudara kanannya dan kuisap putingnya.
“Oooohhh…. Masshhh Antoo. Isep yang kenceng!”
Aku semakin kuat mengisap putingnya dan gerak pinggulkupun semakin cepat.
Plopp…ploopppp….crroppp bunyi yang timbul dari dalam vaginanya yang semakin basah oleh lender kenikmatannya.
Ketika nafasnya mulai teratur, maka Cicipun kembali menggerakkan pinggulnya sehingga kini gerakan kami berdua semakin cepat dan liar. Bunyi pertemuan kelamin kamipun semakin sering dan keras terdengar.

Butir keringat mulai mengembun di pori-pori kulit kami berdua. Kami masih terus berpacu dan bergerak mencari titik kenikmatan bercinta.
“Masssshh… Aku sedikit lagi sampaiiii,” erangnya.
Kubalikkan tubuhnya tanpa mencabut penisku dari vaginanya, namun gagal. Penisku tetap terlepas. Dalam posisi di atas, aku tidak tergesa-gesa untuk kembali memasukkan penisku kembali. Akumenciumi leher dan dadanya sambil menggesekkan batang penisku ke lipatan vaginanya.
“Aayooooohhh Mas, masukin lagi!”
Ia menekan pantatku berusaha memasukkan penisku ke vaginanya, namun kubuat meleset hanya menggesek permukaan vaginanya saja. Ia kelihatannya tidak sabar dan tangannya mencari penisku, menggenggamnya dan mengarahkan ke vaginanya.
Bleesssshhhhh……. Kembali kelamin kami bertemu. Kubuka kedua pahanya selebar-lebarnya dan kutahan dengan kedua lenganku. Kini aku yang bergerak naik turun maju mundur membangkitkan kenikmatan. Kuberikan pola 5-1, lima kali tusukan pendek dan diakhiri sekali tusukan dalam.
“Aiihhh… Masss. Enak banget,” desahnya sambil menggerakkan pinggulnya menyambut gerakanku.
Kulepaskan kedua pahanya dan kini betisnya mengunci betisku. Aku bergerak semakin cepat, bibirku juga aktif mencium bibir leher dan memainkan payudaranya.
“Mashhh…ayo massss!”
Belitan kaki di betisku semakin kuat. Kepalanya terlempar ke kanan kiri menahan kenikmatan yang semakin meluap mencari jalan pelepasannya.
“Ouuhhhhh……sshhhhhhhh!”
Erangan dan desisan dari mulutnya semakin keras.
“Mashhhh…..ayoooooo kencengin lagi sekuatmu…!”
Bunyi beradunya kelamin dan pertemuan tubuh kami semakin sering….
“Ciiiihhh….. ayooo sekarang….!”
“Ouuhhh aku keluar Masshhh!”
Suara kami saling bersahutan menyambut klimaks yang sudah mendekat.

Kusisipkan tanganku ke bawah tubuhnya dan kedua tangannya memeluk leherku hingga tubuh kami merapat. Kutahan nafasku dan kuangkat pinggulku hingga kepala penisku lepas dari vaginanya dan dengan satu hentakan kuat kuhempaskan pantatku kebawah, diiringi dengan erangan kami berdua.
“Oouuhhh Ciiihhhhh…..Mmhhhhhh”.
“Mashhhh…..aaarrgghhhhh…”.
Penisku berkedut-kedut beberapa kali menyemburkan cairan kenikmatan dalam vagina Cici, sementara dari dalam vaginanya juga kurasakan semburan lender. Betisnya mengejang membelit betisku. Nafas kami berdua sama-sama memburu berkejaran di lubang hidung.
“Huuffttt……ahhhhhh. Nikmatnya Mmassss”.
Tubuh kami mengejang beberapa kali melepaskan sisa-sisa kenikmatan.

Setelah nafas kami berangsur pulih, maka kamipun segera mandi, berpakaian dan keluar kamar. Di depan kamar kami bertemu dengan petugas hotel yang tersenyum-senyum. Ketika kami berpapasan, petugas tadi berbisik kepadaku,”Heboh banget mainnya Mas”. Aku hanya tersenyum dan menepuk pundaknya. Dari kamar sebelah juga terlihat membuka kordennya. Mungkin mengintip penasaran siapa yang tadi ada di kamar sebelahnya. Mudah-mudahan saja mereka tidak mengenali kami…..
Kisah dengan Cici sampai disini dulu. Masih ada sekali pertemuan lagi setelah diselingi dengan wanita lainnya.
***
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd