Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Erotis Umi Zahra

Setelah berpakaian rapi lengkap dengan jilbab lebar tertutup, aku keluar kamar hendak kembali ke rumah sakit. Ari sudah duduk di meja makan dan mempersiapkan roti dan selai untuk kami makan. Ari seperti melamun, dan lalu tertunduk seperti tak berani memandangku.

Aku menghampirinya, memeluk kepalanya yang tengah duduk. Barulah ia menyunggingkan senyuman, dibalas dengan senyumanku juga. Entah kenapa sejak kejadian tadi malam, jiwa remajaku yang dibilang terenggut pernikahan, malah kembali bersemi. Dan kini, Ari melengkapi gejolak remajaku.



"Udah siap sayang..ayo makan dulu"
"Iya umi.." sambil tersenyum.
"Jangan panggil umi ri..panggil Zahra aja yah"
"Hah? Kenapa emang mi?"
"Engga ah..pengen dipanggil Zahra aja sama kamu sayang.."
"Masa panggil nama mi..takut nggak sopan"
"Iya kalau didepan orang atau ayahmu panggilan nya umi..kalau kita lagi berdua mah panggil Zahra ya..coba coba..Zahra gitu"
"Hehe.."
"Eh malah nyengir deh.."
"I..iyaa Zahra.."
"Nah gitu, kalau berdua panggil Zahra ya.."
"Iya Zahra.."
"Hihi..nah gitu..mmuah" sambil aku kecup pipinya lalu duduk di pinggir dia sambil memeluk lengannya yang kekar.
"Ari kenapa semalam kok malah masukin titit Ari ke punya nya Zahra?" Godaku sambil mencubit pipinya.
"Euhh..karena Ari sayang Zahra" ujarnya.
"Huu.. sayang apa nafsuu" sambil aku dorong pipinya dengan jariku.



Kamipun malah tertawa berdua, dan Ari sesekali mengecup keningku. Obrolan kami jadi cair, penuh canda tawa, bagai remaja yang diterjang asmara. Ari sangat ganteng dan gentle, siapapun pasti ingin dekat dengannya, dan aku salah satu yang beruntung.

"Ri.."
"Iya mi.. eh..Ra..Zahra maksudnya"
"Iya panggilnya Zahra ah..biasain.."
"Iya maaf Zahraku.."
"Ri..Ari sayang nggak sama Zahra?"
"Sayang banget Ra.."
"Emmhh..gimana kalau diresmiin?"
"Diresmiin gimana ra?"
"Emmmh.. Ari ungkapin perasaan Ari.. Zahra nanti terima.."
"Ooh..pacaran maksudnya Ra?"
"Iya..Ari jadi pacar Zahra ya? Kan Ari semalem udah ngerasain Zahra.." kataku agak malu malu.
Ari kemudian memegang kedua tanganku
"Zahra, Ari sayang sama Zahra, Zahra mau jadi pacar Ari kan?"
"Aku tersipu malu, Iya Ari..Zahra mau jadi pacar Ari.." aku seperti terlahir kembali jadi ABG yang haus akan gejolak cinta masa remaja.
Ari pun tersenyum dan kemudian mengecup keningku.
"Huu.. bibirnya engga nih?" Kataku manja
Ari pun mengecup dan kamipun jadi berciuman mesra.
"Zahra.. Ari boleh nggak gituan lagi?" Katanya.
"Gituan apa Ari.. mau pake Zahra?"
"Hehe..iya Ari pengen pake Zahra"
"Kan semalem udah ih dua kali..nggak cape apa"
"Kalau Zahranya cantik gini gakan cape kali"
"Ah gombal dasar anak muda..sukanya mesum nih ah"
"Hehe bukan..ya kalau Zahra mau.."
"Udah ah.. hayu ke rumah sakit dulu.. kasian papamu nggak ada yang ngurus"
"Iya udah..ayo.."

Kamipun segera masuk mobil dan berangkat menuju rumah sakit. Disepanjang jalan, Ari memegang tanganku bak sepasang kekasih. Walau disela sela nya Ari sedikit nakal meraba paha dan payudaraku.

"Ih Ari ah nakal sama Zahra.." sambil aku menyingkirkan tangannya dan kemudian memeluk lengannya.

"Ari suka nakal gini ya sama pacar Ari dulu?" Tanyaku sambil menyandarkan kepalaku di bahunya yang sedang menyetir.
"Pacar? Enggak pernah punya pacar Ari mah" ujarnya.
"Masa sih..boong ah.." aku cubit pipinya.
"Beneran.. Zahra pacar pertama Ari.."
"Ahh gombal..tapi kok udah pinter kalau gituan"
"Ya kan pernah sama yg naksir Ari..ee tapi tapi Ari nggak pernah loh ampe masukin.. pertama kali ya semalem..sama Zahra" ujar Ari sambil mencubit hidungku.
"Ihh.. iya Ari nakal sih.. belum dipacarin, Zahra nya udah dipake.. huu.." gelendotku manja kepada Ari.
"Iya kan sekarang udah resmi Pacaran sama Zahra"



"Hmm.. emang Vagina Zahra masih enak gitu sayang.. kan udah sering dipake ayah kamu.."
"Enak banget kok sayang.. kerasanya sempit, anget.."
"Ihh.. Bukan punya Zahra sempit.. titit Ari nya yang gede..huuu"
"Enak nggak kontolnya Ari, Ra?" Tanyanya sambil masih menyetir.
"Hu'umh.. enak kok" kataku.
"Memek Zahra juga enak.." ucapnya.
"Ih Ari ah.. kasar bilang memek.." sambil ku cubit lagi pipinya.
"Hihi..kan emang namanya memek.."
"Hihi iya sih.. si suka memek ah kamu mah.."
"Iya memeknya Zahra, pacar Ari"

"Ciyee.. istri papanya malah dipacarin"
"Biarin, kan Zahra juga mau.."
"Aaaah…inget ya hubungan kita jangan sampe ketauan orang.. cukup kita berdua aja" kataku mewanti wanti.
"Iya sayang..siap.. mmmuah" Ari mencium keningku.

Tak terasa kamipun sampai pelataran rumah sakit, dan siap siap turun. Belum aku membuka pintu mobil, Ari menarik tanganku dan kemudian mendekatkan kepalaku. Bibirnya mendarat di bibirku dan dengan lembut mencumbui bibirku. Akupun menyambut pagutannya dan kami sempat saling bertukar liur dan lidah. Cukup membuatku jadi sange.

"Cppmmmhh..udah ah sayang.. takut keliatan orang" aku lepaskan ciumannya dan bergegas membuka pintu.

Kamipun bergandengan masuk rumah sakit. Aku tak risih, karena pasti orang melihatnya seperti ibu dan anak, padahal kami seperti sepasang kekasih yang lagi kasmaran dengan cinta monyet masa remaja. Kedewasaanku seolah hilang di samping Ari, kesedihan berminggu-minggu membuatku butuh pelindung dan pemberi kasih sayang, dialah Ari yang bikin aku lupa bahwa dia anak tiriku yang juga aku ikut besarkan.

Di ruang pasien, teman teman mas teguh berpamitan pulang. Kamipun berterima kasih dan kami menggantikan mereka menjaga mas teguh lagi. Kulihat mas teguh matanya hanya terbuka setengah, tak ada gerakan yang berarti selain mengedip pelan. Bahkan tak ada lagi senyuman. Mas teguh seperti mayat hidup yang tak lagi seperti dulu.

Aku mengelapi dan menggantikan baju mas teguh. Dibantu Ari mengangkat badannya, dan dibalik punggung ketika aku mensponsnya, Ari terus memegang tangan kiriku. Aku memberikan tanda agar tak berbuat melebihi batas. Walaupun aku tahu mas teguh juga entah bisa menangkap atau tidak.

Sambil menunggui mas teguh, aku dan Ari mengobrol seperlunya. Terkadang dia aku suruh mengambilkan resep dan mengantri obat. Sampai siang hari, kulihat mas teguh matanya tertutup tanda tertidur. Aku berdiri memandangi pemandangan dari jendela sambil melamun. Sampai kurasakan pelukan mesra dari Ari padaku.



Ari memelukku dari belakang, aku membiarkan saja karena jendela agak jauh dari pandangan mas teguh yang berbaring. Dagunya bersandar di bahuku. Cukup lama ia memeluk sampai kurasakan ada tonjolan yang semakin besar dan keras menekan pantatku.

"Kok berdiri.." tanyaku berbisik.
"Kangen ra.." jawabnya yang juga berbisik.

Akupun memejamkan mata, dan Ari perlahan menggesek gesek kontolnya di belahan pantatku. Sebenarnya pantatku tidak terlalu montok, tapi Ari tetap saja seperti menikmati menggesek geseknya. Mungkin karena Ari memakai celana sport, dan aku memakai gamis ungu yang tipis.

"Mmh.." gumam Ari sambil menggesek pelan pantatku.

Dalam posisi digesek Ari, terasa bikin nafsu juga. Apalagi sambil menggesek, Ari meremas remas pelan payudaraku. Cukup lama kegiatan itu berlangsung, sampai aku tidak tahan. Dan menarik tangan Ari menuju kamar mandi.

Pintunya tidak aku tutup, agar tetap kedengaran suara dari luar kamar mandi. Ari pun segera bergegas memelorotkan celananya. Dan akupun menaikan gamis dan menurunkan celana dalamku sampai lutut. Tak ada kata yang keluar dari kami, Ari hanya mengisyaratkan untuk membelakanginya.

Ari mulai menempelkan penis besarnya di pantatku, sambil tangannya memegang memekku, dan kaos nya ia tahan dengan dagu. Aku clingak clinguk melihat sekitar, sampai akhirnya Ari memegang pantatku dan mulai melesakkan penisnya di vaginaku dari belakang.

"Aahh" aku mendesah pelan, sungguh sensasi ini jadi sangat menggairahkan karena ada rasa nafsu dan was-was takut ada yang datang.

Dari bawah kulihat Ari menjinjit dan mendorong pantatnya agar penisnya keluar masuk vaginaku. Akupun agak menungging dan sedikit membuka kakiku walau agak terhalang celana dalam.

Tanganku bertumpu di tembok kamar mandi, dan pantatku aku tunggingkan agar Ari tak kesulitan menikmati memekku yang kini menjepit kontolnya.

"Huhh..huuhh..ah.." nafas Ari memburu seiring kocokannya di vaginaku.

"Jangan lama lama ri..ahh" kataku berbisik dan menikmati genjotannya dari belakang.

"Iya bentar Ra.. Ari cepetin biar keluar..ahhh shh" kata Ari berbisik.

Benar saja Ari mempercepat kocokannya dan menekan keras sampe aku hampir menempel di tembok kamar mandi.

"Aaahhh..sayanghh" bisikku manja menikmati kegagahan Ari.
"Ah ahh ahh..Ra, Ari keluarin yah..ahh" desahnya tertahan.
"Uhh..iya keluarin Ri.." balasku.

Kocokannya jadi cepat dan keras sampai akhirnya iya menjinjit tinggi dan menyemprotkan maninya di dalam vaginaku. Kurasakan hangat semprotannya membuatku jadi sangat melayang.

Kemudian Ari segera mencabut penisnya dan buru buru menaikkan celananya lagi. Akupun merasakan spermanya meleleh.

"Ari keluar duluan aja..Zahra mau cuci memek dulu.." kataku sambil jongkok dan mengambil cedukan air dan membasuhi vaginaku.

Ari pun keluar sambil merapikan celana dan kaosnya. Aku memeriksa memekku, apakah spermanya masih meleleh atau sudah bersih. Aku lihat lihat vaginaku lebat juga bulunya. Kemudian aku terpikir untuk nanti mau aku cukur habis saja agar Ari seperti menggauli anak seusianya. Aku jadi sangat terobsesi menjadi remaja ABG dan ingin memberikan yang terbaik untuk Ari.

Setelah benar benar bersih, Aku naikkan lagi celana dalamku, dan merapikan gamisku. Tak lupa aku rapikan juga jilbabku yang agak kusut saat persenggamaan tadi.

Aku keluar kamar mandi dan Ari kulihat terkulai dan mengantuk di sofa ruang kamar. Akupun duduk di dekatnya dan ngantuk menghampiriku juga. Kami tertidur sambil duduk di sofa.

Entah berapa lama aku terlelap, sampai akhirnya ada keluarga dari mas teguh menjenguk. Mereka datang dari Banten sengaja mau jenguk mas teguh. Mereka terisak sambil memeluk Ari, dan juga memberikan empati padaku.

Kami mengobrol sampai sore, sampai merekapun bilang bahwa mereka akan menunggui mas teguh untuk satu malam ini.

"Kalian pasti lelah terus nunggu di rumah sakit, baiknya kalian pulang saja, istirahat dulu..biar Teguh kami yang jaga malam ini ya!" Kata Kakak sepupu mas teguh pada aku dan Ari.

Aku dan Ari pun saling pandang, dan tentu senang karena kami jadi bisa berduaan lagi di rumah.

"Ehh, iya terima kasih kalau begitu..Zahra sama Ari juga emang lelah belum pulang dari kemarin" kataku berbohong pada mereka.

"Iya..pulang aja istirahat di rumah..disini kami jaga kok" katanya dan suaminya juga mengangguk dan meminta kami untuk pulang saja.

Pukul setengah 5 sore, aku dan Ari pulang. Disepanjang jalan tak banyak kami berbicara. Ari seperti bersemangat dan menancap gas mobil kencang agar sampai rumah lebih cepat.

"Hati hati sayang.. jangan ngebut ah.."
"Hehe gatahan nih Ra.."
"Aa aah Ari.. pasti mau mesumin Zahra lagi"
"Tau aja.. hihi.."

Tak seperti lamanya kami berangkat, kami tiba cukup cepat karena Ari yang ngebut. Setelah mengunci pintu pagar, Ari menyusulku masuk rumah.

Saat aku berjalan melewati ruang tamu, Ari tiba tiba datang dari belakang dan menggendongku. Badannya yang kekar, tak kusangka kuat menggendongku. Mungkin karena memang tubuhku yang langsing dan tak terlalu berat.

"Ehh..kaget..aduh sayang..ahh" akupun memeluk Ari dan tersenyum.

Ari membaringkan ku di sofa. Dan kemudian ia memelorotkan celananya.

"Kok di sofa sih sayang? Gakan di kamar aja"
"Nggak, Ari pengen ngewein Zahra di sofa.. kayak ayah dulu ke Zahra" ujarnya
"Ari suka lihat emang?"
"Ari tuh ngelihatin tau gimana ayah nikmatin Zahra, ngintip dari atas tuh" sambil menunjuk lantai 2.
"Ihh dasar.. pantesan pinter..suka ngintip Zahra diewe ayah.." akupun perlahan membuka celana dalamku dan menyimpannya diatas meja kemudian menunggu Ari menaikiku.

Ari pun segera menempatkan kedua pahanya diantara kakiku yang terbuka. Dan bersiap melesakkan penisnya ke memekku.

"Mau langsung aja? Nggak jilatin memek Zahra dulu?" Tanyaku yang kemudian membenarkan posisiku untuk disenggamai Ari.
"Abis ini aja ya Ra..Ari udah pengen banget ngewein Zahra di posisi gini" katanya.
"Huuhh..dasar nafsuan deh Ari..hihi" tawaku.

Benar saja Ari kemudian merengkuhku, dan memasukkan kontolnya di memekku. Dengan perlahan pantat Ari naik turun keluar masuk vaginaku.

"Ahhh..lezat banget Ra memeknya.. ahhh..sshh..ahhh" Ari mendesah desah.
Akupun hanya tersenyum dan memejamkan mata menikmati sodokan penisnya. Aku jadi berbunga bunga dipuji puji bahwa vaginaku nikmat dipakai.

"Aahh…Ari enak banget.. ewe Zahra sepuasnya Ari.. ahhhhh" racauku setelah genjotannya jadi agak cepat.

Ari begitu khusyu menikmatiku, sampai matanya merem melek seiring penisnya yang semakin sering keluar masuk.

Aku hanya menggigit bibir melihat kegagahan Ari yang sedang menyenggamaiku. Pesona ketampanan Ari yang sedang menikmatiku membuatku sangat bergairah dan semakin mencintainya.

"Angghhh…sayang…Ari keluar sayang..mau keluar di memek nih sayangg ahhhhhh…" Ari meracau dan mempercepat genjotannya.

"Ahhh..iya keluarin sayang…keluarin semua di memek Zahra sayang.. enak bangettt aahhhh" jawabku.

Kemudian Ari pun mulai kelihatan kelojotan, gairahkupun memuncak dan hampir orgasme. Ari merengkuh menciumku dengan ganas tanda sebentar lagi akan kembali menyirami mulut rahimku dengan spermanya.

"Agghh Zahra memeknya enak sayang.."
"Ahhh kontol Ari juga enak.ahhhh"
"Aghh aghhh Zahra, Ari keluar ahh..Ari keluarrr.. argghhhhhhhh uuuhhhhhh" pantatnya keras mendorong selangkanganku yang membuat penisnya masuk sangat dalam.
"Aagghhhhhhh ariiiiiiiiiii" aku teriak menyambut semburan spermanya sekaligus orgasmeku..

Dan croottt croott..mani Ari kembali menyirami vaginaku.

Ari terkulai di sofa setelah selesai ejakulasi. Akupun berdiri, walau agak limbung dan lemas, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
 
Terakhir diubah:
Apa akan ada yang adegan seks yang lebih hardcore antara Ari dan Umi Zahra? Misal temen Ari diajak ngentotin Umi Zahra atau Ari ngentotin Umi Zahra pas pakai mukena, MarKiTu!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd