Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah si Badan Babi (NO SARA)

Wanita mana yang seharusnya dipilih Faza?

  • Zahra

    Votes: 282 55,7%
  • Hani

    Votes: 113 22,3%
  • Winda

    Votes: 232 45,8%

  • Total voters
    506
  • Poll closed .
Bimabet
update lagi gan!
semangat terus lanjutin ceritanya :semangat:
 
bikin tenda dulu gan, josss gandos ngeceng full lemes dengkul ane.. pokoknya hajar terus.. cerita SMA gni memang greget ahahaha
 
Perasaan ane kok gak enak ya...si faza demam hbs ngentot naila yg ayam kampus....wah...ketular penyakitkah dia....mau ending ni kayaknya.....
engga kok huu. Serem amaat hahaha
Jangan" ntar mba nayla sakit hati sama faza terus kerja sama sama si wahyu hmm mencurigakan :kacau::kacau:

Anyway keep lancrotkan hu de best bener ceritanyaaa :banzai::banzai:
wah seru tuh kayaknya hahaha
Bagi donk video ya mbak nayla
jangan ah hu. Banyak pk disini hahaha
 
Mau nyoba bikin cerita setelah sekian lama jadi silent reader hahaha.
Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama tokoh, tempat, dan waktu hanyalah kebetulan belaka dan ini NO SARA

Part 1 : keep scrolling
Part 2 : keep scrolling
Part 3 : disini
Part 4 : disini
Part 5 : disini
Part 6 : disini
Part 7 : disini
Part 8 : disini
Part 9: disini

***Hidden content cannot be quoted.***

Semoga cerita ini bisa menghibur para suhu-suhu sekalian.
Jangan lupa tinggalkan komen berupa saran dan kritik dari agar tulisan ane makin bagus.
Oiya satu lagi cerita ini merupakan fantasy semata.
Enjoyy...........​
ayooo update
 
Gimana updatenya? Hahaha. Ga bosen kan ngikutin cerita ane? Hehehe

Laaaah cuma org sakit yg bosen ngikutin cerita situ hu.

Ditunggu updatenya hu hehehe
 
Part 10
[HIDE] Zahra:

[/HIDE]
Ujian Akhir Semester tiba.

Aku baru saja sembuh dari demam yang kemarin menjangkit tubuhku ini. Zahra cukup berperan besar dalam proses penyembuhanku karena selama aku sakit, ia menginap di kosku untuk merawatku. Kadang Hani juga mampir ke kosku namun hanya sebentar dan hanya sekedar melihat kondisiku. Aku juga baru mendapat kabar bahwa Dimas dan Tia sudah resmi berpacaran. Aku sedikit terkejut karena memang waktunya cepat sekali pasca kejadian di kos Tia saat itu. Aku memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian Mba Nayla kepada Zahra karena aku tidak mau merusak sikap Zahra kepadaku dan sejujurnya aku sangat nyaman diperlakukan seperti ini oleh Zahra.
Oiya satu lagi. Winda sudah bisa berjalan dengan normal, namun belum bisa berjalan dengan cepat. Aku tau kabar tersebut saat dia menjengukku yang ditemani oleh Hani.

Senin pagi

"Zaahh bangunn udah siaang" kataku sambil menggoyang-goyangkan badannya.

Zahra menginap di kosku dan kami semalam belajar bersama untuk ujian hari ini.

"Emmmmm" rintih Zahra sambil mengulet. "5 menit lagi zaa. Masih ngantuk"

"Hehh ayoo bangun. Emang kamu mau mandi disini?"

Seketika itu juga Zahra langsung bangun dari tidurnya.

"Lohh za, kamu udah mandi?"

"Udaah laaah. Makanya ini udah jam 7. Kita ujian jam 8 kan?"

"Ehh iyaaa. Hayuu hayuu kamu anterin aku pulang"

"Yaudah buruan bangun"

Zahra lalu membereskan peralatan seperti laptop kertas-kertas serta alat tulis yang tadi malam digunakan untuk belajar. Aku segera memakai pakaianku dan memasukka peralatan-peralatan yang digunakan untuk ujian ke dalam tas ku. Setelah siap semuanya, aku lalu mengantar Zahra ke kosnya dan menunggunya mandi dan bersiap-siap.

Dalam momen itu, aku yang memang beberapa hari ini tidak melihat tubuh polos Zahra, mengakibatkan juniorku menegang.

"Liatin apa kamu za? Hahaha" kata Zahra saat baru saja keluar dari kamar mandi

"Ehehehe maaf zaah. Udah lama aku galiat kamu kayak gitu"

"Hiiihh dasaaar hahaha" katanya sambil memakai pakaiannya.

Setelah ia memakai semua pakaiannya dan sedang menggunakan bedak dan lipstik, aku memeluknya dari belakang.

"Ahahaha faza faza" katanya sambil merangkulkan tangannya di kepalaku. "Udaah iihhh mau ujiaan hahaha" ujar Zahra.

Aku melepaskan pelukanku dan segera keluar dari kamar Zahra.

Kami akhirnya menuju kampus untuk melaksanakan ujian.

==================================​

Selama satu minggu aku melaksanakan ujian. Sejujurnya aku tidak bisa mengerjakan ujiannya. Bukan karena aku bodoh atau apa, tapi memang soal-soal yang keluar itu seringkali tidak ada di materi perkuliahan. Bukan hanya aku saja yang merasa seperti itu, orang sepintar Winda saja merasa soalnya memang sering tidak ada di materi perkuliahan.

"Za kamu pulang ke Jakarta kapan?" Tanya Zahra kepadaku saat kami selesai melaksanakan ujian di hari terakhir.

"Senin mungkin atau selasa zaah hehe"

"Kok lama banget?"

"Soalnya besok mau makrab UKM ku. Ini mau siap-siap"

"Yaaaahhh. Gabisa bareng doong"

"Emang kamu kapan zah?"

"Besok za. Ini aku mau minta tolong anter ke stasiun hehe. Mau beli tiket. Soalnya minggu ada acara nikahan kakak pertamaku. Jadinya aku harus pulang"

"Kamu sih anak ke berapa zah?"

"Ke empat hehe. Paling terakhir. Cewek sendiri hahaha"

"Waduh selain bapakmu aku juga harus izin ke 3 kakakmu ya berarti?"

Seketika itu juga aku melihat wajah Zahra memerah.

"Ahahaha apaandeeh zaaa. Cukup ke bapakku aja kok. Nanti juga mereka setuju kalo bapak setuju" jawabnya sambil tersipu malu.

Aku lalu merangkulkan tanganku di pundaknya dan kami jalan beriringan menuju motorku.

Aku mengantar Zahra ke stasiun untuk membeli tiket. Selagi menunggu Zahra mengantri membeli tiket, aku seringkali melihat teman-teman satu kampusku. Tak jarang pula aku melihat teman sekelasku. Mataku tertuju pada satu orang. Ia merupakan teman satu kelasku. Hani lebih tepatnya. Aku lalu minta izin kepada Zahra untuk menuju Hani dan ia setuju. Aku lalu menuju Hani yang sedang menunggu keretanya dateng.

"Lohh han cepet banget langsung pulang haha" ujarku saat aku sampai di tempat Hani.

"Iyaa haha. Ibuku udah kangen banget katanya" ujarnya. "Kamu sih ngapain za ke stasiun dan gak bawa apa-apa?"

"Ituu. Nganter Zahra beli tiket. Aku mah pulangnya senin haan hehe" kataku sambil menunjuk Zahra yang tengah mengantri

"Ohh makrab yaa?"

"Kok tau?"

"Iyaa si Devi cerita haha. Dia sebel banget gara-gara itu"

"Devi siapa?"

"Ihh Devi temen sekelas. Parah kamu mah belum kenal sama temen kelas sendiri"

"Hah?" Ujarku sambil mengingat ingat. "Ohhh yaaaa Devi. Yang teteknya gede itu kan ya?"

*PLAK*

"Kalo mau ngomong sembarangan tuh suaranya agak dikecilin" katanya setelah menamparku.

"Aduhhh iya iyaa maaf. Tapi bener kan yang teteknya gede?" Kataku dengan suara yang sudah ku lirihkan.

"Ihh kamu tuh yaa merhatiinnya itu mulu" katanya sambil mencubit hidungku.

"Sakit tau han" kataku sambil membalas perlakuannya itu dengan mencubit pipinya.

"Aduuhhh" rintihnya sambil memegangi pipinya setelah kucubit.

"Hey heeyyy ngapain kalian hahaha" kata Zahra setelah selesai membeli tiket.

"Itu zaah, si Faza nakal. Masa cubit-cubit pipiku sihh" ujar Hani sambil memeletkan lidahnya kepadaku.

"Dia duluan yang nyubit idungku. Enak aja"

"Hahaha yaampun kalian kayak anak kecil aja sih" kata Zahra sambil duduk di sebelah Hani. "Kereta jam berapa han?" Lanjutnya.

"Jam setengah 2 zah hehe. Sebentar lagi"

Kami lalu mengobrol-ngobrol ringan. Membicarakan keadaan Winda yang sekarang sedang di jemput oleh kedua orang tuanya. Kadang juga kami taruhan tentang orang-orang yang melewati garis batas apakah kaki kanan atau kaki kiri dulu yang melangkah.

Tak terasa, kereta Hani tiba. Aku lalu membantunya membawa kopernya dan aku mengantarnya hingga masuk ke dalam kereta.

"Ati-ati ya han hehe. Salam buat ibumu" kataku saat selesai meletakkan kopernya di bagian bagasi yang ada di atas kursinya.

"Makasih ya zaa, zaah hehe. Malah ngerepotin"

"Yaudah yuk kita turun. Nanti malah kebawa haha" ujar Zahra.

Kami lalu turun dari kereta. Beberapa saat setelahnya kereta tersebut berjalan dan kami melihat Hani di jendela. Kami lalu melambaikan tangan ke Hani sampai akhirnya kereta tersebut tidak terlihat lagi. Kami lalu memutuskan untuk segera menuju tempat parkir.

"Zah, mau kemana dulu nih?" Kataku saat kami sampai di motorku.

"Katanya kamu mau siap-siap buat besok?"

"Nanti malem aja ahh. Masih siang juga sekarang"

"Emmm. Ke venus yuk za. Mau ga?"

"Makan sekalian yaa. Aku laper haha"

"Yaudah yukk"

Kami lalu menuju venus dan langsung menuju bagian foodcourt.

Kami mengitari foodcourt itu dan akhirnya memutuskan untuk makan bakmi. Setelah memesan, kami lalu mencari tempat duduk. Setelah mendapatkan tempat duduk. Kami berbincang-bincang mengenai berbagai macam hal. Bahkan kami membicarakan Tia yang sekarang sudah menjadi pacar Dimas. Merembet ke masalah itu, akhirnya aku bercerita mengenai pemerkosaan Tia oleh Tama dan Dimas. Zahra sedikit menyayangkan rencanaku karena seharusnya tidak sampai segitunya, namun melihat sekarang Tia sudah menjadi milik Dimas menjadikan hal tersebut mungkin rezeki bagi Dimas.

Beberapa saat kemudian, pesanan kami datang dan kami langsung melahap makanan yang sudah tersedia.

"Zaa aku kenyang banget ihh. Ini kebanyakan" ujar Zahra sambil meletakkan sendok dan garpunya di mangkuk bakmi.

"Aku abisin yaa? Hahaha" kataku sesaat setelah aku menyelesaikan porsiku.

"Jangan aaah. Nanti kamu tambah gemuk. Aku perhatiin kamu udah kurusan tau dibanding pas awal-awal masuk"

"Masa sihh?" Kataku sambil mencubit-cubit perutku.

"Ya kalo abis makan maah, pasti kayak gak keliatan. Coba deh nanti kamu timbang berat badanmu. Pasti udah turun dehh"

"Yaudah dehh. Nanti aku nimbang" kataku sambil menyelesaikan makanku. "Zahh temenin aku nyari tas yukk. Tas selempang"

"Yaudah hayuuu"

Kami lalu bangkit dan langsung menuju area tas-tas. Aku lalu memilih-milih tas yang sekiranya cocok denganku sambil dibantu Zahra. Setelah mendapatkan tas yang sekiranya cocok dan harganya juga cocok. Kami lalu menuju kasir dan membayarnya.

"Za, kemana lagi?" Tanya Zahra kepadaku.

"Emmm. Aku sih udah selese. Kamu mungkin pengen beli apa gitu. Mumpung disini"

"Emmm apa yaa. Gatau haha"

"Beli baju mungkin?"

"Engga deh za. Bajuku udah banyak haha. Cukup dehh. Yaudah pulang yukk zaa. Aku mau packing hehe"

"Ohhh. Yaudah deehh. Hayuuu"

Kami lalu menuju tempat parkir.

*TIIN TIIN*

"Woeee zaa" ucap seseorang yang masih menunggangi motornya.

"Woee dim. Kaget gue haha. Kirain siapa" kataku yang akhirnya menyadari siapa yang membunyikan klakson.

"Ada Zahra juga nihh haha" ujar Dimas.

"Tiaaaaa" teriak Zahra kepada wanita yang dibonceng oleh Dimas

"Haii zaaahhh" teriak Tia sambil melambaikan tangan kepada Zahra.

"Duluan ya zaaa, zaaah hehe" kata Dimas

"Yooo ati ati" kataku.

Kami lalu menunggangi motorku dan langsung pulang

"Za, ke kosanku yaa hehe"

"Lohh kamu gak packing gitu?"

"Nanti aja laaah, lagipula aku gak akan bawa baju banyak-banyak, soalnya dirumah juga masih agak banyak"

"Yaudah dehh"

Kami sampai di depan kosan Zahra.

"Yuk zaa masuk"

Aku lalu memakirkan motorku di halaman kos Zahra dan langsung masuk mengikuti Zahra.

"Za, masuk ke kamar duluan ajaa. Aku ngambil minum dulu hehe. Nih kuncinya" katanya sambil melemparkan kunci kamarnya.

Aku lalu membuka kamar Zahra dan langsung menuju kasurnya untuk rebahan.

Sambil rebahan, aku membuka HP dan mendapati pesan dari Hani yang berisi sebuah fotonya sedang duduk disebelah wanita yang diketahui sedang mencari seorang anaknya yang menghilang. Foto tersebut diberi tulisan "kasian ya zaa huhuhu". Aku pun membalas "anaknya hilang dimana?". Namun pesan tersebut tidak segera ia balas.

Aku juga mendapati pesan dari Winda yang berisi foto dia bersama keluarganya yang saat itu sedang menjemputnya. "Zaa dapet salam dari mamah :)" isi pesan berikutnya. Aku menjawabnya "waalaikmslam. Salam balik yaa win :)"

Setelah beberapa saat, Zahra datang membawa satu ceret minuman dingin berasa jeruk.

"Nihh za, minum hehe" katanya sambil meletakkan ceret di meja.

"Yaampun zaah, aku bukan tamu jauh kali, gausah dikasih minuman segala haha. Tapi makasih lohh" kataku sambil mengambil ceret menuangkannya ke dalam gelas.

"Huuhh dasarr hahaha"

Zahra lalu merebahkan dirinya di sebelahku.

"Udah satu semester aja ya za" ujar Zahra.

"Emang ga berasa apa zah? Aku berasa banget loh. Capek ehh. Banyak praktikumnya" ujarku sambil mengarahkan tubuhku ke tubuhnya.

Zahra juga mengarahkan tubuhnya ke arahku.

"Zah" kataku sambil menindih tubuh Zahra. "Aku sayang sama kamu" lanjutku sambil menciumnya.

Tak ada reaksi penolakan oleh Zahra, dan ia cenderung membalas ciumanku. Aku lalu sedikit mencoba untuk memasukkan lidahku ke dalam mulutnya dan aku mengaitkan lidahku ke lidahnya. Zahra yang kaget, langsung mendorong tubuhku dan aku melepaskan ciumanku.

"Ehh maaf zaa. Aku kaget" ujar Zahra saat melihat aku terkejut akibat dorongannya.

"hahaha maaf yaa. Aku juga baru pertama kali kayak gitu jdnya mungkin aneh rasanya" kataku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya.

Kami berciuman kembali, namun kali ini kami berciuman saja. Hanya saling mengulum bibir masing-masing.

Tak lama setelah itu, aku melepaskan ciumanku dan menarik tubuh Zahra agar bangkit. Dan aku langsung memegang kepalanya dan kulihat wajahnya merah dan matanya tak bisa memandangku.

"Zaaah. Mau jadi pacarku?"

Cukup lama ia terdiam dan akhirnya ia memandangku. Memandang mataku dengan dalam.

"Za, dari ospek aku udah ada perasaan sama kamu. Kamu tuh perhatian. Aku gak apa-apa kehilangan perawanku saat pertama kali kita melakukan itu. Tapi, pas tau kamu jalan sama Hani, nginep sama Hani, dan kemarin abis cerita bareng-bareng sama Hani sama Winda, aku jadi ngerasa kalo kamu juga sayang sama mereka. Jujur za, aku gaakan sanggup nahan kenyataan kalo pacarku. Kalo di hati pacarku tuh gak cuman aku doang" ucapnya sambil meneteskan air mata.

Aku hanya bisa terdiam sambil membasuh air matanya yang keluar dengan jariku.

"Zaa, aku gak apa-apa kok kalo cuman dijadiin tempat curhat atau bahkan partner sex kamu. Tapi yang jelas, kalo buat jadiin kamu pacar aku gabisa za. Maaf" ucapnya sambil memelukku dan menangis di dadaku.

Aku hanya bisa mengelus kepalanya. Cukup lama kami di posisi ini dan rasanya aku tidak sanggup melepasnya.

"Zaa, nanti kalo udah di jakarta kita main yaa. Ke mana gitu hehe" ucapnya setelah melepaskan pelukanku sambil mengusap tangisannya dan tersenyum.

Aku lalu menyergap bibirnya dengan bibirku dan kami berciuman sekali lagi. Tidak terlalu lama ciuman itu, aku lalu menarik jarum pentul yang ada di sebelah lehernya untuk melepas jilbabnya. Aku lalu menarik jilbabnya dan melepas ikat rambutnya sehingga rambutnya terurai.

Ia tersenyum kepadaku dan melepas kancing kemeja yang aku pakai lalu melepas kemejaku dan melemparkannya entah kemana. Setelah itu, ia langsung menyergap celanaku dan menariknya bersama celana dalamku. Ia lalu mendapati penisku yang masih setengah berdiri.

"Duhh udah lama gak liat ini mu hahaha" katanya sambil mengocok penisku.

Tak butuh waktu lama penisku menjadi tegak karena memang sudah cukup lama aku tidak melampiaskan nafsuku.

Setelah tegak sempurna, Zahra lalu mengulum penisku dan menjilatinya.

"Aaahhhh zaaaahhh uuuhhh emmmm" desahku karena memang kuluman dan jilatan Zahra terasa nikmat sekali.

"Zaaahh udaaahhh nantiii keluaarrrhhhh"

Zahra lalu melepaskan kulumannya lalu melepas kemejanya. Saat ia selesai melepas kemejanya, aku langsung bergerak menindih Zahra dan melepas celana beserta celana dalamnya. Ia masih berusaha melepas BH-nya sedangkan aku sudah bermain-main dengan vaginanya.

"Uuuhhh aaahhhh sshhhh aaahhhh" desah Zahra saat aku memainkan klitorisnya menggunakan lidahku.

Zahra masih belum melepaskan BH-nya karena aku keburu memberi rangsangan yang tidak dapat ia tahan. Dan tak lama setelahnya, tubuh Zahra mengejang dan aku disemprot oleh cairan kenikmatannya. Cairan yang dikeluarkan cukup banyak sehingga membuat wajahku basah kuyup.

"Aaahhh sssshh maaaff zaaaa aaahhhhss" desahnya sambil bangkit dan memberikan tissue kepadaku.

"Hahaha banjir banget sih zaaah, udah lama ya ternyata kita gak kayak gini lagi" ujarku.

Aku lalu membaringkan kembali tubuh Zahra dan melepas BH-nya. Setelah itu aku mengarahkan penisku ke depan bibir vaginanya.

"Siap zah?"

Ia hanya tersenyum kepadaku dan mengangguk.

Aku lalu mendorong penisku ke dalam vaginanya hingga kurasakan sudah mentok.

"Aaaahhhhssss" desah Zahra dan aku hampir bersamaan.

Aku lalu memaju-mundurkan penisku dengan ritme pelan terlebih dahulu karena ingin menghayati persetubuhan ini. Semakin lama semakin ku percepat ritme genjotanku dan hal ini membuat tubuh Zahra menggelinjang

"Aaahhhh zaaaaa ssshhhh aaahhhh" desah Zahra.

Aku lalu mencium kembali bibirnya sambil menggenjotnya. Hal itu membuat desahan-desahan yang keluar dari mulut Zahra tertahan dan membuat irama yang makin membuatku terangsang.

Tak lama kemudian, desahan Zahra makin tidak karuan dan bibirku sempat digigit hingga berdarah dan bersamaan dengan itu tubuh Zahra mengejang hebat dan ia mencapai orgasmenya yang kedua.

"Aawww" ujarku sambil melepaskan ciumanku dan juga genjotanku

"Aaahhh zaaa maaaff sssshhh aahhh. Gak sengajaa aahhh. Maaafffssss" desah Zahra sambil merasakan sisa-sisa orgasmenya.

Aku lalu mengusap bibirku menggunakan jariku dan memang mendapati bibirku berdarah.

"Zaahraa yaampuun hahaha. Kamu fix nih kangen sama aku hahaha" ujarku sambil mengoleskan darahku ke belahan payudaranya

"Maaff gak sengaja zaa" ujar Zahra sambil melepaskan penisku dari vaginanya dan mengambilkan tissue untukku.

Setelah selesai mengusap semua darah yang keluar di bibirku, aku meminta Zahra untuk memposisikan dirinya sedang merangkak dan ia mengetahui maksudku.

"Zaah, aku masukin ke sini gapapa ya?" Ujarku sambil menempelkan penisku di lubang anusnya.

Seketika itu juga Zahra menarik diri dan duduk menghadapku.

"Jangan zaa, sakitt banget pasti. Aku gamau laah. Yang biasa ajaa yaaa pleasee" rengeknya.

"Yaudah dehh. Oiiya zah, aku mau cerita tapi nanti deh selesai ini ya?"

"Cerita apaa?"

"Ada deeehh" kataku sambil memeluk tubuhnya dan memposisikan tubuh Zahra untuk merangkak.

Aku lalu langsung memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan menggenjotnya dengan ritme sedang. Selagi menggenjot, tanganku meremas-remas pantatnya dan sesekali memukulnya pelan. Tanganku lalu bergerak naik menuju punggungnya dan berakhir di payudaranya yang indah menggantung. Sambil menggenjot, aku juga meremas-remas payudaranya.

"Aaaahhh zaaaa pelaaannnn ssssshhh pelaaaannn" desahnya saat aku menaikkan tempo.

Tubuh Zahra kembali mengejang dan melengkung ke arahku. Hal itu menandakan Zahra kembali mendapatkan orgasmenya yang ke tiga.

Saat tubuh Zahra melengkung, aku dengan cepat segera menangkap tubuhnya dan aku memposisikan diriku rebahan. Sehingga posisi sekarang adalah Zahra berada di atasku namun membelakangiku.

"Masih kuat ga zah?" Ucapku dengan nada sedikit meledek.

"Aaahhh masihhh ssshh, tapi tungguu aaahh sebentarr ssshh"

Setelah sekiranya cukup beristirahat aku memegangi pantatnya dan mengangkat dan menurunkan pantatnya agar penisku dapat keluar-masuk vaginanya. Aku lalu bangkit dari tidurku dan meningkatkan ritme genjotan sambil meremas-remas payudaranya dan menciumi lehernya.

Beberapa saat kemudian, aku merasakan bahwa aku sebentar lagi mencapai klimaks. Aku lalu memutar tubuh Zahra dan kembali ke posisi awal, dimana aku diatas dan Zahra dibawah. Aku makin meningkatkan ritme genjotanku dan membuat payudara Zahra melonjak-lonjak seiring genjotanku.

Tubuhku sedikit menegang namun dengan timing yang pas, aku cabut penisku dari vaginanya dan menyemprotkan spermaku ke perutnya. Cukup banyak sperma yang ku semprotkan karena sudah seminggu lebih aku tidak keluarkan karena sibuk ujian. Aku lalu meratakan spermaku ke seluruh tubuh bagian depannya.

"Zaaa jorokk aaahhh masa diratain ihhh" protesnya sambil bangkit dari tidurnya dan langsung menuju kamar mandi.

Aku langsung menyusul ke kamar mandi dan kami memutuskan untuk mandi bersama.

Momen mandi bersama kami dihabiskan dengan saling gosok tubuh antara aku dan Zahra. Saat gilirannya dia mengocok penisku dengan sabun mandi dengan kecepatan tinggi yang mengakibatkan tubuhku kelonjotan dan mencapai orgasme dengan cepat. Saat giliranku, aku hanya menggesek-gesek vaginanya dan meremas payudaranya. Karena ia sudah terbiasa aku beri perlakuan itu maka membutuhkan waktu lama sampai ia mendapatkan orgasmenya. Itu juga karena aku mengocok vaginanya dengan jariku dan kulakukan dengan ritme cepat.

Setelah selesai mandi, ia langsung menggunakan kaos dan celana pendek.

"Kamu tadi mau cerita apa za?" Tanya Zahra kepadaku.

"Emmm, kemarin aku sama Mba Nayla gituan"

"Hahh? Kok bisa za?" Zahra langsung memposisikan duduk di depanku dan memperhatikan dengan serius.

Aku menceritakan dari asal mula aku bertemu dengan Mba Nayla, dia merupakan pacar dari Tama dan fakta bahwa ia merupakan ayam kampus.

"Ihh serem ya za. Ati ati kamu nanti kena penyakit.

"Jangan ngomong gitu doong. Takut nih aku"

"Abisnya kamu. Semua cewek digituin. Nanti siapa lagi?" Ucapnya dengan nada meninggi.

Aku terdiam akibat perkataan Zahra. Kesunyian ini berlangsung cukup lama hingga akhirnya Zahra mengambil koper.

"Loh zah, gapake BH?"

"Ya ngapain. Dirumah doang ini kan haha"

"Pentilmu keliatan lohh. Jangan keluar-keluar abis ini" ujarku sambil menujuk bagian payudaranya.

"Iyaa zaaa hahaha. Enggak kokk. Ini juga udah malem. Mau langsung packing terus bobo" katanya sambil mengeluarkan kopernya. "Sini za, bantuin aku packing!" Lanjutnya.

"Siap bosque"

Aku lalu melangkah menuju lemari dan memilih-milih pakian yang diperintahkan oleh Zahra untuk dibawa. Setelah selesai, aku lalu pamit untuk pulang karna memang waktu sudah menunjukan pukul 09.17 dan aku harus segera packing untuk kegiatan makrab esok hari.

Bersambung.................
 
Terakhir diubah:
Gimana updatenya? Haha. Oiya mohon maaf kalo misal tulisannya kurang rapi atau gimana, soalnya itu ngetik di HP karena laptop sedang tidak sehat. Hehe

Mohon kritik dan sarannya buat update kali ini :D:D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd