sibho
Semprot Baru
- Daftar
- 6 Aug 2016
- Post
- 48
- Like diterima
- 619
CH.11 SEBELAS
# Mending tuku sate timbang tuku weduse..
Mending gendakan timbang dadi bojone..
Mangan sate ora mikir mburine..
Ngingu wedhus ndadak mikir sukete.. #
Rimbunnya pepohonan dan semilir angin sepoi-sepoi berangsur menyejukkan suasana sekitar..
Meski begitu berbanding terbalik yang dirasakan oleh kedua insan didalamnya, semakin panas dan menggairahkan..
Suara gesekan dedaunan pun kini tergantikan oleh desahan serta erangan..
"Arrrghhh, enakhh massh..
Sie kummbang gurieehhh bangett massh.."
Rancau wati, sambil terus menggenjot si kumbang seperti tak punya rasa lelah..
Tubuh wati yang semledot dan berbasuh peluh itu bergoyang kekiri kekanan, keatas kebawah tak beraturan..
Aku hanya bisa diam melihat kelakuan wanita binal satu ini, sembari sesekali meremas gemas pantat kenyal ataupun buah pepayanya yang sekal..
"Ahh.. Ahhh, ahhhh.. Ah, ahh, ahh.. Ahh, ah.."
Dirinya bergoyang semakin cepat, berusaha mendaki puncak kenikmatan..
Hingga mak njenggirat, ia terkaget ketika..
"Splaak..!
Goyang yang bener..!"
*Tamparanku mendarat disalah satu pantatnya*
"Auwghh, iya massh.."
"Jangan panggil mas, panggil aku tuan..
Dasar perek, aku bukan masmu..
Kmu lonteku, cewek murahan.."
"...."
Wati hanya terdiam, tak terima dikatakan seperti itu.. Namun disisi lain ia juga ingin menuntaskan hasratnya yang belum sepenuhnya tersalurkan..
"Splaaakk..!
Kenapa bengong, panggil aku tuan..!"
*Tamparku semakin keras*
"Akhhh, sakiit mas..!"
*Teriaknya..*
Akhirnya kudorong dia, memberinya gertakan tuk menyudahi permainan ini..
"Sudah minggir sana, cari saja kenikmatanmu sendiri.."
"Nggak mas, eh tuann..
Kumohon, aku lontemu.."
*Pinta wati tuk melanjutkan pergumulan ini..*
"Apa..!?
Kecil banget suaramu..
Aku nggak denger..!"
"Aku lontemu tuan..!
Aku mohon puaskan aku..!
Aku butuh kontolmu..!"
*Senyum kini tersungging dibibirku..*
"Ya sudah, sana goyang semaumu, sepuasmu.."
"Terima kasih tuan.."
*Kembali ia melanjutkan genjotannya..*
Akhh.. Akhhh.. Ahh..
Akuu keluarr tuuann.."
*Ucapnya, saat mencapai orgasme yang kedua..*
Hingga akhirnya ia mengejang keenakan dan ambruk diatasku..
Kuberi imbalan ciuman klomoh tuk lonteku yang satu ini..
Tak perlu berlama-lama, kusuruh bangkit dan kuarahkan ia tuk nungging dengan tangan bertopang pada sisi-sisi meja..
Sleebb, kurobek-robek memeknya sampai ia mimbik-mimbik kesakitan karena sodokanku..
"Sklakk.. Sklakk.. Sklakk.."
"Akhh, pelan tuan..
Memek aku sakit tuan.."
Tak peduli dengan perkataannya, tetap kulanjutkan sodokanku..
"Akhh.. Akhh.. Akhhh..
Sakitt tuan, tapi enaakkhh tuan..!
Akhh.. Akh.. Akkhh.."
*Kepalanya bergoyang tak karuan, lidahnya menjulur, hingga liurnya menetes menikmati persetubuhan ini..*
Setelah 10 menit memacu si kumbang dengan kecepatan tinggi, akhirnya akupun merasa akan mencapai klimaks..
"Hahh.. Hhahh.. Hah.. Ahhhhh..
Aku keluarrr...!"
Kutarik keluar si kumbang, wati pun dengan sigap memutar badannya menghadap kearahku jongkok dan..
"Crooott.. Croot.. Croot.."
Spermaku menyembur deras ke mulut dan sebagian muka wati..
Dengan cekatan pula ia membersihkan sisa sperma dan kemudian menelannya..
*Kedua pasang mata yang bersembunyi dibalik pepohonan pun menghilang, bersamaan dengan selesainya pergumulan antara aku dan wati..*
Akupun menutup pertempuran ini dengan ciuman basah ke bibir wati..
Setelah itu kami pulang sendiri-sendiri, supaya tak menimbulkan kecurigaan siapapun pikirku..
"Dari mana mas..?"
*Tanya lastri, sesampainya aku dirumahnya..*
"Oh, deq..
Dari keliling jalan-jalan, pengen liat kampungmu.."
*Jawabku bohong..*
Nggak mungkin kan bilang klo aku abis ngentot, indehoi dengan adeknya..
"Ya udah, mandi dulu sana terus istirahat.."
Hmm, nggak tau kenapa aku merasa aneh melihat sikap calon istriku seperti itu..
Ah, mungkin hanya perasaanku saja..
Mentari mulai tenggelam diufuk barat, berganti dengan indahnya sinar rembulan..
Secangkir kopi hangat menemani mengakhiri hari ini..
Ya, hari sabtu bagi sebagian orang, hari laknat untuk sebagian kaum, namun memiliki arti yang sedikit berbeda untukku sekarang..
Hari ini adalah hari dimana harus kurelakan dan kulepaskan masa lajangku, tuk memulai sesuatu yang baru..
*Nunggu lucunya ya..hhaha..*
Hari h yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang juga..
Rencana akad yang seharusnya dimulai jam 9 pagi, mundur hingga jam 3 sore karena menunggu penghulu yang ntah kenapa datang begitu terlambat..
Situasi terlihat mulai tak terkendali, didalam ruangan para saksi dan undangan mulai beraktivitas sendiri-sendiri tuk menghabiskan waktu..
Ada yang cuma tiduran, main remi, domino, monopoli, bahkan ada yang dir-dir'an dan dolanan unclang..
Diluar ruangan terlihat sebagian anak muda menyibukkan diri dengan berlatih ilmu kanuragan serta mempersiapkan peralatan seperti pisau, sabit, parang, tombak, gir motor dan semacamnya..
Tuk menyambut sang penghulu, jika sewaktu-waktu ia datang..
"Nek wis teka penghulune, diapakna ya penak'e.."
(Klo udah sampai penghulunya, diapain ya enaknya..)
"Diwudani, terus diarak bae mring waduk cacaban..
Rame mbok ning kana, kaya pasar malem.."
(Ditelanjangi, terus diarak aja ke waduk cacaban..
Ramai kan disana, kayak pasar malam..)
*Percakapan antar pemuda desa..*
Hingga akhirnya sang penghulu pun tiba, amarah para warga yang sejak tadi meletup-letup berangsur sirna melihat sosok sang penghulu..
"Mbok ya pliss, aja nggawa penghulu sing model kaya kie.."
*Celetuk warga..*
Sosok tinggi besar, kulit hitam dan muka yang pating nggronjal membuat nyali warga langsung menciut ketakutan..
"Ana apa kie yah, pada ngadek kabeh..
Arep dirabikna apa arep pada nantang gelut..!?
Njagong, njagong kabeh..!"
(Ada apa ini ya, pada berdiri semua..
Mau dinikahkan atau mau pada nantang berkelahi..!?
Duduk, duduk semua..!)
*Bentak sang penghulu..*
"Wis, langsung bae..
Nyong sibuk, arep njaring..
Bebeh nyong, durung rabi malah ngrabikna wong terus.."
(Dah, langsung aja..
Aku sibuk, mau njaring..
Males aku, belum nikah malah nikahin orang terus..)
*Kamipun hanya diam dan menjalankan prosesi akad nikah yang sakral ini..*
"Saya nikah dan kawinkan sulistyo bin xxx dengan lastri bin yyy, dengan mas kawin uang sebesar lima ribu rupiah dibayar tunai.."
"Saya terima nikah dan kawinnya lastri bin yyy dengan mas kawin tersebut tunai.."
"Sah nggih sedoyo.."
(Sah ya semua..)
"Sah..!"
Akhirnya, selesai sudah prosesi pernikahan ini..
Hingga malam pertama kami pun dimulai..
Hmm, walau tidak bisa dibilang malam pertama juga sih..
"Wis siap deq..!?"
"Siap apa koh.."
"Hloo, lo lo loh..
Ya malam pertama'an to deq, menikmati surga dunia loh deq bersamamu.."
"Malem pertama gundulmu, wis bola bali bola koh..
Isih bae malem pertama, tapi aku mau isin lho mas.."
"Isin kenang apa..?"
"Lha kue, mas kawin koh mung limangewu perak..
Bakso ning banjaran be saiki wis pitungewu limangatus koh.."
"Wislah deq, lalekna bae..
Sing penting saiki kita berdua indehoi ndipit.."
"Ya wis, tapi sit kang..
Nyong ndwe sesuatu.."
Lastri pun membawa secangkir minuman ntah apa itu, katanya sih obat kuat daerahnya..
Klo minum ramuan ini katanya bisa ngentrak sampe pagi, sambil duduk tanpa ragu kuminum ramuan itu..
"Hloh deq, kok matane mas burem kayak kie yah.."
Akupun ambruk diatas ranjang pernikahanku, setelah itu lastri membuka jendela memberi tanda kepada seseorang tuk masuk..
Ya, siapa lagi kalau bukan si anak semata sapi..
Ternyata lastri telah merencanakan semua ini, semenjak ia menyanggupi tuk mengabulkan permintaan minto..
Yups, seperti yang anda semua lihat itulah permintaan pertama minto..
"Pertama, aku ingin kau menghabiskan malam pertamamu bersamaku.."
"Kedua.."
# Bersambung, CH12.. #
# Mending tuku sate timbang tuku weduse..
Mending gendakan timbang dadi bojone..
Mangan sate ora mikir mburine..
Ngingu wedhus ndadak mikir sukete.. #
Rimbunnya pepohonan dan semilir angin sepoi-sepoi berangsur menyejukkan suasana sekitar..
Meski begitu berbanding terbalik yang dirasakan oleh kedua insan didalamnya, semakin panas dan menggairahkan..
Suara gesekan dedaunan pun kini tergantikan oleh desahan serta erangan..
"Arrrghhh, enakhh massh..
Sie kummbang gurieehhh bangett massh.."
Rancau wati, sambil terus menggenjot si kumbang seperti tak punya rasa lelah..
Tubuh wati yang semledot dan berbasuh peluh itu bergoyang kekiri kekanan, keatas kebawah tak beraturan..
Aku hanya bisa diam melihat kelakuan wanita binal satu ini, sembari sesekali meremas gemas pantat kenyal ataupun buah pepayanya yang sekal..
"Ahh.. Ahhh, ahhhh.. Ah, ahh, ahh.. Ahh, ah.."
Dirinya bergoyang semakin cepat, berusaha mendaki puncak kenikmatan..
Hingga mak njenggirat, ia terkaget ketika..
"Splaak..!
Goyang yang bener..!"
*Tamparanku mendarat disalah satu pantatnya*
"Auwghh, iya massh.."
"Jangan panggil mas, panggil aku tuan..
Dasar perek, aku bukan masmu..
Kmu lonteku, cewek murahan.."
"...."
Wati hanya terdiam, tak terima dikatakan seperti itu.. Namun disisi lain ia juga ingin menuntaskan hasratnya yang belum sepenuhnya tersalurkan..
"Splaaakk..!
Kenapa bengong, panggil aku tuan..!"
*Tamparku semakin keras*
"Akhhh, sakiit mas..!"
*Teriaknya..*
Akhirnya kudorong dia, memberinya gertakan tuk menyudahi permainan ini..
"Sudah minggir sana, cari saja kenikmatanmu sendiri.."
"Nggak mas, eh tuann..
Kumohon, aku lontemu.."
*Pinta wati tuk melanjutkan pergumulan ini..*
"Apa..!?
Kecil banget suaramu..
Aku nggak denger..!"
"Aku lontemu tuan..!
Aku mohon puaskan aku..!
Aku butuh kontolmu..!"
*Senyum kini tersungging dibibirku..*
"Ya sudah, sana goyang semaumu, sepuasmu.."
"Terima kasih tuan.."
*Kembali ia melanjutkan genjotannya..*
Akhh.. Akhhh.. Ahh..
Akuu keluarr tuuann.."
*Ucapnya, saat mencapai orgasme yang kedua..*
Hingga akhirnya ia mengejang keenakan dan ambruk diatasku..
Kuberi imbalan ciuman klomoh tuk lonteku yang satu ini..
Tak perlu berlama-lama, kusuruh bangkit dan kuarahkan ia tuk nungging dengan tangan bertopang pada sisi-sisi meja..
Sleebb, kurobek-robek memeknya sampai ia mimbik-mimbik kesakitan karena sodokanku..
"Sklakk.. Sklakk.. Sklakk.."
"Akhh, pelan tuan..
Memek aku sakit tuan.."
Tak peduli dengan perkataannya, tetap kulanjutkan sodokanku..
"Akhh.. Akhh.. Akhhh..
Sakitt tuan, tapi enaakkhh tuan..!
Akhh.. Akh.. Akkhh.."
*Kepalanya bergoyang tak karuan, lidahnya menjulur, hingga liurnya menetes menikmati persetubuhan ini..*
Setelah 10 menit memacu si kumbang dengan kecepatan tinggi, akhirnya akupun merasa akan mencapai klimaks..
"Hahh.. Hhahh.. Hah.. Ahhhhh..
Aku keluarrr...!"
Kutarik keluar si kumbang, wati pun dengan sigap memutar badannya menghadap kearahku jongkok dan..
"Crooott.. Croot.. Croot.."
Spermaku menyembur deras ke mulut dan sebagian muka wati..
Dengan cekatan pula ia membersihkan sisa sperma dan kemudian menelannya..
*Kedua pasang mata yang bersembunyi dibalik pepohonan pun menghilang, bersamaan dengan selesainya pergumulan antara aku dan wati..*
Akupun menutup pertempuran ini dengan ciuman basah ke bibir wati..
Setelah itu kami pulang sendiri-sendiri, supaya tak menimbulkan kecurigaan siapapun pikirku..
"Dari mana mas..?"
*Tanya lastri, sesampainya aku dirumahnya..*
"Oh, deq..
Dari keliling jalan-jalan, pengen liat kampungmu.."
*Jawabku bohong..*
Nggak mungkin kan bilang klo aku abis ngentot, indehoi dengan adeknya..
"Ya udah, mandi dulu sana terus istirahat.."
Hmm, nggak tau kenapa aku merasa aneh melihat sikap calon istriku seperti itu..
Ah, mungkin hanya perasaanku saja..
Mentari mulai tenggelam diufuk barat, berganti dengan indahnya sinar rembulan..
Secangkir kopi hangat menemani mengakhiri hari ini..
Ya, hari sabtu bagi sebagian orang, hari laknat untuk sebagian kaum, namun memiliki arti yang sedikit berbeda untukku sekarang..
Hari ini adalah hari dimana harus kurelakan dan kulepaskan masa lajangku, tuk memulai sesuatu yang baru..
*Nunggu lucunya ya..hhaha..*
Hari h yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang juga..
Rencana akad yang seharusnya dimulai jam 9 pagi, mundur hingga jam 3 sore karena menunggu penghulu yang ntah kenapa datang begitu terlambat..
Situasi terlihat mulai tak terkendali, didalam ruangan para saksi dan undangan mulai beraktivitas sendiri-sendiri tuk menghabiskan waktu..
Ada yang cuma tiduran, main remi, domino, monopoli, bahkan ada yang dir-dir'an dan dolanan unclang..
Diluar ruangan terlihat sebagian anak muda menyibukkan diri dengan berlatih ilmu kanuragan serta mempersiapkan peralatan seperti pisau, sabit, parang, tombak, gir motor dan semacamnya..
Tuk menyambut sang penghulu, jika sewaktu-waktu ia datang..
"Nek wis teka penghulune, diapakna ya penak'e.."
(Klo udah sampai penghulunya, diapain ya enaknya..)
"Diwudani, terus diarak bae mring waduk cacaban..
Rame mbok ning kana, kaya pasar malem.."
(Ditelanjangi, terus diarak aja ke waduk cacaban..
Ramai kan disana, kayak pasar malam..)
*Percakapan antar pemuda desa..*
Hingga akhirnya sang penghulu pun tiba, amarah para warga yang sejak tadi meletup-letup berangsur sirna melihat sosok sang penghulu..
"Mbok ya pliss, aja nggawa penghulu sing model kaya kie.."
*Celetuk warga..*
Sosok tinggi besar, kulit hitam dan muka yang pating nggronjal membuat nyali warga langsung menciut ketakutan..
"Ana apa kie yah, pada ngadek kabeh..
Arep dirabikna apa arep pada nantang gelut..!?
Njagong, njagong kabeh..!"
(Ada apa ini ya, pada berdiri semua..
Mau dinikahkan atau mau pada nantang berkelahi..!?
Duduk, duduk semua..!)
*Bentak sang penghulu..*
"Wis, langsung bae..
Nyong sibuk, arep njaring..
Bebeh nyong, durung rabi malah ngrabikna wong terus.."
(Dah, langsung aja..
Aku sibuk, mau njaring..
Males aku, belum nikah malah nikahin orang terus..)
*Kamipun hanya diam dan menjalankan prosesi akad nikah yang sakral ini..*
"Saya nikah dan kawinkan sulistyo bin xxx dengan lastri bin yyy, dengan mas kawin uang sebesar lima ribu rupiah dibayar tunai.."
"Saya terima nikah dan kawinnya lastri bin yyy dengan mas kawin tersebut tunai.."
"Sah nggih sedoyo.."
(Sah ya semua..)
"Sah..!"
Akhirnya, selesai sudah prosesi pernikahan ini..
Hingga malam pertama kami pun dimulai..
Hmm, walau tidak bisa dibilang malam pertama juga sih..
"Wis siap deq..!?"
"Siap apa koh.."
"Hloo, lo lo loh..
Ya malam pertama'an to deq, menikmati surga dunia loh deq bersamamu.."
"Malem pertama gundulmu, wis bola bali bola koh..
Isih bae malem pertama, tapi aku mau isin lho mas.."
"Isin kenang apa..?"
"Lha kue, mas kawin koh mung limangewu perak..
Bakso ning banjaran be saiki wis pitungewu limangatus koh.."
"Wislah deq, lalekna bae..
Sing penting saiki kita berdua indehoi ndipit.."
"Ya wis, tapi sit kang..
Nyong ndwe sesuatu.."
Lastri pun membawa secangkir minuman ntah apa itu, katanya sih obat kuat daerahnya..
Klo minum ramuan ini katanya bisa ngentrak sampe pagi, sambil duduk tanpa ragu kuminum ramuan itu..
"Hloh deq, kok matane mas burem kayak kie yah.."
Akupun ambruk diatas ranjang pernikahanku, setelah itu lastri membuka jendela memberi tanda kepada seseorang tuk masuk..
Ya, siapa lagi kalau bukan si anak semata sapi..
Ternyata lastri telah merencanakan semua ini, semenjak ia menyanggupi tuk mengabulkan permintaan minto..
Yups, seperti yang anda semua lihat itulah permintaan pertama minto..
"Pertama, aku ingin kau menghabiskan malam pertamamu bersamaku.."
"Kedua.."
# Bersambung, CH12.. #