Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kelompok rahasia di kantor yg membosankan

Chapter 6: kami bertujuh…


Jam 6 sore, kami menikmati sunset sambil mengingatkan besok pulang dan Kembali ke kenyataan. Gw ga tau kemana aja ini 6 orang lain, karena gw menikmati sore ini bareng tim gw. Banyak kelompok sibuk melihat bisa kemana malam ini. Sempat kami mengecek club yg ada di hotel, namun apa yg diharapkan dari club di hotel berbintang, terlalu mahal harganya.



Gw baru balik dari minimart Seberang hotel membeli beberapa cemilan. Di lobi bertemu Sabrina yg Nampak kebingungan “kak, kosong kan? Bareng Sabrina nyari café lucu yuk?” Sabrina tetiba mengajak gw pergi. Oiya, Sabrina ini tipe orang yg kalo nyebut dirinya sendiri make nama, bukan gw saya atau aku. Gw masih sibuk nyari alesan dan naik apa ke vila yg disebut teh Nia, menolak ajakan Sabrina. Untuk takaran mau jalan-jalan iseng, pakaian Sabrina cukup necis, kerudung putih, semacam dress Panjang putih, dengan outer pink pastel.



“hati-hati Sab, udah malem jangan kejauhan” gw menambahkan sambil melepas Sabrina. Sabrina tadinya magang dan lanjut jadi karyawan, ia memang salah satu tim gw tadinya sebelum gw dipindah ke bisnis unit lain, dan kami cukup dekat, karena Ketika magang, gw adalah mentor sabrina.



Gw makin bingung, kami janjian nyampe jam 8, sekarang sudah hampir jam 8, ga ada ojek online di sini, lumayan juga jaraknya, dan gw bingung alesan ama ama tim gw. Baru jam 8.30 akhirnya gw nekad memutuskan jalan kaki. Di hotel juga mulai sepi, banyak yg bertebaran di jalanan, ada yg memang iseng jalan kaki, ada yg ke club di hotel sebelah, ada yg memang iseng jalan aja.



Sekitar 2 km, kaki udah mulai capek, anginnya juga aneh, gw jalan berbekal air mineral. Sempat menyesal dan berusaha nyari ojek, biarin lah bayar, pikir gw. Tetiba gw merasakan lampu mobil, dilanjut dengan klakson, gw nengok ke arah belakang, jazz kuning punya mbak Eva ternyata.



“butuh tumpangan?” tanya mas Indra yg nyetir mobil tersebut. Yeess akhirnya ada tumpangan. Gw langsung membuka pintu depan penumpang. Sebenarnya tidak sampai 5 menit untuk sampai ke villa kalo make mobil. Ada parkiran 2 mobil di vila tersebut, sebenarnya areanya sendiri ada sekitar 5 villa private dengan pool masing-masing. Untuk masuk area villanya sendiri ada semacam pintu gapura kecil, langsung menuju ke pool.



Di pool sudah ada Robi dan ci Yuri lg berenang, di gazebo samping pool ada teh Nia lg makan popmie. Indra berjalan di belakang gw, bawa 2 botol minuman yg diambil dari bagasi mobil mbak Eva. “weeeey lakinya pada dateeeng!” seru ci Yuri dari kolam.



Gw ngobrol dengan Indra di gazebo sambil sepertinya Robi dan teh Nia menyiapkan makanan ikan bakar dan beberapa makanan lain yg langsung kami santap berlima. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, ci Yuri dan Robi makan dengan masih basah kuyup.



“mbak Eva kemana?” gw baru sadar kalo sejauh ini di villa ga ada mbak Eva.

“lagi jemput s….” belum selesai Robi jawab, rusuknya disikut oleh ci Yuri.

Kami melanjutkan ngobrol-ngobrol sambil membuka botol yg td dibawa Indra. Indra senderan di ujung Gazebo sambil merangkul teh Nia, gw duduk sendirian sementara Robi dipeluk erat ci Yuri, yaaah salah mereka sendiri basah-basahan ga mandi lagi.



Sepertinya resistensi Indra terhadap alcohol ga terlalu tinggi, obrolannya makin ngaco, tangannya yg merangkul teh Nia mulai beranjak naik meremas dada kanan teh Nia. Obrolan yg awalnya rame dengan ketawa-ketawa, perlahan pelan, digantikan dengan desahan teh Nia. Gw yg makin fokus ngeliatin mereka berdua, terpecah dengan suara Robi. Gw nengok ke kanan, terlihat ci Yuri masih memeluk Robi, namun tangan kirinya ada di dalam celana Robi.



Gw hanya bisa Kembali menuang minuman, mencampur johnny walker dengan cola, sambil sesekali melihat dua pasangan ini. 3 menit berlalu terdengar teriakan dari pintu depan, mbak Eva masuk dengan ceria, membawa lebih banyak botol. Dua pasangan ini seperti tidak peduli, masih melanjutkan kegiatan masing-masing. Mbak Eva menaruh beberapa belanjaan di gazebo, kemudian menarik tangan gw masuk. Sekilas gw menyadari mbak Eva gak datang sendirian, ada orang lain di belakangnya, tapi yasudalah.



Jadi villa ini punya Gedung utama memanjang di pinggir kolam, 2/3 bagian adalah jendela menuju ke pool, ada ruang utama dengan sofa dan karaoke set di Tengah, di sisi kiri ada kamar yg satu sisinya adalah jendela dan pintu kaca ke kolam renang namun saat ini tertutup tirai. Di sisi kana nada dapur dan satu kamar dengan jendela besar ke arah ruang Tengah. Vila yg sepertinya tidak peduli dengan privasi.



Mbak Eva menggandeng tangan gw ke kamar sisi kiri. Ketika pintu dibuka, memang kamar ini agak berantakan, namun perhatian gw langsung terpusat ke arah Kasur. Ada strap di keempat sisi, dua atas dan dua bawah.

“itu buat apaan mbak?” tanya gw penasaran.

“oooh, mainannya Yuri, biarin aja” jawab mbak Eva santai, sambil ia menyalakan AC dan menutup pintu.

“tolong bukain pol, paanas banget” mbak Eva meminta gw membuka kait bra di punggungnya, dan kemudian melempar bra tersebut sembarangan. Sepertinya mbak Eva memakai bra tanpa strap ke bahu. Mbak Eva meminta gw duduk di Kasur.

Gw: tadi ama siapa mbak? Ada orang kayanya

Eva: ooh, lo nanya orang ketujuh kan? Ama dia

Gw: ya suruh masuk, kan gw penasaran

Eva: ada beberapa masalah, tapi utamanya, dia malu, satu orang itu emang paling gabisa kalo ada orang lain

Gw: lah kok bisa masuk circle?

Eva: ceritanya Panjang, yg penting…



Mbak Eva mendorong gw hingga terhempas ke Kasur. Gw berusaha menolak, tapi mbak Eva langsung duduk di perut gw. “ikutin aja, gausah ngelawan!” muka mbak Eva mendadak seperti marah, lalu sedetik kemudian berubah Kembali menggoda. Ia mengunci tangan gw ke strap di sisi atas, sebenarnya adegan ini mirip di film 50shades of grays, tapi gw yg diikat, bukan wanitanya. Tangan gw terikat ke atas, namun kaki gw masih dibiarkan bebas. Lalu ia menutup mata gw dengan blindfold.



“mbak apa apaan sih nih, tinggal bilang aja siapa orang ketujuh elaah!” gw agak bete sebenarnya dengan keadaan ini tapi bisa apa. Menyebalkannya kamar ini, AC nya nyembur tepat ke Kasur, jadi dingin kan. Gw bisa denger pintu kaca ke arah pool dibuka, “enjoy” pesan terakhir mbak Eva sebelum gw denger pintu kaca ditutup Kembali namun gw bisa denger tirainya dibuka, dan ada suara Langkah di dalam kamar.



“jadi lo siapa? Gw berusaha memecah kesunyian. Namun jawaban yg gw dapet malah jari telunjuk menutup mulut gw. Bisa gw rasakan dua tangan meraba dari perut, membuka sabuk , kancing, dan resleting celana gw. Perlakuan ini membuat penis gw mulai mengeras. Ketidaktahuan siapa yg buka, ga ada bayangan, ga ada suara.



Tangan itu kemudian berusaha menurunkan celana gw. Gw bantu dengan mengangkat bokong gw agar lebih gampang. Celana pendek yg gw pake bukan skinny, jadi gampang untuk dibuka. Tidak perlu waktu lama celana dan celana dalam gw sudah lepas, penis gw mulai berdiri namun belum terlalu keras.



Tangan kecil kemudian terasa meraba kedua paha gw, naik perlahan dari dengkul hingga ke pangkalnya. Tangan kecil ini membuat penis gw yg memang tidak terlalu besar jadi terasa lebih besar. Tangan ini mengocok perlahan penis gw yg makin mengeras. Beberapa menit dihabiskan untuk tangan itu mengocok penis gw. Sampai gw rasakan seperti lidah menyentuh kepala penis gw. Bukan langsung dikulum, orang ini menjilati penis gw seperti eskrim, dari kepala, turun hingga pangkal secara perlahan. Tangan tersebut kemudian mengocok penis gw sambil gw rasakan lidah tersebut turun ke biji gw. Ia mengulum bergantian biji kiri kanan. Seluruh Gerakan ini sangat pelan, menjadi semakin intense.



Mulut Wanita ini kemudian perlahan mengulum penis gw. Sangat perlahan seperti menyedot, namun tidak dalam, sampai kepala, kemudian dikeluarkan lagi. Gerakan ini terus berulang hingga semakin dalam, sampai pada titik ia mencapai pangkal mulutnya.



Mungkin sekedar 5-10 menit, ia mengulum penis gw sangat pelan, sangat intense. Gw hanya bisa mendesah keenakan, karena setiap kalo gw bertanya atau bicara, ada jari yg menutup mulut gw. Gw hanya bisa mendengar sedikit lenguhannya, tapi suara lenguhan tidak cukup untuk gw tau siapa dia.



Ada sekitar dua menit ia melepas kulumannya, dan membiarkan gw tanpa menyentuh apapun. Kemudian gw rasakan ia naik ke Kasur, berlutut di penis gw. Tangannya memegang kepala penis gw, menggesekan di vaginanya. Gw bisa merasakan bibir vagina dengan bulu-bulu halus. Hal lain yg gw rasakan adalah ia, siapapun itu, tidak membuka bajunya, karena gw merasakan kain di perut dan paha gw.



Setelah menggesekan penis gw di bibir vaginanya, akhirnya ia mengarahkan penis gw tepat di liang bibir vaginanya. Ia kemudian menekan tubuhnya perlahan, membenamkan penis gw ke liang vaginanya. Sangaat amat perlahan. Penis gw tidak terlalu Panjang, mungkin hanya sekitar 15cm, tapi perlu hampir dua menit. Seperti Ketika mengulum, ia memasukan sangat pelan hingga kepala, kemudian menariknya lagi, memasukan lagi sedikiit leebih dalam. Bergerak sangat perlahan hingga akhirnya seluruh penis gw terbenam di liang vaginanya yg sudah sangat basah.



Gw berusaha menggerakan pinggul gw naik turun, dan Kembali mulut gw ditahan, seperti memberi kode kalo gw dilarang bergerak, biar dia yg menjadi kapten di ranjang ini. Bukan naik turun, tubuhnya perlahan bergerak maju mundur. Dan lagi, gerakannya cenderung pelan, menikmati tiap senti pergerakan tubuhnya. Gw bisa mendengar ia berusaha memendam desahannya.



“lo ga perlu nahan-nahan kali, lepasin aja, keluarin” gw mulai bicara, jari itu Kembali menahan mulut gw, tapi gw menggeleng menolak dibungkam

“ini bikin kita ga nyaman, stop pretending around” Sebagian diri gw menikmati semua kegiatan pelan dan intim ini, namun gw ga suka Ketika dia menahan lenguhannya. Tangan yg tadinya bertopang ke paha gw, perlahan bangkit, bertopang ke perut dan perlahan naik hingga akhirnya membuka blindfold gw.



“sa…sa…sabrina?!” gw kaget, Sabrina mungkin orang terakhir di kantor yg gw pikir bisa ikut circle ini.

“halo mas…” sabrina tersipu malu, kepalanya agak diturunkan, namun pinggulnya masih bergoyang maju mundur.



Ia duduk di atas penis gw, masih menggunakan pakaian lengkap seperti terakhir menyapa di hotel. Dengan kerudung putih, sejenis longdress/gamis putih, dan outer pink pastel. Hanya celana dan celana dalamnya saja yg bisa gw liat diletakkan di ujung Kasur. Ga ada tubuhnya yg terlihat, gw melihat kearah vaginanya, tertutup dressnya. Tangannya bahkan menahan dress tersebut agar gw tak melihat vaginanya.



Akhirnya ia bisa lepas melenguh. Memang gerakannya pelan maju mundur naik turun. “ahhh…ahhh” Sabrina melenguh setiap kali ia menggerakan tubuhnya. Ia menatap gw, lalu melihat keluar. Posisi Kasur ini memang menyamping, jadi kalo liat ke kanan, gw bisa liat arah pool, yg ternyata kami ditonton 5 orang yg duduk di gazebo. Sabrina tertunduk, ia bergoyang sedikit lebih cepat. Gw sedikit membantunya dengan menggerakan pinggul gw.



Sesekali gw menoleh ke arah gazebo, mereka berlima masih asyik menonton kami seperti pertunjukan. Sabrina tertunduk sambil bergoyang. Dan dalam beberapa menit, tubuhnya membusur, tangannya Kembali bertopang ke paha gw, beberapa kalo bergoyang tubuhnya kemudian bergetar.

“aaaaaaaahhhhhhhhhhh” Sabrina melenguh Panjang Ketika gw rasakan liang vaginanya berkedut beberapa kali, menggigit penis gw lebih kuat lalu cairan hangat menyembur penis gw. Tubuh Sabrina roboh kea rah gw. Kami berpelukan. Gw bisa cium wangi tubuh bercampur perfume jasmine khas Sabrina, napasnya masih terengah-engah. Sekitar semenit ia mengumpulkan tenaga, kemudian bangkit menatap gw. Kami bertatapan cukup lama, tidak berkata sepatah katapun, kemudian ia mengecup bibir gw dan bangkit berdiri. Tanpa membawa celana Panjang dan celana dalamnya ia keluar melalui pintu ke arah ruang utama. “weeeeey iketan tangan gw buka duluuu!” teriak gw menyadari gw masih keadaan terikat.



Teh Nia akhirnya beranjak ke kamar, dan membukakkan ikatan tangan gw.

“tau kan sekarang orang ketujuh?” goda teh Nia sambil membuka ikatan gw.

Gw duduk di bibir Kasur, memakai celana dalam gw sambil merenung. Senang? Kecewa? Entahlah, perasaan gw kosong.



Gw kenal Sabrina dari dia magang, gadis polos yg emang kadang ga nyambungan. Sering banget bilang “hah?” karena emang lugu atau agak lemot. Dari hari pertama sampai terakhir dia magang, gw mentornya. 6 bulan kemudian dia balik lagi sebagai anggota tim gw, dia salah satu anak kesayangan di tim gw. Apa gw suka dia? Ya… ada part diri gw suka dengan Sabrina, tapi gw punya prinsip untuk ga main hati di kantor. Gw hanya bisa memendam rasa suka gw. Ya gw peduli, pilih kasih, Cuma dia anggota yg gw bela mati-matian bahkan Ketika salah gw yg ngerjain kesalahannya.



Permainan gila macam apa ini? Kenapa Sabrina bisa ada di circle mereka? Apakah Sabrina ga lagi lugu seperti saat magang? Atau emang gw yg selama ini tertipu semua gimmicknya? Pikiran gw berantakan. Ada pikiran Gw ga mau di kelompok ini, bukan karena gw ga suka, tapi gw ga kuat kalo harus liat Sabrina digarap Indra, atau siapapun. Lebih baik gw ga ngeliat, lebih baik gw simpan bayangan lugu Sabrina.



Gw beranjak ke gazebo dengan kepala kosong, berjalan pelan seperti zombie. Pikiran gw bener-bener kosong. Hanya melihat mereka berlima beranjak ke ruang utama. Gw ga bisa menceritakan apay g mereka lakukan karena emang gw ga sadar apa aja yg mereka lakukan.



Entah berapa lama gw hanya duduk, menenggak minuman di gazebo hingga pandangan gw berbayang. “jangan minum terus kak, bahaya” Sabrina menyapa dan duduk di sebelah gw.

Gw: jahat kamu Sab

Sabrina: jahat kenapa?

Gw: kenapa ga pernah bilang kamu ikut circle ini. Kakak pikir km…

Belom selesai gw bicara, Sabrina memotong

Sabrina: polos? Lugu? Sabrina ga pernah bilang itu. Sab ga selugu itu kak, itu Cuma di kepala kak wapol aja

Statement ini rasanya membuat hati gw makin hancur.

Sabrina: kakak tau selama ini Sab suka ama kak wapol?

Gw: hah? Kakak juga suka ama kamu Sab, makanya selalu ngelindungin kamu

Sabrina: itu yg buat sab suka kak wapol, orang yg ga ngomong mesum, orang yg ngelindungin sab kalo lagi dilecehin verbal ama om om tengik. Orang yg ga liat sab dari badan. Kak wapol kecewa karena sab ternyata ga sepolos itu? Sab juga kak, pas mbak Eva bilang kak wapol anggota baru circle ini, ancur semua bayangan kak wapol di kepala Sab



Sabrina Nampak kecewa, memukul-mukul dada gw. Suara Sabrina bergetar. Gw memelluk sabrina mencoba menenangkan. Sabrina terisak di pelukan gw. “kita sama aja sab, ga lebih baik dari yg lain. Otak kita yg menganggap berbeda, melawan kenyataannya. We are not holier than other” ucap gw berusaha menenangkan sabrina yg masih terisak sambil gw usap kepalanya.



Sabrina: kak, setelah tau semuanya, gimana perasaan kak wapol sekarang? Kecewa ama Sab?

Gw: iya sama, kita kecewa. Kamu dengan ekspektasimu, begitu pula aku

Sabrina: kakak tetep mau jaga sab dari orang kantor? Setelah semua ini

Gw: tetep. Kamu tetap anak polos di kantor, Cuma sisi lain di circle ini. Ga ada yg berubah



Sabrina bangkit, menatap mata gw mendalam. Gw berusaha memaafkan, semua di kepala gw aja. Ga pernah ada sabrina yg polos, semua Cuma pikiran gw. Kepala kami semakin mendekat. Matanya terpejam, bibir kami akhirnya bertemu. Saling berpagut pelan. Lidah gw mulai menjelajah mulutnya, hingga saling beradu dengan lidahnya.



Ciuman ini seperti make-up kiss, menghapus kekecewaan kami secara perlahan. Cukup lama kami berciuman mengeluarkan seluruh emosi, hingga Ketika melepasnya, gw memandang wajah Sabrina, dan kami berdua tertawa.



Kami melihat ke arah kamar, sambil kurangkul sabrina. Sepertinya pertunjukan sudah dimulai, Kasur itu diisi ci Yuni, diikat di keempat sisinya, tangan dan kakinya terikat ke empat penjuru ranjang. Indra mulai menggerayangi tubuh ci Yuri, bahkan robi ikutan



Gw: kamu seneng liat begini sab?

Sabrina: iya kak, bikin sabrina tinggi

Gw: tapi kamu pernah di posisi ci Yuri?

Sabrina: umm, belum sih kak, Sabrina lebih suka pelan kaya tadi. Intense pelan-pelan aja, tapi kak indra kalo main kasar. Kalo rame sabrina Cuma suka part ditelanjangin aja.

Gw: sabrina suka ditelanjangin?

Sabrina mengangguk pelan..

Sabrina: iya kak, tapi sabrina takut kalo rame-rame. Ga berani seperti mereka, takut kalo dipake rame-rame kak.



Gw merangkul sabrina, perlahan turun ke pahanya

Gw: eh kamu belum make celana?

Sabrina: belum, tadi kan langsung keluar.

Gw: nakal juga kamu sab

Sabrina: kalo ga nakal ga di circle ini kak

Dan kami berdua tertawa Kembali memperhatikan adegan di ranjang.



Tangan gw kemudian langsung meremas pelan selangkangan Sabrina dari balik dressnya “enak banget memekmu sab”

Yg langsung dibalas Sabrina meremas penis gw “tititmu juga enak kak”

Yg diiringi dengan ia bangkit, menarikku ke kamar untuk join mereka.



“what happen in the circle, stay on the circle, okeh?” goda sabrina sambil menggandeng tangan gw

“setuju, sabrina yg polos di kantor, bukan sabrinal di circle” jawab gw memberi nickname sabrina
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd